Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

“Amdal Poduksi Sabun Dan Detergen”

Disusun oleh :

Nama : Sony Purnamansyah

Prodi : S1 Transportasi F

NRP : 181904

SEKOLAH TINGGI MARITIM & TRANSPOR

“AMNI” SEMARANG

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis  panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan hidayah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Amdal Produksi Sabun Dan
Detergen ”.

     Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, mengingat jalan pembelajaran kami masih panjang. Maka akan
menjadi kehormatan dan kebahagiaan bagi kami apa bila saran dan kritik
membantu menyempurnakan laporan ini. Kami berharap ini dapat
bermanfaat bagi kita semua baik masa sekarang maupun masa mendatang.
Amin

                                                        Semarang, 21 November 2019

                                                                   Hormat saya,

Sony Purnamansyah

2
DAFTAR ISI

Halaman
judul…………………………………………………………..................i

Kata Pengantar …………………….……………………………….....ii

Daftar Isi …………………………………………………………….....iii

BAB I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ………………………………………..………..........4

1.2. Rumusan Masalah ………………………………………...................5

1.3. Tujuan ………………………………………….................................5

1.4. Manfaat ………………………………………………………………6

BAB II Pembahasan
2.1 Lingkup Rencana Usaha atau Kegiatan ………………………………...7
2.2 Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal………………………………...9
2.3 Lingkup Wilayah Studi………………………………………………….9
2.4 Metoda Pengumpulan dan Analisis Data……………………………….12
2.5 Metoda Prakiraan Dampak dan Penentuan Dampak Penting……………..20
2.6 Metoda Evaluasi Dampak……………………………………………….26

BAB III Penutup

3.1. Kesimpulan ………………………………………..........................32

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan yang pesat di bidang perindustrian memberikan pula dampak


negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Hal ini
terjadi karena  pembangunan  yang  kurang  memperhatikan  daya  dukung  dan  daya 
tampung lingkungan setempat, yang pada akhirnya meningkatkan pencemaran
dan kerusakan lingkungan. 

Apabila hal ini dibiarkan  terus  menerus akan berakibat pada masalah-masalah


yang semakin kompleks dan sulit penanganannya. Oleh karenanya pembangunan
yang harus dilakukan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan yaitu
pembangunan yang memadukan lingkungan hidup dengan sumber daya alam, untuk
mencapai keberlanjutan pembangunan yang menjadi jaminan bagi kesejahteraan dan
mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi dampak negatif


yang timbul  dari  suatu  kegiatan  maka  dilakukan  penyusunan  kajian  kelayakan li
ngkungan berupa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau
UKL & UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup). Sehingga melalui dokumen ini dapat diketahui
dampak yang akan timbul dari suatu kegiatan kemudian bagaimana dampak-dampak
tersebut dikelola baik dampak negatif maupun dampak positif.   

Gagasan Pembangunan Berkelanjutan secara bertahap mulai dimasukkan


kedalam kebijakan dan perencanaan pembangunan nasional. Hal ini terlihat dari
diberlakukannya peraturan perundangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup
yaitu :

4
11.      Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup

22.     Peraturan  Pemerintah  Nomor  27 Tahun  1999 tentang Analisi


Mengenai Dampak    Lingkungan,       pasal 1, pasal 3 ayat 4

33. Pelaksanaan  Peraturan  Pemerintah  tentang  AMDAL
ini  telah  dituangkan dalam  Keputusan      Menteri  Negara  Lingkungan  Hidup  ma
upun Kepala Bapedal Nomor : Kep.056 Tahun 1994 dan Peraturan Perundangan
AMDAL/UKL&UPL pada sektor industri.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka diperlukan kajian yang komprehensif untuk


mengungkap pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada beberapa
industri dengan mengevaluasi pelaksanaan kewajiban pengelolaan dan pemantauan
lingkungan sesuai dengan yang tercantum dalam kajian lingkungan baik AMDAL atau
UKL & UPL.

1.2.   Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Studi ANDAL, adalah :

a.       Mengidentfikasikan rencana usaha atau kegiatan terutama yang berpotensi


menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan

b.      Mengidentifikasikan rona lingkungan hidup terutama yang akan terkena dampak


penting

c.       Memprakirakan dampak dan mengevaluasikan dampak penting lingkungan

5
1.3. Manfaat

a.       Membantu pengambilan keputusan dalam pemilikan alternatif yang layak dari


segi lingkungan

b.      Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dalam tahap perencanaan rinci dari


suatu usaha atau kegiatan

c.       Sebagai pedoman untuk kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Lingkup Rencana Usaha atau Kegiatan

Indonesia merupakan negara heterogen dari segi aktifitas perindustriannya,


meskipun bukan termasuk negara perindustrian di Dunia. Perindustrian di Indonesia
mulai dari industri rumah tangga, industri dengan beraggotakan komunitasnya saja, 
hingga industri global dengan berbagai kerjasama dan cabang-cabang dari negara
lain.

Beberapa perusahaan di kota-kota besar di Indonesia merupakan cabang/


kerjasama dari negara lain misalnya PT. Kao Indonesia, yang salah satu hasil
produksinya adalah Sabun dan Detergent. Tidak hanya perusahaan tersebut yang
memproduksi sabun di Indonesia, namun juga PT. Wings Indonesia, PT. Unilever
dan lain sebagainya.

