Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI II

“Ekstraksi Metode Panas”

Dosen Pengampu : 1. Apt. Dra. Ike Yulia Wiendarlina, M.Farm


2. Yulianita, M.Farm
3. Marybeth Tri Retno, M.Farm
4. Fitria Dewi Sulistiyono, M.Si
5. Apt. Novi Fajar Utami, M.Farm
6. Asri Wulandari, M.Farm

Asisten Dosen : Annisa Huzainiah

Disusun Oleh :
Karenina Tantri
066120017
4A

LABORATORIUM FARMASI
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui cara pembuatan ekstraksi dengan metode panas
2. Menghitung rendemen hasil ekstraksi

1.2 Dasar teori


Ekstraksi merupakan metode proses pemisahan senyawa dari simplisia dengan
menggunakan pilihan pelarut tertentu yang sudah sesuai dengan indeks polaritasnya.
Tujuan dari metode ekstraksi yaitu menarik dan juga memisahkan senyawa dari
simplisianya (Hanani, 2014).
Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses perpindahan massa dari komponen
zat padat yang terdapat pada simplisia ke dalam pelarut organik yang digunakan.
Pelarut organik akan menembus dinding sel dan selanjutnya akan masuk ke dalam
rongga sel tumbuhan yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan terlarut dalam pelarut
organik pada bagian luar sel untuk selanjutnya berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Proses ini terus berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif antara di
dalam sel dengan konsentrasi zat aktif di luar sel (Marjoni, 2016).
Metode ekstraksi secara panas adalah metode ekstraksi yang di dalam prosesnya
dibantu dengan pemanasan. Pemanasan dapat mempercepat terjadinya proses
ekstraksi karena cairan penyari akan lebih mudah menembus rongga-rongga sel
empiris dan melarutkan zat aktif yang ada dalam sel simplisia tersebut. Metode ini
diperuntukan untuk simplisia yang mengandung zat aktif yang tahan terhadap
pemanasan dan simplisia yang mempunyai tekstur keras seperti kulit, biji, dan kayu.
Yang termasuk metode secara panas adalah metode soxhletasi dan refluksi, infusa,
dekokta, destilasi dan digesti (Hanani, 2014).
Infusa merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air
pada suhu 90°C selama 15 menit. Infusa merupakan penyarian yang umum dilakukan
untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.
Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari atau ekstrak yang tidak stabil dan
mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan
cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Clarita, 2019).
Dekok merupakan proses ekstraksi serbuk simplisia atau tanaman segar dengan
menggunakan pelarut air dan dipanaskan dalam tempat tertutup pada suhu antara 96ºC
sampai 98ºC. Waktu proses ekstraksi selama 30 menit yang dihitung semenjak suhu
cairan mencapai 96ºC (Poeloengan, 2010).
Dekokta merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi (menyari)
simplisia nabati dengan air pada suhu titik didih air selama 30 menit. Dekok
diperuntukkan untuk simplisia nabati yang keras seperti kayu, batang, biji dan lain
sebagainya. Selain itu dekok juga dapat digunakan untuk menyari simplisia yang tidak
mengandung minyak atsiri, dan pada bahan bahan dimana bagian-bagiannya tahan
terhadap penghangatan. Seperti halnya infus, jika tidak dinyatakan lain, dekok yang
mengandung bukan bahan berkhasiat keras, dibuat dengan menggunakan 10%
simplisia (Astuti, 2017).
Destilasi merupakan suatu proses pemisahan dan pemurnian dari cairan yang
mudah menguap untuk senyawa cair, yaitu suatu cara yang mendahului penguapan
senyawa cair dengan memanaskannya, lalu mengembunkan uap yang terbentuk akan
ditampung dalam wadah yang terpisah untuk memperoleh destilat (Prasetyowati,
2010)
Proses yang terjadi pada destilasi ini adalah perubahan dua fasa cair yang
menjadi fase uap atau gas dengan pendidihan dan kondensasi pengembunan, tetapi
destilasi bukan merupakan dua urutan proses penguapan dan kondensasi. Tekanan
uap selalu bertambah dengan kenaikan suhu (Khopkar, 2003).
BAB II

METODE KERJA

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
1. Beaker glass
2. Cawan
3. Corong
4. Erlemeyer
5. Hot plate
6. Kertas saring
7. Penangas air bertingkat
8. Pisau
9. Penangas air
10. Serangkaian alat destilasi
11. Termometer
12. Corong Pisah
13. Timbangan analitik

2.1.2 Bahan
1. Aqua destilata
2. Biji Kopi bubuk
3. Jahe
4. Kunyit
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Cara Kerja Infusa
1. Ditimbang 8 gram serbuk simplisia kunyit
2. Dipanaskan penangas air pada panci infusa
3. Dimasukkan simplisia dan air sebanyak 800 mL ( 1: 10 ) ke dalam panci
infusa bagian atas
4. Proses ekstraksi dimulai ketika suhu pada panci bagian atas mencapai 90 ℃
5. Dilakukan pemanasan selama 15 menit
6. Disaring ekstrak dan dilakukan penguapan untuk mendapatkan ekstrak
kental
2.2.2 Cara Kerja Dekokta
1. Ditimbang 8 gram serbuk simplisia kunyit
2. Dipanaskan penangas air pada panci infusa
3. Dimasukkan simplisia dan air sebanyak 800 mL ( 1: 10 ) ke dalam panci
infusa bagian atas
4. Proses ekstraksi dimulai ketika suhu pada panci bagian atas mencapai 90 ℃
5. Dilakukan pemanasan selama 30 menit
6. Disaring ekstrak dan dilakukan penguapan untuk mendapatkan ekstrak
kental
2.2.3 Metode Destilasi
1. Dipotong – potong jahe segar kecil kecil
2. Disiapkan set alat destilasi
3. Dimasukkan 50 gram sampel ke dalam labu alas bulat 250 mL, labu diisi
dengan aquadest hingga setengah volume labu
4. Dimulai pemanasan
5. Destilasi dihentikan jika sudah diperoleh destilat sebanyak 100 mL atau
yang telah dipanaskan selama 1-1,5 jam
6. Dicatat volume destilat yang diperoleh
7. Dibiarkan destilat beberapa saat hingga terbentuk 2 fase
8. Dipisahkan minyak atsiri dan air yang ada di dalam campuran
menggunakan corong pisah
9. Dicatat volume minyak atsiri yang diperoleh.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan


3.1.1 Infusa

Berat Simplisia (g) Berat ekstrak (g) %Rendemen

8 3,52 44 %

3.1.2 Dekokta

Berat Simplisia (g) Berat ekstrak (g) %Rendemen

8 2,77 34,625 %

3.1.3 Destilasi

Berat Minyak atsiri (mL ) Berat ekstrak (ml) %Rendemen

300 165 55 %

3.2 Perhitungan
3.2.1 Infusa
Berat ekstrak (g)
%Rendemen = × 100%
Berat simplisia (g)
3,52 gram
= × 100%
8 gram
= 44%
3.2.2 Dekokta
Berat ekstrak (g)
%Rendemen = × 100%
Berat simplisia (g)
2,77 gram
= × 100%
8 gram
= 34,625 %

3.2.3 Destilasi
Berat minyak atsiri(g)
%Minyak Atsiri = × 100%
Berat simplisia (g)
165 ml
= × 100%
300 gram
= 55 %

3.3 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan ekstraksi metode panas yaitu infusa, dekokta, dan
destilasi. Ekstraksi metode panas yaitu metode ekstraksi yang menggunakan
pemanasan dalam mengekstraksi simplisia dengan pelarut yang lebih sedikit dan
waktu yang digunakan lebih cepat. Syaratnya simplisia harus tahan pemanasan dan
pelarutnya yang tidak mudah menguap.

Infusa adalah ekstraksi padat cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90˚C selama 15 menit. Pembuatan dengan cara
pemanasan simplisia di atas pemanas air selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90˚C sambil sesekali diaduk. Setelah itu diangkat dan dilakukan penyarian
dalam keadaan panas. Infusa merupakan ekstraksi yang menggunakan pelarut polar
yaitu air. Infusa diperuntukkan untuk simplisia nabati yang tidak keras seperti daun,
bunga, dan lain sebagainya.

Keuntungan dari metode infusa yaitu alatnya sederhana, biaya operasional


rendah, waktunya relative singkat, dan cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat
lunak. Kekurangan metode infusa yaitu ekstrak tidak stabil biasanya hanya bisa
disimpan selama 24 jam, mudah tercemar dengan bakteri dan jamur karena
menggunakan pelarut air, dan tidak cocok untuk zat yang bersifar tidak tahan panas.

Dekokta merupakan ekstraksi padat cair yang dibuat menggunakan pelarut air
dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90˚C selama 30 menit.
Dekok diperuntukkan untuk simplisia nabati yang keras seperti kayu, batang, biji dan
lain sebagainya. Selain itu dekok juga dapat digunakan untuk menyari simplisia yang
tidak mengandung minyak atsiri, dan pada bahan bahan dimana bagian-bagiannya
tahan terhadap penghangatan.

Keuntungan dari metode dekokta yaitu alatnya sederhana, biaya operasional


rendah, waktunya relatif singkat, dan cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat
keras (kulit, kayu, akar, rhizoma, dan batang). Kekurangan metode dekokta yaitu
ekstrak tidak stabil biasanya hanya bisa disimpan selama 24 jam, mudah tercemar
dengan bakteri dan jamur karena menggunakan pelarut air, dan tidak cocok untuk zat
yang bersifar tidak tahan panas.

Prinsip dari metode infusa dan dekokta yaitu kita harus mempersiapkan 1 unit
panci yang terdiri dari 2 buah panci yang saling bisa ditumpuk panci yang di atas
digunakan untuk menaruh bahan yang akan di ekstraksi (air dan sampel simplisia),
sementara panci yang di bawah diisi air sehingga panas yang diterima panci atas tidak
langsung berhubungan dengan api. Ketika panci bawah airnya sudah mendidih pada
suhu 100°C maka panci yang berada diatas yang berisi simplisia dan pelarut hanya
bersuhu 90°C dan ektraksi bisa mulai dihitung yaitu 15 – 20 menit untuk infusa dan
30 menit untuk dekokta.

Kemudian filtrat dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga


diperoleh ekstrak pekat agar tidak tersisa pelarut yang digunakan pada saat ekstraksi,
jadi yang tersisa hanya zat aktif hasil ekstraksi.

Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada


perbedaan tingkat volalitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada suhu dan
tekanan tertentu. Prinsip utama pemisahan dengan cara destilasi adalah perbedaan
titik didih cairan pada tekanan tertentu. Proses destilasi biasanya melibatkan suatu
penguapan campuran dan diikuti dengan proses pendinginan dan pengembunan.

Labu destilasi dipanaskan karena jika campuran pelarut dan simplisia


dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam
bentuk embun seperti tetesan-tetesan kecil dan hasil ini ditampung disebut minyak
atsiri. Destilasi dihentukan jika volumenya sudah 100 ml karena titik didih dari air
adalah 100°C dan volume pelarut yang dipakai juga hanya 250 ml sehingga jika 100
ml itu adalah destilat paling maksimal yang bisa didapat, jika hasilnya melebihi 100
ml maka bukan hanya minyak atsiri yang tersari tetapi pelarutnya juga ikut tersari.
Tetapi nilai ini tidak mutlak, jadi bisa saja berubah jika pelarut dan sampel yang
digunakan lebih banyak ataupun lebih sedikit. Destilat dibiarkan beberapa saat untuk
memebentuk 2 fase yaitu minyak dan air, fase minyak ini yang akan diambil.

Kelebihan metode destilasi yaitu dapat memisahkan zat dengan perbedaan titik
didih yang tinggi dan produk dihasilkan benar-benar murni jika caranya benar.
Kekurangan metode destilasi yaitu hanya dapat memisahkan zat yang memiliki
perbedaan titik didih yang tinggi serta biaya penggunaan alat ini relatif mahal.

Persentase rendemen yang dihasilkan dari ekstraksi infusa kunyit adalah 44%.
Persentase rendemen yang dihasilkan dari ekstraksi dekokta biji kopi adalah 34,625%.
Menurut literatur hasil ekstraksi yang baik yaitu lebih dari 10%, yang berarti hasil ini
memenuhi standar. Persentase rendemen yang dihasilkan dari ekstraksi destilasi jahe
adalah 55 %, hasil ini sesuai literatur.
BAB IV

KESIMPULAN

Dari praktikum yang berjudul “Ekstraksi Metode Panas” ini dapat disimpulkan
bahwa:
• Ekstraksi metode panas dilakukan menggunakan pemanasan sehingga zat aktif yang
diekstrak harus tahan panas dan pelarut yang digunakan tidak mudah menguap.
• Prinsip dari infusa dan dekokta adalah perebusan, sedangkan prinsip dari destilasi
adalah pemanasan dengan perbedaan titik didih dari zat aktif dan pelarut.
• Hasil rendemen infusa kunyit yaitu sebesar 44%.
• Hasil rendemen dekokta biji kopi yaitu sebesar 34,625%.
• Hasil rendemen destilasi rimpang jahe yaitu 55%.
DAFTAR PUSTAKA

Astuti. A., Antriana, N., Zelpia., 2017. Biji Mahoni (Swietenia mahagoni) Menurunkan
Glukosa Darah Pada Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal IPTEKS Terapan, 11(i3),
187-193.

Clarita, K., 2019. Efek Antihiperglikemik Infusa Biji Alpukat (Persea americana Mill.)
Pada Mencit Jantan Galur Swiss yang Terbebani Sukrosa. Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Marjoni, S. 2016. Dasar-dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Jakarta: Trans Info
Media.

Poeloengan, M., Praptiwi. 2010. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana Linn). Media Penelitian Kesehatan, 20 (2): 65-69.

Prasetyowati, Retno Pratiwi, Fera Tris O. 2010. Pengambilan Minyak Biji Alpukat
(Persea Americana Mill) Dengan Metode Ektraksi. Jurnal Teknik Kimia.
Palembang: Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai