Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL II

TEKNIK KIMIA

KELOMPOK 10

MODUL:
EKSTRAKSI PADAT CAIR

NAMA :

Elisabeth Grace Sweatenia (119280098)


Rafli Rinaldi (119280103)
Siti Aisyah Rahimah Aulia (119280083)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2021
ABSTRAK

Pada praktikum kali ini ,dilakukan percobaan yaitu ekstraksi padat cair. Ekstraksi
padat cair merupakan ektraksi yang digunakan untuk melarutkan zat yang dapat
larut dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut. Ekstraksi Padat
Cair bertujuan untuk dapat memahami prinsip dari ekstraksi padat cair dan dapat
melakukan proses ekstraksi padat cair dengan menggunakan alat Soxhlet
Extractor serta mengukur parameter-parameter yang terkait. Bahan-bahan yang
digunakan pada praktikum ini, yaitu lada 20 gr, etanol 70%, akuades, alumunium
foil, dan kertas saring. Praktikum kali ini dilakukan 3 tahap percobaan yaitu, tahap
ekstraksi padat cair dan pemurnian dengan soxhlet, tahap pengukuran massa jenis
minyak dan tahap pengukuran indeks bias. Pada tahap ekstraksi, lada ditimbang
sebanyak 20 gr dan dibungkus dengan kertas saring, lalu dimasukkan ke dalam
thimble yang dirangkai pada alat Soxhlet Extractor, setelah itu akan diekstraksi
selama 1 jam dengan perbandingan lada dan etanol yaitu 1:7,5 pada temperatur
±78°C. Kemudian, terjadi 9 siklus pada menit ke 44, 46, 48, 50, 51, 52, 53, 55,
dan 57. Massa pelarut ekstrak yang didapat sebesar 99,85 gr, kemudian volume
setelah ekstraksi sebesar 133 mL, massa sampel padat setelah ekstraksi sebesar
13,9 gr, massa jenis ekstrak sebesar 1,507 g/mL dan indeks bias pelarut ekstrak
nya 8,2 % brix. Pada tahap pemurnian diperoleh massa jenis minyak sebesar
1,530 g/mL dan indeks bias yang diukur sebesar 2,1 % brix. Volume minyak
setelah pemurnian sebesar 42 mL dan persentasi perolehan minyak pada tahap
pemurnian diperoleh sebesar 641,2%.

Kata kunci : Soxhlet, Leaching, Volume, Massa Jenis, Indeks bias

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 1
1.2 Tinjauan Pustaka.............................................................................................. 2
BAB II TUJUAN DAN SASARAN ................................................................................ 7
2.1 Tujuan ............................................................................................................. 7
2.2 Sasaran ............................................................................................................ 7
2.3 Ruang Lingkup ................................................................................................ 7
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN ........................................................................ 8
3.1 Alat ................................................................................................................. 8
3.2 Bahan .............................................................................................................. 8
3.3 Skema Alat Percobaan ..................................................................................... 9
3.4 Prosedur Kerja ............................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 13
4.1 Hasil .............................................................................................................. 13
4.2 Pembahasan ................................................................................................... 13
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 16
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 16
5.2 Saran ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 17
LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN .......................................................................... 18
LAMPIRAN B DATA LITERATUR ............................................................................ 21
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PRAKTIKUM ......................................................... 23
LAMPIRAN D RISK ASSESSMENT........................................................................... 24
LAMPIRAN E MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS).................................... 29

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Karakteristik minyak atsiri lada dengan Standar Internasional (ISO) ..... 6
Tabel 3.1 Daftar alat percobaan.................................................................................. 8

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sistem operasi ekstraksi bertahap tunggal ............................................ 3


Gambar 1.2 Sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar (co-current) ................. 4
Gambar 1.3 Sistem bertahap banyak dengan aliran silang ....................................... 4
Gambar 1.4 Sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan .............................. 4
Gambar 1.5 Operasi batch bertahap empat dengan aliran berlawanan .................... 4
Gambar 3.1 Rangkaian alat soxhlet extractor ............................................................ 9
Gambar 3.2 Diagram alir tahap ekstraksi dan tahap pemurnian ............................ 10
Gambar 3.3 Diagram alir penentuan massa jenis dengan piknometer ................... 11
Gambar 3.4 Diagram alir penentuan indeks bias dengan refraktometer ................ 12
Gambar C.1 Sampel hasil ekstraksi.......................................................................... 23
Gambar C.2 Hasil minyak atsiri lada ....................................................................... 23

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap pada suhu kamar
tanpa mengalami dekomposisi. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air. Minyak atsiri dapat diperoleh melalui ekstraksi tumbuh-tumbuhan
yakni dari daun, bunga, akar, biji, dan kulit kayu (Koensoemardiyah, 2010).
Penggunaan minyak atsiri sangat luas dan spesifik, khususnya dalam
berbagai bidang industri, misalnya untuk pembuatan kosmetik (sabun, pasta gigi,
sampo, lotion, dan parfum), di dalam industri makanan minyak atsiri
jugadigunakan sebagai bahan penyedap atau penambah cita rasa (flovouring
agent), didalam industri parfum minyak atsiri digunakan sebagai pewangi,
jugadigunakan sebagai insektisida, sedangkan dalam industri farmasi atau obat-
obatan digunakan sebagai anti bakteri. Oleh karena itu tidak heran jika minyak
asiri banyak diminati oleh berbagai negara dan menjadi komoditi perdagangan
utamadunia bertahun-tahun.
Lada ( Piper nigrum Linn) merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang
tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan banyak di tanam di daerah
Indonesia. Lada banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu
komponen bumbu dalam masakan tradisional. Tanaman lada termasuk suku
Piperaceae. Dua sifat biji lada yang khas, yaitu rasanya yang pedas dan aromanya
yang khas menyebabkan biji lada banyak sekali dipergunakan sebagai bahan
penyedap atau peningkat rasa makanan. Aroma biji lada adalah akibat adanya
minyak atsiri yang terdapat dalam biji lada tersebut (Lenny & Herlina, 1991).
Salah satu cara mendapatkan biang atau minyak atsiri pada suatu bahan uji coba
adalah ekstraksi.
Ekstraksi terbagi atas dua jenis yaitu ekstraksi dingin atau maserasi dan
ekstraksi panas contohnya dengan ekstraksi soxhlet. Perbedaan dari kedua jenis
ekstraksi ini adalah terletak pada tehniknya, dimana untuk ekstraksi dingin tidak
menggunakan proses pemanasan pada sampel melainkan dengan cara merendam
sampel dalam pelarut. Sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan pemanasan.

1
Jika suatu komponen dari campuran merupakan padatan yang sangat larut dalam
pelarut tertentu dan komponen yang lain secara khusus tidak larut, maka proses
pemisahan dapat dilakukan dengan pengadukan sederhana dan dengan pelarut
tertentu yang diikuti dengan proses penyaringan. Akan tetapi bila komponen
terlarut sangat sedikit larut atau disebabkan oleh bentuknya sehingga proses
pelarutan sangat lambat, maka perlu dilakukan pemisahan dengan ekstraksi
soxhlet (Armid, 2009).

1.2 Tinjauan Pustaka


Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat
tertentu, terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda. Pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran,
biasanya air dan yang lainnya pelarut organic. Bahan yang akan di ekstrak
biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk
atau simplisia (Sembiring, 2007).
Menurut Mc Cabe et al. (1999). Ekstraksi dapat dibedakan menjadi dua cara
berdasarkan wujud bahannya, yaitu:
1. Ekstraksi padat cair  digunakan untuk melarutkan zat yang dapat larut dari
campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2. Ekstraksi cair-cair  digunakan untuk memisahkan dua zat cair yang saling
bercampur, dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan salah satu zat.

1.2.1 Ekstraksi Padat Cair


Ekstraksi padat cair (leaching) adalah proses pemisahan suatu zat
terlarutyang terdapat dalam suatu padatan dengan mengontakkan padatan tersebut
dengan pelarut (solvent) sehingga padatan dan cairan bercampur dan kemudian
zat terlarut terpisah dari padatan karena larut dalam pelarut. Pada ekstraksi padat
cair terdapat dua fase, yaitu:
1. Fase Overflow (Ekstrak)
2. Fase Underflow (Rafinat / ampas) (Mc Cabe, 1985).

2
Metode paling sederhana untuk mengekstraksi padatan adalah mencampurkan
seluruh bahan dengan pelarut, lalu memisahkan larutan tersebutdengan padatan
tidak terlarut (Brown, 1950).
Ekstraksi padat-cair atau leaching adalah transfer difusi komponen
terlarutdalam dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses
yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke
keadaansemula tanpa mengalami perubahan kimiawi (Lucas, 1949). Saat
pengontakan padatan dengan pelarut, terjadi perpindahan sebagian solute ke
dalam fasa cair (pelarut) secara difusional yang berlangsung hingga
kesetimbangan tercapai. Cara pengontakan dapat dilakukandengan mengaduk
suspensi padatan di dalam tangki (dispersi) atau dengan menyusun padatan
tersebut dalam suatu unggun tetap kemudian cairan pelarut mengalir diantara
butiran padatan (imersi) (Richardson et al, 2002).
Perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara fasa padat dan
fasa cair. Pengecilanukuran padatan dilakukan untuk memperluas permukaan
kontak dan memperkecil lintasan kapiler dalam padatan yang harus dilewati
pelarut saat berdifusi sehingga mengurangi tahanan perpindahan massanya (Perry
dan Green, 1997).

1.2.2 Metode Operasi Ekstraksi Padat Cair


Menurut Treyball (1984), terdapat 4 jenis metode operasi ekstraksi padat
cair, yaitu:
1. Operasi dengan Sistem Bertahap Tunggal

Gambar 1.1 Sistem operasi ekstraksi bertahap tunggal

2. Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran silang

3
Gambar 1.2 Sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar (co-current)

Gambar 1.3 Sistem bertahap banyak dengan aliran silang

3. Operasi Secara Kontinu dengan Aliran Berlawanan (Counter Current)

Gambar 1.4 Sistem bertahap banyak dengan aliran berlawanan


4. Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak dengan aliran
berlawanan

Gambar 1.5 Operasi batch bertahap empat dengan aliran berlawanan

1.2.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Proses Ekstraksi


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhiproses ekstraksi menurut
Ketaren(1986), yaitu:
1. Temperatur Operasi
Semakin tinggi temperatur, laju pelarutan zat terlarut oleh pelarut semakin
tinggi dan laju difusi pelarut ke dalam serta ke luar padatan semakin tinggi juga.
2. Waktu Ekstraksi

4
Lamanya waktu ekstraksi memengaruhi volume ekstrak minyak dedak yang
diperoleh. Semakin lama waktu ekstraksi semakin lama juga waktu kontak antara
pelarut n-hexane dengan bahan baku dedak sebagai padatan sehingga semakin
banyak zat terlarut yang terkandung di dalam padatan yang terlarut didalam
pelarut.
3. Ukuran, Bentuk dan Kondisi Partikel Padatan
Minyak pada partikel organik biasanya terdapat di dalam sel-sel. Laju
ekstraksi akan rendah jika dinding sel memiliki tahanan difusi yang tinggi.
Pengecilan ukuran partikel ini dapat mempengaruhi waktu ekstraksi.
Semakinkecil ukuran partikel berarti permukaan luas kontak antara partikel dan
pelarut semakin besar, sehingga waktu ekstraksi akan semakin cepat.
4. Jenis Pelarut
Pada proses ekstraksi, banyak pilihan pelarut yang digunakan. Beberapa hal
yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelarut adalah sebagai berikut:
a. Selektivitas
b. Kelarutan
c. Kerapatan
d. Aktivitas kimia pelarut
e. Titik didih
f. Viskositas pelarut
g. Rasio Pelarut

1.2.4 Tanaman Lada


Lada termasuk tanaman herba tahunan yang tumbuh merambat. Lada (Piper
Ningrum Linn) dari genus piper merupakan spesies tanaman yang berasal dari
Ghats, Malabar, India (famili dari piperaceae). Batangnya bulat, beruas,
bercabang dan berakar pelekat yang berwarna hijau. Daunnya tunggal berbentuk
bulat telur dengan pangkal berbentuk jantung dan berujung runcing. Bunga
majemuknya berbentuk bulir dan menggantung. Buah bu berbentuk bulat.
Buahnya berwarna hijau saat muda dan berwarna merah setelah tua. Lada yang
berada dipasaran berupa lada putih dan lada hitam. Lada putih lebih bagus karena
merupakan hasil dari buah lada masak yang diproses (warna kulit sudah merah).

5
Sedangkan lada hitam merupakan produk dari buah yang dipetik hijau atau tidak
matang serempak. Lada berbau khas aromatik dan berasa pedas (Muhlisah dan
Hening, 2009).
Kandungan minyak atsiri pada lada 1,75%, lada menagndung sekitar 3%
minyak esensial dan terdapat beta-caryapyllene, humulene, betabisabolorie dan
caryophy. Mutu minyak lada dapat ditentukan berdasarkan kriteria fisis seperti
warna, berat jenis, indeks bias, putaran optik serta kelarutan dalam etanol seperti
tabel berikut :

Tabel 1.1 Karakteristik minyak atsiri lada dengan Standar Internasional (ISO)

No Parameter Standar Internasiol ISO 3061 : 2008

Tidak berwarna atau berwarna (Kuning,


1. Warna
Hijau, Biru)

2. Berat jenis 0,861 – 0,885

3. Indeks bias 1,480 – 1,493

4. Putaran Optik -17C – (-6C)

Kelarutan dalam etanol


5. 1 ml dalam 3 ml
(70%)

(Anggraini, 2018).

6
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN

2.1 Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk:
1. Praktikan memahami prinsip ekstraksi padat cair.
2. Praktikan melakukan proses ekstraksi padat cair dengan menggunakan
soxhlet extraktor dan mengukur parameter-parameter terkait ekstraksi padat
cair.

2.2 Sasaran
Untuk mencapai tujuan praktikum, praktikan diharapkan dapat:
1. Menghitung perolehan minyak dari bahan baku.
2. Mengetahui ciri fisik hasil ekstraksi (massa jenis dan indeks bias).

2.3 Ruang Lingkup


Sampel yang digunakan pada percobaan adalah lada dan pelarut organik
yang digunakan adalah etanol 70% dengan perbandingan 1:7,5; dengan lada yang
digunakan sebanyak 20 gram sehingga pelarut etanol yang digunakan adalah
sebanyak 150 mL. Lama waktu ekstraksi adalah 1 jam dengan tekanan 1 atm dan
temperatur saat proses ekstraksi adalah 78℃.

7
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini diantaranya sebagai
berikut.

Tabel 3.1 Daftar alat percobaan

No Alat
1 Timbangan analitis
2 Labu bundar leher 2
3 Termometer
4 Soxhlet extractor
5 Pemanas elektrik
6 Piknometer 10 mL
7 Gelas kimia 100 mL dan 250 mL
8 Gelas ukur 100 mL
9 Corong
10 Stopwatch
11 Botol sampel
12 Refraktometer
13 Pipet tetes
14 Gelas ukur 100 mL

3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu tanaman
penghasil minyak atsiri yaitu lada sebanyak 20 gram, pelarut organik berupa
etanol teknis 70% sebanyak 150 mL, aquades, alumunium foil dan kertas saring

8
3.3 Skema Alat Percobaan
Alat yang digunakan pada percobaan ekstraksi padat cair ini adalah sebagai
berikut.

Gambar 3.1 Rangkaian alat soxhlet extractor

9
3.4 Prosedur Kerja

3.4.1 Tahap Ekstraksi dan Tahap Pemurnian

Mulai

Siapkan alat

20 g sampel
Siapkan bahan
(lada)

Penggerusan menggunakan
mortar

Pelarut organik
Dimasukkan ke dalam thimbel
(alkohol 70%)
dan extractor
150 mL

Ekstrak minyak menggunakan


soxhlet extractor selama 1 jam

Evaporasi pelarut kaya minyak


menggunakan soxhlet extractor

Penimbangan massa minyak


tertinggal

selesai

Gambar 3.2 Diagram alir tahap ekstraksi dan tahap pemurnian

3.4.2 Menghitung Massa Jenis dengan Piknometer

10
Mulai

Bersihkan piknometer dengan


alkohol

Timbang piknometer

Isi piknometer dengan minyak


hingga melebihi tanda garis

Timbang piknometer

Ulangi
menggunakan Ya
aqua dm
Tidak

Hitung massa jenis

Selesai

Gambar 3.3 Diagram alir penentuan massa jenis dengan piknometer

3.4.3 Menghitung Indeks Bias dengan Refraktommeter

11
Mulai

Bersihkan refraktometer dengan


tissue

Tetesi aqua dm pada prisma dan


day light plate

Refraktometer dibersihkan dari


sisa aqua dm

Diulangi
menggunakan Ya
minyak
Tidak

selesai

Gambar 3.4 Diagram alir penentuan indeks bias dengan refraktometer

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Data yang didapat dari praktikum ekstraksi padat cair yang telah dilakukan
disajikan pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Data hasil percobaan

Hasil
No Sampel
Massa Jenis (g/ml) Indeks Bias Perolehan (%)
1 Etanol 1,481 1,34175 -
2 Hasil ekstrak 1,449 1,345074 -
3 Minyak 1,471 1,336006 641,2

4.2 Pembahasan
Pada percobaan kali ini, ekstraksi padat cair dilakukan dengan
menggunakan lada sebanyak 20 gram yang diekstraksi menggunakan pelarut
etanol sebanyak 150 ml pada soxhlet extractor. Lada yang digunakan dihancurkan
atau dihaluskan terlebih dahulu, kemudian membungkusnya pada kertas saring
dan memasukkannya kedalam extractor. Sedangkan pelarut etanol dimasukkan ke
dalam labu leher dua. Proses ekstraksi terjadi pada soxhlet extractor. Kemudian
dilanjutkan dengan memanaskan pelarut hingga temperatur ± 78°C (titik didih
etanol) dengan tujuan agar pelarut etanol mendidih dengan baik dan merata
sehingga proses penguapan pelarut secara sempurna. Proses ekstraksi dilakukan
selama satu jam dengan tujuan untuk memperlama kontak cairan pelarut dengan
sampel lada yang digunakan, sehingga hasil ekstraksi yang diperoleh maksimal.
Selama proses ekstraksi, uap hasil pemanasan pelarut etanol akan menuju
kondensor untuk dikondensasi menjadi cairan melalui pipa F. Cairan hasil
kondensasi ini akan membasahi sampel pada kolom ekstrakstor, sehingga saat
diperoleh cairan ekstrak yang masih mengandung pelarut etanol. Cairan ekstrak
tersebut akan memenuhi siphon tube. Setelah itu, cairan akan menuju labu leher
dua melalui siphon dan dihitung menjadi satu siklus ekstraksi. Selama proses

13
ekstraksi, diperoleh jumlah siklus sebanyak 9 siklus, dan waktu yang tercatat saat
9 siklus secara berturut yaitu 44.59 ; 46.52 ; 48.32 ; 50.08 ; 51.28 ; 52.21 ; 53.31 ;
55.32 ; 57.51 ; dan 59.28 saat hasil kembali ke labu leher dua dalam satuan menit.
Pada menit awal tidak terjadi siklus dikarenakan suhu pemanasan yang
dilakukan pada ethanol belum mencapai pada suhu yang dianjurkan yaitu titik
didih etanol itu sendiri sehingga pada awal siklus didapat sekitar di menit ke 44.
Hasil minyak yang diperoleh tiap siklus juga berbeda. Pada siklus pertama
didapatkan cairan ekstrak berwarna kuning. Hal ini dikarenakan pada siklus ini
merupakan awal kontak cairan dengan sampel. Sementara itu, pada siklus
selanjutnya berwarna kuning muda. Hal ini dikarenakan minyak yang terdapat
pada sampel mulai berkurang. Pada siklus bagian akhir cairan ekstrak
mengandung sedikit minyak. Hal ini dikarenakan kandungan minyak pada sampel
tersisa sedikit oleh ekstraksi pada siklus sebelumnya dan juga karena tetesan
kondensasi tidak lagi melewati sampel yang menyebabkan hanya tergenang di
atas tanpa menyatu dengan sampel. Setelah proses ekstraksi selesai, dilakukan
pengukuran massa jenis dan indeks bias hasil ekstraksi berupa campuran minyak
dan etanol. Massa jenis hasil ekstraksi diperoleh sebesar 1,449 g/mL dengan
indeks bias sebesar 8,2% brix atau 1,345074.
Selanjutnya hasil ekstraksi berupa campuran dan pelarut etanol dimurnikan
menggunakan soxhlet extractor kembali tanpa lada. Tujuan dari pemurnian ini
yaitu untuk memisahkan minyak dan pelarut etanol. Hasil ektraksi berupa
campuran minyak dan etanol dimasukkan ke dalam labu leher dua dan dipanaskan
pada temperatur ± 78°C selama satu sampai dua jam . Karena perbedaan titik
didih, pelarut etanol akan menguap dan terpisah menjadi produk atas (distilat),
sedangkan minyak yang tertinggal dalam labu leher dua menjadi produk bawah
(bottom). Setelah proses pemurnian selesai, dilakukan pengukuran massa jenis,
indeks bias, dan persen perolehan minyak lada. Massa jenis minyak diperoleh
sebesar 1,471 g/mL indeks bias sebesar 2,1% atau 1,336006 dan persen perolehan
minyak sebesar 641,2%. Perolehan minyak membuktikan jika minyak yang sudah
dimurnikan masih mengandung pelarut etanol dalam jumlah yang banyak. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor yaitu waktu pemurnian minyak dari pelarut

14
etanol hanya 1 jam lebih dan waktu tersebut masih kurang jika dibanding dengan
dua jam.

15
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Hasil yang didapat pada percobaan ini dipengaruhi oleh temperatur, ukuran
partikel, rasio pelarut, dan lamanya waktu pada proses ekstraksi dan
evaporasi.
2. Minyak lada yang diperoleh pada percobaan ini masih belum murni karena
masih mengandung banyak pelarut etanol, dimana minyak yang didapat
berwarna kuning pucat dan persentase perolehan minyak yang didapat
sebesar 641,2%.
3. Minyak lada yang diperoleh memiliki massa jenis sebesar 1,471 g/mL dan
indeks bias sebesar 2,1% brix atau 1,336006.
4. Pada percobaan ini, jumlah siklus yang terjadi pada proses ekstraksi adalah
sebanyak 9 siklus.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada percobaan ini adalah sebagai
berikut.
1. Proses ekstraksi dan evaporasi disarankan untuk dilakukan lebih lama agar
hasil esktrak yang didapat lebih banyak dan lebih murni.
2. Sampel yang digunakan sebaiknya memiliki ukuran partikel yang kecil yaitu
dengan menggerusnya sampai halus agar hasil ekstraksi yang didapat lebih
maksimal.
3. Praktikan diharapkan tetap menjaga temperatur proses agar tidak terlalu
jauh dari titik didih pelarut yang digunakan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R. (2018). Isolasi dan Karakterisasi Minyak Atsiri Lada Hitam Asal
Sajingan Kalimantan Barat. Jurnal Kimia Khatulistiwa, Vol 7(4) : 124-133.

Brown, G.G. (1950). Unit Operation Rumus Kecepatan Pengendapan. Modern


Asia Edition. New York.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta:


Universitas Indonesia.

Lucas, J.Howard, D. Pressman. (1949). Principles and Practice In Organic


Chemistry. John Wiley and Sons, Inc. New York.

McCabe, W.I. and Smith, J.C. (1985). Unit Operation of Chemical Engineering.
4th edition. McGraw Hill Book Company. Singapore

McCabe, Warren L & Smith, J.C. (1999). “Operasi Teknik Kimia”. Alih Bahasa
Jasiji, E.Ir. Edisi ke-4. Penerbit Erlangga : Jakarta.

Muhlisah, F., Hening, S. (2009). Sayur dan Bumbu Dapur Berkhasiat Obat.
Depok: Penebar Swadaya. Hal 63-64.

Perry, R.H. and Green, D.W. (1997). Perry’s Chemical Engineers’ Handbook, 7th
ed., McGraw-Hill Book Company, New York.

Richardson, E.E. Lioyd, Papandonatos, George; Kazura, Alessandra. (2002).


Differentiating Stages of Smoking Intensity Among Adolescents: Stage
Specific Psychological and Social influences. Jurnal of Consulting and
Clinical Psychology, 70 (4): 998-1009.

Sembiring B. (2007). Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat.


Warta Puslitbangbun Vol 13 No 12 Agutus 2007.

Treyball, R.E. (1984). Masss Transfer Operations. 3 th ed. McGraw


HillInternational Edition. Singapore.

17
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN

1. Persiapan Bahan
Sampel yang digunakan = lada
Lada : ethanol = 1 : 7,5
Massa sampel = 20 g

Massa alumunium = 6,76 g


Massa alumunium + lada = 26,76 g
Massa lada = 20 g

Pelarut yan digunakan = ethanol


Massa gelas beaker kosong = 111,65 g
Massa gelas beaker + pelarut = 291,50 g
Massa pelarut = (Massa gelas beaker + pelarut) - (Massa
gelas beaker kosong)
= 179,85 g
Volume pelarut = 150 mL

Massa Jenis
Massa piknometer kosong = 10 g
Massa piknometer + aquades = 25,97 g
Massa aquades = 25,97 g - 10 g
= 15,97 g
Massa piknometer + etanol = 24,87 g
Massa etanol = 24,87 g - 10 g
= 14,87 g
Suhu aquades = 28℃
Densitas aquades = 0,99624 g/mL
massa aqua dm
Volume piknometer =
Densitas aqua dm
10 g
=
0,99624 g/mL

= 10,04 ml

18
massa etanol
Massa jenis etanol (ρ) =
Volume piknometer
14,87 g
=
10,04 mL

= 1,481 gr/ml

Indeks Bias
Aquades = 0% brix = 1,33299
Ethanol = 6% brix = 1,34175

2. Tahap Ekstraksi
Waktu ekstraksi = 1 jam
Suhu awal ethanol = 28℃
Titik didih ethanol = 78℃
Waktu ekstraksi tahap 1 = 44 menit 59 detik
Waktu ekstraksi tahap 2 = 46 menit 52 detik
Waktu ekstraksi tahap 3 = 48 menit 32 detik
Waktu ekstraksi tahap 4 = 50 menit 8 detik
Waktu ekstraksi tahap 5 = 51 menit 28 detik
Waktu ekstraksi tahap 6 = 52 menit 21 detik
Waktu ekstraksi tahap 7 = 53 menit 31 detik
Waktu ekstraksi tahap 8 = 55 menit 32 detik
Waktu ekstraksi tahap 9 = 57 menit 51 detik

Massa pelarut ekstrak setelah ekstraksi = 99,85 g


Volume pelarut ekstrak setelah ekstraksi = 133 mL
Massa sampel padat setelah ekstraksi = 13,9 g

Indeks Bias Pelarut Ekstrak


Pada skala = 8,2% brix = 1,345074

Massa Jenis
Massa piknometer kosong = 10 g
Massa piknometer + ekstrak = 25,07 g
Massa ekstrak = (Massa piknometer + ekstrak) – (Massa
piknometer kosong)

19
= 15,07 g
massa ekstrak
Massa jenis ekstrak (𝜌) =
volume piknometer
15,07 g
=
10,4 mL

= 1,449 g/mL

3. Tahap Pemurnian
Massa minyak setelah pemurnian = 89,13 g
Volume minyak setelah pemurnian = 42 mL
Volume distilat setelah pemurnian = 60 mL
Massa distilat setelah pemurnian = 48,98 g
massa minyak
%Perolehan minyak =[ ] × 100%
volume piknometer
89,3
=[ ] × 100%
13,9

= 641,2%

Massa Jenis
Massa piknometer kosong = 10 g
Massa piknometer + minyak = 25,30 g
Massa ekstrak = (Massa piknometer + minyak) – (Massa
piknometer kosong)
= 15,30 g
massa ekstrak
Massa jenis ekstrak (𝜌) =
volume piknometer
15,30 g
=
10,4 mL

= 1,471 g/mL

Indeks Bias Minyak


Pada skala = 2,1% brix = 1,336006

4. Data Fisik Minyak


Berwarna kuning pucat

20
LAMPIRAN B
DATA LITERATUR

Data Densitas Air Pada Berbagai Temperatur

21
Data Konversi Satuan Indeks Bias % brix menjadi Standard SNI

22
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

Gambar C.1 Sampel hasil ekstraksi

Gambar C.2 Hasil minyak atsiri lada

23
LAMPIRAN D
RISK ASSESSMENT

24
25
26
27
28
LAMPIRAN E
MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)

29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57

Anda mungkin juga menyukai