Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGARUH SURFAKTAN

Disusun Oleh :
1. Ninda Sulistya Ningrum (01.19.058)

2. Ita Puspita Dewi (01.19.063)


3. Achmad Saifudin Pranata P. (01.19.068)
4. Angga Almesa (01.19.054)
5. Siska (01.19.050)

PRODI DIII FARMASI


AKADEMI KESEHATAN ARGA HUSADA
PARE
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT . yang telah melimpahkan rahmat-
nya kepada kami, sehingga kami senantiasa di berikan kemudahan dalam menyelesaikan
tugas makalah ini dan bisa selesai pada waktunya. Terimakasih kami ucapkan kepada bapak
Brevmana Anugrah, S.Farm.,Apt selaku dosen pengampu dari mata kuliah Farmasi Fisika
yang telah membimbing kami selama matkul tersebut berlangsung. Makalah kami dengan
judul “Pengaruh Surfaktan” kami buat secara berkelompok dengan acuan dari berbagai
sumber.

Makalah ini disusun dari berbagai sumber, semoga nantinya bisa bermanfaat bagi
pembaca dan Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi

terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I ................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................II

A. Pengertian Surfaktan ...............................................................................3

B. Jenis Jenis Surfaktan................................................................................4

C. Kelasifikasi Surfaktan..............................................................................5

D. Peranan Surfaktan Di bidang Farmasi..................................................6

E. Biosurfaktan.............................................................................................7

F. Karakteristik Surfaktan..........................................................................8

G. Mekanisme Kerja Surfaktan..................................................................9

H. Struktur pembentuk dan pembuatan surfaktan.................................10

I. Aplikasi Surfaktan.................................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................... III

3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 3

3.2 Saran............................................................................................................ 4

3.3 Daftar Pustaka............................................................................................ 5


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lebih dari 40% bahan aktif yang ditemukan pada pengembangan senyawa baru saat
ini memiliki karakter kelarutan dalam air yang rendah. Disolusi yang lambat dan tidak
lengkap dari bahan aktif tersebut didalam cairan saluran cerna membatasi ketersediaan
hayati yang merupakan permasalahan utama dalam pengembangan sediaan farmasi. Salah
satu Pendekatan klasik untuk mengatasi masalah kelarutan bahan aktif farmasi (BAF)
adalah penggunaan surfaktan.

Surfaktan merupakan molekul ampifilik yang mengandung kedua porsi hidrofilik dan
hidrofobik didalam strukturnya. Surfaktan memiliki aktivitas diarea permukaan atau
antarmuka dua fasa dengan kepolaran berbeda. Kemampuan tersebut menjadikan
surfaktan digunakan hampir diseluruh dibidang industri mulai dari industri petroleum,
farmasi, kosmetika hingga industri makanan. Sebagian dari surfaktan yg digunakan
merupakan surfaktan sintetik yang berasal dari derivat minyak bumi. Pada beberapa tahun
terakhir ini, pemanfaatan surfaktan sistetik secara luas dalam berbagai bidang industri
dianggap tidak menguntungkan lagi. Hal ini dikarenaka surfaktan sintetik mengandung
komponen kimia derivat minyak bumi yang dinilai tidak ramah terhadap lingkungan.
Komponen ini menjadikan surfaktan sintetik tidak dapat didegradasi secara alamiah serta
memilik kandunga toksik yg tinggi. Untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan yg
lebih buruk , maka perlu digunakan surfaktan alternatif yang ramah terhadap lingkungan
dimana salah satunya adalah biosurfaktan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu surfaktan?
2. Apa jenis-jenis dan klasifikasi dari surfaktan?
3. Bagaimana peranan surfaktan dibidang farmasi?
4. Apa itu biosurfaktan?
5. Bagaimana mekanisme kerja surfaktan
6. Seperti apa struktur pembentukan dan pembuatan surfaktan?
7. Bagaimana aplikasi surfaktan?

