Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FITOKIMIA

“ PENGUJIAN PARAMETER SERTA EKTRAKSI METODE INFUSA


FRAKSINASI DAN KLT PADA SIMPLISIA SAMBILOTO ”

Dosen Pengampu :

Delta Baharyati

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Desmita Mayang Sari P05150221010


Elda Meliyarta P05150221012
Haydelia Putri Pratama P05150220013
Novira Azzaahra P05150221016
Sindy Veren Aprillia P05150221022
Sur Pariza P05150221041
Zelni Fadilah P05150221048

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI

TAHUN AJARAN 2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah fitokimia “ PENGUJIAN PARAMETR SERTA EKTRAKSI METODE
INFUSA FRAKSINASI DAN KLT PADA SIMPLISIA SAMBILOTO ” tepat
pada waktunya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa me-ridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Bengkulu, Juni 2023

Peyusun

i
ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................................1
1.3 TUJUAN......................................................................................................................2
2. Mengetahui pengaruh penggunaan kontrasepsi hormonal.......................................2
3. Menetahui cara krja penggunaan kontrasepsi hormonal...........................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 DIFINISI....................................................................................................................3
2.2 Kontrasepsi Hormonal.............................................................................................4
2.3 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal.................................................................4
.4 Macam –Macam Alat Kontrasepsi Hormonal...........................................................6
2.4 Etiologi.....................................................................................................................9
2.5 Farmakoterapi..................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................12
KESIMPULAN....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sambiloto ( Andrographis paniculata Nees.) ialah tumbuhan
semusim yang termasuk dalam famili Acanthaceae. Sambiloto ialah
herba tegak, tumbuh secara alami di daerah dataran rendah hingga
ketinggian ± 1600 m dpl. Sambiloto tergolong tanaman terna (perdu)
yang tumbuh di berbagai habitat, seperti pinggiran sawah, kebun, atau
hutan. Komponen utama sambiloto adalah andrographolide yang berguna
sebagai bahan obat. Disamping itu, daun sambiloto mengandung saponin,
falvonoid, alkaloid dan tanin. Kandungan kimia lain yang terdapat pada
daun dan batang adalah laktone, panikulin, kalmegin dan hablur kuning
yang memiliki rasa pahit. Secara tradisional sambiloto telah
dipergunakan untuk pengobatan akibat gigitan ular atau serangga,
demam, disentri, rematik, tuberculosis, infeksi pencernaan, dan lain-lain.
Sambiloto juga dimanfaatkan untuk antimikroba/antibakteri, anti sesak
napas dan untuk memperbaiki fungsi hati (Yusron et al, 2005).
Mengingat kandungan dan fungsi tanaman tersebut, saat ini sambiloto
banyak diteliti untuk dikembangkan sebagai bahan baku obat modern,
diantaranya pemanfaatan sambiloto sebagai obat HIV dan anti kanker.
Standarisasi suatu simplisia perlu dilakukan guna menjamin bahwa
produk bahan suatu obat tersebut dapat terjamin mutunya. Pada
penelitian ini akan dilakukan standarisasi dari ekstrak sambiloto dengan
menetapkan parameter-parameter standar umum sebagai bahan baku
yaitu parameter non spesifik yang meliputi uji susut pengeringan, bobot
jenis, kadar abu, kadar air, dan parameter spesifik yang meliputi identitas
ekstrak, organoleptik, senyawa terlarut pada pelarut tertentu, dan uji
kandungan kimia dari sambiloto.
Infusa dan dekokta merupakan metode penyarian ekstrak yang
serupa dengan perebusan. Infusa merupakan cara ekstraksi dengan
menggunakan pelarut air pada suhu 90 oC selama 15 menit, sedangkan
dekokta merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut air

1
pada suhu 90 oC selama 30 menit. 3 Metode infusa dan dekokta dipilih
karena lebih aplikatif digunakan pada masyarakat dan cenderung
mendekati cara pembuatan obat tradisional yang dilakukan masyarakat
(Ainia, 2017).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara mengetahui kandungan kimia pada senyawa simplisia


sambiloto ?
2. Apa alat dan metode yang di gunakan dalam pembuatan ektrak
sambiloto ?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui cara proses kerja pada infusa pada simplisia sambiloto
2. Mengetauhi kandungan parameter baik secarah spesipik dan non
spesifik.

3. Mengatuhi cara kerja dari fraksinasi dan kromatograpi lapis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DIFINISI

Infus / rebusan obat:sedian air yang dibuat dengan mengextraksi simplicia nabati  dengan air
suhu 90° C selama 15 menit,yang mana extraksinya dilakukan secara infundasi  Penyarian
adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam  sel ditarik oleh
cairan penyanyi sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum
penyarian akan bertambah baik apabila permukaan (Ansel,2009)

Infus merupakan sediaan cair pada suhu 900 C selama 15 menit . hal-hal
yang harus diperhatikan dalam membuat cairan infuse adalah jumlah simplisia,
derajat halus simplisia , banyaknya air ekstrak, serta cara menyari
(Syamsuni,2006).Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai
jaringan lunak,yang mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan
pemanasan lama.

b.Prinsip Kerja Infusa


Membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahan,
untuk bunga empat kali bobot bahan dan untuk karagum 10 kali bobot bahan.
Bahan baku ditambahkan dengan air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu
90 – 98C. Umumnya untuk 100 bagian sari diperlukan 10 bagian bahan.

3
c. Keuntungan dan Kerugian Infusa

 Keuntungan
  1. Unit alat yang dipakai sederhana,

  2. Biaya operasionalnya relatif rendah

 Kerugian
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,
apabila kelarutannya sudah mendingin, (lewat jenuh).

2. Hilangnya zat-zat atsiri

3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, dismping itu simplisia
yang mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan
menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.

  4. Ekstrak kurang stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan jamur sehingga
tidak boleh disimpan tebih dari 24 jam pada suhu kamar.

  5. Kadang-kadang pada simplisia tertentu akan menghasilkan ekstrak yang


berlendir, sehingga sulit dilakukan penyaringan.

  6. Simplisia nabati yang digunakan untuk infus

Fraksinasi pada prinsipnya adalah proses penarikan senyawa pada


suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling
bercampur. Pelarut yang umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-
heksan, etil asetat, dan metanol. Untuk menarik lemak dan senyawa non
polar digunakan nheksan, etil asetat untuk menarik senyawa semi polar,
sedangkan methanol untuk menarik senyawa-senyawa polar. Dari proses
ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa yang akan dipisahkan.
Sebagaimana diketahui bahwa senyawa-senyawa yang bersifat non polar
akan larut dalam pelarut yang non polar sedangkan senyawa-senyawa
yang bersifat polar akan larut dalam pelarut yang bersifat polar juga
(Mutiasari, 2012). Metode pemisahan yang digunakan umumnya adalah
fraksinasi caircair, yaitu metode pemisahan dengan menggunakan dua
cairan pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga senyawa yang

4
diinginkan dapat terpisah. Metode 6 fraksinasi lainnya yaitu fraksinasi
yang dilakukan dengan menggunakan kolom kromatografi, yakni berupa
gelas pipa yang dilengkapi dengan kran dan penyaring didalamnya
ukuran kolom yang digunakan dapat disesuaikan dengan banyaknya
sampel yang akan dipisahkan. Glass wool atau kapas biasanya
digunakan untuk menahan penyerap yang diletakkan di dalam kolom
pengisian kolom dilakukan dengan homogen (Harborne, 1996).

2.2 kromatografi sangat membantu dalam pendeteksian senyawa dan dapat


dijadikan sebagai patokan untuk proses pengerjaan berikutnya dalam
menentukan struktur senyawa. Berbagai jenis kromatografi yang umum
digunakan antara lain teknik kromatografi lapis tipis (KLT) sangat
bermanfaat untuk analisis obat dan bahan lain dalam laboratorium karena
hanya memerlukan peralatan yang sederhana, waktu cukup singkat (15-
60 menit), dan jumlah zat yang diperiksa cukup kecil (kira-kira 0,01
gram senyawa murni, 0,1 gram simplisia). Di samping itu tidak
diperlukan ruang besar dan teknik pengerjaan sederhana (Harmita, 2006).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode pemisahan
komponen-komponen atas dasar perbedaan adsorbs atau partisi oleh fase
dian di bawah pengaruh gerakan pelarut pengembang atau pelarut
pengembang campur. Pemilihan pelarut pengembang sangat dipengaruhi
oleh macam dan polaritas zatzat kimia yang dipisahkan (Mulya, M. dan
Suharman, 1995). Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan
dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis (Hostettmann, 1995).
KLT merupakan salah satu bentuk/model dari kromatografi cair dimana
sampel diaplikasikan sebagai noda atau goresan pada lapisan penjerap
tipis yang dilaburkan diatas lempeng plastic, gelas, atau logam (Fried, b.
and Sherma,J., 1994). Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang
berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat
dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat

5
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal
dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh
karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0 (Hostettmann, 1995).
Pada identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna
dapat langsung diperiksa dan ditentukan harga Rf. Harga Rf dihitung
sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak tempuh
oleh 14 eluen (fase gerak) untuk setiap senyawa berlaku rumus sebagai
berikut (Harmita, 2006): Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa yang
murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standar. Harga Rf yang
diperoleh hanya berlaku untuk campuran tertentu dari pelarut dan
penyerap yang digunakan (Sastrohamidjojo, 1985).

BAB III
KESIMPULAN

6
DAFTAR PUSTAKA

Edition, S. (2009). Pharmacotheraphy Handbook. Barbara G. Wells, Joseph T.


Dipiro, Terry L. Schwinghammer, Cecily V. Dipiro

Hanafi Hartanto.2007.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta : YBPSP


Ida Ayu Chandranika.2010.Pedoman Penaganan Efek Samping / komplikasi
Kontraepsi. Jakarta : YBPSP
Sarwono Prawirohardjo.2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: BBKBN
Prawihardjo, Sarwono. 2006. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi.
Jakarta : yayasan bina pustaka

Anda mungkin juga menyukai