DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
2. WINARSIH (A1C1150)
UNIVERSITAS JAMBI
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, di mana atas
anugerahNya maka selesailah penulisan makalah evaluasi proses dan hasil pembelajaran ini
yang berjudul Model dan Pendekatan Evaluasi. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
evaluasi proses dan hasil pembelajaran, dimana evaluasi proses dan hasil pembelajaran
merupakan salah satu mata kuliah yang ada di program studi pendidikan kimia Universitas
Jambi. Makalah ini disusun sebagai upaya untuk membantu mahasiswa dalam memahami
masalah-masalah dan konsep-konsep yang berhubungan dengan evaluasi proses dan hasil
pembelajaran.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi Rahmat-Nya dalam pembuatan makalah
ini.
2. Dosen Pembimbing mata kuliah evaluasi proses dan hasil pembelajaran, Drs. Abu
Bakar, Mpd.
3. Kedua orang tua yang telah memberi motivasi serta doa-doanya.
4. Serta teman-teman yang telah memberi bantuan berupa moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran dari pembaca sangat dibutuhkan dalam penyempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga
makalah ini bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Keterangan:
Model CIPP telah banyak digunakan di berbagai belahan Negara Amerika Serikat,
baik oleh pemerintah maupun agen-agen swasta.Penggunaan pendekatan evaluasi ini banyak
digunakan dalam rangka menjamin akuntabilitas public dari suatu program pendidikan.
Stuffelbeam dan Shinkield (1985) menggambarkan pemanfaatan CIPP model dalam dua
kepentingan, yakni pembuatan keputusan (orientasi formatif) dan akuntabilitas (orientasi
sumatif), sebagai berikut :
Kelebihan :
Keunggulan atau kelebihan yang paling menonjol dari model ini adalah
penekanannya pada informasi-informasi yang penting dan dibutuhkan pada setiap level
pengambilan keputusan. Dengan demikian informasi yang dikumpulkan sangat terarah pada
isu-isu pokok yang memerlukan jawaban pada setiap level dan aspek program, sehingga
evaluasi lebih terfokus. House (1982) mendeskripsikan keunggulan model ini dalam sebuah
kalimat sebagai berikut:
“…model ini telah memberikan masukan yang sangat bernilai terhadap evaluasi,
dengan penekanannya pada informasi yang bermanfaat dan penting. Informasi evaluasi telah
digunakanya secara berarti. Menghubungkan kegiatan evaluasi dengan pengambilan
keputusan telah melandasi bermanfaatnya evaluasi. Secara praktis hal ini telah shape
evaluasi secara konseptual dengan pertimbangan-pertimbangan pengamblan keputusan.
Walaupun seseorang tidak dapat mendefinisikan secara tepat alternative-alternatif
keputusan, tetapi seseorang dapat mengeliminasi sejumlah hal-hal yang tidak relevan”
Model penilaian berorietasi manajemen telah mengantarkan seorang evaluator atau
pendidik untuk tidak menunggu waktu berjalannya program sebelum melakukan evaluasi.
Faktanya, seorang pendidik dapat melakukan evaluasi sebelum program dilakukan, misalnya
ketika ide program muncul. Pelaksanaan evaluasi yang dilakukan setelah program berjalan
saja akan mengakibatkan kerugian investasi sumberdaya dan kesempatan yang besar. Hal ini
merupakan keunggulan atau kelebihan lain dari model penilaian ini.
Hal lain yang dianggap kelebihan model ini adalah memungkinkannya dilakukan
perangkat heuristic secara sederhana melalui pengembangan pertanyaan-pertanyaan dalam
setiap level dan aspek program. Dengan demikian model ini terbuka untuk dapat mengali
hal-hal lain yang lebih mendalam dan mudah dijelaskan kepada kelompok sasaran pengguna
informasi evaluasi.
Kelemahan :
Kelemahan yang potensial dari model ini adalah ketidakmampuan evaluator untuk
merespon pertanyaan-pertanyaan atau isu-isu yang bermakna karena takut terjadi
pertentangan atau setidaknya tidak pas dengan perhatian para pengambil keputusan yang
nota bene mengendalikan evaluasi. Berkaitan dengan ini House (1980) mengingatkan:
“Mengapa harus pengambil keputusan, yang seringkali diidentifikasi sebagai
administrator program, yang diberi banyak peran? Apakah hal ini tidak menempatkan
evaluator sebagai pelayan manajemen puncak dan membuat evaluator sebagai the hired gun
dari penetapan proram? Apakah juga tidak membuat evaluasi secara ppotensial tidak adil
dan mungkin tidak demokrtis? Ini adalah kelemahan potensial dari pendekatan penilaian
yang berorientasi pengambilan keputusan.” (dari nina)
B = banyaknya butir yang dijawab benar (dalam bentuk pilihan ganda) atau jumlah skor
jawaban benar pada setiap butir/item soal (pada tes bentuk menguraikan)
St = Skor teoritis
Berdasarkan tabel di atas skor teoritis perangkat tes adalah 85.Peserta didik yang
mengikuti ada 40 anak, setelah mereka mengerjakan perangkat tes dilakukan penskoran oleh
guru.Hasil skor itu selanjutnya diolah dengan PAP, hasilnya sebagai berikut (yang
ditampilkan hanya 10 peserta tes).