Proses pembuatan Sabun dan Detergent pada skala industri rumah tangga atau
konvensional memang tidak terlalu rumit, namun apabila produksi ini dilakukan pada
skala besar/ sekitar beberapa ton perhari tentulah membutuhkan ilmu khusus untuk
melakukannya.

Hal yang harus dilakukan pada proses pembuatan Sabun dan Detergent adalah
persiapan raw material (bahan baku), pengendalian proses, pengendalian alat, dan
treatment hasil produksi. Semua hal tersebut akan dibahas pada kajian
lingkungan/dokumen AMDAL atau UKL & UPL yang bertemakan tentang Produksi
Sabun dan Detergent.

Sabun merupakan zat yang jika bereaksi dengan air sadah akan membentuk
endapan. Sabun terbentuk dari garam sodium atau potassium dari asam karboksilat
panjang (seperti asam stearat, asam oleat atau palmitat dan asam myristat) sebagai
hasil hidrolisis terhadap minyak atau lemak oleh basa (NaOH atau KOH). Sabun
berfungsi sebagai emulgator terhadap kotoran, minyak dan oli sehingga kotoran-

7
kotoran ini mudah terlepas dan terbawa melalui pembilasan dengan air. Sifat sabun
ini menjadi kurang berfungsi apabila air untuk pencuci atau pembilasnya bersifat
sadah.

Sabun sendiri sebenarnya tidak pernah ditemukan, tetapi terus dikembangkan


dari campuran mentah basa dan lemak. Pada abad pertama, Pliny, sang pencetus
menjelaskan proses pembuatan sabun, hingga pada abad ke-13, sabun diproduksi
secara industri. Sampai awal abad ke-18, sabun diyakini campuran lemak dan basa
secara mekanis; hingga Chevruel, ahli kimia Perancis, menunjukkan bahwa
pembuatan sabun sepenuhnya melibatkan reaksi kimia.

Sabun digunakan dalam produk laundry, sabun toilet, sampo, sabun cuci
piring, dan produk pembersih pada rumah tangga. Kegunaan pada industri yaitu
bahan pembersih, surfaktan khusus untuk anti kuman di rumah sakit, pengemulsi
pada kosmestik, flowing dan wetting agent untuk bahan kimia pertanian, dan
digunakan pada proses pengolahan karet. Secara umum, sabun dan detergen
digunakan untuk menghilangkan minyak.

Sabun membentuk senyawa tidak larut dengan ion air sadah (Ca dan Mg)
yang menyebabkan endapan dan mengurangi busa dan cleaning actionnya. Detergen
bereaksi dengan ion air sadah yang hasil produknya larut atau terdispersi secara
koloid dalam air.
Detergen dibagi dalam 4 kelompok utama, yaitu anionik, kationik, nonionik dan
amfoterik. Kelompok terbesarnya adalah anionik yang biasanya adalah garam
natrium dari sulfonat (organik sulfat).

Detergen berbeda dengan sabun dalam kerjanya pada air sadah. Sabun
membentuk senyawa tidak larut dengan ion air sadah (Ca dan Mg) yang
menyebabkan endapan dan mengurangi busa dan cleaning actionnya. Detergen
bereaksi dengan ion air sadah yang hasil produknya larut atau terdispersi secara
koloid dalam air.

8
Detergen dibagi dalam 4 kelompok utama, yaitu anionik, kationik, nonionik dan
amfoterik. Kelompok terbesarnya adalah anionik yang biasanya adalah garam
natrium dari sulfonat (organik sulfat).

2.2. Lingkup Rona Lingkungan Hidup Awal

Sesuai dengan hasil telaahan kaitan komponen kegiatan yang berpotensi


menimbulkan dampak dan jenis-jenis dampak potensial yang ditimbulkannya, maka
berikut ini adalah komponen lingkungan yang relevan untuk ditelaah dalam studi
ANDAL :

a) Komponen geofisik kimia yang meliputi iklim dan kualitas udara ambien,
kebisingan,kebauan, getaran fisiografi dan geologi hidrologi, dan kualitas air
hidrooceonografi ruang, lahan dan tanah serta transportasi.

b) Komponen biologi meliputi biota darat dan biota air.

c) Komponen sosial ekonomi, budaya dan kesehatan masyarakat meliputi


kependudukan, sosial   ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat.

2.3. Lingkup Wilayah Studi

Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi wilayah studi


ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak besar dan penting, dan dengan
memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu, tenaga serta saran pendapat dan
tanggapan dari masyarakat yang berkepentingan.

9
Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan pertimbangan batas-batas
tuang sebagai berikut:

1.      Batas Proyek

Yang dimaksud dengan batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan pra konstruksi, konstruksi dan
operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau kegiatan inilah bersumber dampak
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi
rencana usaha dan/atau kegiatan. Posisi batas proyek ini agar dinyatakan juga dalam
koordinat.

2.      Batas Ekologis

Yang dimaksud dengan batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi limbah (air, udara),
di mana proses alami yang berlangsung di dalam ruang tersebut diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar. Termasuk dalam ruangan ini adalah ruang di sekitar
rencana usaha dan/atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap
aktivitas usaha dan/atau kegiatan.

3.      Batas Sosial

Yang dimaksud dengan batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha
dan/atau kegiatan yang merupakan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial
yang mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk sistem dan
struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial suatu kelompok masyarakat,

10
yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan.

