TINJAUAN TEORITIS
A. Diabetes Melitus
Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikomsumsi insulin, yaitu suatu
kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
(Mansjoer, 2009).
kerja insulin dimana tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin
6
7
ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensifitas sel terhadap insulin
(Corwin, 2010).
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
diatas tulang yang menonjol body prominence dan adanya tekanan dari luar
gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini
Gambar 2.1
Anatomi Pankreas
8
15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya
dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas
terdiri dari dua jaringan utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan ke
pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat
3. Etiologi
(Trihastuti, 2011).
kehamilan.
imunologi
1. Diabetes tipe I
2. Diabetes tipe II
4. Patofisiologi
berhubungan dengan insulin itu sendiri, antara lain: resisten insulin dan
khusus di permukaan sel. Akibat dari terikatnya insulin tersebut maka, akan
tersebut. Resistensi glukosa pada diabetes mellitus tipe II ini dapat disertai
serta kadar glukosa dalam darah akan dipertahankan dalam angka normal
atau sedikit meningkat. Akan tetapi hal-hal berikut jika sel-sel tidak mampu
Tipe II ini.
11
merupakan ciri khas dari diabetes mellitus tipe II ini, namun masih terdapat
lemak dan produksi pada badan keton yang menyertainya. Dan kejadian
tersebut disebut ketoadosis diabetikum, akan tetapi hal ini tidak terjadi pada
Hal ini terjadi ketika kadar gula melebihi ambal ginjal yang
Karena sering buang air kecil, setiap kali para pasien diabetes
minum polidipsi.
cukupan hormon insulin untuk memasukan glukosa kedalam sel. Hal ini
makan lagi.
Gejala lanjutan :
b. Penglihatan kabur
c. Cepat lelah
Gejala kronis :
a. Impoten
b. Kerusakan ginjal
c. Ganggren
d. Kebutaan
e. Serangan stroke
g. Kematian mendadak.
a. Gejala akut
1. Banyak minum
2. Banyak makan
3. Banyak kencing.
13
4. Berat badan turun cepat biasa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu.
5. Mudah lelah.
b. Gejala kronik
1. Kesemutan
3. Kram
4. Mudah ngantuk
5. Mata kabur
1. Faktor genetik
2. Faktor imunologi
3. Faktor lingkungan
1. Usia
2. Obesitas
sebagai berikut :
mengalami defisiensi.
NIDDM.
c. Diabetes melitus tipe III diabetes melitus tipe ini disebut juga diabetes
adalah :
a. Komplikasi akut
1. Hipoglikemi
2. Ketoasidosis diabetikum
b. Komplikasi kronis
makrovaskuler.
8. Pemeriksaan Penunjang
resiko tinggi untuk diabetes melitus yaitu kelompok usia dewasa tua > 40
glukosa darah puasa, kemudian dapat diukur dengan tes toleransi Glukosa
oral TTGO standart untuk kelompok resiko tinggi yang hasil pemeriksaan
16
pasien berusia > 40 tahun tanpa ada faktor resiko, pemeriksaan penyaring
e. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum
f. Periksa glukosa darah dalam 1 jam dan 2 jam sesudah beban glukosa.
merokok.
Glukosa
Glukosa plasma puasa terganggu : 110 mg/dl dan < 126 mg/dl
Toleransi glukosa terganggu : > 140 mg/dl dan < 200 mg/dl
10. Penatalaksanaan
a. Medis
2. Insulin
b) Hiperglikemi berat
b. Keperawatan
jalan-jalan sore.
18
dikeluarkan.
d. Dukungan keluarga
B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
jantung harus memompa lebih keras untuk menyuplai oksigen dan nutrisi
2. Klasifikasi Hipertensi
140/90 mmHg. Menurut WHO tekanan darah dianggap normal bila kurang
dari 135-85 mmHg. Dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90 mmHg, dan
Tabel 2.2
Klasifikasi menurut Sevent Report Of The Joint National Committe VII JNC VII
on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.
Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Diastolik
Sistolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre-
120-139 mmHg 80-89 mmHg
hipertensi
Stadium 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 >= 160 mmHg >= 100 m
3. Etiologi
a. Hipertensi prmer
berbagai faktor dari gaya hidup, seperti diet, olahraga dan rokok
b. Hipertensi skunder
21
1. Penyakit ginjal
2. Kelainan hormonal
3. Obat-obatan
a. Faktor yang tidak dapat diubah Genetik, Usia, Jenis kelamin Dan ras.
4. Manifestasi klinis
hipertensi. Akan tetapi jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak
e. Mata berkunang-kunang
f. Muda marah
g. Telinga berdengung
h. Sulit tidur
k. Otot lemah
bahkan koma karena pembengkakan pada otak. Keadaan ini yang disebut
(Siti Setiati,2014).
5. Komplikasi
tidak dikendalikan, apalagi kondisi ini sering kali tidak menimbulkan gejala
c. Jantung tekanan darah yang terlalu tinggi memaksa otot jantung berkerja
C. Konsep Orif
beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan
meiputi :
a. Reduksi terbuka
fraktur. Fraktur diperiksa dan diteliti. Fragmen yang telah mati dilakukan
irigasi dari luka. Fraktur direposisi agar mendapatkan posisi yang normal
b. Fiksasi Internal
24
biasanya pada ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama Post eksternal
perkutan untuk implantasi pen ke tulang. Lubang kecil dibuat dari pen
metal melewati tulang dan dikuatkan pennya. Perawatan 1-2 kali sehari
secara khusus, antara lain: Observasi letak pen dan area, observasi
internal dilaksanakan dalam teknik aseptis yang sangat ketat dan pasien
1. Pengkajian
a. Biodata
dengan pasien.
b. Riwayat kesehatan
25
di RS berapa kali.
keluarganya.
6) Pola nutrisi dan cairan: pola makan dan minum sehari-hari jumlah
7) Pola eliminasi mengkaji pola BAB dan BAK sebelum dan selama
konstipasi.
26
9) Pola tidur dan istirahat: berapa jam sehari, terbiasa tidur siang,
11) Pola persepsi dan konsep diri adakah perasaan terisolasi diri atau
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Sistem pernapasan tidak ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya
ada masalah pada sistem ini karena pada bagian luka biasanya hanya
nafsu makan
.
28
29
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil / NOC Interensi / NIC
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen NOC : NIC :
cidera fisiologis Pain level Pain management
Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Comfort level 2.Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria hasil 3.Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
1. Mampu mengontrol nyeri tahu penyebab nyeri, mengetahui pengalaman nyeri pasien
mampu menggunakan teknik nonformokologi 4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
untuk mengurangi nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
2. Laporkan bahwa nyeri berkurang dengan 6. Ajarkan tentang teknik nonfarmokologi
menggunakan manajemen nyeri Analgetic administration
3. Mampu mengenali nyeri skala, intensitas, 7.Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat
frekuensi dan tanda nyeri nyeri sebelum pemberian obat
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 8.Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
9.Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat.
2. Resiko tinggi infeksi NOC NIC
b.d luka Immune Status Kontrol infeksi
Infection control 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Risk control 2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil 3. Batasi pengunjung jika perlu
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah tangan saat berkunjung meninggalkan pasien
timbulnya infeksi 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
3. Jumlah leukosit dalam batas normal keperawatan
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat 6. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat
pelindung
7. Monitor kerentanan terhadap infeksi
8. Berikan perawat kulit
30
4. Implementasi
tindakan masalah sesuai dan dibutuhkan klien dengan kondisinya saat ini,
5. Evaluasi
menjadi 2, yaitu :