Tabel 6.6. Skor Peserta Tes (Rekayasa) untuk Diolah dengan Pendekatan PAP
Melalui Tabel di atas berarti Anda tidak lagi menganggap nilai peserta tes pada kolom
”skor” tetapi Anda menggunakan kolom ”nilai (%)” dan ”kualifikasi” sebagai hasil dari PAP
dengan skala-100. Jadi peserta didik dengan nama Hadi mendapat nilai 63 dengan kualifikasi
tuntas, artinya Hadi mampu menguasai 63% kompetensi yang dikontrakkan dalam
pembelajaran.
Dari peserta dalam tabel di atas, ternyata Imam mendapat nilai 59 dengan
kualifikasi tidak tuntas karena nilainya di bawah batas minimal kualifikasi (60%).
Keadaan yang sama juga terjadi pada Nila dengan nilai 53 dan kualifikasi tidak tuntas.
Bagaimanakah dengan peserta berkualifikasi tidak tuntas?Anda dapat melakukan langkah
berikutnya yaitu memberikan keputusan kepada Iman dan Nila untuk remedial atau
melakukan tes ulang.
Jawab (skala-5): untuk membuat skala-5 pada umumnya sekolah sudah punya
pedoman konversi skala-5 untuk semua matapelajaran. Apabila di sekolah Anda belum
memiliki maka Anda harus membuat sendiri pedoman itu dengan mempertimbangkan batas
minimal kualifikasi tuntas yang telah disepakati.Berikut ini disusun pedoman konversi skala-
5 dengan memperhatikan bahwa batas minimal kualifikasi tuntas adalah 60%.
Tabel 6.7. Contoh Pedoman Konversi Skala-5
Melalui tabel di atas berarti setiap skor peserta didik harus dikonversi menjadi nilai
huruf dan kualifikasi, hasil konversinya sebagai berikut.
Tabel 6.8. Contoh Hasil Konversi Skala-5
3) Membuat pedoman konversi untuk mengubah skor menjadi nilai standar (berdasarkan
skalanya, ada PAN dengan skala lima, skala sembilan, skala sebelas, dan dengan nilai
Zscore atau Tscore)
Pedoman konversi skala-5
Pedoman konversi skala-5 berarti membagi nilai standar menjadi lima skala, lima
angka/huruf atau lima kualifikasi. Cara menyusun skala lima dengan membagi wilayah di
bawah lengkung kurva normal menjadi lima daerah, perhatikan kurva normal berikut.
Kurva normal tersebut terbagi menjadi lima daerah dan setiap daerah menunjukkan
kualifikasi atau nilai dari kanan ke kiri A, B, C, D dan E. Berdasarkan pembagian itu,
pedoman konversi skala-5 disusun sebagai berikut.
Kurva normal tersebut terbagi menjadi sembilan daerah dan setiap daerah menunjukkan
kualifikasi atau nilai dari kanan ke kiri 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.Berdasarkan pembagian
itu, pedoman korversi skala-9 disusun sebagai berikut.
Pedoman konversi skala-11
Pedoman konversi skala-11 berarti membagi nilai standar menjadi sebelas skala, sebelas
angka/huruf atau sebelas kualifikasi. Cara menyusun skala sebelas sama dengan skala
lima dan sembilan yaitu dengan membagi wilayah di bawah lengkung kurva normal
menjadi sebelas daerah, perhatikan kurva normal berikut.
Kurva normal tersebut terbagi menjadi sebelas daerah dan setiap daerah menunjukkan
kualifikasi atau nilai dari kanan ke kiri 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10.Berdasarkan
pembagian itu, pedoman korversi skala-11 disusun sebagai berikut.
Pedoman konversi dengan Zscore atau Tscore
Dengan tidak menyusun pedoman konversi Anda dapat langsung menentukan atau
mengkonversi skor menjadi nilai standar dengan menggunakan dua nilai yaitu nilai Zscore
dan Tscore. Nilai Zscore berarti mengubah skor kasar menjadi nilai standar Z. Biasanya Zscore
digunakan sebagai cara untuk membandingkan beberapa nilai matapelajaran seorang
peserta tes dari berbagai jenis pengukuran yang berbeda. Konsep Tscore hampir sama
dengan Zscore. Adapun rumus untuk menghitung nilai Zscore dan Tscore adalah sebagai
berikut.
Keterangan:
x = skor
S = standar deviasi
x = rata-rata
Jawab:
1) Menghitung x dan s
a. Menentukan rentang
Rentang (r) = data terbesar – data terkecil
= 99 – 35 = 64
= 9, 14
Catatan: khusus untuk panjang kelas pembulatan dapat Tidak mengikuti kaidah
matematik, jadi kalau pembulatan ke atas (=10) atau ke bawah (=9). Alasan; supaya
semua skor dapat masuk ke dalam setiap kelas interval.
e. Menentukan x dan s
Berarti nilai Toni adalah 0,4 dari rata-rata 76, jadi nilai Toni adalah 76,4