Penyusun
I
Daftar Isi
Kata pengantar..........................................................................................I
Daftar isi.....................................................................................................II
BAB I Pendahuluan
1. Latar belakang.........................................................................................1
2. Tujuan......................................................................................................1
3. Rumusan masalah..................................................................................1
BAB II ISI
A. Pengertian AMDAL.................................................................................2
B. Dasar Hukum..........................................................................................5
C. Penentuan Dampak Penting...................................................................5
D. Proses AMDAL.......................................................................................6
E. Pedoma Penentuan Dampak Penting....................................................7
F. Manfaat AMDAL......................................................................................9
G. Pihak yang Terlibat Proses Amdal.........................................................9
H. Hal yang Perlu Diperhatikan...................................................................10
I. Prosedur AMDAL....................................................................................10
J. Penyusun AMDAL...................................................................................11
K. Pihak yang Terlibat Dalam Proses AMDAL............................................11
L. Maksud UKL dan UPL.............................................................................11
M. Keterkaitan AMDAL................................................................................12
N. AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela......................................13
O. Contoh Kasus AMDAL di Indonesia.......................................................13
BAB III Penutup.........................................................................................16
Daftar Pustaka...........................................................................................17
Lampiran
II
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebenarnya AMDAL itu sudah mulai berlaku di Indonesia pada tahun 1986
karena berlakunya PP No. 29 Tahun 1986. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian
dari studi kelayakan pembangunan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Tujuannya untuk memastikan bahwa pembangunan suatu rencana/atau
kegiatan yang akan dilaksanakan bermanfaat dan tidak mengorbankan
lingkungan hidup.
2. Tujuan
Untuk menjamin agar suatu usaha dan/atau kegiatan pembangunan dapat
beroperasi secara berkelanjutan tanpa merusak dan mengorbankan lingkungan
atau dengan kata lain usaha atau kegiatan tersebut layak dari aspek lingkungan
hidup.
3. Rumusan Masalah
• Apakah AMDAL itu?
• Apakah dasar hokum AMDAL?
• Apakah dampak dari AMDAL?
• Apakah manfaat dari AMDAL?
1
BAB II
ISI
AA PENGERTIAN AMDAL
Pada waktu yang lampau, kebutuhan manusia akan sumber alam belum
begitu besar karena jumlah manusianya sendiri masih relatif sedikit, di samping
itu intensitas kegiatannya juga tidak besar. Pada saat-saat itu perubahan-
perubahan pada lingkungan oleh aktifitas manusia masih dalam kemampuan
alam untuk memulihkan diri secara alami. Tetapi aktifitas manusia makin lama
makin besar sehingga menimbulkan perubahan lingkungan yang besar pula.
Pada saat inilah manusia perlu berfikir apakah perubahan yang terjadi pada
lingkungan itu tidak akan merugikan manusia. Manusia perlu memperkirakan apa
yang akan terjadi akibat adanya kegiatan oleh manusia itu sendiri.
AMDAL (Analisis Mengenai Danpak Lingkungan) merupakan kajian
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap
perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-
ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi
kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk
pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun
1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran
yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan.
Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL
adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib
mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan.
AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang
penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.
Undang-undang No. 4 Tahun 1982 Pasal 1 menyatakan : “Analisis
mengenai dampak lingkungan adalah hasil studi mengenai dampak suatu
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi
proses pngambilan keputusan”.
AMDAL harus dilakukan untuk proyek yang diperkirakan akan
menimbulkan dampak penting, karena ini memang yang dikehendaki baik oleh
Peraturan Pemerintah maupun oleh Undang-undang, dengan tujuan agar kualitas
lingkungan tidak rusak karena adanya proyek-proyek pembangunan. Oleh karena
itu pemilik proyek atau pemrakarsa akan melanggar perundangan bila tidak
menyusun AMDAL, semua perizinan akan sulit didapat dan di samping itu pemilik
proyek dapat dituntut dimuka pengadilan. Keharusan membuat AMDAL
merupakan cara yang efektif untuk memaksa para pemilik proyek memperhatikan
kualitas lingkungan, tidak hanya memikirkan keuntungan proyek sebesar mungkin
2
tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang timbul. Dampak dari suatu
kegiatan, baik dampak negatif maupun dampak positif harus sudah diperkirakan
sebelum kegiatan itu dimulai. Dengan adanya AMDAL, pengambil keputusan
akan lebih luas wawasannya di dalam melaksanakan tugasnya. Karena di dalam
suatu rencana kegiatan, banyak sekali hal-hal yang akan dikerjakan, maka
AMDAL harus dapat membatasi diri, hanya mempelajari hal-hal yang penting bagi
proses pengambilan keputusan.
AMDAL ini sangat penting bagi negara berkembang khususnya Indonesia,
karena Indonesia sedang giat melakasanakan pembangunan, dan untuk
melaksanakan pembangunan maka lingkungan hidup banyak berubah, dengan
adanya AMDAL maka perubahan tersebut dapat diperkirakan. Dampak kegiatan
terhadap lingkungan hidup dapat berupa dampak positif maupun dampak negatif,
hampir tidak mungkin bahwa dalam suatu kegiatan / pembangunan tidak ada
dampak negatifnya. Dampak negatif yang kemungkinan timbul harus sudah
diketahui sebelumnya (dengan MDAL), di samping itu AMDAL juga membahas
cara-cara untuk menanggulangi / mengurangi dampak negatif. Agar supaya
jumlah masyarakat yang dapat ikut merasakan hasil pembangunan meningkat,
maka dampak positif perlu dikembangkan di dalam AMDAL.
Prosedur kerja
3
Langkah penampisan satu tahap
4
AA Dasar Hukum
5
Hal-hal yang menentukan pentingnya dampak sustu kegiatan telah disebutkan di
atas (pada penjelasan pasal 10 Undang-undang No. 4 tahun 1982).
DA Proses AMDAL
6
4. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL):
RPL adalah dokumen yang memuat program-program pemantauan untuk
melihat perubahan lingkungan yang disebabkan oleh dampak-dampak yang
berasal dari rencana kegiatan. Hasil pemantauan ini digunakan untuk
mengevaluasi efektifitas upaya-upaya pengelolaan lingkungan yang telah
dilakukan, ketaatan pemrakarsa terhadap peraturan lingkungan hidup dan dapat
digunakan untuk mengevaluasi akurasi prediksi dampak yang digunakan dalam
kajian ANDAL.
5. Ringkasan Eksekutif:
Ringkasan Eksekutif adalah dokumen yang meringkas secara singkat dan
jelas hasil kajian ANDAL. Hal hal yang perlu disampaikan dalam ringkasan
eksekutif biasanya adalah uraian secara singkat tentang besaran dampak dan
sifat penting dampak yang dikaji di dalam ANDAL dan upaya-upaya
pengelolaan dan pemantuan lingkungan hidup yang akan dilakukan untuk
mengelola dampak-dampak tersebut.
Setiap rencana kegiatan mempunyai sasaran atau target berapa manusia yang
diperkirakan akan menikmati manfaat yang akan dilaksanakan.
Dalam setiap kegiatan akan ada dampak positif dan dampak negatif. Baik
dampak positif maupun dampak negatif yang timbul dari suatu kegiatan akan
dirasakan baik oleh sejumlah manusia yang menjadi sasaran, maupun ioleh
sejumlah manusia di luar sasaran. Oleh karena itu dampak lingkungan suatu
kegiatan yang penentuannya didasarkan pada jumlah manusia yang terkena
dampak menjadi penting bila :
Manusia yang terkena dampak lingkungan tetapi tidak termasuk pada sasaran
yang diperkirakan dapat menikmati manfaat kegiatan yang direncanakan,
jumlahnya sama atau bahkan lebih besar dari jumlah manusia yang dapat
menikmati manfaat dari kegiatan tersebut; atau
Manusia yang terkena dampak lingkungan, baik yang termasuk maupun yang
tidak termasuk dalam sasaran untuk menikmati rencana kegiatan, jumlahnya
sama atau lebih besar dari jumlah manusia yang tidak akan terkena dampak
lingkungan dalam wilayah dampak yang telah ditentukan menurut kerangka
acuan bagi pembuatan analisis dampak lingkungan.
7
Luas wilayah persebaran dampak paling sedikit dua kali lebih besar dari luas
wilayah rencana kegiatan;
Luas wilayah persebaran dampak melampaui batas wilayah administrasi pada
tingkat kabupaten ke atas dari tempat rencana kegiatan;
Luas wilayah persebaran dampak melampaui wilayah Negara Republik
Indonesia sehingga mengancam keserasian hubungan dengan negara
tetangga.
4) Intensitas dampak
FA Manfaat AMDAL
AA Prosedur AMDAL
I. AMDAL-UKL/UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi
diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH
17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi
dalam pengelolaan limbahnya.
Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan
lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi
peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut
tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan
tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit
Lingkungan yang Diwajibkan.
Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya
spesifik, dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan
kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan
kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan
menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.
13
Menurut dia, hal ini merupakan bukti bahwa bukan saja pengusaha yang tidak
peduli terhadap masalah lingkungan, melainkan juga pemerintah daerah. Sikap
tidak peduli terhadap masalah lingkungan juga ditunjukkan sejumlah pemilik
usaha industri ataupun kawasan industri dengan tidak menyampaikan laporan
rutin enam bulan sekali kepada Bapedalda. Wahyudin mengatakan, kawasan
industri di Terboyo, misalnya, tidak pernah menyampa ikan laporan
perkembangan usahanya, terutama yang diperkirakan berdampak pada
lingkungan, kepada Bapedalda. Hal serupa juga dilakukan pengelola lingkungan
industri kecil (LIK) di Bugangan Baru. Keadaan tersebut, menurut Wahyudin,
mengakibatkan Bapedalda ti dak bisa mengetahui perkembangan di kedua
kawasan industri tersebut. Padahal, perkembangan sebuah kawasan industry
sangat perlu diketahui oleh Bapedalda agar instansi tersebut dapat memprediksi
kemungkinan pencemaran yang bisa terjadi. Ia menambahkan, indu stri kecil,
seperti industri mebel, sebenarnya berpotensi menimbulkan pencemaran
lingkungan. Namun, selama ini, orang terlalu sering hanya menyoro ti industry
berskala besar. (Kompas, 2 Agustus 2002)
b) Sebanyak 575 dari 719 perusahaan modal asing (PMA) dan perusahaan modal
dalam negeri (PMDN) di Pulau Batam tak mengantungi analisa mengenai
dampak lingkungan (Amdal) seperti yang digariskan. Dari 274 industri penghasil
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), hanya 54 perusahaan yang
melakukan pengelolaan pembu angan limbahnya secara baik. Sisanya
membuang limbahnya ke laut lepas atau dialirkan ke sejumlah dam penghasil
air bersih. "Tragisnya, jumlah limbah B3 yang dihasilkan oleh 274 perusahaan
industri di Pulau Batam yang mencapai tiga juta ton per tahun selama ini tak
terkontrol. Salah satu industry berat dan terbesar di Pulau Batam penghasil
limbah B3 yang tak punya pengolahan limbah adalah McDermot," ungkap
Kepala Bagian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda)
Kota Batam Zulfakkar di Batam, Senin (17/3). Menurut Zulfakkar, dari 24
kawasan industri, hanya empat yang memiliki Amdal dan hanya satu yang
memiliki unit pengolahan limbah (UPL) secara terpadu, yaitu kawasan industri
Muka Kuning, Batamindo Investment Cakrwala (BIC). Selain BIC, yang memiliki
Amdal adalah Panbil Idustrial Estate, Semblong Citra Nusa, dan Kawasan
Industri Kabil. "Semua terjadi karena pembangunan di Pulau Batam yang
dikelola Otorita Batam (OB) selama 32 tahun, tak pernah mempertimbangkan
aspek lingkungan dan social kemasyarakatan. Seolah-olah, investasi dan
pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan segalanya. Sesuai Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal), maka pengelolaan sebuah kawasan industri tanpa
mengindahkan aspek lingkungan, jelas melanggar hukum. "Semenjak
Pemerintah Kota (Pemkot) Batam dan Bapedalda terbentuk tahun 2000, barulah
diketahui bahwa Pulau Batam yang kita bangga-banggakan itu, kondisi
lingkungan dan alamnya sudah rusak parah. (Kompas, 18 Maret 2003)
14
mengenai dampak lingkungan (Amdal). Penanaman kapas transgenik juga tidak
wajib Amdal, seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27
Tahun 1999 tentang Amdal. Demikian pendapat Prof Dr Daud Silalahi SH, pakar
Amdal dari Universitas Padjadjaran (Unpad) atas pertanyaan Hot-man Paris
selaku pengacara PT Monagro Kimia-pihak tergugat intervensi I, pada siding
gugatan pembatalan SK Menpan Nomor 107 Tahun 2001 di Pengadilan Tata
Usaha Negara (PTUN) Jakarta Timur, Kamis (30/8) lalu. Sidang yang dipimpin
hakim Moch Arif Nurdu'a SH itu menghadirkan pula Y Andi Trisyono PhD dari
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) selaku saksi ahli ked ua
dari pihak tergugat intervensi I. Saksi kedua ini ditolak oleh tim penggugat
karena mempunyai hubungan kerja dengan para tergugat. Andi melakukan uji
multilokasi yang dibiayai oleh PT Monagro Kimia, dan saat ini menjadi salah
satu anggota tim pengendali an kapas transgenik yang ditunjuk oleh Mentan
melalui SK Nomor 305 Tahun 2001. Dalam PP No 27/1999, Amdal merupakan
syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha atau
kegiatan yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Jenis usaha at au
kegitan yang wajib Amdal adalah usaha yang dapat menimbulkan dampak
besar dan penting terhadap lingkungan hidup, seperti yang tersebut dalam
Pasal 3 -antara lain adalah introduksi jenis tumbuhan, jenis hewan, dan jasad
renik. Hotman Paris menambahkan, i zin usaha Monagro Kimia diperoleh dari
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Izin ini tidak ada kaitannya
dengan kegiatan penanaman kapas transgenik di lapangan. Dari sudut hukum,
yang melakukan kegiatan adalah pemrakarsa, dalam hal ini petani. Tetapi,
kegiatan penanaman kapas oleh petani tidak menggunakan izin usaha karena
mereka telah melakukannya sejak dulu. Oleh karena itu, lanjutnya, petani juga
tidak perlu wajib Amdal. (Kompas, 3 September 2001)
d) Selama ini, pusat perbelanjaan diserahi tugas membuat studi analisis mengenai
dampak lingkungan. Untuk kebutuhan tersebut, mereka menggunakan jasa
konsultan. Karena kebebasan itu, dokumen amdal umumnya baru diterima
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta, setelah
pusat perbelanjaan men galami masalah, misalnya, akan dijual ke bank dan
membutuhkan rekomendasi amdal . Padahal, sesuai prosedur, izin
pembangunan pusat perbelanjaan baru diterbitkan setelah rekomendasi dari
BPLHD DKI. Dokumen amdal di antaranya menyangkut aspek kimia, fisika, s
osial, budaya, kesehatan masyarakat, dan lalu lintas. "Amdal dibuat sendiri
pusat perbelanjaan dengan bantuan dari konsultan. Seharusnya, sebelum izin
pembangunan pusat perbelanjaan keluar, amdal itu masuk di tempat kami,"
Kepala Subdinas Amdal BPLHD DKI Jakarta Ridwan Panjaitan, Rabu (16/7).
"Selanjutnya, kami memberikan rekomendasi. Tetapi yang terjadi, amdal baru
diserahkan setelah pusat perbelanjaan itu berdiri dan mengalami masalah yang
membutuhkan rekomendasi dari BPLHD. Pemantauan Kompas, pusat
perbelanjaan di Jakarta banyak yang dibangun pada jalur lalu lintas dalam
kategori padat dengan ruas jalan sempit. Kehadiran pusat perbelanjaan itu
menambah kemacetan di jalur yang sudah padat tersebut. Begitu juga yang
terjadi belakangan ini, pembangunan pusat perbelanjaan yang sedang dibangun
terutama di jalur padat Jalan Sudirman menuju Gatot Subroto, dan Jalan
Permata Hijau, yang sudah padat. Beberapa pusat perbelanjaan menambah
kemacetan seperti Carrefour Jalan Sudirman, ITC Mangga Dua, ITC Cempaka
15
Mas, ITC Roxi Mas, Mal Ambassador, dan Plaza Senayan. Ke depan,
dikhawatirkan jika sudah beroperasi akan menambah beban kendaraan dan
menyebabkan kemacetan. (Kompas, 17 juli 2003).
BAB III
PENUTUP
16
Daftar Pustaka
Kompas, 3 September 2001, “Penanaman Kapas Transgenik Tak Wajib Amdal ”.
Kompas, 2 Agustus 2002,” Pelaku Usaha Masih Abaikan Masalah Lingkungan ”.
Kompas, 18 Maret 2003, ” 575 Perusahaan di Batam Tak Punya Amdal”.
Kompas, 17 juli 2003 ,” Pusat Perbelanjaan Tentukan Sendiri Amdalnya ”.
http://iklim.lingkungan.org/
http://www.google.com/
http://www.wikipedia.com/
http://www.scripd.com/
http://www.grameenfoundation.org/
http://www.freewebs.com/mastomi/
http://www.irwantoshot.com/
17
KRITIK DAN SARAN