Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

PEMBAHASAN

I.

SURFAKTAN
Surfactant ( surface-active-agent) atau agen aktif permukaan adalah suatu molekul yang
mempunyai dua gugus yang memiliki sifat berbeda, yaitu gugus hidrofilik/lipofobik/suka air
dan hidrofobik/lipofilik/suka minyak, yang kemudian dapat mencampurkan air dan minyak.

Gambar 1. Surfaktan dalam Campuran Air dan Minyak


Pada bagian polar atau suka air dapat bermuatan positif, negatif, atau netral. Secara
struktur pada bagian yang suka air/hidrofilik mengandung gugus hidroksil sedangkan bagian
suka minyak/hidrofobik mengandung rantai alkil yang panjang. Penambahan surfaktan dalam
larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan larutan, setelah mencapai
konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan
ditingkatkan.
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
a) Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam
lemak rantai panjang.
b) Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Contohnya garam alkil trimetil ammonium, garam dialkil-dimetil ammonium dan
garam alkil dimetil benzil ammonium.
c) Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya
ester gliserin asam lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak,
polietilena alkil amina, glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol
amina dan alkil amina oksida.
d) Surfaktan amfoterik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif
dan negatif.
Pengunaan surfaktan amfoterik (CAPB) digunakan untuk mengurangi kerusakan protein
dan potensi iritasi yang disebabkan oleh surfaktan anionik ( Rizki Febrianti, dkk., 2013).

II.

SURFAKTAN AMFOTERIK ( ZWITTER IONIK )

Surfaktan zwitterionik adalah garam electroneutral terdiri dari rantai hidrofobik dan
Kelompok kepala hidrofilik dengan kedua pusat muatan positif dan negatif. Sifatnya
tergantung dari kadar pH (ion zwitter). Apabila pH kurang7 maka surfaktan bersifat
anion, sedangkan apabila pH lebih dari 7 maka surfaktan bersifat kation. Kehadiran baik
kationik dan anionik pusat di bagian hidrofilik memberikan sifat tertentu berbeda dari
lain. Struktur molekul lain surfaktan seperti panjang, jumlah rantai hidrofobik, alam dan
jumlah dibebankan kelompok kepala antara kelompok kepala bermuatan negatif dan
positif sangat mempengaruhi sifat surfaktan. Karena kehadiran kationik dan anionik di
pusat surfaktan menunjukkan sifat senyawa menengah antara kationik dan anionik (N.
Singh dan K. K. Ghosh, 2011). Surfaktan zwitter ionik biasanya mengandung
gugusfungsional asam amino, betain, fosfobetain.
Tabel 1. Gugus Fungsional pada Surfaktan Amfoterik
Amfoterik :
- Aminocarboxylate

l
- NH2(CH2)xCOO , -N+H(CH2)xCOO+

- Betaine

l
-N+(CH2)xCOOl

- Sulfobetaine

l
-N+(CH2)xCH2SO3l

- Amine oxide

l
-N+-Ol

Kebanyakan molekul zwiterionik dimanfaatkan dalam studi biologi struktural karena


memiliki kemampuan untuk melarutkan protein membran dan reseptor, biasanya pada
konsentrasi pra-misel. Contoh lain dari surfaktan zwitter ionik dan aplikasinya antara
lain :

1. Kokamidopropil Betain

Gambar 2. Struktur Kokamidopropil Betain (Wikipedia, 2012)


CAPB merupakan surfaktan yang biasa digunakan dalam sediaan shampo, detergen,
kondisioner dan produk perawatan lainnya, bersifat amfoterik dan memiliki tingkat iritasi
lebih rendah daripada surfaktan golongan pertama seperti alkil sulfat. Bentuk sediaan
cair dengan bahan aktif 47% dan sisanya air. CAPB salah satu favorit surfaktan yang
lembut di kulit. Surfaktan ini juga memiliki keunggulan dapat menghasilkan efek yang
sinergis bila diformulasikan dengan surfaktan lain. Surfaktan jenis ini dalam pustaka
sering disebut zwiterionik yang memiliki dua fungsi, bisa menjadi kation atau anion.
Sebagian besar ditentukan oleh pH, apabila pH asam maka surfaktan ini akan bersifat
kation sebaliknya bila dalam suasana basa maka bersifat anion, yang mendekati titik
isoelektrik.
Formulasi minyak atsiri dalam campuran sediaan emulsi yang mangandung surfaktan
dan memiliki sifat antibakteri untuk pembuatan sabun cair, salah satu surfaktan yang
sering digunakan adalah kokamidopropil betain.
2. Lauriminodipropionate Natrium dan Lauroamphodiacetate Dinatrium.
Lauriminodipropionate Natrium dan Lauroamphodiacetate Dinatrium digunakan
dalam campuran kosmetik dan coindisioner rambut. Konsentrasi yang digunakan sebagai
surfaktan antara 1-10% ( Wilma F, dkk., 2012 ).

Gambar 3. Struktur molekul Lauriminodipropionate Natrium dan Lauroamphodiacetate


Dinatrium

DAFTAR PUSTAKA

N. Singh and K. K. Ghosh (2011). Micellar Characteristics and Surface Properties of Some
Sulfobetaine Surfactants. Tenside Surfactants Detergents: Vol. 48, No. 2, pp. 160-164.
Anonim, 2015. Cocamidopropyl Betaine. http://en.wikipedia.org/wiki/Cocamidopropyl_
betaine [ diakses pada tanggal 14 April 2015]
Chair, Wilma F. Bergfeld, Donald V. Belsito, Ronald A Hill, et.all. 2011. Sodium
Lauriminodipropionateand Disodium Lauriminodipropionate as Used in Cosmetics.
The 2011 Cosmetic Ingredient Review.
Rizki Febrianti, Dwi, Tengku Nanda Saifullah S, dan Peni Indrayudha. 2013. Formulasi
Sediaan Sabun Mandi Cair Minyak Atsiri Jeruk Purut (Citrus Hystrix Dc.) dengan
Kokamidopropil Betain Sebagai Surfaktan. Naskah Publikasi : Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai