Anda di halaman 1dari 14

Makalah Kimia Fisika

Surfaktan

Oleh:

Kevin Octavius Goewyn

1806199745

Program Studi Teknik Kimia

Departemen Teknik Kimia FTUI

Depok 2019
Bab 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Surfaktan adalah suatu zat aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antarmuka
(interfacial tension, IFT) minyak-air. Surfaktan memiliki kecenderungan untuk menjadikan zat
terlarut dan pelarutnya terkonsentrasi pada bidang permukaan. Berdasarkan muatan ion,
surfaktan dibagi menjadi empat bagian penting dan digunakan secara meluas pada hampir semua
sektor industri modern.

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Memahami apa itu surfaktan dan karakterisiknya


2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan misel
3. Mempelajari mengenai solubilitas

1
Bab 2

PEMBAHASAN

2.1. Karakteristik Surfaktan

Surfaktan atau surface active agent adalah molekul-molekul yang mengandung


gugus hidrofilik (suka air) dan lipofilik (suka minyak/lemak) pada molekul yang sama.
Surfaktan terbagi menjadi dua bagian yaitu kepala dan ekor. Gugus hidrofilik berada di
bagian kepala (polar) dan lipofilik di bagia ekor (non polar) (Gambar 1). Bagian polar
molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Umumnya bagian non
polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang
polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.

Gambar 1. Molekul Surfaktan

Sifat-sifat surfaktan adalah dapat menurunkan tegangan permukaan, tegangan


antar muka, meningkatkan kestabilan partikel yang terdispersi dan mengontrol jenis
formulasinya baik itu oil in water (o/w) atau water in oil (w/o). Selain itu surfaktan juga
akan terserap ke dalam permukaan partikel minyak atau air sebagai penghalang yang

2
akan mengurangi atau menghambat penggabungan (coalescence) dari partikel yang
terdispersi. Sifat-sifat ini dapat diperoleh karena sifat ganda dari molekulnya.

Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan


permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan
konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan
melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi
terbentuknya misel ini disebut Critical Micelle Concentration (CMC). Tegangan
permukaan akan menurun hingga CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan
permukaan akan konstan yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya

Berdasarkan tipe muatan surfaktan yang digunakan, surfaktan dibagi menjadi tiga,
yaitu :

1. Apabila muatan permukaan adalah negatif, maka surfaktan yang terbaik


untuk digunakan adalah surfaktan bermuatan positif, dikarenakan kepala
hidrofilik yang bermuatan positif akan bergerak mengarah ke permukaan
negatif, dan hidrofobik yang bermuatan negative akan bergerak menjauhi
permukaan, membentuk permukaan yang bersifat anti air (water-repellent),
dan apabila ingin membuat permukaan yang hidrofilik (water-wettable),
maka menggunakan surfaktan yang bersifat anionik.
2. Surfaktan tidak bermuatan bergantung pada sifat alami dari permukaan.
Apabila gugus polar mampu membuat ikatan H dengan gugus hidrofilik dari
surfaktan pada permukaan, maka surfaktan akan teradsorpsi dengan gugus
hidrofilik, dan membuat permukan menjadi lebih hidrofobik dan
kebalikannya.
3. Surfaktan yang bersifat zwitterionic atau bermuatan positif dan negatif, dan
teradsorpsi ke dalam kedua muatan tanpa mengubah muatan permukaan
secara signifikan. Di lain hal, adsorpsi dari kationik ke permukaan negatif
pada permukaan dan mungkin membuatnya kembali menjadi bermuatan
positif (aEfek umum dari sifat alami gugus hidrofobik :

3
1. Apabila panjang gugus bertambah maka :
- mengurangi kelarutan dalam air, namun meningkat dalam pelarut organic
- meningkatkan tendensi surfaktan untuk mengadsorpsi pada permukaan dan
membentuk agregat yang disebut sebagai micelles.
- meningkatkan titik lebur surfaktan dan lapisan teradospsi dan tendensi
untuk membentuk kristal dalam larutan
- meningkatkan sensitivitas surfaktan, apabila ionik, presipitasi air oleh ion
berlawanan.
- molekul surfaktan lebih rapat pada permukaan

2. Percabangan, unsaturation

- meningkatkan solubilitas dalam air dan pelarut organic


- mengurangi titik lebur dari surfaktan dan lapisan teradsorpsi
- memungkinkan oksidasi dan pembentukan warna dalam komponen yang
tidak tersaturasi
- menungkinan untuk terjadinya peningkatan ketidakstabilan termal

3. Nukleus aromatik

- meningkatkan adsorpsi surfaktan pada permukaan polar


- mengurangi biodegradabilitas
- menyebabkan molekul surfaktan lebih renggang pada permukaan

4. Adanya gugus polyoxypropylene atau polyoxyethylene meningkatkan sifat


alami hidrofobik, adsorpsinya kepada permukaan polar dan kelarutannya dalam
pelarut organik

Berdasarkan muatannya surfaktan dibagi menjadi empat golongan yaitu:

1. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
anion. Karakteristiknya yang hidrofilik disebabkan karena adanya gugus
ionik yang cukup besar, yang biasanya berupa gugus sulfat atau sulfonat

4
Contohnya surfaktan anionik diantaranya linier alkilbenzen sulfonat (LAS),
alkohol sulfat (AS), alkohol ester sulfat (AES), alfa olein sulfonat (AOS),
parafin (secondary alkane sulfonat, SAS) dan metil ester sulfonat (MES).

2. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu
kation. Surfaktan jenis ini memecah dalam media cair, dengan bagian kepala
surfaktan kationik bertindak sebagai pembawa sifat aktif permukaan.
Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil
ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium.

3. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.


Contohnya ester gliserol asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa
asam lemak, polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono
alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina oksida.

4. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan


positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino,
betain, fosfobetain.

2.2 Misel

Miselisasi adalah fenomena penting yang mempengaruhi beberapa fenomena


permukaan seperti detergensi, solubilisasi, bahkan reduksi tegangan permukaan yang tidak
melibatkan misel. Keberadaan misel ditandai oleh perubahan sifat surfaktan sehingga
menandai keberadaan partikel koloid dalam larutan, yang terjadi pada konsentrasi misel
kritis. Pada titik CMC, terjadi pembelokan tajam pada kurva konduktivitas-konsentrasi ,
menandakan adanya pembentukan misel. Pembelokan tidak hanya terjadi pada kruva
konduktiviras saja, tetapi juga sifat-sifat lain yang bergantung pada ukuran dan jumlah
partikel (pengaruh ke konsentrasi). Pembelokan terjadi pada seluruh tipe surfaktan –
nonionic, anionic, kationik, dan zwitterionik.

Proses pembentukan misel adalah :

5
1. Ketika diletakkan dalam air, bagian surfaktan yang bersifat hidrofobik akan
mengubah struktur air dan meningkatkan energy bebas dalam system
2. Surfaktan akan bergerak ke arah permukaan sehingga bagian hidrofobiknya tidak
terkena air, energy bebasnya terminimalisasi
3. Cara lainnya untuk mengurangi energy bebas system adalah dengan
mengelompokkan beberapa surfaktan menjadi kelompok kecil (misel) dengan
bagian hidrofobiknya terpusat di tengah dan hidrofiliknya di luar

Struktur dan bentuk misel :


1. Pada pelarut air, bagian polar selalu di luar dan bagian nonpolar (hidrofobik) di
dalam
2. Pada misel yang berbentuk vesikel, di bagian dalamnya juga terdapat fase akuos
3. Pada misel ionic, perbatasan antara larutan dengan misel mengandung bagian misel
yang bersifat ionic, lapisan Stern, dan air
4. Bagian dalam misel yang mengandung gugus hidrofobik memiliki jari-jari yang
kurang lebih sama dengan panjang rantai hidrofobik jika direntangkan
5. Bagian dalam misel dapat dibagi menjadi dua, outer core yang mengandung sedikit
air, dan inner core yang tidak mengandung air sama sekali
6. Pada pelarut nonpolar, strukturnya dibalik, gugus nonpolar di luar dan gugus polar
(hidrofilik) di dalam. Gugus hidrofilik dapat tertahan di dalam karena ada gaya
dipol-dipol

Berikut adalah faktor-faktor yang dapat memengaruhi CMC :


1. struktur surfaktan
• gugus hidrofobik
a) Dalam pelarut air, CMC berkurang ketika jumlah atom karbon meningkat
sampai 16, CMC menjadi setengah ketika satu gugus metil ditambahkan
ke rantai hidrofobik yang lurus
b) Pada surfaktan nonionic dan zwitterionik, penambahan 2 atom karbon
mengurangi CMC menjadi 1/10-nya

6
c) Ketuika jumlah atom karbonnya berada di antara 16-18, pengurangan
CMC gak akan sebesar sebelumnya dan ketika udah sampai 18 atom,
perubahan CMC-nya gak signifikan gara-gara rantainya bisa belok
d) Pada gugus hidrofobik yang bercabang, karbonnya memberikan efek
seperti ditambahin 1,5 atom karbon
e) Ketika ada ikatan ganda di rantai hidrofobik, CMC akan lebih tinggi
dibandingin CMC yang jenuh. CMC cis lebih tinggi daripada CMC trans.
Terjadi karena adanya faktor sterik
• gugus hidrofilik
a) surfaktan ionic punya CMC yang lebih tinggi dibandingkan nonionic
dengan gugus hidrofobik yang sama
b) surfaktan zwitterionik punya CMC yang sedikit lebih kecil dibandingkan
ionic meskipun gugus hidrofobiknya sama
c) kalau gugus hidrofiliknya berada di tengah rantai hidrofobik, CMC
meningkat
d) surfaktan dengan lebih dari satu gugus hidrofilik akan memiliki CMC yang
lebih tinggi daripadai satu gugus hidrofilik
2. elektrolit
• log CMC = - alogCi + b untuk kationik dan anionik
• a dan b = konstanta khusus pada suhu tertentu sedangakan Ci = jumlah total
konsentras counterion per liter
• log CMC = K Cs + constant untuk zwitterionik dan nonionic
• K = konstanta, Constant= konstanta, Cs = konsentrasi elektrolit (mol/L)
3. Aditif organic
• Material kelas I
a) Umumnya senyawa organic polar serperti alcohol dan amida
b) Mempengaruhi CMC pada konsentrasi rendah dibandingin tipe II
c) Beberapa senyawa bisa dimasukin ke tipe I kalau konsentrasinya rendah,
tapi masuk ke tipe II kalau konsentrasinya tinggi
d) Pengaruhnya: mengurangi CMC

7
e) Senyawa-senyawa tipe I yang berantai pendek umumnya bakalan terserap
oleh misel, mengurangi energy yang dibutuhkan untuk meslisasi
f) Penurunannya akan lebih besar pada senyawa rantai lurus dibandingin
yang bercabang
g) Penurunan CMC akan maksimal ketika panjang zat aditif mendekati
surfaktan. Terjadi karena molekul tipei I paling efektif mengurangi nilai
CMC adalah ketika mereka tersolubilisasi di bagian luar inti misel karena
adanya tekanan lateral yang mendorong mereka ke bagain inti dalam
• Material kelas II
a) Mengubah CMC lebih tinggi dengan tingkat keefektifan lebih tinggi
b) Mengubah CMC dengan memodifikasi interaksi air, yaitu dengan
mengubah struktur air, konstanta dielektrik, atau tetapan kelarutan
c) Contohnya adalah urea, formamida, N-metil asetamida, garam guadinium,
alcohol rantai pendek, ester yang dapat larut dalam air, dioksana, etilen
glikol, dan alcohol polihidrat
4. Keberadaan fase cair kedua
5. Suhu
6. Adsorpsi di permukaan larutan-udara atau larutan hidrokarbon

2.3 Solubilitas

Solubilisasi (solubillization) merupakan kemampuan misel untuk meningkatkan


kelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi tertentu.
Fenomena ini berupa sifat yang penting dari surfaktan di dalam larutan.

Surfaktan mempunyai kemampuan dapat memperbesar kelarutan senyawa sukar


larut dalam air. Pengaruh surfaktan dalam memperbesar kelarutan senyawa yang
dikarenakan adanya efek pembasahan dan solubilisasi senyawa dalam misel dari surfaktan.
Solubilisasi dapat terjadi media air dan media bukan air. Dalam media air, solubilisat
berupa material yang tak larut dalam air. Dalam media bukan air, solubilisat yang larut
dalam air.

8
Pelarutan zat organik di dalam misel surfaktan dapat terjadi pada tempat yang
berbeda-beda yang dinamakan lokus. Lokus ini ada lima posisi yaitu pada permukaan
misel, diantara kepala-kepala hidrofilik, antara gugus hidrofob dengan atom C pertama
hidrofil (lapisan palisade), lebih dalam dari lapisan palisade dan dalam pusat misel. Lokasi
solubilisasi dapat diamati dengan XRD, UV, NMR dan Fluorescence dimana XRD,
mengukur dimensi misel setelah solubilisasi dan UV, NMR dan Fluorescence, mengukur
perubahan lingkungan solubilisat.

Lokus ini tergantung pada sifat zat organik yang akan tersolubilisasi sebagai contoh
zat organik yang polar tersolubilisasi pada permukaan misel atau antara kepala-kepala
hidrofilik, makin non polar zat organik tersebut semakin dalam posisi solubilisasinya dan
zat organik yang non polar akan tersolubilisasi pada pusat misel. Contohnya hidrokarbon
alifatik jenuh atau alisiklik yang bersifat non polar akan tersolubiliasai pada pusat misel
(inner core), molekul polar kecil, seperti Fenol rantai pendek terdisolubilisasi di lapisan
palisade, molekul polar besar seperti alcohol berantai panjang atau zat warna polar
terdisolubilisasi di lapisan palisade dimana terjadi ikatan H atau dipole-dipole antara
solubilisat dengan surfaktan.

Berikut adalah faktor-faktor yang menentukan tingkat solubilisasi :

1. Struktur surfaktan, makin besar bagian hidrofobik dari surfaktan makin besar
pengaruhnya terhadap kelarutan. Secara umum, Solubilizing power (kapasitas
solubility) untuk senyawa hidrokarbon dan polar yang larut dalam inner core adalah
: nonionik > kationik > anionic. Dimana Kationik > anionik, karena molekul
surfaktan kationik dalam misel looser packing.
2. Struktur solubilisat untuk hidrokarbon alifatik dan alkil aril, semakin panjang rantai,
solubilitas makin kecil dan adanya rantai tak jenuh atau siklis meningkatkan
solubilitas. Untuk solubisilat polar, makin kurang polar dan makin panjang rantai,
solubilitas makin kecil atau makin masuk ke lapisan palisade.
3. Penambahan elektrolit pada surfaktan ionic mengurangi gaya tolak antar gugus
ionik, menurunkan CMC, meningkatkan bilagan Agregasi dan volume misel.
Apabila bilangan Agregasi makin besar maka kelarutan Hidrokarbon dalam inner
core makin besar pula.

9
4. Penambahan senyawa organik monomer seperti hidrokarbon terlarut dalam misel,
misel swelling menyebabkan material polar dapat masuk ke lapisan palisade.
5. Pencampuran Anionic-Nonionic Misel
6. Hidrotropi
Apabila terjadi interaksi ekor-ekor dan kepala-kepala yang kuat antar molekul
surfaktan (karena rantai lurus, panjang dan closed-packed head), terbentuk Kristal
tak larut dan Liquid-crystal. Struktur liquid crystal yang rigid, ruang untuk
solubilisasi sangat berkurang, sehingga kapasitas solubilisasi makin kecil.
Pembentukan struktur kristal tersebut dapat dikurangi dengan penambahan aditif
organik nonsurfaktan tertentu, yaitu hydrotrop.

10
Bab 3

HASIL DISKUSI

3.1 Pertanyaan dan Jawaban

1. Bagaimana struktur dari surfaktan ? (Fathiyah Aulia Darmawan)


Surfaktan memiliki 2 bagian utama, yaitu bagian yang disebut sebagai hidrofilik dan
hidrofobik.
2. Apa tujuan dari penggunaan surfaktan ? (Ibrahim Zaki Bafadal)
Surfaktan digunakan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan cara menurunkan
tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air.
3. Apa saja golongan-golongan surfaktan ? (Frisca Natalie)
Golongan surfaktan ada 3, yaitu wetting agent, emulsifying agent, dan solubilizing agent.
4. Apa contoh surfaktan yang paling umum digunakan ? (Hanna Herdayunita)
Contoh surfaktan yang paling umum digunakan adalah sabun dan deterjen.
5. Apa klasifikasi surfaktan berdasarakan muatannya ? (Farhan Nabil Prasetya)
Berdasarkan muatan, surfaktan dibagi menjadi empat, yaitu kationik, anionic, non-ionik,
dan amfoter.
6. Bagaimana cara membuat permukaan yang bersifat hidrofobik ? (Reinaldo Raymond)
Untuk membuat permukaan yang bersifat hidrofobik, caranya adalah menggunakan
surfaktan yang muatannya berlawanan dengan muatan pada permukaan, contohnya
apabila permukaan larutan bermuatan negatif, maka surfaktan yang digunakan sebaiknya
surfaktan yang memiliki hidrofilik yang bermuatan positif.
7. Apa itu misel ? (Verolisa)
Misel adalah agregrat yang terbentuk dari molekul-molekul surfaktan
8. Bagaimana cara membuat permukaan yang bersifat hidrofilik ? (Aldo Hosea Widjaja)
Caranya hampir mirip dengan pembuatan permukaan yang hidrofobik, yang berbeda
adalah apabila ingin membuat permukaan hidrofilik, maka gunakan surfaktan yang
hidrofiliknya bermuatan sama dengan muatan permukaan..

11
DAFTAR PUSTAKA

Rosen, J.M. (2004). Surfactants and Interfacial Phenomena. New Jersey: John Wiley &
Sons, Inc.

DataPhysics Instruments USA Corp. Surfactants & critical micelle concentration (CMC).
[Online] Available at: https://www.dataphysics-instruments.com/us /knowledge/understanding-
interfaces/surfactants-cmc/. [Accessed 17 November 2019].

12
LAMPIRAN FOTO

13

Anda mungkin juga menyukai