Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI II
“METODE ESKTRAKSI INFUS DAN DEKOK ALPUKAT”
Dosen Pengampu :
Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm., Apt.
Yulianita, M.Farm
Novi Fajar Utami, M.Farm.,Apt
Marybeth Tri R.H, M.Farm.,Apt
Fitria Dewi Sulistyono, M.Si
Asisten Dosen :
Riffa Kurnia Meidistiana Fitria Agnes Dharmayanti
Rani Meiliana Wulandari Triyola Nofriza
Dede Nuraliansyah Yoanita Dwi Kushandayani

Disusun Oleh :
Anggeilique Sentriyani

066119011

4A Farmasi

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


Mengetahui cara pembuatan ekstrak dengan metode ekstraksi Infusa dan dekokta.
1.2 Dasar Teori
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan
air pada suhu 90oC selama 30 menit. Jika tidak ditentukan perbandingan yang lain dan
tidak mengandung bahasn berkhasiat keras, maka untuk 100 bagian dekok harus
dipergunakan 10 bagian dari bahan dasar atau simplisia. Infusa adalah sediaan cair yang
dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90OC selama 15 menit
(Depkes RI, 1995). Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan
lunak,yang mengandung minyak atsiri,dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan
lama.(Depkes RI.1979).
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya unuk menyari kandungan zat
aktif yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air. Penyarian adalah peristiwa
memindahkan mama zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik ole cairan penyari
sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari (Anonim, 1986).
Infus / rebusan obat ialah, sedian cair yang dibuat dengan mengektraksi simplisia
nabati dengan air suhu 90° C selama 15 menit, yang mana extraksinya dilakukan secara
infundasi. Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel
ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum
penyarian akan bertambah baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin
luas (Ansel, 1989).
BAB II
METODE KERJA
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
1. Penangas air
2. Kompor
3. Saringan
4. Sendok
5. Wadah
2.1.2 Bahan
1. Air
2. Sampel kulit buah alpukat

2.2 Cara kerja


100 gram simplisia kulit buah

Ditambahkan air ad 1000 ml

Dipanaskan selama 15 menit (infusa) dan 30 menit (dekokta)

Hasil ekstraksi diambil dan disaring

Dipekatkan filtrat yang diperoleh dengan waterbath

Diperoleh ekstrak kental serbuk kulit buah alpukat
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil pengamatan
Metode Berat Simplisia (gr) Berat ekstrak gram % Rendemen
Infusa 100 7,11 7,11%
Dekokta 100 9,11 9,11%

3.2 Perhitungan
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% Rendemen infusa = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) x 100%
7,11
= x 100 % = 7,11%
100
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% Rendemen dekokta= 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 (𝑔𝑟𝑎𝑚) x 100%
9,11
= x 100 % = 9,11%
100

3.3 Pembahasan
Dalam praktikum kaliini membahas tentang metode infusa dan dekokta. Metode
infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada
suhu 90oC selama 15 menit. Metode ekstraksi ini digunakan untuk bahan yang lunak dan
tahan terhadap pemanasan sedangkan metode dekokta adalah sediaan cair yang dibuat
dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air (pelarut berair/polar) pada
suhu 90° C selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih. Hal
ini dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa yang lebih banyak dalam sari.
Prinsip kerja dari dekokta sama seperti infusa ketika panci yang berada dibawah
airnya mendidih pada suhu 100ºC (titik didih air) maka panas yang diterima oleh panci
diatas yang berisi simplisia dan pelarut hanya bersuhu sekitar 90ºC dan metode dekokta
dilakukan pemanasan selama 30menit . Metode ini biasa digunakan untuk bahan yang
keras dan tahan terhadap pemanasan dan berpelarut polar.
Metode ini memiliki keuntungan dan kerugian saat melakukan proses
ekstraksi,infusa memiliki keuntungan sebagai berikut:
❖ Alat yang dipakai sederhana
- Biaya operasional rendah
❖ Waktu relatif singkat
Sedangkan kerugian nya yaitu:
❖ zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,apabila
kelarutannya sudah mendingin.(lewat jenuh)
❖ Mudah tercemar dengan bakteri dan jamur
❖ Tidak cocok untuk zat yang bersifar tidak tahan panas
Rendemen menggunakan satuan persen (%), semakin tinggi nilai rendemen yang
dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang didapat semakin banyak. Rendemen adalah
perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal. Pemilihan metode
dalam proses pemisahan senyawa aktif merupakan aspek yang sangat penting ntuk
diperhatikan karena proses pemisahan akan menentukan seberapa besar rendemen yang
dihasilkan. Pada perbandingan kaliini membandingkan nilai hasil pengamatan dengan
Farmakope Herbal,dinyatakan bahwa nilai rendemen yang terdapat pada hasil
pengamatan metode dekokta yaitu 9,11% dan infusa 7,11% sedangkan Menurut
farmakope herbal Indonesia edisi dua tahun 2017 rendemen ekstrak alpukat tidak kurang
dari 26,0% sehingga hal ini dinyatakan bahwa hasil pengamatan pada praktikum kaliini
tidak sesuai syarat yang terdapat pada Farmakope Herbal edisi dua tahun 2017. Faktor
yang mempengaruhi pada rendemen ini dapat berupa yaitu ukuran bahan, waktu
ekstraksi, temperatur ekstraksi, jenis bahan, jenis pelarut, dan perbandingan jumlah
pelarut dengan bahan.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum yang sudah dilakukan bisa disimpulkan bahwa:


A. Faktor yang mempengaruhi pada rendemen ini dapat berupa yaitu ukuran
bahan, waktu ekstraksi, temperatur ekstraksi, jenis bahan, jenis pelarut, dan
perbandingan jumlah pelarut dengan bahan.
B. Metode infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati
dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.
C. Metode dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
bahan nabati dengan pelarut air (pelarut berair/polar) pada suhu 90° C selama
30 menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa yang lebih banyak dalam
sari.
D. Nilai rendemen yang terdapat pada hasil pengamatan metode dekokta yaitu
9,11% dan infusa 7,11%
E. Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi III.Jakarta


Anonim. 1986. Sediaan Galenik, 9-la Direktorat Jenderal POM. Departemen
Ansel,H. C.,1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,edisi 4,diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Jakarta : Penerbit UI Press
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai