Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA II

SULFONASI PADA INDUSTRI PEMBUATAN DETERJEN

Dosen Pengampu :
Shinta Amelia, S.T., M.Eng.

Disusun Oleh :
Aldo Neldianto 1900020091
Dhela Trinanda Gusri 1900020092
Annita Auliyasari 1900020099
Harningsi 1900020102

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Proses Industri Kimia II
ini yang berjudul “Sulfonasi Pada Industri Pembuatan Deterjen”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Proses Industri Kimia II.
Selain itu, kami berharap penulisan makalah ini dapat menambah wawasan tentang
proses pembuatan nitrogen. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Shinta Amelia,
S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu mata kuliah Proses Industri Kimia II.
Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik.

Billahifii Shabillihaq Fastabiqul Khoirot


Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, 13 Maret 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan 1
Masalah ……………………………………………………
1.3 Tujuan Pembahasan …………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN …….…………………………………………………….. 2
2.1 Sulfonasi ………………………………………………….................. 3
2.2 Contoh Reaksi 3
Sulfonasi ……………………………………………..
2.3 Deterjen ………………...…………………………………………… 4
2.4 Pembuatan Deterjen Pada Skala Industri …………………………… 5
2.5 Alat-Alat Proses Pembuatan 6
Deterjen ……………….……………….
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………… 8
4.1 Kesimpulan ………………………………………………………….. 8
4.2 Saran ………………………………………………………………… 8
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………….. 9
LAMPIRAN ……………………………………………………………………………. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah yang terdiri dari
hutan, lautan, gas alam, batu bara, dan emas hitam yang dikenal sebagai minyak bumi.
Saat ini minyak bumi tidak hanya diolah untuk menjadi bahan bakar, tapi minyak bumi
dapat diolah menjadi petrokimia. Perkembangan industri petrokimia dapat memacu
pertumbuhan ekonomi dan industri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Salah
satu produk petrokimia yang terkenal di dunia adalah deterjen.
Deterjen sudah sangat akrab di masyarakat Indonesia, teritama Ibu rumah tangga.
Deterjen pada umumnya digunakan untuk mencuci pakaian. Sebelum ditemukannya
deterjen masyarakat membersihkan pakaian kotor menggunakan air saja, Namun
penggunaan air sebagai bahan pencuci tidak efisien karena tidak mampu mengangkat
minyak dan lemak pada kotoran. Biasanya pabrik deterjen menambahkan natrium
perborate, pewangi, pelembut, natrium silikat, penstabil, enzim, dan zat lainnya untuk
menyempurnakan kegunaan serta fungsinya semakin beragam.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penulisan makalah ini antara lain :
 Apa yang dimaksud dengan Sulfonasi?
 Bagaimana proses sulfonasi pada pembuatan deterjen?
 Bagaimana pembuatan deterjen pada skala industri?
 Apa saja alat yang digunakan dalam proses pembuatan deterjen dalam skala
industri?

1.3 Tujuan Pembahasan


 Mengetahui apa yang dimaksud dengan Sulfonasi.
 Mengetahui proses sulfonasi pada pembuatan deterjen.
 Mengetahui pembuatan deterjen pada skala industri.
 Mengetahui alat, fungsi, beserta prinsip kerja dari alat yang digunakan selama
proses pembuatan deterjen dalam skala industri.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sulfonasi
Sulfonasi adalah reaksi kimia yang melibatkan penggabungan gugus asam
sulfonat (-SO3H) ke dalam suatu molekul ataupun ion, termasuk reaksi-reaksi
yang melibatkan gugus sulfonil halida ataupun garam-garam yang berasal dari
gugus asam sulfonat. Misalnya penggabungan -SO2Cl ke dalam senyawa organic
dan pada proses pembuatan deterjen.
Zat yang dapat disulfonasi yaitu zat alifatik (hidrokarbon jenuh, oleofin,
alkohol, selulosa, senyawa aromatis, naphtalena, antraquinone, dll). Istilah
sulfonasi digunakan untuk menyatakan reaksi-reaksi yang menggunakan
pereaksi/agent pengsulfonasi antara lain :
a. Sulfur trioksida (SO3) dan senyawa turunannya :
 Sulfur trioksida (SO3)
 Oleum (H2SO4 pekat + SO3 bebas)
 Asam sulfat pekat (H2SO4)
 Asal khloro sulfonate (SO3 + HCl)
 Asam sulfamat (SO3NH3)
b. Kelompok Sulfur dioksida (SO2) :
 Asam sulfit (H2SO3)
 Garam sulfit
 Sulfuril klorida (SO2CL2)
 Sulfat (SO4)
c. Senyawa sulfoalkilasi
 Bahan pengsulfometilasi (hidroksi dan aminometansulfonat)
 Bahan pengsulfoetilasi (hidroksi, khloro, dan metilaminoetansulfonat)

2.2 Contoh Reaksi Sulfonasi


Gugus -SO3H terikat oleh :
a. Atom C (dinamakan sulfonat)
Contoh :

2
b. Atom O (dinamakan sulfat)
Contoh :

c. Atom N (dinamakan N-sulfonat atau sulfamat)


Contoh :

2.3 Deterjen
Deterjen merupakan sebuah produk penyempurnaan dari sabun, deterjen
merupakan bahan-bahan turunan minyak bumi yang sering disebut dengan istilah
deterjen sintetis. Komponen utama deterjen adalah surfaktan, selain itu juga
terdapat bahan pembangun (builder) dan bahan aktif ain yang menarik konsumen.
Surfaktan yang digunakan berupa anionic (Alkyl benzene sulfonate, linier alkyl
benzene sulfonate, alpha olein sulfonate), kationik (garam ammonium), non ionic
(Nonyl phenol polyethoxyle), amphoteric (Acyl ethylenediamines), dan Metil
ester sulfanat
Deterjen memiliki keunggulan yaitu mempunyai daya cuci yang baik dan
tidak terpengaruh oleh kesadahan air dibanding dengan produk deterjen terdahulu.
Air sadah merupakan air yang mengandung ion-ion mineral seperti Ca, Fe, Mg,
dan Mn. Deterjen sintetik pertama kali ditemukan pada akhir perang dunia kedua
disebut alkyl benzensulfonate/ ABS. Deterjen secara sederhana digolongkan
menjadi anionic dan kationik, hampir semua jenis deterjen yang digunakan dalam
rumah tangga termasuk kelompok anionik (>75%), untuk deterjen jenis kationik
lebih digunakan untuk keperluan industri seperti pertambangan dan perkapalan.

3
2.4 Zat-zat yang Terdapat di Dalam Deterjen
Adapun zat-zat yang terdapat dalam deterjen yaitu :
a. Surfaktan yaitu untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan
b. Abrasive untuk menggosok kotoran
c. Substansi untuk mengubah pH yang mempengaruhi penampilan ataupun
stabilitas dari komponen lain
d. Water softener untuk menghilangkan efek kesadahan
e. Oxidants untuk memutihkan dan menghancurkan kotoran
f. Material lain selain surfaktan untuk mengikat kotoran didalam suspense
g. Enzim untuk mengikat protein, lemak, ataupun karbohidrat didalam kotoran

2.5 Bahan Baku Pembuatan Deterjen


a. Bahan Aktif (Active Ingredients)
Bahan aktif merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada
dalam proses pembuatan deterjen. Secara kimia bahan ini dapat berupa sodium
lauryl sulfonate (SLS). Secara fungsional bahan aktif ini mempunyai andil
dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif adalah busanya sangat
banyak.
b. Bahan Pengisi (Filler)
Bahan ini berfungsi sebagai pengisi dari seluruh campuran bahan baku.
Pemberian bahan ini berguna untuk memperbanyak atau memperbesar volume.
Keberadaan bahan ini dalam campuran bahan baku deterjen semata-mata
ditinjau dari aspek ekonomis. Pada umumnya, sebagai bahan pengisi deterjen
digunakan sodium sulfat. Bahan lain yang sering digunakan sebagai bahan
pengisi, yaitu tetra sodium pyrophosphate dan sodium sitrat. Bahan pengisi ini
berwarna putih, berbentuk bubuk dan mudah larut dalam air.
c. Bahan Penunjang
Salah satu contoh bahan penunjang adalah soda ash atau sering disebut soda
abu yang berbentuk bubuk putih. Bahan penunjang berfungsi meningkatkan
daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam campuran tidak boleh terlalu banyak
karena menimbulkan efek samping, yaitu dapat mengakibatkan rasa panas
ditangan pada saat mencuci pakaian. Bahan penunjang lain adalah STTP

4
(sodium tripoly phosphate) yang mempunyai efek samping yang positif, yaitu
dapat menyuburkan tanaman.
d. Bahan Tambahan (Aditif)
Salah satu contoh dari bahan aditif adalah carboxyl methyl cellulose (CMC).
Bahan ini berbentuk serbuk putih dan berfungsi untuk mencegah kembalinya
kotoran ke pakaian sehingga disebut antiredeposisi. Selain CMC, masih
banyak macam dari bahan aditif ini, tetapi pada umumnya merupakan rahasia
dari tiap-tiap perusahaan.
e. Bahan Pewangi (Parfum)
Parfum termasuk dalam bahan tambahan. Keberadaan parfum memegang
peranan besar dalam hal terkaitan konsumen akan produk deterjen bubuk.
2.6 Pembuatan Deterjen Pada Skala Industri

Gambar 1. Diagram alir pembuatan deterjen

1. Pembuatan bubur surfaktan dimana alkil benzene (C6H6) dialirkan masuk


kedalam sulfonator bersama oleum. Pada sulfonator suhu dijaga pada 55℃
yang akan menghasilkan campuran tersulfonasi yang kemudian
dipompakan kedalam sulfator. Reaksi yang terjadi dalam sulfonator yaitu :
C6H6 + H2S2O7 → C6H5SO3H + H2O
2. Dari sulfator diperoleh Asam Alkil Benzene yang kemudian dialirkan ke
Mixer/ Neutralizer dengan menambahkan NaOh untuk menetralkan Asam

5
Alkil Benzene. Dari mixer didapatkan bubur surfaktan yaitu Natrium Alkil
Benzena. Reaksi pada Neutralizer adalah :
R’OSO3H + H2O + NaOH → Na5P3O11 + H2O
3. Bubur surfaktan kemudian dialirkan ke Surge Tank yang berfungsi untuk
menetralkan tekanan atau pengaman tekanan saat katup pengatur ditutup.
4. Bubur surfaktan kemudian dialirkan kepompa menuju Cooler. Di dalam
Cooler campuran didinginkan dan dialirkan kedalam Surfaktan Storage.
5. Selanjutnya pembuatan deterjen dimana bubur surfaktan bersama Sodium
tripolifosfat dan bahan aditif dialirkan menuju Crutcher. Didalam Cructher
bahan-bahan diputar atau dicampur dengan mixer menggunakan kecepatan
tinggi hingga homogen. Pada Crutcher sejumlah air dihilangkan sehingga
campuran menjadi lebih kental dikarenakan adanya reaksi hidrasi dari
sodium tripoliposfat.
6. Campuran kemudian dialirkan ke Drop Tank untuk kemudian dipompakan
menggunakan High Pressure Pump menuju kebagian atas High Spray
Tower.
7. Pada bagian atas Menara campuran disemprotkan sedangkan pada bagian
bawah dialirkan udara panas yang dihasilkan dari furnace sehingga pada
proses ini didapatkan butiran deterjen. Uap panas yang naik melewati
spray kemudian dialirkan menuju ke Cyclone 1 yang berfungsi untuk
memisahkan uap panas dan partikel yang terikut. Partikel yang terikut akan
dimasukkan Kembali kedalam Crutcher sebagai bahan baku awal,
sedangkan uap panas dilepas ke atmosfir melewati Chimney/ Stack
8. Butiran dari Menara High Spray Tower kemudian dialirkan menggunakan
Conveyer dengan bantuan aliran udara menuju Cyclone 2. Pada Cyclone 2
butiran dipisahkan dari uap panas yang masih terikut. Uap panas yang
masih terikut dialirkan menuju Cyclone 3 untuk pemisahan butiran panas
dimana nanti butiran akan diumpankan ke Conveyor sedangkan akan uap
panas dilepas ke atmosfir melewati Chimney/ Stack
9. Butiran dari Cyclone 2 kemudian diumpankan menuju pengayak atau
Vibrating Ccreen untuk mendapatkan butiran sesuai standar.

6
10. Butiran dari Vibrating Screen dan Cyclone 3 dialirkan menuju ke
Conveyor.
11. Pada Conveyor ditambahkan pengharum dengan cara disemprotkan yang
kemudian diumpankan ke bagian packaging untuk dipacking

2.7 Alat-Alat Proses Pembuatan Deterjen


Alat-alat yang digunakan pada proses pembuatan deterjen skala industry antara
lain:
a. Sulfonator
Sulfonator adalah tempat untuk mencampurkan bahan baku yang digunakan
untuk pembuatan detergent. Di dalam sulfonator terjadi proses sulfonasi.
b. Surge Tank
Surge tank adalah tempat penyimpanan hasil dari pencampuran bahan baku
yang terjadi pada sulfonator.
c. Cooler
Cooler adalah alat yang berfungsi untuk mendinginkan material panas. Prinsip
kerja cooler adalah menarik udara segar dari luar, kemudian menyaring dan
mendinginkannya dengan menggunakan CEL PAD sebagai filter sehingga
suhu panas dari dalam akan terdorong keluar.
d. Neutralizer
Neutralizer adalah alat yang berfungsi untuk menetralisasi material dibawah
temperature yang terkontrol untuk menjaga fluiditas material.
e. Surfactant Storage
Surfactant storage merupakan tempat penyimpanan surfaktan sebelum diolah
dan dicampur dengan aditif.
f. Crutcher
Crutcher adalah mixer dengan kecepatan tinggi yang berfungsi untuk
mencampurkan bahan aditif dengan surfaktan.
g. Drop Tank
Drop tank adalah tempat penyimpanan material dalam bentuk slurry (bubur)
pada suhu tertentu agar kualitas material tetap terjaga.
h. Pump

7
Pump adalah alat untuk memompa untuk mempermudah proses pemindahan
fluida dengan cara memberikan gaya tekanan pada fluida yang dialirkan.
i. Spray Tower
Spray tower adalah alat untuk mengeringkan bahan (cairan) yang dilewatkan
pada suatu nole (saringan bertekanan) sehingga keluar dalam bentuk droplet
(butiran) kemudian dilewati oleh udara panas sehingga menghasilkan bubuk.
j. Air Lift
Air lift adalah pengangkat dengan prinsip pneumatic yang di desain untuk
pengangkutan kering secara terus menerus melalui pipa ke tempat
penyimpanan.
k. Cyclone
Cyclone alat yang memiliki prinsip kerja memisahkan dan mengumpulkan
material berupa bubuk kering dengan menggunakan gaya sentrifugal.
l. Screen Perfume
Screen perfume adalah tampat yang dikhususkan untuk penambahan aroma
(fragrance) pada produk yang digunakan sebagai pengharum.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sulfonasi adalah reaksi kimia yang melibatkan penggabungan gugus
asam sulfonat (-SO3H) ke dalam suatu molekul ataupun ion, termasuk reaksi-
reaksi yang melibatkan gugus sulfonil halida ataupun garam-garam yang berasal
dari gugus asam sulfonate. Salah satu contoh penerapan proses sulfonasi pada
industry yaitu pada industry deterjen. Proses sulfonasi terjadi pada saat
pencampuran bahan baku deterjen yaitu surfaktan dan oleum.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih dalam tahap
penyempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik para pembaca sangat kami
harapkan untuk melengkapi kesempurnaan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

A Muhammad. 2012. “Makalah Sulfonasi”. Diakses pada 12 Maret 2021, dari


https://pdfcookie.com/documents/makalah-sulfonasi-7rv34y1k7e2d

academia.edu. 2011. “Metode Sulfonasi (Sulfonation Methode)”. Diakses pada 12 Maret 2021,
dari https://www.academia.edu/11787354/Metode_Sulfonasi_Sulfonation_methode_

id.scribd.com. 2013. “Flow Diagram Industri Deterjen”. Diakses pada 12 Maret 2021, dari
https://www.scribd.com/document/374043642/Flow-Diagram-Industri-Deterjen

patikab.go.id. 2015. “Deterjen Ramah Lingkungan”. Diakses pada 12 Maret 2021, dari
https://www.patikab.go.id/v2/id/2015/11/14/deterjen-ramah-lingkungan/

S Agustina, W Wuryanti, S Suratmono. 2008. “Biodegradasi dan Toksitas Deterjen”. Jakarta:


Jurnal Kimia dan Kemasan.

S Budi. 2004. “Prarencana Pabrik Deterjen Bubuk Kapasitas 30 ton/hari”. Surabaya:


Repository Universitas Katolik Widya Mandala.
staffnew.uny.ac.id. 2003. “Sulfonasi Dalam Industri Kimia”. Diakses pada 12 Maret 2021, dari
http://staffnew.uny.ac.id/upload/197905222008122003/pendidikan/Kimia+Industri_sulf
onasi.pdf

V Farah. 2018. “Praperancangan Pabrik Deterjen Bubuk dari Alkylbenzene dan Oleum dengan
Kapasitas Produksi 40.000 ton/tahun”. Aceh: Electronic Theses and Disertation (ETD)
UNSYIAH.

10
LAMPIRAN

Surge tank Surfactan Storage Crutcher

Pump Spray Tower Cyclone

11

Anda mungkin juga menyukai