Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK

SIMPLISIA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KUALITAS MUTU
Dosen Pengampu: Apt. Almahera, S.Farm., M.Farm.

Disusun untuk penilaian tugas kelompok


pada mata kuliah Farmakognosi

Oleh:

TUTUT SELAMET
JASMANI
YATI NURANISA
RESMA SEFTIYANA

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
NUSA TENGGARA BARAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Farmakognosi,
dengan judul: “Simplisia dan factor-faktor yang mempengaruhi kualitas mutu”.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Kuripan, 19 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4
2.1. Pengertian Simplisia...................................................................... 4
2.1.1. Jenis-jenis Simplisia ............................................................ 4
2.1.2. Tata Cara Pembuatan Simplisia ........................................... 5
2.2. Ekstrak dan Ekstraksi .................................................................... 7
2.2.1. Pengertiak Ekstrak dan Ekstraksi ........................................ 7
2.2.2. Macam-macam Ekstraksi ..................................................... 8
2.2.3. Macam-macam Ekstrak ....................................................... 8
2.2.4. Metode Ekstraksi ................................................................. 8
2.3. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Simplisa................................ 11
2.3.1. Bahan Baku dan Penyimpanannya ...................................... 11
2.3.2. Proses Pembuatan Simplisia ................................................ 12
2.3.3. Cara Pengepakan dan Penyimpanan .................................... 12
2.3.4. Cara Pengambilan Simplisia ................................................ 13
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan.................................................................................... 15
3.2. Saran .............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Departemen Kesehatan RI, simplisia adalah bahan alami yang
digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan
kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang tidak dikeringkan.
Simplisia terbagi menjadi 3 jenis yakni, simplisia nabati, simplisia hewani
dan simplisia mineral (pelikan).
Simplisia memiliki banyak keunggulan, antara lain efek sampingnya
relatif lebih kecil daripada obat-obatan kimia karena berasal dari alam,
adanya komposisi yang saling mendukung untuk mencapai efektivitas
pengobatan, dan lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan degenaratif.
Meskipun begitu, obat tradisional ini memiliki kekurangan yaitu, memiliki
efek farmakologis yang lemah, bahan baku belum terstandar, dan belum
dilakukan uji klinik serta mudah tercemar berbagai mikroorganisme. Jika
ingin menggunakan simplisia sebagai obat tradisional, sebaiknya
menggunakan simplisia dari kelompok obat fitofarmaka, yang telah teruji
khasiat dan keamanannya, teruji secara klinis, bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah, serta memenuhi indikasi medis.
Tahap awal pembuatan simplisia adalah tahap penanganan pasca panen
yang harus penuh dengan ketelitian yakni, dimulai dari penyiapan alat dan
bahan, pengumpulan bahan yang akan digunakan sebagai bahan baku
simplisia, penyortasian basah (pemisahan dan pembuangan bahan organik
asing atau tumbuhan lain yang terikut).
Untuk mengetahui kebenaran dan mutu simplisia, maka dilakukan
analisis yang meliputi analisis kuantitatif dan kuantitatif. Pengujian
mikroskopik termasuk dalam analisis kuantitatif. Uji mikroskopik dilakukan
dengan menggunakan mikroskopik yang derajat pembesarannya disesuaikan
dengan keperluan. Simplisia yang dapat diuji berupa sayatan melintang,
radial, paradermal, membujur ataupun serbuk. Dari pengujian ini akan
diketahui jenis simplisia berdasarkan pragmen pragenal spesifik masing-
masing simplisia.

1
Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:
1. Kadar air, tidak lebih dari 10%
2. Angka lempeng total, tidak lebih dari 10
3. Angka kapang dan khamir, tidak lebih dari 10
4. Mikroba pathogen: negative
5. Aflatoksin, tidak lebih dari 30 bpj.
Pada pembuatan bahan dasar obat haruslah dilakukan beberapa uji
coba. Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan indra
manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan,
kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.
Adapun syarat-syarat yang harus ada dalam uji organoleptik adalah ada
contoh yang diuji yaitu benda perangsang, ada penulis sebagai pemroses
respon, ada pernyataan respon yang jujur respon yang spontan, tanpa
penalaran, imaginasi, ilusi atau meniru orang lain, asosiasi. Tujuan uji
organoleptik adalah untuk:
1. Pengembangan produk dan perluasan pasar.
2. Pengawasan mutu, bahan mentah, dan komoditas
3. Perbaikan produk
4. Membandingkan produk sendiri dengan peroduk pesaing
5. Evaluasi penggunaan bahan, formulsai, dan peralatan baru.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis sebelumnya, maka
penulis merumuskan beberapa permasalahan antara lain:
1. Bagaimanakah definisi simplisia?
2. Apa saja jenis-jenis dan bagaimana tata cara pembuatan simplisia?
3. Apa saja perbedaan antara Ekstrak dan Ekstraksi?
4. Bagaimanakan metode ekstraksi?
5. Apa saja factor yang mempengaruhi kualitas simplisia?

2
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari simplisia.
2. Untuk mengetahui macam-macam simplisia serta cara pembuatannya.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara Ekstrak dan Ekstraksi.
4. Untuk mengetahui metode ektrasi.
5. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kualitas mutu
simplisia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Simplisia


Simplisia atau herbal yaitu bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 600C (Ditjen
POM, 2008). Instilah simplisia dipakai untuk menyebut bahan-bahan obat
alam yang masih berada dalam wujud aslinya atau belum mengalami
perubahan bentuk (Gunawan, 2010)
Jadi simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalai pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 golongan
yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral (Melinda,
2014).

2.1.1. Jenis-jenis Simplisia


2.1.1.1. Simplisia Nabati
Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman (Nurhayati, 2008). Yang
dimaksud dengan eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu
dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya (Melinda, 2014).
2.1.1.2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh,
bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan
(Meilisa, 2009) dan belum berupa zat kimia murni (Nurhayati
Tutik, 2008). Contohnya adalah minyak ikan (Oleum ieconis
asselli) dan madu (Mei depuratum) (Gunawan, 2010)
2.1.1.3. Simplisia Mineral atau Pelikan
Simplisia mineral atau pelican adalah simplisia berupa bahan
pelican atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan

4
cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (Melisa,
2009). Contohnya serbuk seng dan tembaga (Gunawan, 2010).

2.1.2. Tata Cara Pembuatan Simplisia


2.1.2.1. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilihan hasil panen Ketika tanaman
masih segar (Gunawan, 2010). Sortasi basah dilakukan untuk
memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing seperti tanah,
kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusah serta
pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah yang mengandung
bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang tinggi. Oleh
karena itu pembersihan simplisia dan tanah yang berikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal (Melinda, 2014).
2.1.2.2. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih, misalnya air dan mata air, air
sumur dan PDAM, karena air untuk mencuci sangat
mempengaruhi jenis dan jumlah mikroba awal simplisia.
Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka
jimlah mikroba pada permukaan bahan simplisia data
berambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan
tersebut dapat mempercepat pertumbuhan mikroba (Gunawan,
2010). Bahan simplisia yang mengandung zat mudah larut
dalam air yang mengalir, pencucian hendaknya dilakukan
dalam waktu yang sesingkat mungkin (Melinda, 2014).
2.1.2.3. Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami perajangan untuk
memperoleh proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan
maka semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat
waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga

5
menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat khasiat yang
mudah menguap, sehingga komposisi, bau, rasa yang
diinginkan (Melinda, 2014). Perajangan dapat dilakukan
dengan pisau, dengan alat mesin perajangan khusus sehingga
diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki (Gunawan, 2010).
2.1.2.4. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan sebagai
berikut:
a. Menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak
mudah ditumbuhi kapang dan bakteri.
b. Menghilangkan aktivitas enzim yang bisa menguraikan
lebih lanjut kandungan zat aktif.
c. Memudahkan dalam hal pengolahan proses selanjutnya
(ringkas, mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya)
(Gunawan, 2010).
Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses
enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai kurang
dari 10%. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari proses
pengeringan adalah suhu pengeringan, lembaban udara, waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan. Suhu yang terbaik
pada pengeringan adalah tidak melebihi 600C, tetapi bahan
aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhun serendah mungkin, misalnya 300C
sampai 450C. teradapat du acara pengeringan yaitu
pengeringan alamiah (dengan sinar matahari langsung atau
dengan diangin-anginkan) dan pengeringan buatan dengan
menggunakan instruen (Melinda, 2014).
2.1.2.5. Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami
proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-
bahan yang terlalu gosong atau bahan yang rusak (Gunawan,

6
2010). Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan
benda-benda asing, seperti bagian-bagian tanaman yang tidak
diinginkan atau pengotoran-pengotoran lainnya yang masih
ada dan tertinggal pada simplisia kering (Melinda, 2014).
2.1.2.6. Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka
simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar
tidak saling bercampur antar simplisia satu dengan lainnya
(Gunawan, 2010). Untuk persyaratan wadah yang akan
diginakan sebagai pembungkus simplisia adalah harus inert,
artinya tidak bereaksi dengan bahan lain, tidak beracun,
mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba,
kotoran, serangga, penguapan bahan aktif serta dari pengaruh
cahaya, oksigen dan uap air (Melinda, 2014).

2.2. Ekstrak dan Ekstraksi


2.2.1. Pengertian
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
penyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk
(Depkes RI, 2008, disitasi oleh Anggraini, 2017). Berdasarkan literatur
lain, ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dngan mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian hamper semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang terisi diperlakukan sehingga memenuhi baku
yang telah ditetapkan (Istiqomah, 2013).
Ekstraksi adalah proses pemisahan substansi dari campurannya
dengan menggunakan pelarut yang sesuai (Kristanti et al., 2008, disitasi
oleh Fajeriyati, 2017). Menurut Departemen Kesehatan RI (2006),
ekstraksi yaitu kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

7
dari suati serbuk simplisia, sehingga terpisah dari bahan yang tidak
dapat larut.
2.2.2. Macam-macam Ekstraksi
Berdasarkan wujud bahan ekstraksi dibedakan menjadi du acara
sebagai berikut:
1. Ekstraksi padat cair, gunanya untuk melarutkan zat yang dapat larut
dari campurannya dengan zat padat yang tidak dapat larut.
2. Ekstraksi cair-cair, gunanya untuk memisahkan 2 zat cair yang
saling bercampuran dengan menggunakan pelarut dapat melarutkan
salah satu zat (Fajeriyati, 2017).
2.2.3. Macam-macam Ekstrak
Berdasarkan sifatnya, ekstrak dikelompokkan menjadi:
1. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam
madu dan dapat dituang.
2. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin
dan dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%.
3. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan
mudah dibuang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih
dari 5%.
4. Ekstrak cair adalah ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1
bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair (Istiqomah,
2013).
2.2.4. Metode Ekstraksi
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terbagi menjadi:
1. Cara dingin
Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi
total, yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada
secyawa termolabil yang terdapat pada sampel. Sebagian besar
senyawa dapat terekstraksi dengan ekstraksi cara dingin, walaupun
ada beberapa senyawa yang memiliki keterbatasan kelarutan
terhadap pelarut pada suhu ruangan (Istiqomah, 2013).
a. Maserasi

8
Menurut Harmita (2008), maserasi merupakan cara sederjana
yang dapat dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam
pelarut. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperature ruangan (kamar) (Istiqomah,
2013). Kelemahan dari maserasi adalah prosesnya
membutuhkan waktu yang cukup lama. Ekstraksi secara
menyeluruh juga dapat menghabiskan sejumlah besar volume
pelarut yang dapat berpotensi hilangnya metabolit. Beberapa
senyawa juga tidak terekstraksi secara efisien jika kurang
terlarut pada suhu kamar (270C). ekstraksi secara maserasi
dilakukan pada suhu kamar (270C), sehingga tidak
menyebabkan degradasi metabolit yang tidak tahan panas
(Fadhilaturrahmi, 2015).
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses mengekstraksi senyawa terlarut
dari jaringan selular simplisia dengan pelarut yang selalu baru
sampai sempurna yang umumunya dilakukan pada suhu
ruangan. Perkolasi cukup sesuai, baik untuk ekstraksi
pendahuluan maupun dalam jumlah besar (Fadhilaturrahmi,
2015). Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru dan sempurna (Exhaustiva extraction) yang umumnya
dilakukan pada temperature ruangan (Istiqomah, 2013).
Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan serbuk simplisia
pada suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap
maserasi atara, tahap perkolasi sebenarnya (penetasan/
penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan (Istiqomah, 2013).
Perkolasi cukup sesuai, baik untuk ekstraki pendahuluan
maupun jumlah besar.

9
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relative konstan dengan adanya pendingin balik
(Istiqomah, 2013). Berdasarkan literatur lain, ekstraksi refluks
merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik didih
pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu
dengan adanya pendingin balik (kondensor) (Bambang, 2010).
Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan
denga pendinginan tegak dan akan Kembali menyari zat aktif
dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali
dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam (Fadhilaturrahmi,
2015).
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang
selalu baru dan pada umumnya dilakukan dengan alat yang
khusus sehingga ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut
relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Istiqomah,
2013). Sokletasi adalah suatu metode atau proses pemisahan
suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi (Anonim, 2015).
Metode ekstraksi soxhlet adalah metode ekstraksi dengan
prinsip pemanasan dan perendaman sampel. Hal itu
menyebabkan terjadinya pemecahan dinding dan membran sel
akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel.
Dengan demikian, metabolit sekunder yang ada di dalam
sitoplasma akan terlarut ke dalam pelarut organik. Larutan itu
kemudian menguap ke atas dan melewati pendingin udara yang
akan mengembunkan uap tersebut menjadi tetesan yang akan

10
terkumpul kembali. Bila larutan melewati batas lubang pipa
samping soxhlet maka akan terjadi sirkulasi. Sirkulasi yang
berulang itulah yang menghasilkan ekstrak yang baik
(Fadhilaturrahmi, 2015).
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetic (dengan pengadukan kontinu)
pada temperature yang lebih tinggi dari temperature ruangan
(kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40-
500C (Fadhilaturrahmi, 2015).
d. Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut cair pada temperature
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air
mendidih, temperature terukur 96-980C) selama waktu tertentu
(15-20 menit) (Fadhilaturrahmi, 2015).
e. Dekokta
Dekokta dalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit)
dan temperature sampai titik didih air (Istiqomah, 2013).

2.3. Factor-faktor Yang Mempengaruhi Simplisia


Kualitas simplisia dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:
2.3.1. Bahan Baku dan Penyimpanan Bahan Baku Simplisia
Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan
liar atau berupa tumbuhan budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan
yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman
yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman
hias, tanaman pagar, tetapi bukan bertujuan untuk memproduksi
simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman-tanaman yang sengaja
ditanam untuk tujuan produksi simplisia.
Simplisia yang belum diolah menjadi barang jadi, kecuali
dinyatakan lain hendaknya disimpan dalam keadaan kering untuk
mencegah timbulnya jamur dan membusuknya simplisia karena
penyimpanan. Selain itu, dalam penyimpanannya juga perlu

11
diperhatikan tentang kelembaban, suhu, dan wadah untuk
penyimpanan.
2.3.2. Proses Pembuatan Simplisia
a. Simplisia dibuat dengan cara pengeringan
Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan
dengan cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi.
Pengeringan dengan waktu lama akan mengakibatkan simplisia
yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan yang dilakukan
pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada
kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, bahan
simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya
sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringannya tidak
mengalami kerusakan.
b. Simplisia dibuat dengan cara fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan seksama agar proses tersebut
tidak berkelanjutan kearah yang tidak dinginkan.
c. Simplisia dibuat dengan proses khusus
Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat
nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan
dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan
harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.
d. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan
air. Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun
serangga, kuman pathogen, logam berat, dan lain-lain.
2.3.3. Cara Pengepakan dan Penyimpanan Simplisia
Pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal
yang dapat mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu carapengepakan,
pembukusan dan pewadahan, persyaratan Gudang simplisia, cara
sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetannya. Penyebab
kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan kelembaban.

12
Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan
tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasan harus
seusia, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan
dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruan guntuk keperluan
pengangkutan maupun penyimpanannya.
Adapun tahapan dan cara penyimpanan simplisia antara lain:
pengumpulan bahan baku (panen), sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan,
dan pemeriksaan mutu.
2.3.4. Cara Pengambilan Simplisia
Adapun cara pengambilan simplisia antara lain:
1. Kulit batang
Dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran Panjang
dan lebar tertentu; untuk kulit batang mengandung minyak atsiri atau
golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam.
2. Batang
Dari cabang, dipotong-potong dengan panjang tertentu dan dengan
diameter cabang tertentu.
3. Kayu
Dari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut (disugu) setelah
dikelupas kulitnya.
4. Daun
Tua atau muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu.
5. Bunga
Kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, atau daun bunga,
dipetik dengan tangan.
6. Pucuk
Pucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda
dan bunga).
7. Akar
Dari bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran
tertentu.

13
8. Rimpang
Dicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan
ketebalan tertentu.
9. Buah
Masak, hampir masak; dipetik dengan tangan.
10. Biji
Buah dipetik; dikupas kulit buahnya dengan mengupas
menggunakan tangan, pisau, atau menggilas, biji dikupas dan dicuci.
11. Kulit buah
Seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.
12. Bulbus
Tanaman dicabut bulbus dipisah dari daun dan akar dengan
memotongnya, dicuci.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalai pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibagi menjadi 3 golongan yaitu
simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia mineral (Melinda, 2014).
Simplisia Nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman (Nurhayati, 2008). Yang dimaksud dengan
eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya (Melinda, 2014).
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan (Meilisa, 2009) dan
belum berupa zat kimia murni (Nurhayati Tutik, 2008). Contohnya adalah
minyak ikan (Oleum ieconis asselli) dan madu (Mei depuratum) (Gunawan,
2010)
Simplisia mineral atau pelican adalah simplisia berupa bahan pelican
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa bahan kimia murni (Melisa, 2009). Contohnya serbuk seng dan
tembaga (Gunawan, 2010).
tahapan dan cara penyimpanan simplisia antara lain: pengumpulan
bahan baku (panen), sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan, dan pemeriksaan mutu.
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dngan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian hamper semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
terisi diperlakukan sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Istiqomah, 2013).
Ekstraksi adalah proses pemisahan substansi dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai (Kristanti et al., 2008, disitasi oelh
Fajeriyati, 2017).

15
3.2. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan makalah kelompok
ini meskipun penulisan makalah ini jauh dari sempurna minimal kita
mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
makalah kelompok kami, karena kami manusia yang merupakan tempat salah
dan dosa; dalam hadits “al insanu minal khotto’ wannisa’, dan kami juga
butuh saran/ kritikan agar dapat kami jadikan motovasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah Farmakognosi Ibu Apt.
Almahera, S.Farm., M.Farm. yang telah memberi kami tugas kelompok demi
kebaikan diri kami sendiri serta kebaikan untuk bangsa dan negara.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2000. Pengolahan Hasil Pertanian. www.wikipedia.com. Diakses pada


18 Oktober 2021
Departemen Kesehatan RI. 2004. Kajian Potensi Tanaman Obat. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
BPOM, 1995. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Dirjen Pengawasan
Obat dan Makanan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
1985. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I.
penerbit Swadaya. Jakarta.
Khadijah. 2017. Penentuan Total Fenolik dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanolik Daun samama (Anthocephalus macrophylus) Asal Ternate, Maluku
Utara. Jurnal Kimia Mulawarman, vol. 15, no. 1, hh. 11-18.
Martha Tilaar Inovation Center. 2002. Budidaya Secara Organik Tanaman Obat
Rimpang. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Melinda. 2014. Aktivitas Antibakteri Daun Pacar (Lowsonia inermis L), Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Samsudin, M. A. dan Khoirudin. 2008. Ekstraksi, Filtrasi dan uji Stabilitas Zat
Warna dari Kulit Manggis (Garcinia mangostana). Jurnal Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro X1 (1):1-8.

17

Anda mungkin juga menyukai