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui pengertian surfaktan.
2. Mengetahui jenis-jenis dan klasifikasi surfaktan
3. Mengetahui peranan surfaktan dibidang farmasi
4. Mengetahui pengertian biosurfaktan
5. Mengetahui mekanisme kerja surfaktan
6. Mengetahui struktur pembentukan dan pembuatan surfaktan
7. Mengetahui aplikasi surfaktan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Surfaktan

Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik


dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena
sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan
air (hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian
polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini
yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-air, minyak-air
dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada
fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun
terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah
merupakan rantai alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik)
mengandung gugus hidroksil.
 
2.2 Jenis-Jenis Surfaktan
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu surfaktan yang larut
dalam minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak Ada tiga yang termasuk dalam golongan ini,
yaitu senyawa polar berantai panjang, senyawa fluorokarbon, dan senyawa
silikon.
2. Surfaktan yang larut dalam pelarut air Golongan ini banyak digunakan antara lain
sebagai zat pembasah, zat pembusa, zat  pengemulsi, zat anti busa, detergen, zat
flotasi, pencegah korosi, dan lain-lain. Ada empat yang termasuk dalam golongan
ini, yaitu surfaktan anion yang bermuatan negatif, surfaktan yang bermuatan
positif, surfaktan nonion yang tak terionisasi dalam larutan, dan surfaktan amfoter
yang bermuatan negatif dan positif bergantung pada pH-nya.
Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi
dengan cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air.
Surfaktan dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk
emulsi air dalam minyak.

2.3 Klasifikasi Surfaktan


Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
1. Surfaktan anionik
anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion. Surfaktan
ini membentuk kelompok surfaktan yang paling besar dari jumlahnya. Sifat
hidroliknya berasal dari bagian kepala ionik yang biasanya merupakan gugus
sulfat atau sulfonat. Pada kasus ini, gugus hidrofob diikat ke bagian hidrofil
dengan ikatan C-O-S yang labil, yang mudah dihidrolisis. Beberapa contoh dari
surfaktan anionik adalah linier alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS),
alpha olefin sulfonat (AOS) dan parafin atau secondary alkane sulfonat (SAS).
Natrium dodekil sulfonat : C12H23CH2SO3-Na+
Natrium dodekil benzensulfonat : C12H25ArSO3-Na+
2. Surfaktan kationik
yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation. Contohnya garam
alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan garam alkil
dimethil benzil ammonium.
3. Surfaktan nonionik
yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Surfaktan sejenis ini tidak
berdisosiasi dalam air, tetapi bergantung pada struktur (bukan keadaan ion-nya)
untuk mengubah hidrofilitas yang membuat zat tersebut larut dalam air. Surfaktan
nonionik biasanya digunakan bersama-sama dengan surfaktan aniomik. Jenis ini
hampir semuanya merupakan senyawa turunanpoliglikol, alkiloamida atau ester-
ester dari  polihidroksi alkohol. Contohnya ester gliserin asam lemak, ester
sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina,
glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil
amina oksida.
Pentaeritritit palmitat : CH3(CH2)14COO-CH2- C(CH2OH)3
Polioksietilendodekileter : C12H25-O-(CH2-CH2O)2H
4. Surfaktan amfoter
yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan negatif.
Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
Surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi, seperti linier
alkilbensen sulfonat (LAS), alkil sulfonat (AS), alkil etoksilat (AE) dan alkil
etoksilat sulfat (AES) Surfaktan dari turunan minyak bumi dan gas alam ini dapat
menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, karena surfaktan ini setelah
digunakan akan menjadi limbah yang sukar terdegradasi. Disamping itu, minyak
bumi yang digunakan merupakan sumber bahan baku yang tidak dapat
diperbaharui. Masalah inilah yang menyebabkan banyak pihak mencari alternatif
surfaktan yang mudah terdegradasi dan berasal dari bahan baku yang dapat
diperbaharui

2.4 Peranan Surfaktan Di bidang Farmasi


Surfaktan memiliki peran yang cukup besar dalam bidang farmasi karena
seringkali digunakan dalam formulasi sediaan. Seiring berkembangnya zaman dengan
kebutuhan obat-obatan yang semakin beragam dan meningkatnya pula kesadaran
penduduk dunia terhadap limbah dari industri, salah satunya industri farmasi terkait
efek pencemaran dari zat yang tidak dapat diperbaharui dan tidak ramah lingkungan
maka terdapat beberapa penelitian yang membahas seputar produksi surfaktan dan
penggunaan surfaktan alami atau dapat disebut biosurfaktan.

2.5 Biosurfaktan
Biosurfaktan adalah surfaktan biodegradable yang dapat diproduksi oleh sel
mikroorganisme (bakteri/fungi) maupun dari bahan alam. Ada banyak keuntungan
menggunakan produk berbasis alami sebagai bahan baku untuk aplikasi surfaktan
yaitu lebih biodegradabel, tidak beracun dan tidak alergenik. Sumber-sumber
terbarukan dari kelompok hidrofilik termasuk karbohidrat, protein, asam amino dan
asam laktat, dan sumber-sumber dari bagian hidrofobik adalah steroid, monoterpena,
asam rosin, asam lemak dan gugus alkil rantai panjang, serta senyawa aromatic.

Contoh biosurfaktan Biosurfaktan dari mikroorganisme :


1. Lipopeptida yaitu senyawa gabungan minyak atau lemak dengan peptida
Contoh : surfactin, daptomicin sebagai antibiotik.
2. Rhamnolipida yaitu senyawa gabungan karbohidrat dengan lipid. Rhamnolipida
dihasilkan oleh Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas fluorescens. Digunakan
sebagai pengolahan limbah minyak bumi, kosmetik sebagai moisturizer, dan bersifat
antibakteri.
Biosurfaktan dari minyak nabati :
1. Metil Ester Sulfonat (MES) yang memiliki struktur kimia RCH(CO2Me)SO3Na
(α-MES) yang terbuat dari minyak sawit.

2.6 Karakteristik Surfaktan


Dua karakter penting dari surfaktan adalah adsorbsi didaerah antarmuka dan
akumulasi-mandiri membentuk struktur supramolekul. Adsorbsi surfaktan
kepermukaan organik dan anorganik bergantung pada karakter permukaan itu sendiri
(memiliki gugus bermuatan atau nonpolar), struktur molekul surfaktan (bagian kepala
ionik dan nonionik, bagian ekor panjang atau pendek,lurus/bercabang ,alifatik atau
aromatik)dan kondisi fase cair (Ph,kandungan,elektrolit,suhu). Interaksi surfaktan
ionik dengan permukaan bermuatan terjadi dengan melalui gaya tarik-menarik
coulombus. Mekanisme adsorbsi surfaktan nonionik ke suatu permukaan melibatkan
interaksi yang terbentuk antara keduanya yang pada akhirnya mempengaruhi orientasi
molekul surfaktan terhadap permukaan. Jika pada permukaan terdapat gugus
hidrofilik yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan kepala polar surfaktan
nonionik ,maka proses adsorbsi terjadi melalui ikatan hidrogen dan bagian ekor
surfaktan mengarah keluar dari permukaan.

2.7 Mekanisme Kerja Surfaktan


Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah dan sejenisnya,
surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up, emulsifikasi dan
solubilisasi.
a. Roll up Pada mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan
antarmuka antara minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam
larutan berair.
b. Emulsifikasi
Pada mekanisme ini surfaktanmenurunkan tegangan antarmuka minyak-larutan
dan menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.
c. Solubilisasi Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut),
senyawa secara simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan jernih

(Gambar Mekanisme kerja surfaktan (a) roll up dan (b) emulsifikasi)

