Anda di halaman 1dari 16

Powerpoint

Disusun Oleh
Selvi Aulia Wibowo (2001175)
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Sediaan Farmasi Yang
Mengandung Surfaktan
Materi
01 Etimologi dan Definisi

02 Komposisi dan Struktur

03 Klasifikasi

Surfaktan Dalam Biologi Dan


04 Mekanisme Kerja Surfaktan

05 Peran Surfaktan
Definisi dan Etimologi
Surfaktan adalah senyawa yang menurunkan
tegangan permukaan (atau tegangan antar muka) antara
dua cairan, antara gas dan cairan, atau antara cairan dan zat
padat. Surfaktan dapat bertindak seperti deterjen, bahan
pembasah, pengemulsi, bahan pembusa , dan pendispersi.

Surfaktan biasanya berupa senyawa organik yang


bersifat amfifil, yang artinya mereka memiliki baik gugus
hidrofobik (ekor) dan gugus hidrofilik (kepala). Oleh karena
itu, surfaktan mengandung komponen tak larut air (atau larut
dalam minyak) dan komponen yang larut dalam air sekaligus.
Surfaktan akan terdifusi dalam air dan teradosorpsi pada
antarmuka antara udara dan air atau antarmuka antara
minyak dan air, ketika air dicampur dengan minyak. Gugus
hidrofobik yang tidak larut dalam air dapat menerobos keluar
dari fase air, menuju fase udara atau fase minyak,
sementara gugus kepala yang larut dalam air tetap berada di
fase air.
Komposisi dan Struktur
A. Struktur Fase Surfaktan Dalam Air

Dalam fase air yang besar, surfaktan membentuk agregat,


semacam misel, di mana ekor hidrofobik membentuk inti agregat dan kepala
hidrofobik tetap kontak dengan cairan di sekelilingnya. Dapat pula terbentuk
jenis agregat lainnya, seperti misel berbentuk bola atau silinder, atau lipida
dwilapis.

B. Dinamika Surfaktan Pada Antarmuka

Dinamika adsorpsi surfaktan sangat penting untuk aplikasi


praktis seperti dalam proses pembentukan busa/buih, pengemulsian atau
pelapisan, di mana gelembung atau tetesan dihasilkan dengan cepat dan
perlu untuk distabilkan. Dinamika adsorpsi tergantung pada koefisien difusi
surfaktan

C. Karakteristik Antarmuka dan Lapisan Surfaktan

Dinamika adsorpsi surfaktan sangat penting untuk aplikasi


praktis seperti dalam proses pembentukan busa/buih, pengemulsian atau
pelapisan, di mana gelembung atau tetesan dihasilkan dengan cepat dan
perlu untuk distabilkan. Dinamika adsorpsi tergantung pada koefisien difusi
surfaktan. Ketika antarmuka terbentuk, adsorpsi dibatasi oleh difusi
surfaktan ke antarmuka. Dalam beberapa kasus, ada pembentukan
penghalang energi untuk adsorpsi atau desorpsi surfaktan..
Klasifikasi Dan Mekanisme Kerja
Surfaktan

Ekor" sebagian besar surfaktan cukup mirip, terdiri dari rantai hidrokarbon,
baik yang bercabang, linier, atau aromatik. Fluorosurfaktan memiliki rantai
fluorokarbon. Surfaktan siloksan memiliki rantai siloksan.

Banyak surfaktan penting termasuk rantai polieter dengan terminal berupa


gugus anionik yang sangat polar. Gugus polieter sering terdiri dari sekuen
teretoksilasi (seperti polietilena oksida) yang disisipkan untuk meningkatkan sifat
hidrofilik surfaktan. Sebaliknya, polipropilena oksida, dapat disisipkan untuk
meningkatkan sifat lipofilik suatu surfaktan.

Secara umum, surfaktan diklasifikasikan menurut polaritas gugus


kepalanya. Surfaktan non-ionik tidak memiliki gugus bermuatan di kepalanya. Kepala
surfaktan ionik membawa muatan positif, atau negatif. Jika muatannya negatif,
surfaktan disebut anionik; jika muatannya positif, disebut kationik. Jika surfaktan
mengandung kepala dengan dua gugus muatan yang berlawanan, ia disebut ion
zwitter. Berikut surfaktan yang biasa dijumpai
Klasifikasi Dan Mekanisme Kerja
Surfaktan

A. Anionik: sulfat, sulfonat, dan fosfat, serta derivat karboksilat.

Surfaktan anionik mengandung gugus fungsional anionik di kepalanya,


seperti sulfat, sulfonat, fosfat, dan karboksilat. Alkil sulfat yang banyak dikenal
meliputi amonium lauril sulfat, natrium lauril sulfat (natrium dodesil sulfat, SLS, atau
SDS), dan sulfat alkil-eter sulfat yang terkait, natrium lauret sulfat (natrium lauril eter
sulfat atau SLES), dan natrium murat sulfat.
Surfaktan anionik lainnya meliputi:
• Dokusata (dioktil natrium sulfosuksinat)
• Perfluorooktanasulfonat (PFOS)
• Perfluorobutanasulfonat
• Fosfat alkil-aril eter
• Fosfat alkil eter
Klasifikasi Dan Mekanisme Kerja
Surfaktan

B. Kationik
Amina primer, sekunder, atau tersier yang tergantung pH; amina primer dan sekunder
menjadi bermuatan positif pada pH <10:[4] oktenidina dihidroklorida. Garam amonium
kuaterner yang diberi muatan secara permanen: setrimonium bromida (CTAB),
setilpiridinium klorida (CPC), benzalkonium klorida (BAC), benzetonium klorida (BZT),
dimetildioktadesilamonium klorida, dan dioktadesildimetilamonium bromida (DODAB).

C. Surfaktan Ion Zwittter


Surfaktan ion zwitter (amfoter) memiliki pusat kationik dan anionik yang melekat pada
molekul yang sama. Bagian kationik didasarkan pada amina primer, sekunder, atau
tersier atau kation amonium kuaterner. Bagian anionik dapat lebih bervariasi dan
termasuk sulfonat, seperti pada sultaina CHAPS (3-[(3-kolamidopropil)
dimetilamonio]-1-propanasulfonat) dan kokamidopropil hidroksisultaina. Betain seperti
kokamidopropil betain memiliki karboksilat dengan amonium. Surfaktan ion zwitter
biologis yang paling umum memiliki anion fosfat dengan amina atau amonium, seperti
fosfolipid fosfatidilserin, fosfatidiletanolamina, fosfatidilkolin, dan spingomyelin.
Klasifikasi Dan Mekanisme Kerja
Surfaktan

D. Non Ionik

Surfaktan non-ionik memiliki gugus hidrofil yang berikatan kovalen pada


oksigennya, dan terikat pada struktur induk hidrofobik. Kelarutan dalam air dari gugus
oksigennya adalah hasil dari ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen menurun dengan
meningkatnya suhu, dan sehingga kelarutan surfaktan non-ionik dalam air menurun
dengan meningkatnya suhu.
Surfaktan non-ionik kurang sensitif terhadap kesadahan air dibandingkan
surfaktan anionik, dan buihnya juga kurang kuat. Tidak ada perbedaan yang
menyolok antara masing-masing jenis surfaktan non-ionik, dan pilihannya terutama
disesuaikan dengan mempertimbangkan biaya sifat-sifat khusus (mis., efektivitas dan
efisiensi, toksisitas, kompatibilitas dermatologis, biodegradabilitas) atau izin untuk
digunakan dalam makanan.
Klasifikasi Dan Mekanisme Kerja
Surfaktan

Ekor" sebagian besar surfaktan cukup mirip, terdiri dari rantai hidrokarbon,
baik yang bercabang, linier, atau aromatik. Fluorosurfaktan memiliki rantai
fluorokarbon. Surfaktan siloksan memiliki rantai siloksan.

Banyak surfaktan penting termasuk rantai polieter dengan terminal berupa


gugus anionik yang sangat polar. Gugus polieter sering terdiri dari sekuen
teretoksilasi (seperti polietilena oksida) yang disisipkan untuk meningkatkan sifat
hidrofilik surfaktan. Sebaliknya, polipropilena oksida, dapat disisipkan untuk
meningkatkan sifat lipofilik suatu surfaktan.

Secara umum, surfaktan diklasifikasikan menurut polaritas gugus


kepalanya. Surfaktan non-ionik tidak memiliki gugus bermuatan di kepalanya. Kepala
surfaktan ionik membawa muatan positif, atau negatif. Jika muatannya negatif,
surfaktan disebut anionik; jika muatannya positif, disebut kationik. Jika surfaktan
mengandung kepala dengan dua gugus muatan yang berlawanan, ia disebut ion
zwitter. Berikut surfaktan yang biasa dijumpai
Klasifikasi Dan Mekanisme Kerja
Surfaktan

Surfaktan biasa digunakan pada beberapa sediaan seperti emulsi yang


terdiri dari fase air dan fase minyak yang sukar bercampur. Untuk mencampurkan
kedua fase tersebut, maka tegangan permukaan antara fase air dan fase minyak
harus diturunkan.
Turunnya tegangan permukaan terjadi karena masuknya surfaktan ke
dalam fase air dan fase minyak. Surfaktan memiliki bagian kepala yang bersifat
menyukai air atau hidrofilik sehingga bagian kepala tersebut masuk ke fase air,
surfaktan juga memiliki bagian ekor yang bersifat tidak menyukai air atau hidrofobik
sehingga bagian ekor tersebut masuk ke fase minyak. Interaksi kepala dan ekor
surfaktan dengan dua fase tersebut menyebabkan penurunan tegangan permukaan
antar fase. Ketika bagian-bagian dari surfaktan masuk ke dalam fase air dan fase
minyak sesuai ketertarikannya maka molekul surfaktan akan diserap atau diadsorpsi
lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak apabila bagian kepala yang lebih
menyukai fase air lebih dominan.
Surfaktan Dalam Biologi

Tubuh manusia menghasilkan beragam surfaktan.


Surfaktan paru (bahasa Inggris: pulmonary surfactant)
diproduksi di paru-paru untuk memfasilitasi pernapasan
dengan meningkatkan kapasitas paru-paru total, TLC, dan
pemenuhan paru-paru. Pada sindrom gangguan
pernapasan atau terapi penggantian surfaktan RDS
membantu pasien memiliki respirasi normal dengan
menggunakan surfaktan dalam bentuk sediaan farmasi.
Surfaktan Dalam Biologi

Salah satu contoh surfaktan paru sediaan farmasi


adalah Survanta (beractant) atau bentuk generiknya
Beraksurf yang diproduksi oleh Abbvie dan Tekzima. Garam
empedu memainkan peran penting dalam pencernaan.
Peran Surfaktan

A. Peran Surfaktan Dalam Bidang Farmasi

Surfaktan (surface active agent) merupakan molekul


amfifatik yang terdiri atas gugus hidrofilik dan hidrofobik sehingga
dapat berada di antara cairan dengan sifat polar dan ikatan hidrogen
yang berbeda seperti minyak dan air. Surfaktan mampu mereduksi
tegangan permukaan dan membentuk mikroemulsi sehingga
hidrokarbon dapat larut di dalam air atau sebaliknya (Desai and Banat,
1997).
Peran Surfaktan

B. Peran Surfaktan Dalam Bidang Kosmetik

• Dapat Ditemukan Dalam Sabun Pembersih Wajah, Sabun


Mandi, dan Sampo

• Berfungsi Sebagai Agen Pembersih dan Foaming Agent


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai