Disusun oleh:
NAMA NIM
1. Kharisma Natalia Sitorus 1509045006
2. Reza Riady 1509045007
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia serta petunjukNya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Besar
Penyediaan Air Minum II ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
baik segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan Tugas Besar Penyediaan Air
Minum II ini lebih lanjut, akan penulisan terima dengan senang hati. Tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.
Akhir kata, kami banyak manfaat yang dapat diperoleh dari laporan ini. Mudah-
mudahan laporan ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya. Atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................2
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................................................
5.2 Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat
dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten peradaban manusia
tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu
pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia.
Dari Pengertian dan Definisi Air maka dapat di ambil kesimpulan bahwa salah satu
faktor penting penggunaan air dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk kebutuhan air
minum. Air bersih merupakan air yang harus bebas dari mikroorganisme penyebab
penyakit dan bahan-bahan kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia maupun
makhluk hidup lainnya. Air merupakan zat kehidupan, di mana tidak ada satu pun
makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Dewasa ini, kebutuhan air
bersih meningkat tajam seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang cukup
pesat. Semakin tinggi jumlah penduduk, maka semakin tinggi pula kebutuhan air bersih.
Permasalahan saat ini yaitu adanya sumber air yang kurang memenuhi syarat untuk
diminum, sehingga perlu diupayakan aksi menekan permasalahan tersebut. Dalam
pemenuhan kebutuhan air bersih manusia biasanya memanfaatkan sumber-sumber air
yang berada di sekitar permukiman baik itu air alam, maupun setelah mengalami proses
pengolahan terlebih dahulu.
Instalasi pengolahan air bersih konvensional sampai saat ini merupakan sistem yang
1
1.2 Tujuan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Air bersih dapat diartikan air yang memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk
treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari
persyaratan kandungan kimia, fisika dan biologis. Atau memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Secara Umum: air yang aman dan sehat yang bisa dikonsumsi manusia.
2. Secara Fisik: tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
3. Secara Kimia:
a. PH netral (bukan asam/basa)
b. Tidak mengandung racun dan logam berat berbahaya.
c. Parameter-parameter seperti BOD, COD, DO, TS, TSS dan konduktiviti
memenuhi aturan pemerintah setempat.
(Anonim, 2012).
Menurut Permendagri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara
Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum, Departemen dalam
Negeri Republik Indonesia, Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau
tanpa pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
(Anonim, 2012).
3
2.3 Pengolahan Air Minum
2.3.1 Intake
Intake dan transmisi merupakan sarana penyediaan air baku bagi suatu instalasi
pengolahan air. Profil hidrolis adalah faktor yang penting demi terjadinya proses
pengaliran air. Profil ini tergantung dari energi tekan/head tekan (dalam tinggi kolom
air) yang tersedia bagi pengaliran. Head ini dapat disediakan oleh beda elevasi (tinggi
ke rendah) sehingga air pun akan mengalir secara gravitasi. Jika tidak terdapat beda
elevasi yang memadai, maka perlu diberikan head tambahan dari luar, yaitu dengan
menggunakan pompa (Razif, 1985).
2.3.2 Screening
4
dan bukan saringan yang halus (fine screen). Proses ini penting untuk mengolah air
permukaan karena biasanya air permukaan digunakan untuk pembuangan sampah dan
jenis buangan lainnya, banyaknya tumbuhan air seperti eceng gondok. Dengan adanya
proses screening maka bisa dicegah timbulnya kerusakan-kerusakan serta penyumbatan-
penyumbatan pada peralatan instalasi pengolahan seperti pompa, valve (katup pengatur
aliran) dan peralatan lainnya (Tri Joko, 2010).
Proses koagulasi adalah proses pemberian koagulan dengan maksud mengurangi gaya
tolak menolak antara partikel colloid. Proses flokulasi adalah proses pemberian flokulan
dengan maksud menggabungkan flok-flok kecil sehingga menjadi besar dan semakin
besar sehingga cukup besar untuk diendapkan (Tri Joko, 2010).
Tujuan utama dari proses koagulasi dan flokulasi ialah untuk memisahkan colloid yang
ada di dalam air baku. Koloid adalah partikel halus, oleh karena itu sangat sukar untuk
diendapkan atau perlu waktu yang sangat lama. Koloid umumnya bermuatan istrik, baik
positif maupun negatif yang tergantung dari asalnya. Bila berasal dari anorganik maka
muatan listriknya adalah positif, sedangkan bila berasal dari organik maka muatan
listriknya adalah negatif. Agar koloid-koloid tersebut mudah diendapkan, maka
ukurannya harus diperbesar dengan cara saling menggabungkan antara kolid-koloid
tersebut melalui proses koagulasi dan flokulasi dengan cara penambahan koagulan dan
flokulat. Koloid digolongkan menjadi hydrophobic colloid yang sulit bereaksi dengan
air dan hydrophilic colloid yang mudah bereaksi dengan air, karena sifat tersebut maka
5
hydrophilic colloid membutuhkan lebih banyak zat koagulan daripada hydrophobic
colloid (Tri Joko, 2010).
Partikel-partikel koloid yang bermuatan listrik sejenis (sama negatifnya) dalam air akan
saling tolak menolak sehingga tidak bisa saling mendekat dan kondisi dimana partikel
tetap berada pada tempatnya sering disebut kondisi stabil. Kondisi partikel yang stabil
tidak memungkinkan terbentuknya flok, maka air tersebut biasanya diberi muatan
positif untuk mengurangi gaya tolak menolak sesama koloid (gaya repulsion), sehingga
akan terjadi kondisi destabilisasi dari partikel. Kondisi partikel koloid yang tidak stabil
memungkinkan terbentuknya flok, dengan adanya muatan positif yang cukup dan
merata akan terbentuk flok-flok kecil kumpulan dari koloid-koloid (Tri Joko, 2010).
Klarifier berfungsi sebagai tempat pembentukan flok dengan penambahan larutan Alum
(Al2(SO4)3 sebagai bahan. Pada klarifier terdapat mesin agitator yang berfungsi sebagai
alat untuk mempercepat pembentukan flok. Pada klarifier terjadi pemisahan antara air
bersih dan air kotor. Air bersih ini kemudian disalurkan dengan menggunakan pipa
yang besar untuk kemudian dipompakan ke filter. Klarifier terbuat dari beton yang
berbentuk bulat yang dilengkapi dengan penyaring dan sekat (Razif, 1985).
Dari inlet pipa klarifier, air masuk ke dalam primary reaction zone. Di dalam primary
reaction zone dan secondary reaction zone, air dan bahan kimia (Koagulan yaitu tawas)
diaduk dengan alat agitataor blade agar tercampur homogen. Maka koloid akan
membentuk butiran-butiran flokulasi (Razif, 1985).
Air yang telah bercampur dengan koagulan membentuk ikatan flokulasi, masuk melalui
return floc zone dialirkan ke clarification zone. Sedimen yang mengendap dalam
concentrator dibuang. Hal ini berlangsung secara otomatis yang akan terbuka setiap
satu jam sekali dalam waktu 1 menit. Air yang masuk ke dalam clarification zone sudah
tidak dipengaruhi oleh gaya putaran oleh agitator, sehingga lumpurnya mengendap. Air
yang berada dalam clarification zone adalah air yang sudah jernih (Razif, 1985).
6
2.3.6 Sedimentasi
Secara umum partikel dibedakan atas: (1) partikel diskrit yaitu partikel yang selama
proses pengolahannya tidak berubah ukuran, bentuk dan beratnya, dan (2) partikel
flokulan yaitu partikel yang selama proses pengendapannya berubah ukuran, bentuk dan
beratnya. Proses pengendapan partikel diskrit disebut proses prasedimentasi sedangkan
proses pengendapan partikel flokulan disebut proses sedimentasi yang terpisah dari
bangunan pengolahannya (Razif, 1985).
2.3.7 Filtrasi
Proses filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media berbutir yang poros. Dalam
praktek pengolahan air bersih dikenal beberapa macam filtrasi yaitu:
1. Rapid Filtration (penyaringan cepat), ialah proses pengolahan air minum yang
umumnya dilakukan sesudah proses-proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi,
media yang dipakai bisa berbentu: (1) single media (1 media) misalnya, pasir; (2)
dua media (2 media) misalnya, anthracite dan pasir yang terpisah; (3) fifed media (2
atau lebih media) misalnya anthracite dan pasir yang dicampur.
2. Slow Sand Filtration (penyaringan pasir lambat), ialah proses pengolahan air minum
yang umumnya dilakukan untuk air permukaan tanpa melalui unit koagulasi,
7
flokulasi dan sedimentasi. Jadi bahan baku sesudah melalui prasedimentasi langsung
dialirkan ke saringan pasir lambat. Disini proses koagulasi, flokulasi sedimentasi,
dan filtrasi terjadi di saringan pasir ini dengan bantuan mikroorganisme yang
terbentuk di lapisan permukaan pasir.
2.3.8 Netralisasi
Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal. Proses pengolahan air
akan lebih efektif apabila nilai pH telah mendekati normal. Pengaturan pH dalam
instalasi air minum bertujuan untuk mengendalikan korosif pada pipa sistem distribusi
pada nilai < 6,5 atau > 9,5. Tujuan proses netralisasi ialah untuk menetralkan kembali
pH air yang turun karena penambahan alum pada proses koagulasi, dimana akan terjadi
hidrolisis (Anonim, 2012).
2.3.9 Desinfeksi
Tujuan utama dari proses desinfeksi adalah untuk memenuhi persyaratan bakteriologis
bagi air minum, karena proses-proses pengolahan prasedimentasi, flokulasi-koagulasi,
sedimentasi dan filtrasi masih masih meloloskan bakteri/mikroorganisme yang tidak
diharapkan ada dalam air minum. Desinfektan yang dipakai misalnya klor dapat
bermanfaat untuk mengoksidir zat organik sebagai reduktor, mengurangi bau,
mencegah berkembangbiaknya bakteri pada sistem distribusi air (Razif, 1985).
Bahan-bahan yang digunakan untuk klorinasi antara lain: Gas klor (Cl2), Kalsium
Hipoklorit Ca(OCl)2, Nitrogen Hipoklorit NaOCl atau klor dioksida. Kaporit
merupakan desinfektan yang sering digunakan di perusahaan-perusahaan air minum.
8
Secara garis besar prinsip klorinasi adalah: (1) pemakaian klorin yang merata dan tidak
terputus-putus di seluruh bagian dari yang diolah, (2) penentuan dosis klor yang sesuai
dengan kebutuhan dari jenis air yang diolah, dan mengontrol hasil klorinasi untuk
menjamin serta menghasilkan air yang aman diminum (Suciastuti E, 2002).
Menurut Depkes. RI (1991) efektifitas bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi
tergantung pada: (1) waktu kontak, semakin lama semakin banyak bakteri yang
terbunuh; (2) konsentrasi dan zat kimia; (3) temperatur, semakin tinggi semakin cepat
bakteri terbunuh; (4) tipe organisme (bakteri berbeda dengan virus), umumnya yang
membentuk spora lebih sulit; (5) jumlah organisme, organisme makin banyak, maka
waktu kontak yang diperlukan lebih lama; dan (6) keadaan medium air.
2.3.10 Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang telah disaring melalui
filter, air ini sudah menjadi airyang bersih yang siap digunakan dan harus dimasak
terlebih dahulu untuk kemudian dapat dijadikan air minum (Suciastuti E, 2002).
9
2.4 Zat-Zat Kimia Yang Digunakan
Tawas merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini
paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah
pemakaian tawas tergantung kepada turbidity (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi
turbidity air baku maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas
juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang dikandung oleh air baku tersebut. Dengan
demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun,
karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH
5,8 - 7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu
ditambahkan alkalinitas, biasanya ditambahkan larutan kapur (Ca(OH)2) (Suciastuti E,
2002).
bikarbonat membentuk endapan CaCO3. Bila kapur yang ditambahkan cukup banyak
sehingga pH = 10,5 maka akan membentuk endapan Mg(OH)2. Kelebihan ion Ca pada
Klorin banyak digunakan dalam pengolahan air bersih dan air limbah sebagai oksidator
dan desinfektan. Sebagai oksidator, klorin digunakan untuk menghilangkan bau dan
rasa pada pengolahan air bersih. Untuk mengoksidasi Fe(II) dan Mn(II) yang banyak
terkandung dalam air tanah menjadi Fe(III) dan Mn(III). Klorin dapat diperoleh dari gas
Cl2 atau dari garam-garam NaOCl dan Ca(OCl)2. Kloramin terbentuk karena adanya
reaksi antara amoniak (NH3) baik anorganik maupun organik aminoak di dalam air
10
BAB 3
METODOLOGI PERENCANAAN
3.1 Alat
1. Jar test
2. Kerucut Imhoff
3. pH meter
4. Beaker glass 1000 mL (4 buah)
5. Beaker glass 200 mL
6. Gelas ukur 1000 mL
7. Pipet ukur
8. Jerigen
9. Turbidity meter
10. Alat tulis
11. Kamera
12. Stopwatch
13. Batang pengaduk
11
14. Kalkulator
15. Timbangan
1. pH meter
2. Turbidity meter
3. Jirigen
4. Gelas kimia
5. Neraca analitik
6. Batang pengaduk
7. Settling colum tipe II
8. Stopwatch
9. ali raffia
10. Botol air mineral
3.2 Bahan
1. Tawas
2. Air sampel (air baku) Sungai Mahakam Samarinda
3. Tali rafia
4. Akuades
12
5. Alumunium foil
6. Kertas label
2. Tawas (Al2SO4)
3. Akuades
4. Tisu
5. Alumunium foil
3.3.1 Sedimentasi 1
a. Disiapkan sampel air yang telah ditentukan sesuai dengan volume settling coloumn
type 1.
b. Diukur ketinggian settling coloumn type 1 dan diukur tinggi kran dengan
menggunakan meteran.
c. Dimasukkan sampel air sungai Mahakam ke dalam settling coloumn type 1 hingga
mencapai tanda batas.
d. Ditunggu air pada settling coloumn type 1 dengan menggunakan stopwatch, dan
dibuka kran kemudian diambil air sampel sungai Mahakam dengan menggunakan
botol sampel pada interval 10, 20, 30, 40, 50, 60, 75, 90, 105 hingga menit ke 120.
e. Diukur kekeruhan pada air sampel air sungai Mahakam yang telah diambil dengan
menggunakan alat ukur turbidity meter.
f. Diukur temperatur selama proses sedimentasi dengan menggunakan thermometer.
g. Dicatat angka yang ada pada monitor alat turbidity meter.
13
a. Disiapkan sampel air sungai Mahakam yang telah ditentukan sebanyak 4 Liter yang
sudah melewati proses sedimentasi I
b. Diukur kekeruhan dan pH awal dari air sampel
c. Dimasukkan sampel air kedalam 4 buah beaker glass 1000 mL sebanyak 1000 mL
pada masing-masing gelas
d. Ditambahkan larutan Al2(SO4)3 dengan dosis yang berbeda:
1. Dosis 55 ppm dengan volume larutan Al2(SO4)3 sebanyak 5,5 mL
2. Dosis 65 ppm dengan volume larutan Al2(SO4)3 sebanyak 6,5 mL
3. Dosis 70 ppm dengan volume larutan Al2(SO4)3 sebanyak 7 mL
4. Dosis 80 ppm dengan volume larutan Al2(SO4)3 sebanyak 8 mL
e. Dihidupkan jar test dan diatur kecepatan alat sebagai berikut:
1. Diaduk cepat 100 rpm selama 1 menit
2. Diaduk sedang 40 rpm selama 10 menit
3. Diaduk lambat 20 rpm selama 1 menit
f. Dimasukkan larutan yang sudah dilakukan pengadukan kedalam kerucut imhoff
sebanyak 4 buah
g. Didiamkan selama 15 menit dan diamati flok yang terbentuk pada kerucut imhoff
h. Diukur banyaknya flok, kekeruhan dan pH pada masing-masing air sampel sungai
mahakam
3.3.3 Sedimentasi II
a. Disiapkan sampel air yang telah ditentukan sesuai dengan volume settling coloumn
type II
b. Diukur kekeruhan pada sampel air dengan menggunakan turbidity meter
c. Dimasukkan air yang telah dihomogenkan ke dalam settling coloumn type II sampai
batas air tertinggi pada alat.
d. Diberikan koagulan sesuai dosis yang telah ditentukan dipercobaan sebelumnya
(praktikum koagulasi-flokulasi)
e. Diaduk menggunakan alat atau pompa sehingga terjadi kontak antara koagulan dan
sampel air.
14
f. Dibiarkan air pada settling coloumn type II dan diambil sampel air pada interval
tertentu selama 90 menit melalui 5 port sampling.
g. Diukur kekeruhan pada sampel air yang telah diambil dengan menggunakan alat
turbidity meter sesuai dengan prosedur penggunaan.
h. Diukur suhu selama proses sedimentasi menggunakan termometer.
15
BAB 4
PEMBAHASAN
Samarinda Kota adalah salah satu kecamatan di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan
Timur, Indonesia. Kecamatan ini dibentuk pada tanggal 28 Desember 2010. Ada 1
kelurahan yang sebelumnya masuk ke dalam wilayah administrasi Samarinda Ulu dan 4
kelurahan yang sebelumnya ke dalam wilayah administrasi Samarinda Ilir yang masuk
ke dalam wilayah kecamatan Samarinda Kota.
Kecamatan Samarinda Kota termasuk wilayah yang banyak didapati oleh perumahan,
perdagangan seperti toko dan pasar bahkan mall serta terdapat banyak perkantoran,
sehingga banyak didiami oleh para pekerja kantor serta para pedagang yang berjualan di
pasar. Kecamatan Samarinda Kota hampir seluruhnya tertutupi oleh perumahan
penduduk yang memiliki luas lahan sebesar 292,98 Ha.
Kecamatan Samarinda Kota memiliki luas wilayah yaitu 292,98 Ha. Wilayah terluas
berada pada Kelurahan Pelabuhan yakni 0,74 km2 dari luas wilayah Kecamatan
Samarinda Kota dan wilayah terkecil yaitu Kelurahan Karang mumus sebesar 0,35 km2.
Batas wilayah Kecamatan Samarinda Kota dengan kecamatan wilayah lainnya antara
lain adalah :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Sungai Pinang Luar
b. Sebelah Selatan : Kelurahan Pelabuhan
c. Sebelah Barat : Kelurahan Bugis
d. Sebelah Timur : Kelurahan Karang Mumus
16
Berikut adalah peta batas wilayah Kecamatan Samarinda Kota beserta batas-batas
wilayah kelurahannya.
Kota Samarinda mencakup wilayah seluas 292,4 Ha. Samarinda Kota secara astronomis
terletak pada posisi antara 117°03'00" - 117°18'14" Bujur Timur dan 00°19'02" -
00°42'34" Lintang Selatan.
Samarinda Kota di lewati oleh aliran sungai Mahakam yang merupakan salah satu
sungai terbesar di Kalimantan timur dan sungai Karang Mumus. Kondisi lahan di
samarinda kota cenderung datar dengan suhu udara rata-rata di Samarinda Kota adalah
22 C, dengan curah hujan tahunan rata-rata 1500-2000 mm per-tahun. Peta topografi
Samarinda Kota dapat dilihat pada gambar 4.2.
17
Gambar 4.2 Peta Topografi Kota Samarinda
2011 33.884 0
2012 33.882 0,00006
2013 33.664 0,007
2014 33.442 0,006
2015 36.919 0,09
Rata-rata 0,021
Kantor Kecamatan Samarinda Kota, 2016.
18
4.2.1 Metode Aritmatik
Perhitungan:
n( XY ) ( Y )( X )
{n( Y 2 ) ( Y ) 2 }{n( X 2 ) ( X ) 2 }
r =
4(12824) (3035)(10)
{4(12186981) (3035) 2 }{4(30) (10) 2 }
=
20946
= 125756,4297
= 0,167
19
Perhitungan:
n( XY ) ( Y )( X )
r =
{n( Y 2 ) ( Y ) 2 }{n( X 2 ) ( X ) 2 }
5(156,8154261) (52,21898)(15)
=
{5(521) (52,21898) 2 }{5(55) (15) 2 }
0,792477447
=
78,04545863
= 0,01015404946
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Proyeksi Penduduk Menggunakan Metode Least Square
2 2
TAHUN JUMLAH PENDUDUK X X Y Y XY
2011 33884 1 1 33884 1148125456 33884
2012 33885 2 4 33885 1148193225 67770
2013 33886 3 9 33886 1148260996 101658
2014 33887 4 16 33887 1148328769 135548
2015 33888 5 25 33888 1148396544 169440
JUMLAH 15 55 169430 5741304990 508300
Perhitungan:
n( XY ) ( Y )( X )
r =
{n( Y 2 ) ( Y ) 2 }{n( X 2 ) ( X ) 2 }
5(508300) (169430)(15)
=
{5(5741304990) (169430) 2 }{5(55) (15) 2 }
50
= =1
50
20
4.3 Perhitungan Proyeksi Penduduk Berdasarkan Standar Deviasi
Perhitungan:
n
(X
i 1
i X)
S =
n 1
= 1.572
21
4.3.2 Metode Berganda (Geometri)
Perhitungan:
n
(X
i 1
i X)
S =
n 1
= 33
22
4.3.3 Metode Selisih Kuadrat Minimum (Least Square)
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Proyeksi Penduduk Menggunakan Metode Selisih Kuadrat
Minimum (Least Square) Kecamatan Samarinda Kota
JUMLAH
JUMLAH
TAHUN X Y PENDUDUK A-B
PENDUDUK (A)
HITUNGAN (B)
2011 33,884 1 33,884 33228 656
2012 33,882 2 33,882 33791 91
2013 33,644 3 33,644 34354 -710
2014 33,442 4 33,442 34917 -1,475
2015 36,919 5 36,919 35480 1,439
JUMLAH 171,771 34354
STANDAR DEVIASI 1139
Perhitungan:
n
(X
i 1
i X)
S =
n 1
= 1.139
23
4.4 Pemilihan Metode Proyeksi
Tabel di atas menunjukkan nilai korelasi dan standar deviasi yang berbeda antar metode
proyeksinya. Metode proyeksi yang paling tepat digunakan untuk memperkirakan
jumlah penduduk pada masa yang akan datang adalah metode aritmatik karena metode
ini memiliki nilai standar deviasi yang paling kecil. Meskipun nilai korelasi positifnya
bukan yang paling besar, namun nilai tersebut berada pada kisaran 1 yang dianggap
memiliki korelasi yang tinggi. Oleh karena itu metode aritmatik dianggap metode yang
paling menggambarkan kondisi penduduk 20 tahun yang akan datang dan akan
digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk pada periode perencanaan.
24
4.5 Perhitungan Kebutuhan Air
25
Tabel 4.9 Kebutuhan Air Bersih Domestik
Jumlah Sambungan Rumah (SR) Keran Umum
Persentase Jumlah Luas Terlayani
Blok Kelurahan Persentase Blok Luas(km2) Penduduk Penduduk Q Jumlah Penduduk Q
Terlayani Penduduk 2040 (km2) Q(L/s) Q(L/s)
Terlayani Terlayani (L/hari) SR (unit) Terlayani (L/hari)
1 Sungai Pinang Luar 85% 25,68% 52147 0,70 11383 0,18 7968 1195178 13,83 1992 3415 102444 1,19
total
2 Sungai Pinang Luar 85% 30,19% 52147 0,70 13382 0,21 9367 1405079 16,26 2342 4015 120435 1,39
total
Sungai Pinang Luar 85% 4,46% 52147 0,70 1978 0,03 1384 207667 2,40 346 593 17800 0,21
3 Karang Mumus 85% 44,06% 15547 0,39 5823 0,17 4076 611363 7,08 1019 1747 52403 0,61
Pelabuhan 90% 0,98% 21451 0,76 189 0,01 132 19866 0,23 33 57 1703 0,02
total
Pelabuhan 90% 9,55% 21451 0,76 1843 0,07 1290,404418 193560,7 2,240285 323 553,0304649 16590,91 0,19
4
Karang Mumus 85% 52,12% 15547 0,39 6887 0,20 4821 723139 8,37 1205 2066 61983 0,72
total
Sungai Pinang Luar 85% 4,98% 52147 0,70 2207 0,03 1545 231775 2,68 386 662 19866 0,23
5
Pelabuhan 90% 17,90% 21451 0,76 3455 0,14 2419 362814 4,20 605 1037 31098 0,36
total
6 Pelabuhan 90% 25,59% 21451 0,76 4940 0,19 3458 518652 6,00 864 1482 44456 0,51
total
7 Pelabuhan 90% 16,61% 21451 0,76 3206 0,13 2244 336667 3,90 561 962 28857 0,33
total
Bugis 90% 14% 10075 0,73 1260 0,10 882 132312 1,53 221 378 11341 0,13
8 Pelabuhan 90% 5% 21451 0,76 930 0,04 651 97695 1,13 163 279 8374 0,10
Pasar Pagi 95% 56% 3169 0,35 1697 0,20 1188 178222 2,06 297 509 15276 0,18
total
Pelabuhan 90% 14,28% 10075 0,76 1294 0,11 906 135915 1,57 227 388 11650 0,13
9
Pasar Pagi 95% 18,27% 3169 0,35 550 0,06 385 57768 0,67 96 165 4952 0,06
total
Bugis 90% 26,33% 10075 0,73 2387 0,19 1671 250685 2,90 418 716 21487 0,25
10
Sungai Pinang Luar 85% 24,47% 52147 0,70 10846 0,18 7592 1138863 13,18 1898 3254 97617 1,13
total
26
Berdasarkan asumsi kebutuhan air domestik masyarakat Kecamatan Samarinda Kota
yang terlayani oleh Sambungan Rumah (SR) dan Hidran Umum (HU) diperoleh
kebutuhan total domestik pada tabel 4. berikut.
Tahun 2040
Standar kebutuhan air
Jenis Sambungan Penduduk Kebutuhan air
minum L/Orang/Hari
(Jiwa) (L/Hari)
Sambungan Rumah (SR) 70 51981 77797221
Hidran Umum (HU) 30 22278 668333
Total 8465554
27
Tabel 4.12 Kebutuhan Air Non Domestik (liter/unit/hari)
Kategori Kebutuhan Air
Umum:
Tempat Ibadah 3.000 liter/unit/hari
Sekolah 4.000 liter/unit/hari
Fasilitas Kesehatan 10.000 liter/unit/hari
Pelabuhan 1.500 liter/unit/hari
Industri:
Industri Besar 10.000 liter/unit/hari
Industri Kecil 2.500 liter/unit/hari
Komersial:
Bioskop 2.000 liter/unit/hari
Hotel dan Objek wisata 10.000 liter/unit/hari
Perkantoran 4.500 liter/unit/hari
Pasar 2.000 liter/unit/hari
28
a. Perhitungan Fasilitas Peribadatan
Berikut hasil perhitungan fasilitas peribadatan dapat dilihat pada tabel 4.13
Jumlah Jumlah Q
Persentase Persentase Q Masjid
Blok Kelurahan Fasilitas Fasilitas Masjid Masjid
Terlayani Blok (l/detik)
Masjid 2040 Terlayani (L/hari)
29
Tabel 4.14 Perhitungan Fasilitas Peribadatan Gereja
Q
Pe rse ntase Pe rse ntase Jumlah Fasilitas Jumlah Fasilitas Q Ge re ja
Blok Ke lurahan Ge re ja(l/
Terlayani Blok Ge re ja 2040 Ge re ja Terlayani (L/hari)
de tik)
1 Sungai Pinang Luar 100 28.60% 8 2 2000 0.02
2 Sungai Pinang Luar 100 33.63% 8 3 3000 0.03
Sungai Pinang Luar 100 4.97% 8 0 0 0
3 Pelabuhan 100 1.10% 3 0 0 0
Karang Mumus 100 45.81% 14 6 6000 0
TOTAL 25 6 6000 0
Pelabuhan 100 24.40% 14 1 1000 0.01
4
Karang Mumus 100 54.19% 14 8 8000 0.09
TOTAL 28 9 9000 0.10
Sungai Pinang Luar 100 5.5% 8 0 0 0
5
Pelabuhan 100 18.4% 3 1 1000 0.01
TOTAL 11 1 1000 0.01
6 Pelabuhan 100 24.40% 3 1 1000 0.01
7 Pelabuhan 100 18.42% 3 1 1000 0.01
Pelabuhan 100 9.36% 3 0 0 0
8 Bugis 100 19.40% 2 0 0 0
Pasar Pagi 100 76.07% 0 0 0 0
TOTAL 5 0 0 0
Pelabuhan 100 15.83% 3 0 0 0
9
Pasar Pagi 100 23.93% 0 0 0 0
TOTAL 3 0 0 0
Sungai Pinang Luar 100 27.25% 8 2 2000 0.02
10
Bugis 100 80.60% 2 2 2000 0.02
TOTAL 10 4 4000 0.05
Ke s e hatan
te rlayani
BLOK Ke lurahan blok (%) Q(L/hari) Q (L/s )
(%)
Jumlah Te rlayani
1 Sungai Pinang Luar 28,60% 100% 4 1 10000 0,12
TOTAL 10000 0,12
2 Sungai Pinang Luar 33,63% 100% 4 1 10000 0,12
TOTAL 10000 0,12
Sungai Pinang Luar 4,97% 100% 4 0 0 0
3 Pelabuhan 1,10% 100% 6 0 0 0
Karang Mumus 45,81% 100% 0 0 0 0
TOTAL 0 0,0
Pelabuhan 24,40% 100% 6 1 10000 0,12
4
Karang Mumus 54,19% 100% 0 0 0 0
TOTAL 10000 0,12
Sungai Pinang Luar 5,55% 100% 4 0 0 0
5
Pelabuhan 18,42% 100% 6 1 10000 0,12
TOTAL 10000 0,12
6 Pelabuhan 24,40% 100% 6 1 10000 0,12
TOTAL 10000
7 Pelabuhan 18,42% 100% 6 1 10000 0,12
30
c. Perhitungan Fasilitas Pendidikan
Berikut hasil perhitungan fasilitas dapat dilihat pada tabel 4.16 yaitu:
TOTAL 0 0 0 0,19
Bugis 9% 100% 14 3 12000 0,00
8 Pelabuhan 19% 100% 23 2 8000 0,14
Pasar Pagi 76% 100% 9 7 28000 0,09
TOTAL 9 7 28000 0,23
Pelabuhan 15,83% 100% 23 4 16000 0,32
9
Pasar Pagi 23,93% 100% 9 2 8000 0,19
TOTAL 9 2 8000 0,51
Bugis 27% 100% 14 11 44000 0,09
10
Sungai Pinang Luar 81% 100% 95 26 104000 0,51
TOTAL 95 26 104000 0,60
31
d. Perhitungan Fasilitas Olahraga
Berikut hasil perhitungan fasilitas dapat dilihat pada tabel 4.17 yaitu:
32
Tabel 4.18 Perhitungan Fasilitas Perkantoran
Perkantoran (Kantor
terlayani Pemerintah) Q
BLOK Kelurahan blok (%) Q (L/s)
(%) (L/hari)
Jumlah Terlayani
1 Sungai Pinang Luar 28.60% 100% 95 27 121500 0.0003
TOTAL 95 27 121500 0.00031
2 Sungai Pinang Luar 33.63% 100% 95 32 144000 0.0004
TOTAL 95 32 144000 0.0004
Sungai Pinang Luar 4.97% 100% 95 5 22500 0.0001
3 Karang Mumus 45.81% 100% 21 10 45000 0.0001
Pelabuhan 1.10% 100% 31 0 0 0.0000
TOTAL 147 15 67500 0.0002
Pelabuhan 24.40% 100% 31 8 36000 0.0001
4
Karang Mumus 54.19% 100% 21 11 49500 0.0001
TOTAL 52 19 85500 0.0002
Sungai Pinang Luar 5.55% 100% 95 5 22500 0.0001
5
Pelabuhan 18.42% 100% 31 6 27000 0.0001
TOTAL 126 11 49500 0.0002
6 Pelabuhan 24.40% 100% 31 8 36000 0.0001
TOTAL 31 8 36000 0.0001
7 Pelabuhan 18.42% 100% 31 6 27000 0.0001
TOTAL 31 6 27000 0.0001
Bugis 9.36% 100% 55 11 49500 0.0001
8 Pelabuhan 19.40% 100% 31 3 13500 0.00003
Pasar Pagi 76.07% 100% 2 2 9000 0.000023
TOTAL 88 16 72000 0.00019
Pelabuhan 15.83% 100% 31 5 22500 0.0001
9
Pasar Pagi 23.93% 100% 2 0 0 0.0000
TOTAL 33 5 22500 0.0001
Bugis 81% 100% 55 44 198000 0.0005
10
Sungai Pinang Luar 27.25% 100% 95 26 117000 0.0003
TOTAL 150 70 315000 0.0008
33
Tabel 4.19 Perhitungan Fasilitas Perkantoran (Bank)
Perkantoran (Bank)
terlayani
BLOK Kelurahan blok (%) Q(L/hari) Q(L/s)
(%) Jumlah Terlayani
34
4.7.2 Perhitungan Fasilitas Komersial
Berikut hasil perhitungan fasilitas dapat dilihat pada tabel 4.20 yaitu:
35
Tabel 4.21 Perhitungan Fasilitas Komersial (Hotel)
Komersial (Hotel)
blok terlayani Q
BLOK Kelurahan Q(L/s)
(%) (%) Jumlah Terlayani (L/hari)
1 Sungai Pinang Luar 29% 100% 21 6 60000 0.69
TOTAL 21 6 60000 0.69
2 Sungai Pinang Luar 34% 100% 21 7 70000 0.81
TOTAL 21 7 70000 0.81
Sungai Pinang Luar 4.97% 100% 21 1 10000 0.12
3 Karang Mumus 45.81% 100% 5 2 20000 0.23
Pelabuhan 1.10% 100% 23 0 0 0.00
TOTAL 49 3 30000 0.35
Pelabuhan 24.40% 100% 23 0 0 0.00
4
Karang Mumus 54.19% 100% 5 3 30000 0.35
TOTAL 28 3 30000 0.35
Sungai Pinang Luar 5.55% 100% 21 1 10000 0.12
5
Pelabuhan 18.42% 100% 23 4 40000 0.46
TOTAL 44 5 50000 0.58
6 Pelabuhan 24.40% 100% 23 6 60000 0.69
TOTAL 23 6 60000 0.69
7 Pelabuhan 18.42% 100% 23 4 40000 0.46
TOTAL 23 4 40000 0.46
Bugis 19.40% 100% 7 1 10000 0.12
8 Pelabuhan 9.36% 100% 23 2 20000 0.23
Pasar Pagi 76.07% 100% 8 6 60000 0.69
TOTAL 38 9 90000 1.04
Pelabuhan 15.83% 100% 23 4 40000 0.46
9
Pasar Pagi 23.93% 100% 8 2 20000 0.23
TOTAL 31 6 60000 0.69
Bugis 81% 100% 7 6 60000 0.69
10
Sungai Pinang Luar 27.25% 100% 21 6 60000 0.69
TOTAL 28 12 120000 1.38
36
4.7.3 Perhitungan Fasilitas Terminal/Pelabuhan
Berikut hasil perhitungan fasilitas dapat dilihat pada tabel 4.22 yaitu:
37
4.7.4 Perhitungan Fasilitas Pasar
Berikut hasil perhitungan fasilitas dapat dilihat pada tabel 4.24 yaitu:
38
4.7.5 Perhitungan Fasilitas Mall
Berikut hasil perhitungan fasilitas dapat dilihat pada tabel 4.25 yaitu:
39
4.5.3 Kebutuhan Air Total
Kebutuhan total air bersih hasil perhitungan kebutuhan domestik dan non domestik
diperoleh hasil seperti pada tabel 4.26 berikut.
Kebutuhan air bersih total yang digunakan dalam perencanaan IPAM di Kecamatan
Samarinda Kota yakni menggunakan Q Rata-rata harian (L/detik) yaitu sebesar 451,6
L/s.
40
Sumur pengumpul berbentuk persegi panjang
Perhitungan :
Volume Q x td 0,451 m3/dt x 300 dt
Luas (A) Sumuran: = = =38,65 m ≈ 39 m
H H 3,5 m
Jadi dimensi sumur pengumpul
p=6m
l = 6,5 m
Kedalaman (H) + freeboard = 3,5 m + 0,3 m = 3,8 m
Panjang (p) + tebal dinding = 6 m + 0,2 m = 6,2 m
Lebar (l) + tebal dinding = 6,5 m + 0,2 m = 6,7 m
Direncanakan :
Kemiringan bar terhadap sungai = 450
Pembersihan bar screen dilakukan setiap hari secara manual dengan
menggunakan garpu penggaruk.
Ketinggian bar screen terhadap sungai = 1.5 m
Ukuran Bar (batang):
Lebar = 5 mm
Tebal = 35 mm
Jarak antar bar (batang) = 40 mm
Lebar bar screen (W) = 2 m
Lebar tiap besi (w) = 2 cm = 0,02 m
Jarak antar besi (b) = 5 cm = 0,05
Perhitungan :
W-b 2 - 0,05
Banyak besi ( )= ( ) = 28 buah
w+b 0,02+0,05
41
Q
Kec air di antara batang batang (v) = ; A
A
={(bxn)+b}× H
={(0,05 x 28) + 0,05} x 2 = 2,9 m2
Q 0,451 m3/det
V=( )= ( ) = 0,155 m/det
A 2,9 m2
Headloss bar screen (Hl) =
4⁄
0,02 3 (0,155)2
=1,83 x (0,05) x x sin 45
2 x 9,8
= m
Direncanakan :
Σ pipa = 3 buah
Q pipa = 0,451 m3/detik
V rencana = 1,5 m/detik
H pipa terhadap muka air = 2 m untuk H.W.L dan 3,5 m untuk L.W.L
Panjang pipa HWL dan LWL sama yaitu 200 m
Perhitungan :
4Q 4×0,451 m3/s
D pipa = √ =√ = 0,535 m = 53,5 cm
πV π×2 m/s
Lsuction × Q1,85
Hf =
(0,00155 × C × D2,63 )1,85
42
200 ×4511,85
=
(0,00155 × 120 × 632,63 )1,85
=
4.6.1.4 Strainer
Direncanakan :
a) v melalui stariner = 1,5 m/det
Perhitungan :
4.6.1.5 Pompa
Direncanakan :
Kec dalam pipa = 1,5 m/det
a. Perhitungan :
1. Pipa Suction
4Q 4×0,451 m3/s
D pipa Suction = √ =√ = 0,618 m = 61,8 cm
πV π×1,5 m/s
43
Qpompa = 0,451 m3/s
b. Headloss pompa
Direncanakan :
Head statis = 5m
L suction = Hreservoir + 3 + 0,3 = 13,3 m
L discharge = 100 m
Perhitungan:
1. Mayor loses
Lsuction ×Q1,85
Hf suction =
(0,00155 × C × D2,63 )1,85
13,3 ×451,61,85
=
(0,00155 × 120 × 61,82,63 )1,85
= 0,047 m
Lsuction ×Q1,85
Hf discharge =
(0,00155 × C × D2,63 )1,85
100 ×451,61,85
=
(0,00155 × 120 × 61,82,63 )1,85
= 0,353 m
2. Minor loses
v2 1,52
Head velocity (Hv) = = = 0,11
2g 2 × 9,81
44
1,52
= 0,5 × = 0,055
2 × 9,81
3. Head total
Head total = head statis + hf mayor loses + hf minor loses
= 5 m + 0,4 m + 0,22
= 5,62 m
45
Grafik Removal
1.5
1.48
1.46
1.44
Fraksi (Fo)
1.42
1.4 y = 4.6662x + 1.3896
1.38
1.36
1.34
1.32
1.3
0 0.0005 0.001 0.0015 0.002 0.0025 0.003
Kecepatan Pengendapan (Vo)
A. Removal
46
1 𝐹𝑜
R = (1-Fo) + ∫0 𝑉𝑑𝑓
Vo
1
= (1-1,393) + x (-0,2069591531)
0,00073
= 0%
Jadi, removal total atau efesiensi pengendapan sebesar 0%.
Percobaan laboratorium dimaksudkan untuk mendapatkan nilai parameter over flow rate
(Vo) dan waktu detensi (td) agar didapatkan persen pengendapan dengan nilai tertentu.
Untuk mendapatkan nilai dari parameter-parameter ini, maka dicari lagi persen
pengendapan dengan menggunakan nilai Vo yang berbeda, sehingga diperoleh R yang
berbeda pula.
Selanjutnya dicari hubungan antara Vo dan R (dalam bentuk grafik) pada berbagai nilai
yang berbeda tersebut. Grafik ini dapat dipakai untuk mencari nilai Vo pada R tertentu.
Sesuai dengan kriteria desain, over flow rate yang digunakan adalah sebesar 2.5
m3/m2/jam atau sebesar 0.00069 m3/m2/detik. Waktu detensi selama 1,5 jam, maka
kedalaman bak dapat dihitung dengan menggunakan rumus H = td x Vo
H = td x Vo
= 5400 detik x 0.00073 m3/m2/detik
= 3.942 m ≈ 4 m
Dimensi bak, P : L = 2 : 1
47
H = 4 m, dengan freeboard 0,5 m, sehingga H = 4.5 m
V
A =
H
2435.4 m3
=
4.5
= 617. 80 m2
A =pxl
617.80 m2 = 2l x l
l = √308.9
= 17.57 m
Jadi, diperoleh :
l = 17,57 m
p = 35,15 m
Berdasarkan kriteria desain unit koagulasi pada revisi SNI 19-6774-2002 ditentukan
dimensi dan kriteria lainnya seperti pada tabel 4. Berikut:
Unit Kriteria
48
Pengaduk cepat Hidrolis:
Tipe - Terjunan
- saluran pipa bersekat
- dalam pipa bersekat
- perubahan phasa pengaliran
Mekanis
- bilah (blade), pedal (paddle) kipas
- flotasi
V = Q × td
= 0,451 m3/detik × 20 detik
= 9,02 m3
Desain bak dibuat persegi dengan tinggi = 2 x lebar; di mana panjang = lebar
V = p × l × t = s3
9,02 = l x l x 1.25 l
l3 =
7,216
l = 3√7 ,216 m3
= 1,93 m
49
Jadi dimensi unit koagulasi adalah:
Lebar = 1.93 m
Panjang = 1.93 m
Kedalaman = 1.93 m x 1.25
= 2.41 m
Freeboard = 0.5 m
Tinggi bak = 2.41 m + 0.5 m
= 2.91 m
= 8071,998 Nm/det
c. Diameter Impeller
Digunakan vane-disc impeller 4 flat blades tanpa baffle tegak, sehingga tenaga yang
dibutuhkan adalah 75% dari tenaga untuk tangki bersekat. Jadi KT = 0.75 x 5.31 = 3.98
P= KT × n3 × Di5 ×
5 8071,998
Di = √3,98 ×(1 rps2)×997,7 kg/m3
= 1,15 m
d. Bilangan Reynolds
Di2 n ρ
NRe =
μ
1,152 × 1 × 997,7
=
8.949 x 10-4
= 14806092 ≈ turbulen
50
Tabel 4.26 Hasil Jar Test Penentuan Dosis Koagulan
Beaker Glass Satuan 1 2 3 4
Dosis ppm 55 65 70 80
Kekeruhan NTU 29 27,9 33 21,5
pH - 6,1 6,2 6,2 6,1
51
4.6.4 Unit Flokulasi
Berdasarkan SNI 19-6774-2002 kriteria desain unit flokulasi seperti pada tabel 4.
Berikut:
Tabel 4. Kriteria Desain Unit Flokulasi
52
Kecepatan putar, n = 60 rpm = 1 rps
Faktor friksi, f = 0.3
Kedalaman bak H=1m
Panjang bak L=6m
V = Q × td
= 0,451 m3/detik × 1080 detik
= 487,08 m3
W = V/(LxH)
= 487,08 / (6 × 1)
= 81,18 m ≈ 82 m
W total
W =
3
82 total
=
3
= 27,33
Kompartemen 1
1⁄
2µt HLG 2 3
𝑛 = {[ ][ ] }
ρ (1,44+f) Q
1⁄
2 x 8,9491x10-4 kg/m.detik x 360 detik (1 m) x (6 m) x 40/detik 2 3
= {[ ][ ]}
997,7 (1,44 + 0,3) 0,451 m3/detik
53
= 6/5
= 1,2 m
Kompartemen 2
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh:
G = 16/detik
n = 2,56 buah = 3 buah
jarak antar sekat = 2 m
Kompartemen 3
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh:
G = 10/detik
n = 1,87 buah = 2 buah
Jarak antar sekat = 3 m
Kompartemen 1
μt
H = G2
ρg
kg
8,949 ×10-4 m .detik ×360 detik
= kg (40 detik)
997,8m3×9,81 m/detik2
= 0,12671
Kompartemen 2
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh:
G = 16/detik
h = 0,0506 m
Kompartemen 3
Dengan perhitungan yang sama, diperoleh:
G = 10/detik
54
h = 0,03167 m
Air sampel yang diambil langsung dari sumber dilakukan pengukuran dengan interval
waktu setiap 10 menit dengan menggunakan turbidity meter dan diperoleh nilai seperti
pada tabel 4. berikut.
55
3 47,8 30 3,472×10-4 0,65
4 36,9 30 2,083×10-4 0,50
5 30,6 30 6,944×10-4 0,421
1 52,4 30 5×10-4 0,72
Menit 75
2 45,0 31 3,889×10-4 0,61
Nilai kekeruhan yang diperoleh digunakan dalam perhitungan total removal dengan rumus,
Total Removal = 100% - [(Kekeruhan tKekeruhan awal⁄) × 100%], sehingga diperoleh nilai
seperti pada tabel 4.29 berikut.
56
Nilai pada tabel di atas diplot sehingga membentuk grafik isoremoval
Removal
0
0.5
Tinggi Settling Column (m)
1.5
2.5
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
3 Waktu (s)
= 2435.4 m3
Q
Luas bak =
VS
0,451 m3/detik
= m3
0,0006944m2.detik
= 649.48 m2 = 650 m2
Panjang = 32.5 m
57
Lebar = 20 m
V
Tinggi =
A
2435.4 m3
=
650 m2
= 3.75 m
Freeboard = 0.5 m
NFr = Vh2/(g x R)
= (0.00609)2 / (9.81 x 0.5)
= 7.43 x 10-6 <10-5 ; OK
58
Desain Perancangan:
1. Kriteria Perencanaan
a. Q = 0.451 m3/detik
b. Kecepatan filtrasi f = 10 m⁄jam = 2.77 x 10-3 m⁄detik
c. Diameter pasir, p= 0 45 mm
d. Faktor bentuk pasir = 0.82
e. Porositas media pasir = 0.45
f. Densitas = 0 9977 gr⁄cm3 = 997 7 kg⁄m3
g. Viskositas dinamis = 0 8949 0-3 kg⁄m detik
h. Laju filtrasi secara umum = 1.35 L/detik per m2 – 6.77 L/detik per m2
i. Unit Filter Run Volume (UFRV) = 203225.8 L/m2 – 4064516.13 L/m2
j. Tinggi media filter total = 60 cm
k. Kecepatan backwash, Vbw = 15 m/jam
n = 12 x (Q)0,5
= 12 x (0.451)0,5
= 8.05 = 8, ditambah 1 bak cadangan menjadi 9 buah
59
3 Debit pada Filter
1
Qf = x Q
n
1
Qf = x 0.451 m3/detik
9
Qf = 0.050 m3/jam/filter
Q
A=
Vf
0.451 m3 /s
A=
2.77 ×10-3 m/s
= 162.81 m2
5 Dimensi Filter
A =pxl
162.81 m2 = 2l x l
162. 81 m2
l =√
2
l = 9.02 m
p = 18.04 m
Direncanakan tinggi media pasir 60 cm, ruang backwash 30 cm dan tinggi permukaan di
atas media setinggi 60 cm sehingga tinggi total unit sebesar 1.5 m. Digunakan filter
single media.
6 Headloss
60
NRe = (0.82 x 997.7 x 0.045 x 2.77 x 10-3) / (0.008949)
= 1.14
f’ = 150 [(1-0.45)/1.14] + 1.75
= 73.94
7 Media Pasir
8 Laju Filtrasi
Laju Aliran
Laju Filtrasi =
Luas Permukaan Filter
50 L/ detik
= = 0.307 L/detik/per m2
162.81 m2
Qbw = Vbw × A
= 15 m/jam × 162.81 m2
= 2442.15 m3/jam = 678.375 L/detik
11 Laju Backwash
Debit backwash
Laju Backwash =
Luas Permukaan Filter
678.375 L/ detik
=
162.81 𝑚2
= 4.17 L/detik per m2
14 Efisiensi Filter
Re
E=
𝑅𝑜
Unit filter Run volume - volume unit backwash
E= x 100%
Unit filter run volume
240000 L/m2 -2500 L/m2
E= x 100%
240000 m2
= 98.96 %
62
15 Sistem Inlet
A = ¼ 𝜋 D2
0,0027 m2 = ¼ x (22/7) x D2
4 x 0.0027 m2
D =√
2
22/7
= 0.059 m
1. Volume Unit
V = Q × td
= 0,451 m3/detik × 1800 detik
= 811,8 m3
3. DPC
1000
DPC = {[ ×V×C]–D}
250
= 2,45 mg/L
4. Dosis Khlor
Rs = DPC + Sisa khlor
= 2,45 mg/L + 0,25 mg/L
= 2,7 mg/L
5. Kecepatan Pembubuhan
Q ×C ×Rs
d =
K
0,451 × 75% ×2,7 mg/L
=
10 mg/L
= 0,091 m3/detik
6. Kebutuhan Khlor
1
W =Q× × Rs
C
1
= 451 L/detik × × 2,7 mg/L
0,75
= 1,623 mg/detik
Dalam suatu sistem perencanaan penyediaan air minum diperlukan adanya suatu
perhitungan reservoir karena reservoir merupakan yang sangat penting dalam suatu
64
sistem. Untuk menghitung kapasitas reservoir ini, maka reservoir ditinjau dari fungsinya
sebagai equalizing flow. Reservoir diperlukan untuk menyeimbangkan fluktuasi
permukaan air harian, sehingga kebutuhan maksimum per jam dapat terpenuhi.
Kapasitas reservoir ini dapat ditentukan bila diketahui fluktuasi pemakaian air harian di
kota tersebut:
Berikut ini adalah contoh perhitungan fluktuasi pemakaian air:
Kolom 1
Waktu pemakaian air
Kolom 2
Jumlah jam pada waktu pemakaian air
24.00 – 05.00 = 5 jam
Kolom 3
Supply air per jam dalam % dari sistem transmisi
100% / 24 jam = 4.17%
Kolom 4
65
Diketahui dari survey/penelitian terhadap fluktuasi pemakaian air = 0,75%
Kolom 5
Total Supply air (%) = jumlah jam x supply air per jam
= (2) x (3)
= 5 jam x 4.17 % = 20.85 %
Kolom 6
Total pemakaian (%) = jumlah jam x pemakain per jam (%)
= (2) x (4)
= 5 jam x 0.75 % = 3,75%
Kolom 7
Supply demand (surplus) = Supply total (%) – Pemakaian total (%)
= 20,85% - 3,75% = (+) 17,1%
(jika nilai positif)
Kolom 8
Supply demand (deficit) = Supply total (%) – pemakaian total (%)
= 4,17% - 6 % = (-) 1,83 %
(jika nilai negatif)
66
Untuk mencari volume reservoir perlu dihitung terlebih dahulu besarnya permukaan
yang lebih besar dari debit yang disediakan ( defisit ) dari supply rata-rata harian
reservoir selama pengaliran 24 jam, supply rata-rata tiap jamnya adalah :
100 % / 24 jam = 4,17 %
Untuk menghitung volume reservoir, maka digunakan nilai rata-rata dari jumlah
persentasi di atas karena perbedaan diantara kedua jumlah tersebut sebenarnya hanya
untuk menghitung kapasitas reservoir dan perbedaan diantara kedua jumlah tersebut
sebenarnya hanya merupakan pembulatan. Dengan demikian maka diperoleh harga rata-
rata kapasitas reservoir adalah sebesar :
27.70+27.62 %
% Volume Reservoir =
2
= 27.66
10800
P×L dengan; P = 2 L ( P : L = 2 : 1 )
10
2 L × L = 1080
67
1080
L2 =
2
L2 = 540
L = 23,237 m
Panjang ( P ) = 2 L
= 2 (23,237)
= 46,47 m
68
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Berdasarkan analisis kebutuhan air bersih jumlah kebutuhan air bersih di Kelurahan
Gunung Kelua, Samarinda Ulu yaitu sebesar 247,44 L/detik yang berasal dari detik
kebutuhan domestik sebesar 14,16 dan Kebutuhan non domestik sebesar 6,206
L/detik. Dengan asumsi kebocoran 20% dan L/detik kebutuhan pipa 10%.
b. Sistem Pengolahan Air yang direncanakan untuk kebutuhan air bersih masyarakat
Kelurahan Gunung Kelua adalah sistem pengolahan lengkap yang terdiri dari
sedimentasi I, koagulasi, flokulasi, sedimentasi II, filtrasi, dan desinfeksi yang
didesain sesuai kriteria perencanaan pada Revisi SNI 19-6774-2002.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam perencanaan sistem pengolahan air bersih IPA dibutuhkan data
penunjang yang akurat sehingga kapasitas air domestik dan non domestik dapat sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
69
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim., 2012, Definisi Air dan Air Bersih, Rineka Cipta, Jakarta.
2. PERMENKES RI No. 492 Tahun 2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
5. Razif, M., 1985, Pengolahan Air Minum: Teknik Penyehatan, Fakultas Teknik Sipil
dan Perencanaan, ITS, Surabaya.
6. Sutrisno C.T, Suciastuti E., 2002, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Rineka Cipta
Cetakan 4, Jakarta.
7. Tri Joko., 2010, Unit Produksi Dalam Sistem Penyediaan Air Minum, Graha Ilmu
Cetakan Pertama, Yogyakarta.
70