2.8 Struktur pembentuk dan pembuatan surfaktan


Surfaktan (surfactant = surfactive active agent) adalah zat seperti detergent
yang ditambahkan pada cairan utuk meningkatkan sifat penyebaran atau pembasahan
dengan menurunkan tegangan permukaan caira khususnya air. Sufaktan mempunyai
struktur molekul yang terdiri dari gugus hydrophobic dan hydrophilic. Gugus
hydrophobic merupakan gugus yang sedikit tertarik/menolak air sedangkan gugus
hydrophilic tertarik kuat pada molekul air. Sturktur ini disebut juga dengan struktur
amphipatic. Adanya dua gugus ini menyebabkan penurunan tegangan muka
dipermukaan cairan. Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah
bersenyawa dengan air, sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah
bersenyawa dengan minyak. Di dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih
dominan jumlahnya. Bila gugus polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul
surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak.
Akibatnya tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar
dan menjadi fase kontinu. Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih
dominan, maka molekul molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh
minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi
lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.

2.9 Aplikasi Surfaktan


Jenis surfaktan yang biasanya digunakan pada produk-produk kosmetika dan
pangan adalah lemak/asam lemak yang berasal dari minyak kelapa, dan saat ini
seluruhnya diimpor dari negara lain. Surfaktan alkanolamida yang berasal dari
minyak kelapa contohnya coconut dietanolamida. Coconut dietanolamida
dimanfaatkan sebagai penstabil busa, bahan pendispersi, dan viscosity builder pada
produk-produk toiletries dan pembersih seperti shampo, emulsifier, bubble bath,
detergen bubuk dan cair, stabilizer skin conditioner dan sebagainya. Bahkan, aplikasi
surfaktan sangat luas, tak terbatas dalam industri pembersih tapi juga pada industri
cat, pangan, polimer, tekstil, dan lain-lain.
 Sampo
Dalam sampo modern, sabun telah diganti dengan bahan aktif yang disebut
surfaktan. Surfaktan adalah senyawa yang molekul-molekulnya mempunyai dua
ujung yang berbeda interaksinya dengan air, yakni ujung satu (biasa disebut
kepala) yang suka air dan ujung satunya (yang disebut ekor) yang tidak suka air.
Berdasarkan muatan kepalanya, surfaktan dibagi atas surfaktan anionik,
kationik, nonionik, dan amfoterik. Surfaktan akan berbusa dengan baik di segala
jenis air dan akan dapat dibilas dengan mudah dan sempurna. Sebagian besar
sampo kini dalam kemasan 2 in 1, bahan pembersih sekaligus conditioner. Bahan
pembersihnya akan membersihkan rambut dan kulit kepala, sementara
conditioner-nya akan membuat rambut lebih mudah disisir ketika basah dan akan
membuat rambut ketika kering lebih tampak "berisi (seolah lebih besar
volumenya)" tanpa tampak beterbangan.
 Surfaktan Pengusir Kuman dan Racun
Beberapa pestisida bersifat lipofil dan dapat mengganggu kesehatan manusia.
Oleh karenanya, diperlukan usaha untuk menghilangkan pestisida yang terdapat
pada produk pertanian seperti sayur dan buah yang akan kita santap. Mengingat
sifatnya yang lipofil, maka pencucian menggunakan air saja tidaklah cukup.Nah,
di sinilah diperlukan surfaktan untuk meningkatkan daya bersih air, terhadap
makanan yang akan kita masak.
Surfaktan dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat pada sabun, yang berupa
garam natrium (Na) dari asam lemak yaitu asam stearat, asam palmitat, dan asam
oleat. Umumnya, surfaktan digunakan sebagai bahan pembersih. Hal ini, karena
surfaktan lebih ramah lingkungan
 Detergen
Detergen adalah salah satu senyawa yang memudahkan proses pembersihan.
Istilah detergen, kini dipakai untuk membedakan antara sabun dengan surfaktan
jenis lainnya.Produk yang disebut detejen ini merupakan pembersih yang terbuat
dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan sabun, detergen
mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta
tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Detergen pun mengandung bahan surfaktan. Pada detergen, jenis muatan yang
dibawa surfaktan adalah anionik. Kadang ditambahkan surfaktan kationik sebagai
bakterisida atau pembunuh bakteri. Bahan aktif ini berfungsi sama, yaitu
menurunkan tegangan permukaan air, sehingga dapat melepaskan kotoran yang
menempel pada permukaan bahan, termasuk racun pestisida yang menempel pada
sayur dan buah.Kemampuan detergen untuk menghilangkan berbagai kotoran
yang menempel pada tangan, kain, dan bahan lain mengurangi keberadaan kuman
dan bakteri, yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pakai kain,
karpet, alat rumah tangga, dan peralatan rumah lainnya sudah tidak diragukan lagi.
 Kosmetika
Pada kosmetik dan personal care, surfaktan juga memiliki syarat-syarat. Syarat
–syaratnya sebagai surfaktan :

