Disusun oleh :
Prodi : S1 Transportasi F
NRP : 181904
“AMNI” SEMARANG
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, mengingat jalan pembelajaran kami masih panjang. Maka akan
menjadi kehormatan dan kebahagiaan bagi kami apa bila saran dan kritik
membantu menyempurnakan laporan ini. Kami berharap ini dapat
bermanfaat bagi kita semua baik masa sekarang maupun masa mendatang.
Amin
Hormat saya,
Sony Purnamansyah
2
DAFTAR ISI
Halaman
judul…………………………………………………………..................i
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
2.1 Lingkup Rencana Usaha atau Kegiatan ………………………………...7
2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal………………………………...9
2.3 Lingkup Wilayah Studi………………………………………………….9
2.4 Metoda Pengumpulan dan Analisis Data……………………………….12
2.5 Metoda Prakiraan Dampak dan Penentuan Dampak Penting……………..20
2.6 Metoda Evaluasi Dampak……………………………………………….26
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
11. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup
33. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah tentang AMDAL
ini telah dituangkan dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup ma
upun Kepala Bapedal Nomor : Kep.056 Tahun 1994 dan Peraturan Perundangan
AMDAL/UKL&UPL pada sektor industri.
1.2. Tujuan
5
1.3. Manfaat
6
BAB II
PEMBAHASAN
Proses pembuatan Sabun dan Detergent pada skala industri rumah tangga atau
konvensional memang tidak terlalu rumit, namun apabila produksi ini dilakukan pada
skala besar/ sekitar beberapa ton perhari tentulah membutuhkan ilmu khusus untuk
melakukannya.
Hal yang harus dilakukan pada proses pembuatan Sabun dan Detergent adalah
persiapan raw material (bahan baku), pengendalian proses, pengendalian alat, dan
treatment hasil produksi. Semua hal tersebut akan dibahas pada kajian
lingkungan/dokumen AMDAL atau UKL & UPL yang bertemakan tentang Produksi
Sabun dan Detergent.
Sabun merupakan zat yang jika bereaksi dengan air sadah akan membentuk
endapan. Sabun terbentuk dari garam sodium atau potassium dari asam karboksilat
panjang (seperti asam stearat, asam oleat atau palmitat dan asam myristat) sebagai
hasil hidrolisis terhadap minyak atau lemak oleh basa (NaOH atau KOH). Sabun
berfungsi sebagai emulgator terhadap kotoran, minyak dan oli sehingga kotoran-
7
kotoran ini mudah terlepas dan terbawa melalui pembilasan dengan air. Sifat sabun
ini menjadi kurang berfungsi apabila air untuk pencuci atau pembilasnya bersifat
sadah.
Sabun digunakan dalam produk laundry, sabun toilet, sampo, sabun cuci
piring, dan produk pembersih pada rumah tangga. Kegunaan pada industri yaitu
bahan pembersih, surfaktan khusus untuk anti kuman di rumah sakit, pengemulsi
pada kosmestik, flowing dan wetting agent untuk bahan kimia pertanian, dan
digunakan pada proses pengolahan karet. Secara umum, sabun dan detergen
digunakan untuk menghilangkan minyak.
Sabun membentuk senyawa tidak larut dengan ion air sadah (Ca dan Mg)
yang menyebabkan endapan dan mengurangi busa dan cleaning actionnya. Detergen
bereaksi dengan ion air sadah yang hasil produknya larut atau terdispersi secara
koloid dalam air.
Detergen dibagi dalam 4 kelompok utama, yaitu anionik, kationik, nonionik dan
amfoterik. Kelompok terbesarnya adalah anionik yang biasanya adalah garam
natrium dari sulfonat (organik sulfat).
Detergen berbeda dengan sabun dalam kerjanya pada air sadah. Sabun
membentuk senyawa tidak larut dengan ion air sadah (Ca dan Mg) yang
menyebabkan endapan dan mengurangi busa dan cleaning actionnya. Detergen
bereaksi dengan ion air sadah yang hasil produknya larut atau terdispersi secara
koloid dalam air.
8
Detergen dibagi dalam 4 kelompok utama, yaitu anionik, kationik, nonionik dan
amfoterik. Kelompok terbesarnya adalah anionik yang biasanya adalah garam
natrium dari sulfonat (organik sulfat).
a) Komponen geofisik kimia yang meliputi iklim dan kualitas udara ambien,
kebisingan,kebauan, getaran fisiografi dan geologi hidrologi, dan kualitas air
hidrooceonografi ruang, lahan dan tanah serta transportasi.
