Anda di halaman 1dari 23

Mata Kuliah : PengolahanLimbah Cair-A

Dosen : Syamsuddin S, SKM., M.Kes

MAKALAH
“ASPEK HUKUM PEMBUANGAN LIMBAH CAIR SERTA PRODUK
HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PEMBUANGAN LIMBAH
CAIR”

DISUSUN OLEH :

DWI SUCI NAMIRAH

PO.71.4.221.20.1.049

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
SANITASI LINGKUNGAN
TINGKAT IIIB
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah, kami bisa
menyusun makalah ”Aspek Hukum Pengolahan Limbah Cair” sebagai tugas
mata kuliah PLC-A. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang
bersangkutan yang telah memberikan bimbingannya kepada kami.
Kami juga memohon maaf apabila dalam penulisan proposal ini terdapat
kesalahan pengetikan dan kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam
memahami tujuan kami.

Makassar, 2 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
C. Tujuan ................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4

A. Definisi Limbah Cair...................................................................................... 4


B. Pengolahan Limbah Cair ................................................................................ 5
C. Peraturan Pengolahan Limbah Cair .............................................................. 11
D. Penegakan Hukum Pembuangan Limbah...................................................... 14
E. Produk Hukum Yang Berkaitan Dengan Pembuangan Limbah ..................... 16

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 19

A. Kesimpulan .................................................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di


suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat
aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga
ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai
peruntukannya. Pencemaran air, baik sungai, laut, danau maupun air bawah
tanah, semakin hari semakin menjadi permasalahannya di Indonesia sebagaimana
pencemaran udara dan pencemaran tanah. Mendapatkan air bersih yang tidak
tercemar bukan hal yang mudah lagi. Bahkan pada sungai-sungai di lereng
pegunungan sekalipun.
Dampak yang tidak kalah merugikan dari pencemaran air adalah
terganggunya lingkungan hidup, ekosistem, dan keanekaragaman hayati. Sungai
yang tercemar tersebut dapat mematikan berbagai organisme yang hidup di
dalamnya. Pembangunan sektor industri bagi Indonesia merupakan salah satu hal
yang harus dilakukan, mengingat jumlah angkatan kerja banyak, yang tidak
hanya mungkin dapat diatasi hanya pada sektor pertanian. Dengan indutri tenaga
kerja akan banyak terserap baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan
pembangunan industri dapat terbuka bidang-bidang usaha lainnya seperti
berbagai kegiatan dalam sektor jasa.
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat, limbah cair, maupun
limbah gas. Jenis limbah ini bisa dikeluarkan oleh satu industri dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan nilai ekonomisnya, limbah dibedakan menjadi limbah
yang mempunyai nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis.
1| P a g e
Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah dengan cara melalui unit
suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah, sedangkan limbah non-
ekonomis yaitu suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara
apapun tidak akan memberi nilai tambah kecuali sekedar mempermudah sistem
pembuangan.
Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan dari proses produksi.
Limbah cair ini umumnya akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan
mengalami proses pengolahan ataupun kadangkala langsung di buang ke perairan
atau lingkungan. Pembuangan limbah cair langsung ke lingkungan akan sangat
membahayakan karena kemungkinan adanya bahan-bahan berbahaya dan
beracun ataupun kandungan limbah yang ada tidak mampu dicerna oleh
mikroorganisme yang ada di lingkungan.

2| P a g e
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pengolahan limbah cair?
2. Apa saja peraturan tentang pengolahan limbah cair?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana Sistem pengolahan limbah
cair.
2. Untuk mengetahui Peraturan tentang pengolahan limbah
cair.

3| P a g e
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Limbah Cair


Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan dari proses produksi.
Limbah cair ini umumnya akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan
mengalami proses pengolahan ataupun kadangkala langsung di buang ke perairan
atau lingkungan. Pembuangan limbah cair langsung ke lingkungan akan sangat
membahayakan karena kemungkinan adanya bahan-bahan berbahaya dan
beracun ataupun kandungan limbah yang ada tidak mampu dicerna oleh
mikroorganisme yang ada dilingkungan (Hidayat, 2016).

Secara sederhana limbah cair dapat didefinisikan sebagai air buangan


yang berasal dari aktivitas manusia dan mengandung berbagai polutan yang
berbahaya baik secara langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan
sumbernya, limbah cair dapat dibedakan atas limbah rumah tangga dan limbah
industri, sedangkan polutan yang terdapat dalam limbah dapat dibedakan atas
polutan organik dan polutan anorganik dan umumnya terdapat dalam bentuk
terlarut atau tersuspensi (Uyun, 2012).

Polutan yang terdapat dalam limbah cair merupakan ancaman yang cukup
serius terhadap kelestarian lingkungan, karena di samping adanya polutan yang
beracun terhadap biota perairan, polutan juga mempunyai dampak terhadap sifat
fisika, kimia, dan biologis lingkungan perairan. Dengan kata lain, perubahan
sifat-sifat air akibat adanya polutan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas
air sehingga berdampak negatif terhadap kelestarian ekosistem perairan dalam
berbagai aspek (Uyun, 2012).

Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang


Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup,
yaitu air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang
berwujud cair, baku mutu air limbah adalah ukuran
4| P a g e
batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau dilepas ke
dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan. Dari kegiatan industri limbah
cair adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri dalam bentuk cair.
Limbah cair dalam industri sablon adalah semua air buangan dari hasil kegiatan
sablon yang mungkin mengandung bahan kimia beracun yang berbahaya bagi
kesehatan lingkungan, terutama lingkungan yang berada disekitar area industri
sablon. Sejalan dengan pendapat (Suharto, 2011) menyatakan bahwa “limbah
cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri
yang dibuangkelingkungan yang diduga dapat mencemari lingkungan”.

Limbah cair merupakan limbah yang dihasilkan dari proses industriyang


berwujud cair dan mengandung padatan tersuspensi atau terlarut, akan
mengalami 7 proses perubahan fisik, kimia, maupun biologi yang menghasilkan
zat beracun dan dapat menimbulkan gangguan ataupun resiko terjadinya penyakit
dan kerusakan lingkungan (Kaswinarni, 2008). Oleh karena itu limbah cair yang
yang dhasilkan dari kegiatan industri sablon dapat mengandung bahan yang
menghasilkan zat beracun bagi kesehatan lingkungan dan menyebabkan
terjadinya pencemaran lingkungan.

B. Pengolahan Limbah Cair


1. Pra – Treatment
Pengolahan pendahuluan bertujuan untuk melindungi unit pengolahan dari
kegagalan proses dan mengurangi inefisiensi yang mungkin terjadi akibat proses
awal yang salah. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengambilan
benda terapung dan benda mengendap. Setiap sistem pada proses pengolahan
limbah cair umumnya memiliki alat penyaring awal. Proses penyaringan ini
disebut screening yang bertujuan untuk menyaring atau menghilangkan
sampah/benda padat yang besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah lagi
menanganinya. Dengan

5| P a g e
hilangnya sampah-sampah padat besar, maka transportasi limbah cair tidak akan
terganggu.
Pengambilan benda terapung dilakukan dengan memasang saringan kasar
atau dengan menggunakan alat pencacah (communitor) untuk memotong zat
padat yang terdapat dalam air limbah. Perangkat penyaringan kasar ini biasa
disebut dengan bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya diletakkan pada intake
bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar.
Umumnya jarak antara bar yang tersusun pada rack bervariasi antara 20 mm
hingga 75 mm.
Pada keadaan tertentu digunakan pula microstrainer dengan ukuran 15- 64
µm dengan tujuan untuk menyaring organisme plankton. Microstrainer biasa
digunakan untuk limbah cair dari reservoir pertama (awal). Sedangkan
pengambilan benda mengendap digunakan bak penangkap pasir. Untuk
mengangkat pasir yang mengendap digunakan alat penyedot pasir (grit dragger)
atau alat pengangkut pasir (macerator).

2. Primary Treatment
Pada tahap ini adalah pengendapan atau pengapungan bahanbahan padat
sehingga dapat dihilangkan. Kecepatan pada bak pengendap ini diperlambat
untuk memberi kesempatan pasir dan bahan organik mengendap. Pasir dan bahan
lain harus diambil dan dibuang untuk menambah kapasitas pengendapan dan
kecepatan flokulasi dapat ditambahkan bahan kimia pengendap, seperti Lime
(CaOH), Alum Feri oksida (Kusnoputranto, 1997). Apabila pengolahan ini
bertujuan untuk menghasilkan buangan dengan sedikit partikel zat tercampur
makadigunakan alat yang dikenal sebagai Clarifier. Sementara kalau bertujuan
menghasilkan partikel padat yang jernih digunakan Thickener (Sugiharto, 1987).
Selain dengan pengendapan, bisa dilakukan dengan carapengapungan, yaitu dengan
menggunakan gelembung gas untukmeningkatkan daya apung campuran. Dengan adanya
gas ini membuat

6| P a g e
Larutan menjadi kecil sehingga campuran mudah mengapung (Sugiharto
1987). Pada pengolahan tahap pertama ini terjadi pengurangan BOD 35%, SS
berkurang sampai 60%. Pengurangan BOD dan SS dapat mengurangi beban
pengolahan pada tahap selanjutnya. Pengolahan pertama (primary treatment)
bertujuan untuk memisahkan padatan dari air secara fisik dengan melewatkan
air limbah melalui saringan (filter) dan bak sedimentasi (sedimentation tank).
a. Penyaringan (Filtration)
Hasil dari kegiatan industri pada limbah cair memerlukan penyaringan yang
bertujuan untuk mengurangi padatan maupun lumpur tercampur dan partikel
koloid dengan melewatkan air limbah melalui media yang porous.
Dikarenakan polutan dapat menyebabkan pendangkalan pada badan air
penerima dapat juga menggangu efisiensi dari alat pengolahan limbah
lainnya.
b. Pengendapan (Sedimentation)
Terjadinya pengendapan pada limbah hasil dari kegiatan industri terjadi
dikarenakan adanya kondisi yang sangat tenang. Bahan kimia juga dapat
ditambahkan untuk meningkatkan pengurangan dari partikel yang tercampur.
Untuk mempercepat proses pengendapan terkadang diperlukan tawas yang
sudah 15 diencerkan terlebih dahulu. Dalam industri dikenal istilah rapid
mixing (pengadukan cepat) untuk melarutkan koagulan seperti tawas di
dalam air, dan slow mixing (pengadukan lambat) untuk mencampurkan
koagulan dengan polutan flok yang dapat mengendap.

3. Secondery Treatment
Sesudah melewati pengolahan primer, air limbah dialirkan ke
pengolahan sekunder. Pada pengolahan kedua ini diperkirakan terjadi
penurunan kadar BOD dalam rentang 35-95%. Mixing Pencampuran diperlukan
apabila dalam suatu materi harus bercampur semua denganmateri lain secara
sempurna. Proses pencampuran juga diperlukan apabila