1. Anti alergi
2. Anti iritasi
3. Bau dan warna berlebihan tidak anjurkan
4. Reaksi yang merugikan diminimalkan
5. Bebas dari kotoran dan tidak toksik

Untuk meminimalkan risiko medis, pembuat kosmetik cenderung menggunakan


surfaktan polimer. Selain itu surfaktan anionik, kationik, nonionik, dan amfoterik juga
dapat digunakan. Beberapa penelitian menggunakan surfaktan alami karena lebih
aman untuk aplikasi.
BAB III
PENUTUP

3.4 Kesimpulan
 Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki gugus
hidrofilik dan gugus hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran yang
terdiri dari air dan minyak.  
 Jenis-jenis surfaktan yaitu surfaktan anionic, surfaktan kationik, surfaktan
nonionik, surfaktan amfote/zwiterionik, surfaktan alkanolamida. 
 Mekanisme kerja surfaktan pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk
material kain, tanah dan sejenisnya, surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang
berbeda, yakni roll up, emulsifikasi dan solubilisasi 
 Cara kerja dari surfaktan sangatlah unik karena bagian yang hidrofilik akan masuk
ke dalam larutan yang polar dan bagian yang hirdrofilik akan masuk kedalam
bagian yang non polar sehingga surfaktan dapat menggabungkan (walaupun
sebenarnya tidak  bergabung) kedua senyawa yang seharusnya tidak dapat
bergabung tersebut. Namun semua tergantung pada komposisi dari surfaktan
tersebut.

3.5 Saran
Untuk mengetahui sifat-sifat fisika dari sediaan obat sangat diperlukan untuk mempelajari
tentang surfaktan. Karena surfaktan beraitan dengan kelarutan terhadap suatu zat.
Makalah ini berisi tentang materi mengenai surfaktan yang mana nantiya bisa kalian
jadikan suatu referensi dalam tugas atau pun pembelajaran .
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unair.ac.id/25623/6/6.%20Bab%201.pdf
(di akses tanggal 6 november 2020)

http://delvina-vina.blogspot.com/2011/10/pengaruh-penambahan-surfaktan-tween-
80.html (di akses tanggal 6 november 2020)

https://gudangilmu.farmasetika.com/surfaktan-zat-penting-di-bidang-farmasi
(di akses tanggal 6 november 2020)

Reningtyas, R dan Mahreni. 2015. Biosurfaktan. Eksergi. Vol XII, No,2. ISSN : 1410-
394X.

https://docplayer.info/72978747-Percobaan-ii-pengaruh-surfaktan-terhadap-
kelarutan-a-tujuan-1-mengetahui-dan-memahami-pengaruh-penambahan-surfaktan-
terhadap-kelarutan-suatu-zat-2.html (di akses tanggal 6 november 2020)

https://www.academia.edu/8741960/TUGAS_FARMASETIKA_KELOMPOK_8_peng
aruh_surfaktan_terhadap_sediaan_suspensi_\
(di akses tanggal 6 november 2020)

http://intanint.blogspot.com/2013/12/makalah-surfaktan.html
(di akses tanggal 6 november 2020)

Anda mungkin juga menyukai