Batas sosial ini sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat dalam studi
ANDAL, mengingat adanya kelompok-kelompok yang kehidupan sosial ekonomi
dan budayanya akan mengalami perubahan mendasar akibat aktivitas usaha dan/atau
kegiatan. Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh suatu rencana
usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak merata, maka batas sosial ditetapkan dengan
membatasi batas-batas terluar dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas
masyarakat yang terdapat dalam batas proyek, ekologis serta komunitas masyarakat
yang berada di luar batas proyek dan ekologis namun berpotensi terkena dampak
yang mendasar dari rencana usaha dan/atau kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja,
pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial.

4.      Batas administratif

Yang dimaksud dengan batas administratif adalah ruang di mana masyarakat


dapat secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan kegiatan sosial budaya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di dalam ruang tersebut.

Batas ruang tersebut dapat berupa batas administrasi pemerintah atau batas
konsesi pengelola sumber daya oleh suatu usaha dan/atau kegiatan (misalnya, batas
HPH, batas kuasa pertambangan).

Dengan memperhatikan batas-batas tersebut di atas dan memperhatikan


kendala-kendala teknis yang dihadapi ( dana, waktu, dan tenaga), maka akan
diperoleh ruang lingkup studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang
memadai.

11
5.      Batas Ruang Lingkup Wilayah Studi ANDAL

Batas ruang lingkup wilayah studi ANDAL yakni ruang yang merupakan
kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun penentuannya disesuaikan dengan
kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti
waktu, dana, tenaga, teknik dan metode telaahan.

Dengan demikian, ruang lingkup wilayah studi memang bertitik tolak pada
ruang rencana usaha dan/atau kegiatan, kemudian diperluas ke ruang ekosistem,
ruang sosial dan ruang administratif yang lebih luas.

2.4.  Metoda Pengumpulan dan Analisis Data

A. Deterjen

Produk yang disebut deterjen ini merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari
bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan produk terdahulu yaitu sabun,
deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik
serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air.

Detergen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C – C) atau garam


dari sulfonat atau sulfat berantai 915 panjang dari Natrium (RSO- Na + dan
ROSO- Na + ) yang berasal 33 dari derivat minyak nabati atau minyak bumi (fraksi
parafin dan olefin).

Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan akan tetapi karena
gugus utama surfaktant ABS yang sulit di biodegradabel maka pada tahun 1965
industri mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu dengan gugus utama
surfaktant LAS

Proses pembuatan detergen dimulai dengan membuat bahan penurun tegangan


permukaan, misalnya : p – alkilbenzena sulfonat dengan gugus alkil yang sangat

12
bercabang disintesis dengan polimerisasi propilena dan dilekatkan pada cincin
benzena dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft Sulfonasi, yang disusul dengan
pengolahan dengan basa.

Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:

1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai


ujung berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif
ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktant ini baik berupa anionic
(Alkyl Benzene Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein
Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionic (Nonyl phenol
polyethoxyle), Amphoterik (Acyl Ethylenediamines)

2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan


dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa
Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA,
Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).

3.  Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai


kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat
memadatkan dan memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium
sulfate

4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik,


misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk
maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride, Carboxy
Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke
dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci (anti Redeposisi).
Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau harum, sedangkan air
sebagaibahan pengikat.

           

13
Jenis – jenis detergen

1. Detergen jenis keras

Detergen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan tersebut
dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan
pencemaran air.

Contoh: Alkil Benzena Sulfonat (ABS).

2. Detergen jenis lunak

Detergen jenis lunak, bahan penurun tegangan permukaannya mudah dirusak oleh
mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai .

Contoh: Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).

Proses pembuatan (LAS) adalah dengan mereaksikan Lauril Alkohol dengan asam
Sulfat pekat menghasilkan asam Lauril Sulfat dengan reaksi:

Asam Lauril Sulfat yang terjadi dinetralisasikan dengan larutan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Lauril Sulfat.

Awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dalam
bentuk produk-produk seperti:

1. Personal cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun
cuci   tangan, dll.

2. Laundry, sebagai pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer
di masyarakat.

3. Dishwashing product, sebagai pencuci alat-alat rumah tangga baik untuk


penggunaan manual maupun mesin pencuci piring.

14
4. Household cleaner, sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai, pembersih
bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada


kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan
infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan
peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat
penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan masyarakat modern.

B. Sabun

Sabun adalah suatu gliserida (umumnya C karboksilat suku rendah) yang merupakan
hasil reaksi antara ester (suatu derivat asam alkanoat yaitu reaksi antara asam
karboksilat dengan alkanol yang merupakan senyawa aromatik dan
bermuatan netral) dengan hidroksil dengan residu gliserol. Apabila gliserol bereaksi
dengan asam – asam yang jenuh (suatu olefin atau polyunsaturat) maka akan
terbentuk lipida (trigliserida atau triasilgliserol).

Sabun ditemukan oleh orang Mesir kuno (egyptian) beberapa ribu tahun yang lalu.
Pembuatan sabun oleh suku bangsa Jerman dilaporkan oleh Julius Caesar.

Teknik pembuatan sabun dilupakan orang dalam Zaman Kegelapan (Dark Ages),
namun ditemukan kembali selama Renaissance. Penggunaan sabun meluas pada abad
ke – 18.

Gliserida (lelehan lemak sapi atau lipida lain) dididihkan bersama – sama dengan
larutan lindi (dulu digunakan abu kayu karena mengandung K-karbonat tapi
sekarang NaOH) terjadi hidrolisis menjadi gliserol dan garam Sodium dari asam
lemak, setelah sabun terbentuk kedalamnya ditambahkan NaCl agar sabun
mengendap dan dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. Gliserol, lindi dan NaCl
berlebih dipisahkan dengan cara destilasi. Sabun yang masih kotor dimurnikan

15
dengan cara pengendapan berulang – ulang (represipitasi). Akhirnya ditambahkan zat
aditif (batu apung, parfum dan zat pewarna)

Jenis – jenis Sabun :

1. Sabun keras atau sabun cuci.

2. Sabun lunak atau sabun mandi.

Deterjen Sintetik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk
garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dan magnesium yang biasa terdapat
dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara
relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-
asam yang mengendap suatu karakteristis yang tidak nampak pada sabun.

Sabun yang masuk kedalam buangan air atau suatu sistem ekuatik biasanya langsung
terendap sebagai garam – garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu beberapa
pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akibatnya dengan
biodegradasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan.

C.   Bahan Baku untuk Pembuatan Deterjen:

1.  Bahan Aktif.

Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus ada
dalam pembuatan deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa sodium lauryl
ether sulfat (SLES). SLES ini dikenal dengan beberapa nama dagang dengan nama
cottoclarin, texapone, ataupun ultra SLES. Secara fungsional bahan mempunyai andil
dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari bahan aktif ini mempunyai busa banyak
dan bentuknya gel translucent (pasta). Selain SLES, bahan aktif dari sabun bubuk
adalah garam Linear Alkyl Benzene Sulfonat (LAS), bentuknya gel/pasta berwarna
kuning muda. Fungsi LAS sama seperti Ultra SLES, sebagai bahan pembersih utama

16
pembuatan Sabun Bubuk, dengan LAS, maka sabun bubuk akan lebih mudah dibilas/
kesat.

2.  Bahan pengisi

Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku. Pemberian
bahan pengisi ini dimaksudkan untuk memperbesar atau memperbanyak volume.
Keberadaan bahan ini dalam deterjen semata-mata dilihat dari aspek ekonomis.
Bahan pengisi deterjen disini menggunakan Sodium Sulfat (Na2SO4).

3.  Bahan penunjang

Salah satu contoh bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na2CO3) yang
berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai meningkatkan daya
bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh terlalu banyak, sebab dapat
menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci pakaian. Bahan penunjang
lainnya adalah STPP (sodium tripoly posphate) yang juga penyubur tanaman. Ini
dapat dibuktikan air bekas cucian disiramkan ke tanaman akan menjadi subur. Hal ini
disebabkan oleh kandungan fosfat yng merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk
tertentu.

4.    Bahan Tambahan (aditif)

Bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan deterjen.
aNamun demikian, produsen mencari hal-hal baru untuk mengangkat nilai dari
deterjen itu sendiri. Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah Enzym AR. Bahan
ini berbentuk serbuk putih yang berfungsi mencegah kotoran kembali ke pakaian (anti
redeposisi).

5.    Bahan Pewangi/Bibit Parfum

17
Keberadaan bahan wangi ini sangat penting keberadaannya, sebab suatu deterjen
dengan kualitas baik , Harum & Disukai Pelanggan. Parfum untuk deterjen bentuknya
cair kekuning-kuningan. Pemilihan parfum ini sangat penting, karena biasanya
konsumen selalu membau dulu barang yang akan dibeli, baru mencoba untuk
memakai produk tersebut.

6. Bahan Tambahan untuk membuat sabun yang kulitas istimewa

-  Extrableach : Untuk Memutihkan Cucian yang khusus berwarna putih,


pemakiannya 3-10%

- Lipozyme: Pembersih noda yang disebabkan oleh minyak, lemak & gemuk. Dengan
ditambah lypozyme, maka daya cuci sabun terhadap kotoran yang mengandung
minyak, lemak ataupun gemuk yang membandel akan lebih mudah dibersihkan.
Dosis pemakaian 2-10%.

- Protease: Pembersih noda yang membandel disebabkan oleh protein, seperti darah,


kecap, susu, saos dll. Dengan ditambah Protease, maka daya cuci sabun terhadap
kotoran yang disebabkan protein seperti darah, makanan bayi, susu, saos, kecap dll
yang membandel akan lebih mudah dibersihkan. Dosis Pemakaian 2-10%.

- Bioenzyme (Bintik Biru) dosis pemakaian secukupnya.

Komposisi Pembuatan Deterjen:

1. Cottoclarin/Ultra Sles/Texapone 5-10%

2. LAS 5-10%

3. Na2SO4 10-20%

4. Na2CO3 35% - 50%

5. STPP 5-20 %

18
6. Enzym AR 2-10 %

7. Parfum secukupnya

Peralatan yang dibutuhkan : Wadah, pengaduk kayu, dan saringan deterjen

Untuk meproduksi detergent dalam jumlah besar bisa menggunakan POWDER


MIXER

Cara Membuat Deterjen:

1. Cottoclarin + LAS diaduk rata

2. Semua Bahan Bahan Serbuk di aduk rata

3. (1) + (2) aduk rata

4. (3) + Bahan Tambahan

5. Diayak dan keringkan

6. Semprot dengan Parfum

7. Dikemas & Siap dipasarkan

19
2.5. Metoda Prakiraan Dampak dan Penentuan Dampak Penting

A.    Dampak Yang Dihasilkan Dari Proses Produksi Sabun dan Detergen

            Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia


organik. Ia memiliki rantai kimia yang sulit didegradasi (diuraikan) alam. Sesuai
namanya, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan air untuk mengangkat
kotoran (emulsifier, bahan pengemulsi). Pada mulanya surfaktan hanya digunakan
sebagai bahan utama pembuat deterjen. Namun karena terbukti ampuh membersihkan
kotoran, maka banyak digunakan sebagai bahan pencuci lain.

Dengan makin luasnya pemakaian surfaktan sebagai bahan utama pembersih maka
risiko bagi kesehatan dan lingkungan pun makin rentan. Deterjen sangat berbahaya
bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa detergen memiliki
kemampuan untuk melarutkan bahan dan bersifat karsinogen, misalnya 3,4
Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen
dalam air minum akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen kationik
memiliki sifat racun jika tertelan dalam tubuh, bila dibanding deterjen jenis lain
(anionik ataupun non-ionik).

Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di
lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable).
ABS                (alkylbenzene sulphonate) dalam lingkungan mempunyai tingkat
biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-
biodegradable’.

Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan
aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat
menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air.
LAS (linear alkyl sulphonate) mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum

20
dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus/ tidak
bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh mikroorganisme.

LAS relatif mudah didegradasi secara biologi dibanding ABS. LAS bisa terdegradasi
sampai 90 persen. Akan tetapi prorsesnya sangat lambat, karena dalam memecah
bagian ujung rantai kimianya khususnya ikatan o-mega harus diputus dan butuh
proses beta oksidasi. Karena itu perlu waktu. Menurut penelitian, alam membutuhkan
waktu sembilan hari untuk mengurai LAS. Itu pun hanya sampai 50 persen.

Detergen ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai
oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada spektrumya.
Dengan tidak terurainya secara biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang
terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa, menurunkan tegangan permukaan
dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock) koloid, pengemulsian gemuk dan
minyak, pemusnahan bakteri yang berguna, penyumbatan pada pori – pori media
filtrasi. Kerugian lain dari penggunaan deterjen adalah terjadinya proses eutrofikasi di
perairan. Ini terjadi karena penggunaan deterjen dengan kandungan fosfat tinggi.

Eutrofikasi menimbulkan pertumbuahan tak terkendali bagi eceng gondok dan


menyebabkan pendangkalan sungai. Sebaliknya deterjen dengan rendah fosfat
beresiko menyebabkan iritasi pada tangan dan kaustik. Karena diketahui lebih bersifat
alkalis. Tingkat keasamannya (pH) antara 10 -12.

Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,


harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan
dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting
dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.

SLS diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat proses penyembuhan


dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.

Dalam sebuah penelitian disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang
dan organ pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air

21
yang kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di
permukaan air menjadi salah satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga
menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air
kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.

Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah
phosphate. Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai
softener air. Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion
kalsium dan magnesium. Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen
meningkat.

Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi
penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak,
phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan
di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.

Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air
sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru
membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara,
penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah
dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder dalam deterjen.

B.     Dampak Yang Ditimbulkan Dari Hasil Produksi Sabun dan Detergen

Lingkungan yang sehat dan bersih adalah dambaan semua orang, banyak cara
yang dapat kita lakukan untuk membuat lingkungan menjadi bersih dan asri,misalkan
dengan melakukan penanaman pohon (penghijauan) di sekitar rumah, itu juga dapat
dianggap sebagai salah satu cara untuk menjaga lingkungan,karena manfaat dari
pohon tersebut sangatlah banyak yang ke dua dengan membuang sampah pada

22
tempatnya juga dianggap ikut melestarikan lingkungan, bahkan di negara maju telah
menerapkan sistem denda bagi masyarakat yang tertangkap tangan membuang
sampah tidak pada tempatnya , namun hal tersebut sangatlah sulit dilakukan di negara
kita yang pengetahuan tentang kesehatan dan kebersihan sangatlah minim jika di
sekitar kita, kita tidak dapat menjaga lingkungan yang bersih, apalagi di lingkungan
orang lain, yang mungkin secara kebetulan sedang kita singgahi atau kita lewati hal
ini jelas merugikan orang lain, penumpukan atau konsentrasi sampah yang berlebihan
sangatlah tidak baik , karena akan memunculkan banyak persoalan berikut ini
beberapa dampak sampah plastik kemasan sabun detergen terhadap kehidupan :

1. Terhadap Lingkungan

- Menyebabkan banjir, Negara kita boleh dikatakan langganan banjir,setiap turun


musim hujan,pastilah kondisi ini menjadi masalah yang sangat serius. Penumpukan
sampah di aliran sungai baik sampah organik maupun sampah non organik
merupakan pemicu terjadinya banjir.

-  Merusak struktur tanah, Sampah-sampah yang dikubur di dalam timbunan tanah


juga berdampak pada struktur tanah mengapa ? karena tanah akan berkurang ke
padatannya, sehingga sifat tanah menjadi rapuh karena bukan terisi oleh tanah,
melainkan terisi oleh sampah, apalagi sampah atau limbah plastik dan kaleng yang
membutuhkan waktu lama agar dapat terurai secara kimiawi sehingga tanah menjadi
rusak.

-  Merusak pemandangan, Sudah pasti sampah atau limbah baik plastik atau pun
limbah lainnya jika banyak berserakan di jalan sangatlah mengganggu pemandangan
atau pengelihatan, pemandangan yang sari dan alami akan berkurang terlebih-lebih
lagi sampah minuman mineral sangatlah banyak kita temukan di jalanan.

2.  Terhadap Kesehatan

-  Merusak Sistem Pernafasan, Sampah-sampah yang teronggok atau berserakan di


jalanan atau menumpuk di suatu tempat sudah pasti lambat laun akan menyebabkan
terjadinya pencemaran udara, karena akan menimbulkan bau yang kurang sedap

23
sehingga akan menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan memang untuk jangka
pendek tidak berpengaruh buruk, namun untuk jangka panjang, dalam arti jika
kondisi ini terus -menerus berlangsung maka akan menimbulkan masalah yang cukup
serius terhadap pernafasan.

-  Menyebabkan Epidemi, Memicu terjadinya epidemi yang disebabkan dari bau


sampah tersebut,hewan-hewan kecil seperti lalat dan nyamuk akan membawa
penyakit dari keberadaan sampah tersebut.

3.  Terhadap Bisnis

Tidak dapat di pungkiri walaupun sampah banyak sisi negatif, namun di sisi lain
sampah atau limbah plastik khususnya dapat dijadikan lahan bisnis, oleh banyak
orang, karena plastik memiliki sebuah siklus daur ulang mulai dari limbah yang
kotor, kemudian digiling dan akhirnya masuk ke pabrik untuk dibuat kembali menjadi
barang-yang terbuat dari plastik. Kesemuanya itu merupakan siklus yang setiap
tahapan nya memiliki perilaku bisnis yang berbeda maka tidak jarang kita jumpai
bahkan di malam hari, banyak para pemulung berkeliaran untuk mencari limbah
plastik yang bertebaran di jalanan mau pun di tong sampah selain itu bisnis daur
ulang tidak akan pernah mati, karena sebuah siklus tanpa ada akhir,dan akan terus
berputar.

Banyak orang -orang berusaha untuk mengasah kreatifitas nya dengan menggunakan
barang-barang tertentu,begitu juga dengan limbah plastik, banyak di jadikan barang
-barang kerajinan , karena sampah atau limbah plastik memiliki banyak jenis bentuk
dan ukuran, maka ada yang di jadikan tas dengan bahan plastik yang berasal dari
plastik tali paking, ada juga yang dibuat tas namun dengan menggunakan limbah
bungkus sabun kemasan ditergen, lalu ada payung yang terbuat dari limbah kemasan
plastik kopi dan susu sachet.kesemuanya ini merupakan sisi positif yang dapat kita
ambil manfaatnya.

24
C.     Dampak Yang Dihasilkan Sabun dan Detergen Terhadap Lingkungan/Secara
Global

Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada


kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan
infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-alat rumah tangga dan
peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi. Oleh karena banyaknya manfaat
penggunaan deterjen sehingga menjadi bagian penting yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan masyarakat modern.

Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,


harus diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan
dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting
dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai
pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.

Limbah dari bahan kimia sabun dan deterjen bila tidak dapat ditangani dengan baik
pun akan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan. Bila sabun dan deterjen tidak
cocok dengan kulit kita akan dapat menyebabkan iritasi (panas, gatal bahkan
mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan
produk. Untuk produk deterjen yang memiliki derajat keasaman (pH) tinggi. Dalam
kondisi iritasi / terluka, penggunaan produk deterjen maupun sabun yang
mengandung bahan kimia untuk penghalus apalagi yang mengandung pewangi, justru
akan membuat iritasi kulit semakin parah.

Bahan kimia dari soda ash dalam sabun memang sangat bagus membersihkan kotoran
di kulit tubuh namun jika digunakan di wajah, minyak alami wajah pun akan ikut
tanggal. Bahkan sabun bisa menyisakan drying residu di permukaan kulit. Dan hal ini
bisa mempercepat garis dan kerut muncul ke permukaan lebih cepat.
Bahan kimia dalam deterjen ataupun sabun yang paling berbahaya adalah dari

25
golongan ammonium kuartener, senyawa ini dapat membentuk senyawa nitrosamin.
Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

Pembuangan limbah ke sungai/sumber-sumber air tanpa treatment sebelumnya,


mengandung tingkat polutan organik yang tinggi serta mempengaruhi kesesuaian air
sungai untuk digunakan manusia dan merangsang pertumbuhan alga maupun tanaman
air lainnya. Selain itu deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ
pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang
kandungan oksigennya rendah menjadi menurun. Ikan membutuhkan air yang
mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million). Apabila
kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan
oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai
menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian
besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan
nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar
oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti
ikan, udang dan kerang akan mati (Widiyani, 2010).

Keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak
udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan
menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian.

2.6 . Metoda Evaluasi Dampak

Detergen merupakan suatu derivatik zat organik sehingga akumulasinya


menyebabkan meningkatnya COD (Chemichal Oxygen Demand) dan BOD
(Biological Oxigen Demand) dan angka permanganat, maka dalam pengolahannya
sangat cocok menggunakan teknik biologi.

26
Pada  beberapa penelitian membuktikan bahwa alkyl benzena sulfonat (ABS) dapat
diuraikan dengan bakteri Staphylococcus epidermis, Enterobacter gergoviae,
Staphylococcus aureus, Pseudomonas facili, Pseudomonas fluoroscens, Pseudomonas
euruginosa, Kurthia zopfii, dan sebagainya. Bakteri ini akan merombak detergen yang
juga merupakan zat organik sebagai bahan makanan menjadi energi.

Penggunaan alat Trickling Filter, yaitu teknik untuk meningkatkan kontak dari air
limbah dengan mikroorganisme pemakan bahan-bahan organik yang mengambil
oksigen untuk metabolismenya dapat dipergunakan sebagai pengolahan limbah
deterjen skala rumah tangga. Diawali dengan mengembangbiakkan bakteri pada
media pecahan genteng selama 40 hari dalam limbah rumah tangga yang ada di
selokan, kemudian dilakukan treatment/sirkulasi terhadap limbah deterjen sintetik
pada Trickling Filter dan dianalisa nilai konsentrasi LAS dengan pengujian MBAS
(Metylene Blue Active Surfactan). media pertumbuhan mikroorganisme adalah
pecahan genteng yang direndam dalam selokan 40 hari. Jenis mikroorganisme yang
ada di selokan antara lain Crenothrix & Sphaerotilus, Chromatium & Thiobacillus,
mikroalgae hijau & biru, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Shigella shigae,
Eschericia Coli. Pengamatan langsung dengan menggunakan mikroskop dan
pengecatan gram menunjukkan bahwa komunitas mikroba didominasi oleh bakteri
gram negatif, menemukan komunitas bakteri dari golongan Proteobacteria
mendominasi komunitas bakteri yang mampu mendegradasi deterjen. Pertumbuhan
mikroorganisme ini berlangsung cukup lama karena dipengaruhi oleh suhu dan nutrisi
yang diperlukannya. Deterjen akan mengalami penurunan kadar LAS dengan
semakin bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan mikroorganisme aerobik yang
memakan zat yang terkandung dalam deterjen. Kemampuan mikroba terutama bakteri
dalam menggunakan deterjen sebagai sumber karbon utama menunjukkan bahwa
bakteri memegang peran penting. Deterjen dengan kadar LAS yang besar
membutuhkan waktu peruraian yang lebih lama dan deterjen dengan kadar LAS yang
kecil akan lebih cepat terurai.

27
Penanganan dengan cara lumpur aktif juga dapat dikembangkan , dan dapat
menurunkan COD, BOD 30 – 70 %, bergantung pada karakteristik air limbah yang,
diolah dan kondisi proses lumpur aktif yang dilakukan. Proses lumpur aktif terus
berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain oxidation ditch dan kontak-
stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai
85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit.  Selain
efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang
lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam).

Mendestabilkan partikel deterjen dapat dimanfaatkan sebagai pengolahan


limbah karena detergen mempunyai sifat koloid. Karakteristik dari partikel koloid
dalam air sangat dipengaruhi oleh muatan listrik dan kebanyakan partikel tersuspensi
bermuatan negative. Cara mendestabilkan atau merusak kestabilan partikel dilakukan
dalam dua tahap. Pertama dengan mengurangi muatan elektrostatis sehingga
menurunkan nilai potensial zeta dari koloid, proses ini lazim disebut sebagai
koagulasi. Kedua adalah memberikan kesempatan kepada partikel untuk saling
bertumbukan dan bergabung, cara ini dapat dilakukan dengan cara pengadukan dan
disebut sebagai flokulasi.

Detergen mampu memecah minyak dan lemak membentuk emulsi sehingga


dapat diendapkan dengan menambahkan inhibitor garam alkali seperti kapur dan
soda. Buih yang terbentuk akan dapat dihilangkan dengan proses skimming
(penyendokan buih) atau flotasi.

Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang


mengapung juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi
(clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan
memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Adsorpsi menggunakan karbon aktif dapat digunakan untuk mengurangi kontaminasi


detergen. Detergen yang merupakan molekul organik akan ditarik oleh karbon aktif

28
dan melekat pada permukaannya dengan kombinasi dari daya fisik kompleks dan
reaksi kimia. Karbon aktif memiliki jaringan porous (berlubang) yang sangat luas
yang berubah-ubah bentuknya untuk menerima molekul pengotor baik besar maupun
kecil. Zeolit dapat menurunkan COD 10-40%, dan karbon aktif dapat menurunkan
COD 10-60 %.

Detergen mempunyai ikatan – ikatan organik. Proses khlorinasi akan


memecah ikatan tersebut membentuk garam ammonium khlorida meskipun akan
menghasilkan haloform dan trihalomethans jika zat organiknya berlebih.

Air limbah deterjen tidak dapat dibuang ke septic tank seperti pada kotoran
manusia (black water) karena memiliki kandungan detergen yang dapat membunuh
bakteri pengurai yang dibutuhkan septic tank. Karena itu, diperlukan pengolahan
khusus yang dapat menetralisasi kandungan detergen dan juga menangkap lemak.

Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran air limbah adalah dengan
menanami selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman
yang bisa digunakan, antara lain jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air,
futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat
mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak
dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.

Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering
disebut dengan sistem pengolahan air limbah (SPAL) dengan cara mudah, bahan
murah dan tidak sulit diterapkan di rumah Anda. Instalasi SPAL terdiri dari dua
bagian yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak pengumpul terdapat
ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang
untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir. Tangki resapan dibuat
lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki
resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat
pencemar yang ada dalam air limbah deterjen (greywater). Mekanisme kerja SPAL
dengan cara air bekas deterjen atau bekas sabun dialirkan ke ruang penangkap

29
sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan
tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung
pasir, pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak, karena
berat jenisnya lebih ringan, akan mengambang di ruang penangkap lemak. Air yang
telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di
tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air
akan keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan
melewati penyaring berupa batu koral dan batok kelapa. Limbah deterjen atau air
sabun yang telah diolah dapat digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur
kloset, dan untuk mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju bahkan
diolah lagi menjadi air minum (Anonimous, 2009).

Salah satu cara pengolahan limbah deterjen dan air sabun yang diterapkan di
perusahaan produsen deterjen adalah dengan pembuatan bak pengumpulan air limbah
sisa deterjen. Di dalam bak pengumpulan limbah tersebut diletakkan pompa celup
yang harus terendam air untuk menghindari terbentuknya gelembung/buih detrejen.
Pompa celup ini berfungsi sebagai sirkulasi limbah. Selanjutnya di luar bak
penampungan dibuat bak kecil dan pompa dosing yang berisi larutan anti deterjen,
misalnya jika deterjen yang terbuang banyak mengandung deterjen anionik, maka
untuk menetralisir diberikan larutan deterjen kationik sebagai anti deterjennya,
demikian pula sebaliknya. Kemudian larutan anti deterjen ini dimasukkan ke dalam
bak penampungan dan dilakukan proses penetralan. Pada proses penetralan, perlu
ditentukan kadar deterjen di dalam bak penampungan dengan analisis deterjen sistem
MBAS (Metilen Blue Active Surfactan) atau dengan sistem Titrasi Yamin yang
secara khusus untuk mengetahui kadar deterjen. Misalnya kadar deterjen 50 ppm
dapat dilakukan uji coba dengan pemberian larutan anti deterjen sebanyak 5 ml per
menit dengan pompa dosing sampai kadar deterjen 0 ppm. 

30
Bagi pemilik usaha binatu/laundry dapat melakukan upaya pemilihan deterjen
dengan kandungan fosfat yang rendah karena dapat menjadi pencemaran air
disekitarnya. Serta dapat melakukan pengelolaan limbah deterjen secara sederhana
dengan pembuatan bak penampungan khusus, atau dengan penambahan arang aktif.

            Selain cara yang dapat dilakukan diatas, cara sederhana yang dapat dilakukan
yaitu:

·         Membuang air cucian di lubang wc

·         Tidak membuang air deterjen ke sungai atau parit parit kecil yang menuju
sungai

·         Tidak membuang limbah deterjen di tanah karena dapat membunuh


mikroorganisme tanah

·         Melakukan pengelolaan limbah deterjen dengan cara yang benar.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1)      Pembuatan detergen dan sabun pada skala industri merupakan gabungan dari
ilmu-ilmu exact sebegitu rupa, dan memerlukan alat-alat yang perlu pengendalian
khusus dan mempunyai spesifikasi tertentu.

2)      Pada proses pembuatan detergen, yang pertma kali dilakukan adalah dengan
pembuatan surfaktan. Lalu hasil surfaktan ini, untuk membuat detergent dicampur
dengan phospat, silikat dan dry scrap. Adapun komposisi surfaktan adalah alkyl
benzene sulfonat,  fatty alcohol, oleum dan larutan NaOH. Proses pembuatan
detergen melalui alat crutcer yang dilanjutkan ke drop tank setelah itu dipompa ke
spray tower untuk pembentukan serbuk. Serbuk ini di angkat dengan lift udara dan
diberi aroma (parfum) kemudian menuju packing.

3)      Pada proses pembuatan sabun, raw material (bahan baku) yang digunakan


adalah lemak, basa kausatik (NaOH atau KOH), dan katalis. Pertama-tama lemak dan
katalis dimasukkan sebagai feed awal menuju ke blend tank, setelah itu menuju
Hidrolizer. Pada hidrolizer lemak dihidrolisis yang dapat membentuk asam lemak
(gas) dan gliserin. Setelah itu asam lemak menuju heat exchanger, lalu ke high
vacuum still yang dilanjutkan ke kondensor dan distillate receiver. Pada distillate
receiver muncul hasil samping berupa asam lemak. Kemudian dari distillate
receiver dilanjutkan ke mixer neutralizer dimana ditambahkannya soda kausatik yang
setelah itu menuju soap blender dan menghasilkan sabun padat. Untuk produksi
sabun cair, maka proses tidak cukup sampai disini, dilanjutkan menuju high pressure

32
pump lalu heat exchanger, flash tank dan packing. Selain sabun yang diproduksi pada
proses ini, gliserin dan asam lemak merupakan hasil samping yang cukup besar
pemroduksiannya.

4)      Air limbah dari sabun dan deterjen dapat menimbulkan dampak pencemaran,
apalagi bila bahan yang dipakainya bukan terbuat dari bahan alami dan ramah
lingkungan,

dampak-nya bila limbah tersebut menyebar di air dan sungai dapat membunuh
organisme yang ada di dalamnya seperti ikan, fitoplankton, zooplankton / protozoa,
cyanobacteria, dan lain-lain.

5)      Limbah dari bahan kimia sabun dan deterjen bila tidak dapat ditangani dengan
baik pun akan memberi dampak yang buruk bagi kesehatan

Bahan kimia dalam deterjen ataupun sabun yang paling berbahaya adalah dari
golongan ammonium kuartener, senyawa ini dapat membentuk senyawa nitrosamin.
Senyawa nitrosamin diketahui bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.

33
DAFTAR PUSTAKA
Petra & Frick, Heinz. (2007). Hak Konsumen dan Ekolabel. Yogyakarta: Kanisius.

http://makalahsekolah.wordpress.com/2012/05/22/pencemaran-tanah-dampak-serta p
enanggulangannya.

34

Anda mungkin juga menyukai