7| P a g e
dalam suatu reaktor harus dijaga konsentrasi atau temperatur yang merata. Pada
pengolahan limbah, mixing diperlukan pada proses pengolahan biologi yang
memerlukan pencampuran terus menerus, sehingga proses biologi dapat terjadi
lebih efektif. Alat atau metode pencampuran dapat dibagi dalam beberapa jenis,
yaitu:
 turbin atau padle mixer
 propeler mixer
 pneumatic mixer
 hydraulic mixer
 in-line hydraulic and static mixing
Pengolahan kedua ini dapat berupa Activated Sludge, Trackling
Filter, aerated lagoon, dan stabilization. Pengolahan kedua (secondary
treatment) bertujuan untuk menghilangkan koloid serta menstabilisaikan zat
organik yang terdapat dalam limbah cair dengan dilakukannya proses
penguraian secara aerobik dan anaerobik.
a. Proses aerobik
Pada proses aerobik, penguraian bahan organik pada limbah cair yang
diuraikan oleh mikroorganisme dengan bantuan dari oksigen sebagai electron
acceptor dengan bantuan lumpur aktif (activated sludge) yang banyak
mengandung bakteri pengurai. Pada proses aerobik ini pada penambahan
bakteri dan penambahan oksigen sangat penting untuk dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang sempurna dari proses aerobik.
b. Proses anaerobik
Pada proses anaerobik, bahan organik pada limbah cair yang diuraikan tidak
menggunakan oksigen sebagai bahan pengurai dengan menggunakan
stabilisasi lumpur dari pengolahan limbah cair dan beberapa jenis pengolahan
limbah cari pada industri. Dengan hasil akhir yang dominan dari proses
anaerobik yaitu biogas (campuran metana dan karbon dioksida), uap air, dan
sedikit excess sludge.

8| P a g e
4. Tertiary Treatment
Pengolahan ini baru dilakukan jika dari pengolahan pertama dan
kedua masih terdapat zat tertentu yang berbahaya. Pada pengolahan ini
ditunjukkan untuk meningkatkan kualitas limbah cair sebelum dibuangatau
digunakan kembali. Pengolahan tahap ketiga ini untuk menghilangkan
kandungan BOD, senyawa fosfor dengan bahan kimia sebagai koagulan,
senyawa nitrogen melalui proses ammonia stripping atau nitrifikasi-
denitrifikasi, menghilangkan senyawa organik, dan menghilangkan padatan
terlarut. (Soeparaman, 2001). Pengolahan ketiga diantaranya adalah dengan
saringan pasir lambat, saringan pasir cepat.
Pengolahan tahap ketiga, disamping masih dibutuhkan untuk
menurunkan kandungan BOD, juga dimaksudkan untuk menghilangkan
senyawa fosfor dengan bahan kimia sebagai koagulan, menghilangkan
senyawa nitrogen melalui proses ammonia stripping menggunakan udara
ataupun nitrifikasi-denitrifikasi dengan memanfaatkan reaktor biologis,
menghilangkan sisa bahan organik dan senyawa penyebab warna melalui
proses absorpsi menggunakan karbon aktif, menghilangkan padatanterlarut
melalui proses pertukaran ion, osmosis balik maupun elektrodialisis
(Soeparman dan Suparmin, 2002).
a. Pembunuhan Kuman (Desinfection)
Pembunuhan bakteri bertujuan untuk mengurangi atau membunuh
mikroorganisme patogen yang ada di dalam air limbah. Mekanisme
pembunuhan 40 sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembunuhnya dan
mikroorganisme itu sendiri (Sugiharto, 2005). Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih bahan kimia bila akan dipergunakan sebagai
bahan desinfeksi antara lain Daya racun zat kimia tersebut, Waktu kontak
yang diperlukan, Efektivitasnya, Rendahnya dosis, Tidak toksis terhadap
manusia dan hewan, Tetap tahan terhadap air dan Biaya murah untuk
pemakaian yang bersifat masal.

9| P a g e
5. Pengendapan Lumpur
Lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi diolah lebih lanjut
untuk mengurangi sebanyak mungkin air yang masih terkandung
didalamnya. Proses pengolahan lumpur yang bertujuan mengurangi kadar air
tersebut disebut dengan pengeringan lumpur. Ada empat cara proses
pengurangan kadar air, yaitu:
a. Alamiah
Pengeringan dengan cara ilmiah dilakukan dengan mengalirkan atau
memompa lumpur endapan ke sebuah kolam pengering yang memiliki luas
permukaan yang besar dengan kedalaman sekitar 1 – 2 m. Proses pengeringan
berjalan dengan alamiah, yaitu dengan panas matahari dan angin yang
bergerak di atas kolam tersebut. Bila lumpur tidak mengandung bahan
berbahaya, maka kolam pengering lumpur dapat hanya berupa galian tanah
biasa, sehingga sebagian air akan meresapke tanah dibawahnya. Tetapi bila
lumpur mengandung bahan berbahaya (misalnya logam berat dan phenol),
maka kolam lumpur harus terbuat dari beton dan pada bagian bawah
kolam harus mempunyai saluran rembesan larutan yang kemudian harus
diolah kembali. Cara pengeringan ini tergolong mudah dan murah, namun
membutuhkan waktu yang lama, serta tidak cocok untuk lumpur yang
mengandung zat – zat berbahaya yang mudah meguap. Secara periodik kolam
lumpur harus dikeruk untuk memindahkan lumpur kering. Bila lumpur kering
masih mengandung unsur berbahaya, maka harus ditangani secara khusus,
misalnya diolah dengan pembakaran insenerator.
b. Pengepresan (tekanan)
Cara ini dilakukan dengan mengalirkan lumpur diantara dua plat yang
berforasi. Kemudian dengan sistem rolling kedua plat tersebut bergerak dan
menekan lumpur ditengahnya. Dengan demikian lumpur seolah terperas dan
cairan keluar melalui lubang – lubang perforasi. Cara pengeringan lumpur ini
sungguh efektif dan banyak digunakan

10 | P a g e
untuk skala besar. Cairan yang keluar apabila masih mengandung bahan yang
berbahaya, maka harus diolah lebih lanjut. Pengurangan lumpur dengan cara ini
dapat mengurangi kadar air dibawah 10%. Cara pengeringan dengan tekanan
memang membutuhkan banyak energi, namun prosesnya dapat jauh lebih cepat.
Bila lumpur kering masih mengandung unsur berbahaya, maka harus ditangani
secara khusus, misalnya diolah dengan pembakaran insenerator.
c. Gaya sentrifugal
Prinsip pengeringan lumpur dengan gaya sentrifugal mirip dengan mesin cuci
pakaian. Namun, hasil lumpur yang sudah melekat danmemadat pada bagian
dinding dibawa dengan suatu Screw Conveyor yang berputar dan kemudian
mengeluarkan lumpur keringnya padabagian sisi yang lain. Pengurangan kadar
airnya dapat dilakukan dengan skala kecil sampai besar.
d. Pemanasan
Proses pengeringan lumpur dengan pemanasan biasanya diterapkanpada suatu
pabrik yang mempunyai panas buang yang cukup tinggi, sehingga panas buang
tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal.

C. Peraturan Pengolahan Limbah Cair


Sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) yang bertujuan untuk mengolah air limbah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum atau lingkungan. Peraturan
Mentri Lingkungan Hidup RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah dan Peraturan Pemerintah Nomor 82Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Dari masing-masing peraturan
tersebut dapat disimpulkan bahwa Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
yang penting keberadaannya dan wajib dimiliki oleh setiap kegiatan industri yang
mengharuskan mengolah air limbahnya sampai standar yangdiijinkan. Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL) merupakan upaya

11 | P a g e
untuk mengelola dan mengolah limbah cair industri yang mengandung bahan-
bahan berbahaya supaya limbah yang dibuang ke lingkungan tidak mencemari
lingkungan.
Untuk mencegah terjadinya isu pencemaran lingkungan dan tetap
terjaganya keseimbangan alam darisegi kuantitas maupun kualitas perlu adanya
pihak yang bertugas dan bertanggung jawab dalam mengawasi kegiatan yang
menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan dan sekitarnya. Seperti
yang tertuang dalam Undang-Undang No 32 Pasal 71 Ayat 1 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menyatakan bahwa
mentri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangan nya wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan
dibidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup (Presiden Republik
Indonesia, 2009).
Aktivitas bandar udara yang semakin meningkat berbanding lurus dengan
limbah yang dihasilkan salah satunya adalah limbah cair. Limbah cair merupakan
salah satu sumber limbah yang sangat berpengaruh terhadap kualitas lingkungan.
Meskipun hal ini telah disadari oleh pihak terkait, namun hingga saat ini masih
banyak limbah cair industri yang belum memenuhi baku mutu dibuang ke
sungai, danau rawa dan lahan. Hal ini dapat menimbulkan permasalahan
lingkungan yang berakibat negatif bagi ekosistem dan kehidupan makhluk hidup
(Saptati & Himma, 2018). Limbah cair berasal dari sumber domestik
(perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri, dan pada saat
tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan, sedangkan
sumber air limbah Bandara Soekarno Hatta berasal dari: limbah cair (limbah-
limbah dari lavatory pesawat, toilet diterminal, sisa-sisa olahan dapur dari
restoran, dll), dan limbah padat (limbah dari bungkus makanan
penumpang/pengguna jasa bandara, dan sampah perkantoran).
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun

12 | P a g e
1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan industri, limbah cair adalah
limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh suatu usaha dan atau kegiatan yang
dibuang ke lingkungan dan di duga dapat menurunkan kualitas lingkungan
(Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1995).
Dengan banyaknya limbah cair yang dihasilkan setiap harinya, keadaan
ini berpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan, sehingga perlu dilakukan
pengolahan dan pengawasan. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Soekarno-
Hatta yang selanjutnya disebut KKP merupakan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)
Kementrian Kesehatan RI, yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).
KKP memiliki penataan organisasi dan tata kerja ditetapkan dalam
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 356 Tahun 2008 yang diperbaharui dengan
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 2438 Tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Kesehatan pelabuhan, yang terdiri dari urusan tata usaha,
Bidang Pengendalian Karantina & Surveilans Epidemiologi (PKSE), Bidang
Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah (UKLW), dan Bidang Pengendalian Risiko
Lingkungan (PRL), instalasi, wilayah kerja dan kelompok jabatan fungsional.
Dalam hal ini pihak yang bertugas dan bertanggungjawab dalam mengawasi
kegiatan yang menghasilkan limbah berbahaya yang nantinya akan
mempengaruhi lingkungan dan kesehatan masyarakat adalah seksi Pengendalian
Risiko Lingkungan (PRL).
Pengendalian Risiko Lingkungan (PRL) mempunyai tugas melaksankan
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta penyusunanlaporan. Bidang PRL
terdiri dariseksi pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, serta seksi
sanitasi dan dampak risiko lingkungan (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 356
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuahan).
Salah satu kegiatan sanitasi dan dampak risiko lingkungan di bidang PRL adalah
menyelenggarakan pengawasan kualitas limbah cair tujuan dilakukan
pengawasan ini agar kualitas limbah cair pada IPAL di bandara memenuhi
standar yang dipersyaratkan. Berdasarkan pengawasan kualitas

13 | P a g e
limbah cair pada tahun 2020 yang dilaksanakan oleh KKP khusunya
bidang 5 PRL pada IPAL milik PT.
Angkasa Pura II (persero) sudah dilaksanakan dengan baik dantidak
pernah terlaksanakan begitu juga tidak adanya kendala dalampengawasannya
karena sudah sesuai dengan SOP yang telah ditetapkanoleh KKP, tetapi
pada hasil uji sampel tanggal 25 Agustus 2020 daripengujian laboratorium
sesuai dengan Peraturan Mentri LingkunganHidup dan Kehutanan No.
P.68/MENLHK/Setjen/Kum.1/8/2016 tanggal 9 Agustus 2016 tentang Baku Air
Limbah Domestik Bagi kegiatan Industrimenunjukan bahwa kadar Ammonia
(NH3) pada outlet di IPAL milik PTAngkasa II (Persero) tidak memenuhi
standar yang dipersyaratkan yaitu
21 mg/l (Standar yang dipersyaratkan 10 mg/l), pengawasan yang dilakukan KKP
ini sejalan dengan tujuan dari Internationa Health Regulation (2005), yaitu untuk
mencegah, melindungi, dan mengendalikan terjadinya penyebaran penyakit
secara international, serta melaksanakan public health response sesuai dengan
risiko kesehatan masyarakat, dan menghindarkan hambatan yang tidak perlu
terhadap perjalanan dan perdagangan international

D. Penegakan Hukum Pembuangan Limbah

Penegakan hukum salah satu persoalan serius bagi bangsa Indonesia.


Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hukum secara nyata sebagai pedomanperilaku didalam lalu lintas
atau hubunganhubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Penegakan hukum merupakan rangkaian proses untuk menjabarkan nilai, ide, cita
yang cukup abstrak yang menjadi tujuan hukum.
Tujuan hukum atau cita-cita hukum memuat nilai-nilai moral, seperti keadilan dan
kebenaran. Penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakikatnya merupakan
penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur
oleh kaidah hukum

14 | P a g e
Namun mempunyai unsur penilaian pribadi. Dalam pelaksanaan atau
penegakan hukum, keadilan harus diperhatikan. Hukum itu tidak identik dengan
keadilan, hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang, bersifat
menyamaratakan.
Barang siapa merusak lingkungan harus dihukum: Setiap orang yang
merusak lingkungan harus dihukum tanpa membeda-bedakan siapa yang merusak.
Jika kita menghukum orang yang telah merusak lingkungan, maka pada saat yang
sama kita melindungi pelestarian lingkungan itu. Dengan demikian kita
memelihara struktur ekonomi socialmasyarakat. Sebaliknya keadilan bersifat
subjektif, individualistis dan tidak menyamaratakan.
Upaya pemulihan lingkungan hidup dapat dipenuhi dalam kerangka
penanganan sengketa lingkungan melalui penegakkan hukumlingkungan.
Penegakan hokum lingkungan merupakan bagian dari siklus pengaturan
(regulatory chain) perencanaan kebijakan (policy planning) tentang lingkungan.
Penegakan hokum lingkungan di Indonesia mencakup penataan dan penindakan
(compliance and enforcement) yang meliputi bidang hokum administrasi negara,
bidang hokum perdata dan bidang hokum pidana.4 Sebelum membahas lebih jauh
tentang penegakan hukum lingkungan terlebih dahulu kita harus megtahui definisi
dari lingkungan hidup sendiri menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup,termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
lain. Pencemaran tersebut telah melanggar ketentuan dalam Pasal 69 ayat (1) UU
No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup,
yang mana setiap orang dilarang untuk :
a. Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup;

15 | P a g e
b. Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perundang- undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
e. Membuang limbah ke media lingkungan hidup; f. Membuang B3 dan limbah
B3 ke media lingkungan hidup;
f. Melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
g. Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
h. Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal;
dan/atau
i. Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
merusak informasi, atau memberikan keterangan yang tidak benar

E. Produk Hukum Yang Berkaitan Dengan Pembuangan Limbah Cair

1. Peraturan nasional
a. UU No. 23 tahun 1992
pasal 22 mengisyaratkan akan pentingnya Kesehatan lingkungan melalui
antara laian pengaman limbah padat dan cair
b. UU No.7 tahun 2004
pasal 21 ayat 2 mengisyaratkan akan pentingnya pengaturan prasarana
dan sarana sanitasi (air limbah dan sampahnya) dalam upaya pelindungan dan
pelstarian sumber daya air.

Pasal 40 ayat 6 menyatakan bahwa pengaturan pengembangan system air


minum doselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan
sarana sanitasi.

16 | P a g e
c. UU No.32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengolahan
lingkungan hidup

2. Peraturan pemerintah
1. PP 27/1999 Tentang analisis mengenai dampak lingkungan
2. PP 82/2001 Tentangpengolahan kualitas air dan pengendalian
pencemaran air
3. PP 16/2005 tentang pengembangan system penyediaan air minum(SPAM)
3. Peraturan KLMH
1. Permen LH 11/ 2006 tentang jenis rencana usaha dan keriatan yang wajib
dilengkapi dengan analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
2. KepMen LH 52/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan hotell
3. KepMen LH 58/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah
sakit
4. KepMen LH 86/ 2002 tentang pedoman pelaksanaan uapaya pengolahan
lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup
5. KepMen LH 37/ 2003 tentang metode Analisa kualitas air permukaan dan
pengambilan contoh air permukaan
6. KepMen LH 110/ 2003 tentang pedoman penetapan daya tamping beban
pencemaran air
7. KepMen LH 111/ 2003 tentang pedoman mengenai syarat dan tata cara
perizinan serta pedoman kajian pembuangan air limbah ke air atau sumber air
8. KepMen LH 112/ 2003 tentang baku mutu air limbah domestic
4. Peraturan PU
1. PerMen PU 16/PRT/M/2008 tentang kebijakan dan strategi nasional
pengembangan sistem

17 | P a g e
2. PerMen PU 14/PRT/M/2010 tentang standar pelayanan minimal bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang
5. SNI standar nasional Indonesia
1. SNI-03-1733-2004 tata cara perencanana lingkungan permukiman
2. SNI-03-2398-2004 petunjuk teknis tata cara perencanaan tangkaseptic
dengan system resapan
3. SNI-03-2399-2004 tata cara perencanaan bangunan umum MCK
4. SNI-19-6410-2004 tata cara pennimbulan tanah bidang resapanpada
pengolahan air limbah rumah tangga
5. SNI-03-6379-2000 spesifikasi dan tata cara
pemasanganperangkap bau
6. SNI-03-6368-2000 pipa beton untuk saluran air limbah, saluran airhujan
dan gorong-gorong
7. SNI-03-6409-2000 tata cara pengambilan contoh limbah tanpa
pemadatan dan tank
8. SNI-03-6466-2000 tata cara evaluasi lapangan untuk system
perencanaan pemnbuangan air limbah rumah tangga.

18 | P a g e
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah
cair ini umumnya akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan mengalami
proses pengolahan ataupun kadangkala langsung di buang ke perairan atau
lingkungan. Pembuangan limbah cair langsung ke lingkungan akan sangat
membahayakan karena kemungkinan adanya bahan-bahan berbahaya dan
beracun ataupun kandungan limbah yang ada tidak mampu dicerna oleh
mikroorganisme yang ada di lingkungan.dan limbah cair memiliki juga
perundang undangan

B. Saran
di harapkan bagi yang membaca makalah ini agar lebih memperhatikan
pembuangan limbah nya dan kepada dinas lingkungan hidup agar membentuk tim
untuk bekerja sama dalam melakukan penegakan hukum terhadap lingkungan
terkait pembuangan pada limbah cair

19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Yuridis. 2021. “ Sengaja Membuang Limbah di Sungai? Hati-Hati, Ini


Aturan Hukumnya “ Online ( https://yuridis.id/sengaja-membuang-
limbah-di-sungai-hati-hati-ini- aturan-hukumnya/ ) Diakses Pada 02
November 20222

Absori, Penegakan Hukum Lingkungan dan Antisipasi dalam Era


Perdagangan Bebas, Muhammadiyah Unibersity Press.Diakses
pada 02 November 2022

Gede Krisna Adi Putra, I. P. (2020). Penegakan Hukum Terhadap Pembuangan


Limbah Cair Oleh Usaha Garmen Di Kabupaten Gianyar. Kontruksi
Hukum, 5.Diakses pada 02 November 2022

Setiadi,Tjandara. 2022. “Pengolahan Limbah Industri”.


(Online).http://www.uptpal-provbali.com/berita/teknologi-
pengolahan-air- limbah.html. Diaksespada tanggal 02 November
2022.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai