Anda di halaman 1dari 12

SURFAKTAN

DISUSUN OLEH :

Nama : Nim :

Muhammad Yanuar. S 1918412

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

BADA N PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

POLITEKNIK AKA BOGOR


2021
I. Pengertian Surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus
lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air
(hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian
polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini
yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air
dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase
air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam
dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai
alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus
hidroksil.

II. Klasifikasi Surfaktan dan Jenis – Jenis Surfaktan

 Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang
larut dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.

1 surfaktan yang larut dalam minyak

Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini, yaitu senyawa polar berantai
panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa silikon.

2 Surfaktan yang larut dalam pelarut air

Golongan ini banyak digunakan antara lain sebagai zat pembasah, zat
pembusa, zat pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat flotasi, pencegah korosi,
dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu surfaktan
anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan positif, surfaktan
nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter yang
bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.

1
Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi
dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air.
Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun
berbentuk emulsi air dalam minyak

 Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan


yaitu:

1 Surfaktan anionik

surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Surfaktan ini
membentuk kelompok surfaktan yang paling besar dari jumlahnya. Sifat
hidroliknya berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan gugus
sulfat atau sulfonat. Pada kasus ini, gugus hidrofob diikat ke bagian hidrofil
dengan ikatan C-O-S yang labil, yang mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari
surfaktan anionik adalah linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS),
alpha olefin sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary alkane sulfonat (SAS).

Natrium dodekil sulfonat : C12H23CH2SO3-Na+

Natrium dodekil benzensulfonat : C12H25ArSO3-Na+

2 Surfaktan kationik

surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam alkil
trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil
dimethil benzil ammonium.

C12H25Cl+ N(CH3)3 →[C12H25N-(CH3)3]+Cl-

3 Surfaktan nonionik

surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.


Surfaktan sejenis ini tidak berdisosiasi dalam air, tetapi bergantung pada
struktur (bukan keadaan ion-nya) untuk mengubah hidrofilitas yang membuat
zat tersebut larut dalam air. Surfaktan nonionik biasanya digunakan bersama-
sama dengan surfaktan aniomik. Jenis ini hampir semuanya merupakan

2
senyawa turunanpoliglikol, alkiloamida atau ester-ester dari polihidroksi
alkohol. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester
sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida,
mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.
Pentaeritritit palmitat : CH3(CH2)14COO-CH2- C(CH2OH)3

Polioksietilendodekileter : C12H25-O-(CH2-CH2O)2H

4 Surfaktan amfoter

surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif.


Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.

 Berdasarkan Unsur dan Gugus fungsi:


Pembagian ini disusun khusus untuk keperluan analisis surfaktan, tetapi dapat pula
diterapkan untuk untuk meliputi secara praktis semua jenis surfaktan yang ada.
Kelas unsur unsur tambahan yang ada (N,S,P,atau logam)
 I.A tidak ada
 I.B hanya logam
 ll.A hanya sulfur
 ll.B logam dan sulfur
 lll.A nitrogen (dengan atau tanpa halogen,HSO 4-,SO42-, H2PO42-, HPO42-, atau
PO43-)
 lll.B logam dan nitrogen
 lV.A sulfur organik dan nitrogen
 lV.B nitrogen, sulfur, dan logam
 V.A hanya fosfor
 V.B fosfor dan logam

 V.C nitrogen dan fosfor organik

III. Struktur Pembentuk dan Pembuatan Surfaktan

3
Surfaktan (surfactant = surfactive active agent) adalah zat seperti detergent yang
ditambahkan pada cairan utuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan dengan
menurunkan tegangan permukaan caira khususnya air. Sufaktan mempunyai struktur
molekul yang terdiri dari gugus hydrophobic dan hydrophilic. Gugus hydrophobic
merupakan gugus yang sedikit tertarik/menolak air sedangkan gugus hydrophilic
tertarik kuat pada molekul air. Sturktur ini disebut juga dengan struktur amphipatic.
Adanya dua gugus ini menyebabkan penurunan tegangan muka dipermukaan cairan.
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak.
Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila
gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan
diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan
permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase
kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka
molekul molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak
dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah
sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.

Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan


permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan
permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan
permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya
(Genaro, 1990).

4
IV. Cara Kerja Surfaktan Dalam Menurunkan Tegangan Muka Cairan Dan
Menghilangkan Kotoran

Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat
ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan yang suka akan air (hidrofilik) merupakan
bagian polar dan molekul yang suka akan minyak/lemak (lipofilik) merupakan bagian
non polar. Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral.
Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka
udara-air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus
hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan
zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Kotoran yang menempel merupakan
Zat-zat ini tidak dapat larut dalam air karena sifatnya yang non polar. Bahan aktif yaitu
molekul hidrofilik yang bersifat polar yang dapat mengikat air dan lipofilik yang
bersifat non polar yang berfungsi yaitu menurunkan tegangan permukaan air, sehingga
memungkinkan air membasahi bahan yang dicuci dengan lebih efektif dan dapat
mengikat dan melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan, termasuk
racun pestisida yang menempel(Gambar 1).

5
Sumber: Edubio, 2014
Gambar 1. Mekanisme kerja surfaktan

V. Aplikasi Surfaktan

Jenis surfaktan yang biasanya digunakan pada produk-produk kosmetika dan


pangan adalah lemak/asam lemak yang berasal dari minyak kelapa, dan saat ini
seluruhnya diimpor dari negara lain. Surfaktan alkanolamida yang berasal dari minyak
kelapa contohnya coconut dietanolamida. Coconut dietanolamida dimanfaatkan
sebagai penstabil busa, bahan pendispersi, dan viscosity builder pada produk-produk
toiletries dan pembersih seperti shampo, emulsifier, bubble bath, detergen bubuk dan
cair, stabilizer skin conditioner dan sebagainya. Bahkan, aplikasi surfaktan sangat luas,
tak terbatas dalam industri pembersih tapi juga pada industri cat, pangan, polimer,
tekstil, dan lain-lain.

1. Sampo

Dalam sampo modern, sabun telah diganti dengan bahan aktif yang disebut
surfaktan. Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua
ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu (biasa disebut
kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut ekor) yang tidak suka air.
Berdasarkan muatan kepalanya, surfaktan dibagi atas surfaktan anionik,
kationik, nonionik, dan amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan baik di segala
jenis air dan akan dapat dibilas dengan mudah dan sempurna. Sebagian besar
sampo kini dalam kemasan 2 in 1, bahan pembersih sekaligus conditioner. Bahan
pembersihnya akan membersihkan rambut dan kulit kepala, sementara
conditioner-nya akan membuat rambut lebih mudah disisir ketika basah dan akan
membuat rambut ketika kering lebih tampak "berisi (seolah lebih besar
volumenya)" tanpa tampak beterbangan.
Seperti telah disinggung di atas, kandungan sampo 2 in 1 utamanya adalah
bahan pembersih dan conditioner. Lebih lengkapnya, kandungan sampo yang
beredar di pasar kini umumnya adalah, pertama, bahan pembersih, umumnya

6
berupa sistem surfaktan. Kadang selain surfaktan, ditambahkan pula sedikit
booster busa untuk mengubah sifat busa yang dihasilkan surfaktan. Bahan
surfaktan yang umum digunakan adalah surfaktan anionik, seperti natrium lauril
eter sulfat (juga sering disebut natrium lauret sulfat), natrium lauril sulfat, dan
senyawa amonium. Kedua, bahan conditioner, biasanya digunakan bahan berupa
surfaktan kationik, seperti olealkonium klorida, distearildimonium klorida, dan
isostearil etildimonium etosulfat.
Ketiga, bahan aditif fungsional, termasuk di dalamnya bahan yang dapat
mengontrol viskositas sampo. Dapat dibayangkan apabila sampo terlalu encer,
sampo akan sukar dipakai, demikian pula jika sampo, misalnya, sekental pasta
gigi. Bahan yang umum digunakan adalah surfaktan amfoterik, seperti
kokamidopropil betain atau kokamidopropil hidroksisultain. Aditif lain adalah
pengontrol pH, agar sampo mempunyai pH antara 3,5 dan 4,5. Keempat,
pengawet. Sampo tanpa pengawet akan merupakan tempat ideal bagi
berkembangnya berbagai jenis bakteri. Hal ini akan membuat produknya cepat
rusak dan dapat membahayakan kesehatan. Pengawet yang umum digunakan
adalah natrium benzoat, paraben, tetranatrium EDTA.
Kelima, bahan aditif estetik, termasuk di dalamnya pewarna, parfum yang
membuat sampo enak dipakai. Keenam, bahan-bahan aktif medis, misalnya
beberapa sampo mengandung seng piritionin yang dapat mengobati ketombe, atau
pantenol yang penting untuk pertumbuhan rambut dan yang meningkatkan
kelembaban rambut.
Ketika pertama kali ditemukan pada tahun 1986, sampo 2 in 1 menjadi topik
perdebatan yang sengit di kalangan ilmuwan. Pasalnya, kimiawan sebelum tahun
1980-an percaya penuh bahwa tidak mungkin mencampurkan bahan pembersih
dan conditioner, seperti disebut di atas pembersihnya adalah surfaktan anionik,
sedangkan conditoner-nya adalah surfaktan kationik. Namun, beberapa orang,
terutama di perusahaan Procter & Gamble, berhasil melakukannya dengan
menambahkan bahan khusus, yakni suatu senyawa karbon dari silikon (yakni

7
silicone, sejenis yang dipakai dalam kosmetik dan jangan dikacaukan dengan
unsur silikon).

Bahan kondisioner yang bermuatan positif akan tertarik ke rambut yang


bermuatan negatif (mengenai rambut yang bermuatan listrik tentu sudah kita
kenal, inilah yang menyebabkan mengapa sisir plastik pun dapat diberi muatan
apabila digunakan untuk menyisir rambut kering). Akibatnya, rambut akan
menjadi netral sehingga tolak-menolak antarhelai rambut akan berkurang, dan
kesan beterbangan pun berkurang.

2. Surfaktan Pengusir Kuman dan Racun

Beberapa pestisida bersifat lipofil dan dapat mengganggu kesehatan manusia.


Oleh karenanya, diperlukan usaha untuk menghilangkan pestisida yang terdapat
pada produk pertanian seperti sayur dan buah yang akan kita santap. Mengingat
sifatnya yang lipofil, maka pencucian menggunakan air saja tidaklah cukup.Nah,
di sinilah diperlukan surfaktan untuk meningkatkan daya bersih air, terhadap
makanan yang akan kita masak. Apa itu surfaktan dan bagaimana kerjanya untuk
melenyapkan residu pestisida pada produk pertanian yang biasa dimasak ibu di
dapur?
Surfaktan merupakan singkatan dari surface active agents, bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-
gas maupun cair-cair), sehingga mempermudah penyebaran dan
pemerataan.Dimana surfaktan adalah senyawa kimia, yang dalam molekulnya
memiliki dua ujung yang berbeda interaksinya dengan air yakni ujung yang biasa
disebut kepala (hidrofil), sifatnya `suka` air dan ujung yang disebut ekor (lipofil),
sifatnya tidak `suka` air. Dalam proses pencucian menggunakan air, bagian
hidrofil akan berinteraksi dengan air, sedangkan bagian lipofil akan berinteraksi
dengan kontaminan seperti pestisida. Dengan demikian, surfaktan bertindak
sebagai jembatan dan dengan sendirinya akan meningkatkan efektivitas pencucian
pestisida menggunakan air.

8
Surfaktan dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat pada sabun, yang berupa
garam natrium (Na) dari asam lemak yaitu asam stearat, asam palmitat, dan asam
oleat. Umumnya, surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih. Hal ini, karena
surfaktan lebih ramah lingkungan.

3. Detergen

Detergen adalah salah satu senyawa yang memudahkan proses pembersihan.


Istilah detergen, kini dipakai untuk membedakan antara sabun dengan surfaktan
jenis lainnya.Produk yang disebut detejen ini merupakan pembersih yang terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan sabun, detergen
mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

Detergen pun mengandung bahan surfaktan. Pada detergen, jenis muatan yang
dibawa surfaktan adalah anionik. Kadang ditambahkan surfaktan kationik sebagai
bakterisida atau pembunuh bakteri. Bahan aktif ini berfungsi sama, yaitu
menurunkan tegangan permukaan air, sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan, termasuk racun pestisida yang menempel pada
sayur dan buah.Kemampuan detergen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang
menempel pada tangan, kain, dan bahan lain mengurangi keberadaan kuman dan
bakteri, yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pakai kain, karpet,
alat rumah tangga, dan peralatan rumah lainnya sudah tidak diragukan lagi.

4. Kosmetik

Pada kosmetik dan personal care, surfaktan juga memiliki syarat-syarat. Syarat –
syaratnya sebagai surfaktan :
1. Anti alergi
2. Anti iritasi
3. Bau dan warna berlebihan tidak anjurkan
4. Reaksi yang merugikan diminimalkan
5. Bebas dari kotoran dan tidak toksik

9
Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung menggunakan
surfaktan polimer. Selain itu surfaktan anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik
juga dapat digunakan. Beberapa penelitian menggunakan surfaktan alami karena
lebih aman untuk aplikasi.

Jenis-jenis dari surfaktan yang digunakan dalam kosmetik dan personal care :

 Surfaktan anionik
Surfaktan anionik adalah memiliki muatan negatif pada kepala. Termasuk pada
kelompok-kelompok seperti asam karboksilat, sulfat, asam sulfonat, asam fosfat
dan turunannya, dan berguna untuk aplikasi yang memerlukan pembersihan
(perlengkapan mandi dan busa).
 Surfaktan Asam Karboksilat : stearat berguna untuk produk seperti deodoran
dan antiperspirant. Garam (natrium stearat) membuat sabun yang sangat baik.
 Sulfat : natrium lauril sulfat (SLS), amonium sulfat lauril (ALS), atau
teretoksilasi, natrium sulfat laureth (SLES) dalam penggunaan pembuatan
sabun. Surfaktan tersebut pembuat foam sangat baik, agen pembersih, dan
relatif murah.
 Asam sulfonat : umumnya lebih ringan dibandingkan sulfat. Mereka termasuk
Taurates (berasal dari taurin), Isethionates (berasal dari asam isethionic),
sulfonat olefin, dan Sulfosuccinates. Alasan mereka tidak digunakan lebih
sering adalah bahwa mereka lebih mahal untuk diproduksi.
 Surfaktan kationik
Surfaktan kationik memiliki muatan positif pada kepala. Termasuk kationik
yaitu seperti Amin, Alkylimidazolines, Amin Alkoxylated, dan Senyawa
Amonium Quaternized (atau Quats). Masalah dari surfaktan kationik biasanya
tidak kompatibel dengan surfaktan anionik. sulit untuk menghasilkan produk
yang secara bersamaan bersih. Surfaktan kationik juga bisa menyebabkan iritasi
sehingga ini harus dipertimbangkan ketika menggunakan kosmetik dengan
kationik.

10
 Surfaktan amfoter : Contohnya termasuk Lauriminodipropionate Natrium dan
Lauroamphodiacetate Dinatrium.Amphoterics terutama digunakan dalam
kosmetik sebagai surfaktan sekunder. Amfoterik dapat membantu
meningkatkan busa,dan bahkan mengurangi iritasi. Juga digunakan untuk
shampoo bayi dan produk pembersih lain yang memerlukan kelembutan.
Kekurangan adalah bahwa mereka tidak memiliki sifat pembersihan yang baik
dan tidak berfungsi dengan baik sebagai emulsifier.

 Surfaktan Non ionik : Surfaktan yang tidak bermuatan. Paling sering digunakan
sebagai emulsifier, bahan pendingin, dan agen pelarut. Nonionics utama yang
digunakan untuk kosmetik termasuk alkohol, alkanolamides, ester, dan oksida
amina.

VI. Daftar Pustaka


 Bird, Tony. 1993. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
 Day.R.A dan Underwood.1981. Analisis Kimia Kualitatif. Edisi ke-4. Jakarta:
Erlangga
 P.W Atkins. 1994. Kimia Fisika. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga
 Buku Applied surfactant: principles dan application oleh penulis Prof. Dr.
Tharwat F. Tadros tahun 2005 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA,
Weinheim
 http://www.scribd.com/doc/22199614/SURFAKTAN

11

Anda mungkin juga menyukai