ii
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.2. Perancangan Alat...........................................................................15
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
melarutkan zat kimia seperti garam, asam, gas, serta molekul organik.
Dengan demikian tidak jarang air disebut sebagai zat pelarut universal.
Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat
dibawah tekanan dan temperatur standar.Menurut PERMENKES NO.
416.MEN.KES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan
kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang telahdiproses
melalui pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapatdiminum
secara langsung.
Kimia Air (Aquatic Chemistry), merupakan ilmu yang
berhubungan dengan air sungai, danau dan lautan, juga air tanah dan air
permukaan, yang meliputi distribusi dan sirkulasi dari bahan-bahan
kimia dalam perairan alami serta reaksi-reaksi kimia dalam air.
2
masalah penyediaan air bersih menjadi perhatian khusus bagi negar-negara
maju maupun negara berkembang seperti Indonesia.Masalah air bersih
adalah masalah yang sering menghampiri, mulai dari kurang tersedianya
sumber air bersih, tidak terjadinya pemerataan pelayanan penyediaan air
bersih khususnya di daerah pedesaan, belum dimanfaatkan secara maksimal
sumber-sumber air bersih, hingga sumber-sumber air bersih yang telah
tercemari limbah di kota-kota besar.Air bersih adalah air yang memenuhi
persayaratan kesehatan untuk kebutuhan minum, masak, mandi dan
energi.Air sebagai salah satu faktor essensial bagi kehidupan sangat
dibutuhkan dalam kriteria sebagai air bersih Air dikatakan bersih bila
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Jernih/tidak berwarna.
b. Tidak berbau.
c. Tidak berasa.
Konsep sistem pengolahan air dirancang dan diperhitungkan
berdasarkan kadar salinitas (kegaraman terlarut) dalam air baku. Batas
kelarutan garam dalam air baku untuk standar air minum adalah Daya
Hantar Listrik (DHL) = 400-1250 mmhos dan kadar Cl = 600 ppm.
Pembagian kualitas air berdasarkan kadar salinitas adalah sebagai
berikut :
1) Air tawar (DHL < 1250 mmhos).
2) Air kotor dan payau (DHL 1250-12000 mmhos)
3) Air asin (> 12000 mmhos)
Sehingga untuk menentukan jenis teknologi yang akan digunakan
ditentukan oleh kadar salinitas tersebut.
Perencanaan instalasi air bersih dan limbah adalah salah satu bagian yang
penting dalam masalah utilitas bangunan atau pun gedung. Air bersih
3
sebagai bagian yang bersifat vital bagi kehidupan manusia, keberadaannya
adalah mutlak, sehingga perencanaan dan instalasinya pada bangunan harus
dipersiapkan secara optimal, begitupun pengolahan limbah, karena jika
tidak adanya pengaturan, akan menimbulkan masalah nantinya pada
bangunan.
Kerangka dasar penulisan ini bersifat umum dan fleksibel, artinya
dapat disesuaikan dengan kondisi yang dihadapi.Muatan yang ada di
dalamnya harus dapat dipenuhi untuk memudahkan penilaian saat dilakukan
penganggaran. Tatanan program yang digunakan adalah sama dengan
tatanan program pada RPJMN.
Karena apa yang dituangkan dalam RPJMN, baik di pusat maupun
daerah harus menjadi perhatian dan acuan melakukan pemrograman.
Sasaran program komponen air minum dibuat untuk mengisi kesenjangan
kondisi pada permasalahan yang mencuat dalam RPJMN dan kondisi yang
diinginkan pada sasaran kebijakan RPJMN, selain itu harus menunjang dan
memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi daerah atau kota
bersangkutan.
Dalam penyusunan RPIJM bidang harus memperhatikan Rencana
Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) yang ada
di Kabupaten/Kota, untuk daerah yang belum mempunyai RISPAM
hendaknya dilakukan penyusunan RI-SPAM terlebih dahulu untuk jangka
waktu sekurang-kurangnya selama 15 tahun.Agar supaya sistem penyediaan
air minum di dalam bangunan gedung (plambing air minum) dapat
berfungsi secara optimal, maka perlu memenuhi beberapa persyaratan
diantaranya adalah :
a. Syarat kualitas
b. Syarat kuantitas
c. Syarat tekana
4
cepat. Karena itu, pergantian air saja tidak mampu menanggulangi
penurunan kualitas air yang digunakan untuk pengelolaan kualitas air,
antara lain sebagai berikut.
a. Aerator
5
d. Laboratorium
Usaha budi daya perairan yang dikelola secara semi
intensif, intensif dan super intensif membutuhkan laboratorium
atau setidaknya mempunyai beberapa peralatan yang dapat
digunakan untuk uji kualitas air
6
BAB II
METODOLOGI
2.1.2. Bahan
1. Batu Kerikil : 2 kg
2. Saringan Akuarium : 1 meter
3. Pasir Halus : 2 kg
4. Arang : 1,5 kg
5. Zeolit : 400 gr
6. Ijuk : 50 gr
7. Air untuk mencuci bahan & alat filtrasi : secukupnya
8. Air Sungai : 1 liter
2.1.3. Fungsi alat dan bahan
1. Kolom Sebagai Media Filtrasi
Berfungsi sebagai tempat mengalirnya air dari dalam toples dan tempat
melekatnya kran.
2. Selang Sebagai Media Aliran Air
Berfungsi sebagai wadah meletakkan bahan media filtrasi.
3. Beaker Glass 500 ml Sebagai media air
Berfungsi sebagai wadah untuk mengukur volume air.
4. Stopwatch
7
Berfungsi sebagai alat untuk menghitung waktu air mengalir.
5. Batang Pengaduk
Berfungsi sebagai alat untuk mengaduk air filtrasi di didalam beaker glass.
6. Batu Kerikil
Berfungsi sebagai celah agar air dapat mengalir melalui lubah bawah dan
sebagai penyaring kotoran-kotoran kasar.
7. Saringan Akuarium
Berfungsi untuk membersihkan air dari kotoran, menghilangkan
penumpukan racun ammonia dan nitrat sehingga air bisa bernapas.
8..Pasir Kasar
Berfungsi untuk menyaring bahan – bahan yang berukuran besar.
9. Pasir Halus
Berfungsi sebagai bahan penghilang kandungan lumpur atau tanah pada
sistem pengolahan air.
10. Arang
Berfungi sebagai karbon aktif dalam penyaringan air untuk menjernihkan
air dan menjernihkan air yang keruh dan sekaligus menghilangkan bau dari
air tersebut
11. Zeolit
Berfungsi sebagai menyaring kotoran – kotoran yang ukurannya tidak
terlalu besar dalam air, seperti pasir
12. Ijuk
Berfungsi penyaring kotoran halus.
13. Air untuk mencuci bahan & alat filtrasi
Berfungsi sebagai untuk mencuci bahan dan alat filtrasi
14.Air Sungai
Berfungsi sebagai sampel.
8
2.2. Perancangan Alat
2
1
Keterangan Gambar
1. Batu Kerikil
2. Saringan Akuarium
3. Pasir Kasar
4. Pasir Halus
5. Arang
6. Zeolit
7. Ijuk
2.3. Prosedur kerja
1. Persiapkan alat dan bahan
2. Bersihkan kolom media filter
3. saringan akuarium ke dalam kolom media filtrasi
4. Masukkan batu kerikil ke dalam kolom media filtrasi
5. Masukkan saringan akuarium ke dalam kolom media filtrasi.
6. Masukkan pasir halus ke dalam kolom media filtrasi.
7. Masukkan pasir kasar ke dalam kolom media filtrasi.
8. Masukkan saringan akuarium ke dalam kolom media filtrasi.
9. Masukkan arang ke dalam kolom media filtrasi.
9
10. Masukkan saringan akuarium ke dalam kolom media filtrasi.
11. Masukkan zeolit ke dalam kolom media filtrasi.
12. Masukkan batu kerikil ke dalam kolom media filtrasi.
13. Masukkan ijuk ke dalam kolom media filtrasi.
14. Bersihkan alat yang telah dirancang dengan mengalirkan air
bawah media.
15. Perhatikan air yang keluar dari hasil pencucian, jika sudah
jernih, maka pencucian dihentikan.
16. Alirkan air dari media filtrasi hingga habis.
17. Masukkan 1 liter air sungai ke dalam alat filtrasi dan hidupkan
stopwatch, kemudian air hasil filtrasi ditampung pada beaker
glass.
18. Catat waktu air dan ukur volume air hasil filtrasi
19. Hitunglah debit air!
10
BAB III
DATA PENGAMATAN
Q = 20,2127 ml/s
Menghitung % inpuritis
11
% Inpuritis=(Jumlah Inpuritis / V. Air Sungai)X100%
= (100 ml/2000ml) X100%
= 5%
Jadi, % Inpuritis pada alat pengolahan air bersih adalah 5%
12
BAB IV
PEMBAHASAN
13
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
Ghufran, M..dan Andi Baso. 2010. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya
Perairan.Jakarta : Rineka Cipta.