9
Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batas-batas
tuang sebagai berikut:
1. Batas Proyek
Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan pra konstruksi, konstruksi dan
operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan. Posisi batas proyek ini agar dinyatakan juga dalam
koordinat.
2. Batas Ekologis
Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara),
di mana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruangan ini adalah ruang di sekitar
rencana usaha dan/atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap
aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
3. Batas Sosial
Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha
dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial
yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan
struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat,
10
yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.
Batas sosial ini sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam studi
ANDAL, mengingat adanya kelompok-kelompok yang kehidupan sosial ekonomi
dan budayanya akan mengalami perubahan mendasar akibat aktivitas usaha dan/atau
kegiatan. Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka batas sosial ditetapkan dengan
membatasi batas-batas terluar dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas
masyarakat yang terdapat dalam batas proyek, ekologis serta komunitas masyarakat
yang berada di luar batas proyek dan ekologis namun berpotensi terkena dampak
yang mendasar dari rencana usaha dan/atau kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja,
pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial.
4. Batas administratif
Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi pemerintah atau batas
konsesi pengelola sumber daya oleh suatu usaha dan/atau kegiatan (misalnya, batas
HPH, batas kuasa pertambangan).
11
5. Batas Ruang Lingkup Wilayah Studi ANDAL
Batas ruang lingkup wilayah studi ANDAL yakni ruang yang merupakan
kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun penentuannya disesuaikan dengan
kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti
waktu, dana, tenaga, teknik dan metode telaahan.
Dengan demikian, ruang lingkup wilayah studi memang bertitik tolak pada
ruang rencana usaha dan/atau kegiatan, kemudian diperluas ke ruang ekosistem,
ruang sosial dan ruang administratif yang lebih luas.
A. Deterjen
Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik
serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.
Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan akan tetapi karena
gugus utama surfaktant ABS yang sulit di biodegradabel maka pada tahun 1965
industri mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu dengan gugus utama
surfaktant LAS
12
bercabang disintesis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin
benzena dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft Sulfonasi, yang disusul dengan
pengolahan dengan basa.
13
Jenis – jenis detergen
Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut
dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan
pencemaran air.
Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh
mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .
Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam
Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:
Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.
Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam
bentuk produk-produk seperti:
1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun
cuci tangan, dll.
2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer
di masyarakat.
14
4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih
bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
B. Sabun
Sabun adalah suatu gliserida (umumnya C karboksilat suku rendah) yang merupakan
hasil reaksi antara ester (suatu derivat asam alkanoat yaitu reaksi antara asam
karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa aromatik dan
bermuatan netral) dengan hidroksil dengan residu gliserol. Apabila gliserol bereaksi
dengan asam – asam yang jenuh (suatu olefin atau polyunsaturat) maka akan
terbentuk lipida (trigliserida atau triasilgliserol).
Sabun ditemukan oleh orang Mesir kuno (egyptian) beberapa ribu tahun yang lalu.
Pembuatan sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar.
Teknik pembuatan sabun dilupakan orang dalam Zaman Kegelapan (Dark Ages),
namun ditemukan kembali selama Renaissance. Penggunaan sabun meluas pada abad
ke – 18.
Gliserida (lelehan lemak sapi atau lipida lain) dididihkan bersama – sama dengan
larutan lindi (dulu digunakan abu kayu karena mengandung K-karbonat tapi
sekarang NaOH) terjadi hidrolisis menjadi gliserol dan garam Sodium dari asam
lemak, setelah sabun terbentuk kedalamnya ditambahkan NaCl agar sabun
mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Gliserol, lindi dan NaCl
berlebih dipisahkan dengan cara destilasi. Sabun yang masih kotor dimurnikan
15
dengan cara pengendapan berulang – ulang (represipitasi). Akhirnya ditambahkan zat
aditif (batu apung, parfum dan zat pewarna)
Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk
garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat
dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara
relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-
asam yang mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.
Sabun yang masuk kedalam buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya langsung
terendap sebagai garam – garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu beberapa
pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akibatnya dengan
biodegradasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan.
1. Bahan Aktif.
Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada
dalam pembuatan deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa sodium lauryl
ether sulfat (SLES). SLES ini dikenal dengan beberapa nama dagang dengan nama
cottoclarin, texapone, ataupun ultra SLES. Secara fungsional bahan mempunyai andil
dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif ini mempunyai busa banyak
dan bentuknya gel translucent (pasta). Selain SLES, bahan aktif dari sabun bubuk
adalah garam Linear Alkyl Benzene Sulfonat (LAS), bentuknya gel/pasta berwarna
kuning muda. Fungsi LAS sama seperti Ultra SLES, sebagai bahan pembersih utama
16
pembuatan Sabun Bubuk, dengan LAS, maka sabun bubuk akan lebih mudah dibilas/
kesat.
2. Bahan pengisi
Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku. Pemberian
bahan pengisi ini dimaksudkan untuk memperbesar atau memperbanyak volume.
Keberadaan bahan ini dalam deterjen semata-mata dilihat dari aspek ekonomis.
Bahan pengisi deterjen disini menggunakan Sodium Sulfat (Na2SO4).
3. Bahan penunjang
Salah satu contoh bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na2CO3) yang
berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai meningkatkan daya
bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh terlalu banyak, sebab dapat
menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci pakaian. Bahan penunjang
lainnya adalah STPP (sodium tripoly posphate) yang juga penyubur tanaman. Ini
dapat dibuktikan air bekas cucian disiramkan ke tanaman akan menjadi subur. Hal ini
disebabkan oleh kandungan fosfat yng merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk
tertentu.
Bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan deterjen.
aNamun demikian, produsen mencari hal-hal baru untuk mengangkat nilai dari
deterjen itu sendiri. Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah Enzym AR. Bahan
ini berbentuk serbuk putih yang berfungsi mencegah kotoran kembali ke pakaian (anti
redeposisi).
17
Keberadaan bahan wangi ini sangat penting keberadaannya, sebab suatu deterjen
dengan kualitas baik , Harum & Disukai Pelanggan. Parfum untuk deterjen bentuknya
cair kekuning-kuningan. Pemilihan parfum ini sangat penting, karena biasanya
konsumen selalu membau dulu barang yang akan dibeli, baru mencoba untuk
memakai produk tersebut.
- Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk. Dengan
ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang mengandung
minyak, lemak ataupun gemuk yang membandel akan lebih mudah dibersihkan.
Dosis pemakaian 2-10%.
2. LAS 5-10%
3. Na2SO4 10-20%
5. STPP 5-20 %
18
6. Enzym AR 2-10 %
7. Parfum secukupnya
19
2.5. Metoda Prakiraan Dampak dan Penentuan Dampak Penting
Dengan makin luasnya pemakaian surfaktan sebagai bahan utama pembersih maka
risiko bagi kesehatan dan lingkungan pun makin rentan. Deterjen sangat berbahaya
bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memiliki
kemampuan untuk melarutkan bahan dan bersifat karsinogen, misalnya 3,4
Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen
dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen kationik
memiliki sifat racun jika tertelan dalam tubuh, bila dibanding deterjen jenis lain
(anionik ataupun non-ionik).
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di
lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable).
ABS (alkylbenzene sulphonate) dalam lingkungan mempunyai tingkat
biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-
biodegradable’.
Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan
aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat
menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air.
LAS (linear alkyl sulphonate) mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum
20
dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus/ tidak
bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.
LAS relatif mudah didegradasi secara biologi dibanding ABS. LAS bisa terdegradasi
sampai 90 persen. Akan tetapi prorsesnya sangat lambat, karena dalam memecah
bagian ujung rantai kimianya khususnya ikatan o-mega harus diputus dan butuh
proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu. Menurut penelitian, alam membutuhkan
waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50 persen.
Detergen ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai
oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada spektrumya.
Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang
terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa, menurunkan tegangan permukaan
dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk dan
minyak, pemusnahan bakteri yang berguna, penyumbatan pada pori – pori media
filtrasi. Kerugian lain dari penggunaan deterjen adalah terjadinya proses eutrofikasi di
perairan. Ini terjadi karena penggunaan deterjen dengan kandungan fosfat tinggi.
Dalam sebuah penelitian disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang
dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air
21
yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di
permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga
menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air
kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah
phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai
softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion
kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen
meningkat.
Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi
penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak,
phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan
di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.
Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air
sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru
membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara,
penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah
dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen.
Lingkungan yang sehat dan bersih adalah dambaan semua orang, banyak cara
yang dapat kita lakukan untuk membuat lingkungan menjadi bersih dan asri,misalkan
dengan melakukan penanaman pohon (penghijauan) di sekitar rumah, itu juga dapat
dianggap sebagai salah satu cara untuk menjaga lingkungan,karena manfaat dari
pohon tersebut sangatlah banyak yang ke dua dengan membuang sampah pada
22
tempatnya juga dianggap ikut melestarikan lingkungan, bahkan di negara maju telah
menerapkan sistem denda bagi masyarakat yang tertangkap tangan membuang
sampah tidak pada tempatnya , namun hal tersebut sangatlah sulit dilakukan di negara
kita yang pengetahuan tentang kesehatan dan kebersihan sangatlah minim jika di
sekitar kita, kita tidak dapat menjaga lingkungan yang bersih, apalagi di lingkungan
orang lain, yang mungkin secara kebetulan sedang kita singgahi atau kita lewati hal
ini jelas merugikan orang lain, penumpukan atau konsentrasi sampah yang berlebihan
sangatlah tidak baik , karena akan memunculkan banyak persoalan berikut ini
beberapa dampak sampah plastik kemasan sabun detergen terhadap kehidupan :
1. Terhadap Lingkungan
- Merusak pemandangan, Sudah pasti sampah atau limbah baik plastik atau pun
limbah lainnya jika banyak berserakan di jalan sangatlah mengganggu pemandangan
atau pengelihatan, pemandangan yang sari dan alami akan berkurang terlebih-lebih
lagi sampah minuman mineral sangatlah banyak kita temukan di jalanan.
23
sehingga akan menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan memang untuk jangka
pendek tidak berpengaruh buruk, namun untuk jangka panjang, dalam arti jika
kondisi ini terus -menerus berlangsung maka akan menimbulkan masalah yang cukup
serius terhadap pernafasan.
Tidak dapat di pungkiri walaupun sampah banyak sisi negatif, namun di sisi lain
sampah atau limbah plastik khususnya dapat dijadikan lahan bisnis, oleh banyak
orang, karena plastik memiliki sebuah siklus daur ulang mulai dari limbah yang
kotor, kemudian digiling dan akhirnya masuk ke pabrik untuk dibuat kembali menjadi
barang-yang terbuat dari plastik. Kesemuanya itu merupakan siklus yang setiap
tahapan nya memiliki perilaku bisnis yang berbeda maka tidak jarang kita jumpai
bahkan di malam hari, banyak para pemulung berkeliaran untuk mencari limbah
plastik yang bertebaran di jalanan mau pun di tong sampah selain itu bisnis daur
ulang tidak akan pernah mati, karena sebuah siklus tanpa ada akhir,dan akan terus
berputar.
Banyak orang -orang berusaha untuk mengasah kreatifitas nya dengan menggunakan
barang-barang tertentu,begitu juga dengan limbah plastik, banyak di jadikan barang
-barang kerajinan , karena sampah atau limbah plastik memiliki banyak jenis bentuk
dan ukuran, maka ada yang di jadikan tas dengan bahan plastik yang berasal dari
plastik tali paking, ada juga yang dibuat tas namun dengan menggunakan limbah
bungkus sabun kemasan ditergen, lalu ada payung yang terbuat dari limbah kemasan
plastik kopi dan susu sachet.kesemuanya ini merupakan sisi positif yang dapat kita
ambil manfaatnya.
24
C. Dampak Yang Dihasilkan Sabun dan Detergen Terhadap Lingkungan/Secara
Global
Limbah dari bahan kimia sabun dan deterjen bila tidak dapat ditangani dengan baik
pun akan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan. Bila sabun dan deterjen tidak
cocok dengan kulit kita akan dapat menyebabkan iritasi (panas, gatal bahkan
mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan
produk. Untuk produk deterjen yang memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam
kondisi iritasi / terluka, penggunaan produk deterjen maupun sabun yang
mengandung bahan kimia untuk penghalus apalagi yang mengandung pewangi, justru
akan membuat iritasi kulit semakin parah.
Bahan kimia dari soda ash dalam sabun memang sangat bagus membersihkan kotoran
di kulit tubuh namun jika digunakan di wajah, minyak alami wajah pun akan ikut
tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di permukaan kulit. Dan hal ini
bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke permukaan lebih cepat.
Bahan kimia dalam deterjen ataupun sabun yang paling berbahaya adalah dari
25
golongan ammonium kuartener, senyawa ini dapat membentuk senyawa nitrosamin.
Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
Keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak
udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.
26
Pada beberapa penelitian membuktikan bahwa alkyl benzena sulfonat (ABS) dapat
diuraikan dengan bakteri Staphylococcus epidermis, Enterobacter gergoviae,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas facili, Pseudomonas fluoroscens, Pseudomonas
euruginosa, Kurthia zopfii, dan sebagainya. Bakteri ini akan merombak detergen yang
juga merupakan zat organik sebagai bahan makanan menjadi energi.
Penggunaan alat Trickling Filter, yaitu teknik untuk meningkatkan kontak dari air
limbah dengan mikroorganisme pemakan bahan-bahan organik yang mengambil
oksigen untuk metabolismenya dapat dipergunakan sebagai pengolahan limbah
deterjen skala rumah tangga. Diawali dengan mengembangbiakkan bakteri pada
media pecahan genteng selama 40 hari dalam limbah rumah tangga yang ada di
selokan, kemudian dilakukan treatment/sirkulasi terhadap limbah deterjen sintetik
pada Trickling Filter dan dianalisa nilai konsentrasi LAS dengan pengujian MBAS
(Metylene Blue Active Surfactan). media pertumbuhan mikroorganisme adalah
pecahan genteng yang direndam dalam selokan 40 hari. Jenis mikroorganisme yang
ada di selokan antara lain Crenothrix & Sphaerotilus, Chromatium & Thiobacillus,
mikroalgae hijau & biru, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Shigella shigae,
Eschericia Coli. Pengamatan langsung dengan menggunakan mikroskop dan
pengecatan gram menunjukkan bahwa komunitas mikroba didominasi oleh bakteri
gram negatif, menemukan komunitas bakteri dari golongan Proteobacteria
mendominasi komunitas bakteri yang mampu mendegradasi deterjen. Pertumbuhan
mikroorganisme ini berlangsung cukup lama karena dipengaruhi oleh suhu dan nutrisi
yang diperlukannya. Deterjen akan mengalami penurunan kadar LAS dengan
semakin bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan mikroorganisme aerobik yang
memakan zat yang terkandung dalam deterjen. Kemampuan mikroba terutama bakteri
dalam menggunakan deterjen sebagai sumber karbon utama menunjukkan bahwa
bakteri memegang peran penting. Deterjen dengan kadar LAS yang besar
membutuhkan waktu peruraian yang lebih lama dan deterjen dengan kadar LAS yang
kecil akan lebih cepat terurai.
27
Penanganan dengan cara lumpur aktif juga dapat dikembangkan , dan dapat
menurunkan COD, BOD 30 – 70 %, bergantung pada karakteristik air limbah yang,
diolah dan kondisi proses lumpur aktif yang dilakukan. Proses lumpur aktif terus
berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain oxidation ditch dan kontak-
stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain
efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang
lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).
28
dan melekat pada permukaannya dengan kombinasi dari daya fisik kompleks dan
reaksi kimia. Karbon aktif memiliki jaringan porous (berlubang) yang sangat luas
yang berubah-ubah bentuknya untuk menerima molekul pengotor baik besar maupun
kecil. Zeolit dapat menurunkan COD 10-40%, dan karbon aktif dapat menurunkan
COD 10-60 %.
Air limbah deterjen tidak dapat dibuang ke septic tank seperti pada kotoran
manusia (black water) karena memiliki kandungan detergen yang dapat membunuh
bakteri pengurai yang dibutuhkan septic tank. Karena itu, diperlukan pengolahan
khusus yang dapat menetralisasi kandungan detergen dan juga menangkap lemak.
Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran air limbah adalah dengan
menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman
yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air,
futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat
mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak
dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.
Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering
disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL) dengan cara mudah, bahan
murah dan tidak sulit diterapkan di rumah Anda. Instalasi SPAL terdiri dari dua
bagian yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat
ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang
untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir. Tangki resapan dibuat
lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki
resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat
pencemar yang ada dalam air limbah deterjen (greywater). Mekanisme kerja SPAL
dengan cara air bekas deterjen atau bekas sabun dialirkan ke ruang penangkap
29
sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan
tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung
pasir, pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak, karena
berat jenisnya lebih ringan, akan mengambang di ruang penangkap lemak. Air yang
telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di
tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air
akan keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan
melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa. Limbah deterjen atau air
sabun yang telah diolah dapat digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur
kloset, dan untuk mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju bahkan
diolah lagi menjadi air minum (Anonimous, 2009).
Salah satu cara pengolahan limbah deterjen dan air sabun yang diterapkan di
perusahaan produsen deterjen adalah dengan pembuatan bak pengumpulan air limbah
sisa deterjen. Di dalam bak pengumpulan limbah tersebut diletakkan pompa celup
yang harus terendam air untuk menghindari terbentuknya gelembung/buih detrejen.
Pompa celup ini berfungsi sebagai sirkulasi limbah. Selanjutnya di luar bak
penampungan dibuat bak kecil dan pompa dosing yang berisi larutan anti deterjen,
misalnya jika deterjen yang terbuang banyak mengandung deterjen anionik, maka
untuk menetralisir diberikan larutan deterjen kationik sebagai anti deterjennya,
demikian pula sebaliknya. Kemudian larutan anti deterjen ini dimasukkan ke dalam
bak penampungan dan dilakukan proses penetralan. Pada proses penetralan, perlu
ditentukan kadar deterjen di dalam bak penampungan dengan analisis deterjen sistem
MBAS (Metilen Blue Active Surfactan) atau dengan sistem Titrasi Yamin yang
secara khusus untuk mengetahui kadar deterjen. Misalnya kadar deterjen 50 ppm
dapat dilakukan uji coba dengan pemberian larutan anti deterjen sebanyak 5 ml per
menit dengan pompa dosing sampai kadar deterjen 0 ppm.
30
Bagi pemilik usaha binatu/laundry dapat melakukan upaya pemilihan deterjen
dengan kandungan fosfat yang rendah karena dapat menjadi pencemaran air
disekitarnya. Serta dapat melakukan pengelolaan limbah deterjen secara sederhana
dengan pembuatan bak penampungan khusus, atau dengan penambahan arang aktif.
Selain cara yang dapat dilakukan diatas, cara sederhana yang dapat dilakukan
yaitu:
· Tidak membuang air deterjen ke sungai atau parit parit kecil yang menuju
sungai
31
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1) Pembuatan detergen dan sabun pada skala industri merupakan gabungan dari
ilmu-ilmu exact sebegitu rupa, dan memerlukan alat-alat yang perlu pengendalian
khusus dan mempunyai spesifikasi tertentu.
2) Pada proses pembuatan detergen, yang pertma kali dilakukan adalah dengan
pembuatan surfaktan. Lalu hasil surfaktan ini, untuk membuat detergent dicampur
dengan phospat, silikat dan dry scrap. Adapun komposisi surfaktan adalah alkyl
benzene sulfonat, fatty alcohol, oleum dan larutan NaOH. Proses pembuatan
detergen melalui alat crutcer yang dilanjutkan ke drop tank setelah itu dipompa ke
spray tower untuk pembentukan serbuk. Serbuk ini di angkat dengan lift udara dan
diberi aroma (parfum) kemudian menuju packing.
32
pump lalu heat exchanger, flash tank dan packing. Selain sabun yang diproduksi pada
proses ini, gliserin dan asam lemak merupakan hasil samping yang cukup besar
pemroduksiannya.
4) Air limbah dari sabun dan deterjen dapat menimbulkan dampak pencemaran,
apalagi bila bahan yang dipakainya bukan terbuat dari bahan alami dan ramah
lingkungan,
dampak-nya bila limbah tersebut menyebar di air dan sungai dapat membunuh
organisme yang ada di dalamnya seperti ikan, fitoplankton, zooplankton / protozoa,
cyanobacteria, dan lain-lain.
5) Limbah dari bahan kimia sabun dan deterjen bila tidak dapat ditangani dengan
baik pun akan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan
Bahan kimia dalam deterjen ataupun sabun yang paling berbahaya adalah dari
golongan ammonium kuartener, senyawa ini dapat membentuk senyawa nitrosamin.
Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
33
DAFTAR PUSTAKA
Petra & Frick, Heinz. (2007). Hak Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta: Kanisius.
http://makalahsekolah.wordpress.com/2012/05/22/pencemaran-tanah-dampak-serta p
enanggulangannya.
34