Anda di halaman 1dari 25

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI


SEDIAAN SOLID

SEMESTER IV – 2017

Nama : Zenith Virgina Ababiel

Kelas : Reguler Pagi B

__________________________________________________________________
Zat Aktif : Bromazepam

Jumlah Tablet : 135.000

Dosis : 6 mg

Alasan pemilihan dosis : Dosis oral awal yang biasa untuk kecemasan

adalah 6 sampai 18 mg setiap hari dalam

dosis terbagi

Metode Pembuatan : Granulasi Basah

I. PREFORMULASI
1.1 Zat Aktif
a. Nama Zat Aktif : Bromazepam
b. Struktur

1
c. Berat Molekul : 316.2
d. Rumus Molekul : C14H10BrN3O
e. Pemerian Bubuk kristal putih atau kekuningan
f. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sedikit larut
dalam alkohol dan metilena khlorida.
Sedikit larut atau sedikit larut dalam etanol
(96 persen) dan dalam metilen klorida
(European Pharmacopea, Ed 5: 1119)
g. Titik Leleh : 245 ° C
h. pH : -
i. Stabilitas : -
j. Penggunaan Ansietas, obat penenang
Terapi : (Pharmaceutical manufacturing
encyclopedia: 667)

1.2 Zat Tambahan


1.2.1 Microcrystalline cellulose (Avicel 102)
a. Nama zat : Microcrystalline cellulose
b. Rumus kimia : (C6H10O5)n

c. Berat Molekul : 220

d. Pemerian : kristal putih, tidak berbau, hambar


Serbuk terdiri dari partikel berpori,
higroskopis.
e. Kegunaan dalam : Disintegran Fase Dalam
formula
f. Alasan pemilihan : Diperlukan untuk menghancurkan
obat dalam tuubuh sehingga zat aktif
dapat diabsorpsi. pHnya sesuai dengan
zat aktif, termasuk asam sampai basa
dikarenakan zat aktif tidak diketahui

2
pHnya. Serta meskipun higroskopis,
tetapi zat ini masih stabil.
g. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol (95%),
eter, dan air, sedikit larut dalam
benzen hangat dan etanol (95%)
hangat.
h. Ph : 5-7,5
i. Densitas : 0.28–0.33 g/cm3
j. Aliran : 1.41 g/s (Sangat buruk)
k. Kelembaban : <5
l. Titik leleh : 260–270 C
m. Stabilitas : Selulosa mikrokristalin adalah bahan
stabil meski bersifat higroskopik.
Bahan curah harus disimpan dalam
wadah tertutup rapat di Tempat sejuk
dan kering.
n. Tidak Kompatibel : Selulosa mikrokristalin tidak
kompatibel dengan zat yang
higroskopis
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6td ed, 2009,
hal.129-131

1.2.2 Povidone (PVP) K-15

a. Nama zat : Povidone K-15


b. Rumus kimia : (C6H9NO)n

c. Berat Molekul : 2500

3
d. Pemerian : Warna putih halus sampai putih
krem, tidak berbau atau hampir
tidak berbau, bubuk higroskopik
e. Kegunaan dalam : Binder
formula
f. Alasan Pemilihan: Monografinya memenuhi sebagai
binder bromazepam. PVP dalam
bentuk cair yatitu dibasahi dengan
air akan membasahi permukaan
partikel, sehingga perannya sebagai
binder PVP dapat mengikat partikel-
partikel lain lebih banyak sehingga
terjadi pembesaran granul.
g. Kelarutan : Bebas larut dalam asam, kloroform,
etanol 95%, keton, metanol, dan air.
Praktis tidak larut dalam eter,
dirokarbon, dan minyak mineral
dalam air.
h. Ph : 4-7
i. Densitas : Density (bulk) 0.29–0.39 g/cm3
untuk Plasdone.
Density (tapped) 0.39–0.54 g/cm3
untuk Plasdone.
Density (true) 1.180 g/cm3
j. Aliran : 20 g/s
k. Kelembaban : Sangat higroskopik, sejumlah
kelembaban yang diserap relatif
rendah.
l. Titik leleh : 150 C
m. Stabilitas : Povidone menggelapkan sampai
batas tertentu pada pemanasan 150
C, dengan pengurangan

4
kelarutannya dalam air. Hal ini
stabil untuk siklus pendek dengan
paparan panas sekitar 110-130 C.
Povidone menggelapkan sampai
batas tertentu pada pemanasan pada
150 C, dengan pengurangan
kelarutan dalam air. Sterilisasi uap
larutan berair tidak mengubah sifat-
sifatnya. Povidone dapat disimpan
dalam kondisi biasa tanpa
mengalami dekomposisi atau
degradasi. Namun, karena serbuk itu
higroskopik, harus disimpan dalam
wadah kedap udara, tempat sejuk
dan kering.
n. Tidak Povidone kompatibel dalam larutan
Kompatibel : dengan berbagai macam garam
anorganik, resin alami dan sintetis,
dan bahan kimia lainnya. Ini
membentuk larutan molekuler
dalam larutan dengan sulfathiazole,
natrium salisilat,
Asam salisilat, fenobarbital, tanin,
dan senyawa lainnya; Khasiat
beberapa pengawet, mis.
Thimerosal, mungkin sangat
terpengaruh oleh pembentukan
kompleks dengan povidone.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994,
hal.424-426

5
1.2.3 Sorbitol

a. Nama zat : Sorbitol


b. Rumus kimia : C6H14O6

c. Berat Molekul : 182.17

d. Pemerian : tidak berbau, putih atau hampir tidak


berwarna, Bubuk kristal, higroskopis.
Sorbitol memiliki rasa manis yang
menyenangkan, mendinginkan, dan
memiliki sekitar 50-60%
dari manisnya sukrosa.
e. Kegunaan dalam : Diluent
formula
f. Alasan pemilihan : Sorbitol dibutuhkan untuk membuat
bulk atau menambah bobot sehingga
memiliki bobot yang sesuai untuk
dikempa. Diketahui bahwa sorbitol ini
kompatibel dengan kebanyakan
eksipien karena sorbitol ini bersifat
inert. Sorbitol ini memiliki daya alir
yang baik sehingga dapat memperbaiki
kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif
yang sulit dikempa. Sorbitol juga dapat
memperbaiki daya kohesi.
g. Kelarutan : Pada suhu 20 C, sorbitol praktis tidak
larut dalam kloroform dan eter, larut
dalam etanol dan air, dan mudah larut
dalam metanol.

6
h. Ph : 4,5-7
i. Densitas : 1.49 g/cm3
j. Aliran : Karakteristik aliran bervariasi
tergantung ukuran partikel dan kadar
sorbitol yang digunakan. Nilai bubuk
halus cenderung
Mengalir buruk, sementara nilai
granular memiliki sifat aliran yang baik.
k. Kelembaban : Sorbitol adalah bubuk yang sangat
higroskopik.
l. Titik leleh : Anhydrous form: 110–1128C;
Gamma polymorph: 97.78C;
Metastable form: 938C.
m. Stabilitas : Sorbitol secara kimiawi relatif inert dan
kompatibel dengan kebanyakan
Eksipien Hal ini stabil di udara dengan
tidak adanya katalisator dan dingin,
Encer asam dan alkali. Sorbitol tidak
menggelora atau membusuk di Suhu
tinggi atau di hadapan amina. Bahan
curahnya bersifat higroskopik dan harus
disimpan dalam Kontainer kedap udara
di tempat sejuk dan kering.
n. Tidak Kompatibel : Sorbitol akan membentuk khelat air
yang larut dalam air dengan banyak
divalen dan
Ion logam trivalen dalam kondisi sangat
asam dan basa.
Penambahan cairan polietilen glikol
menjadi larutan sorbitol, dengan
Agitasi yang kuat, menghasilkan gel

7
yang mudah larut dalam air dengan a
Titik lebur 35-408C.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 2nd ed, 1994,
hal.679:681

1.2.4 Poloxamer 407

a. Nama zat : Poloxamer 407


b. Rumus kimia : HO(C2H4O)a(C3H6O)b(C2H4O)aH

c. Berat Molekul : 144, 11

d. Pemerian : Poloxamers umumnya butiran putih,


lilin, bebas mengalir, atau sebagai
padatan. Praktis tidak berbau dan
hambar. Pada suhu kamar, poloxamer
124 terjadi sebagai tidak berwarna
cair.
e. Kegunaan dalam : Lubrikan
formula
f. Alasan pemilihan : Poloxamer memiliki aliran yang sangat
baik, ini selaras dengan fungsinya
sebagai lubrikan yaitu untuk
mengurangi gesekan/friksi antara
permukaan tablet dengan dinding die.
Dengan alirannya yang sangat baik,
poloxamer dapat menghasilkan
kecepatan aliran yang baik pula.
g. Kelarutan : Larut dalam air, etanol 95%,
propandiol.
h. Ph : 5-7

8
i. Densitas : 1.06 g/cm3 pada 258C
j. Aliran : Bebas mengalir
k. Kelembaban : <0,5%
l. Titik leleh : 57 C
m. Stabilitas : Poloxamers adalah bahan yang stabil.
Larutan berair stabil dengan adanya
asam, alkali, dan ion logam. Bahan
curah harus disimpan dalam wadah
tertutup dengan baik di tempat yang
sejuk dan kering..
n. Tidak Kompatibel : -
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6td ed, 2009,
hal.506-508

1.2.5 Sodium Starch Glycolate (Type A)

a. Nama zat : Sodium Starch Glycolate


b. Rumus kimia : -

c. Berat Molekul : -

d. Pemerian : Putih atau hampir putih, bebas mengalir


dan bentuknya tidak teratur dan
higroskopis. Di bawah mikroskop
terlihat terdiri dari: butiran, tidak teratur
Berbentuk, berbentuk bulat telur atau

9
berbentuk pir, berukuran 30-100 mm,
atau bulat, berukuran 10-35 mm; Butiran
senyawa terdiri dari 2-4 komponen
Kadang terjadi; Butirannya memiliki
hilum eksentrik dan Striat konsentris
yang terlihat jelas. Antara prisma nicol
prisma,
Butiran menunjukkan silang hitam yang
berbeda yang berpotongan di hilum;
Kristal kecil terlihat di permukaan
butiran. butiran menunjukkan
pembengkakan yang cukup besar dalam
kontak dengan air.
e. Kegunaan dalam : Disintegran
formula
f. Alasan pemilihan : Dibutuhkan sebagai disintegran pada
fase luar untuk mempercepat disintegrasi
tablet. Disintegran akan membantu
hancurnya tablet menjadi granul
sehingga menjadi partikel-partikel
penyusun sehingga akan meningkatkan
kecepatan disolusi tablet.
g. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam methylen
klorida. Dapat memberikan suspensi
yang tembus cahaya dalam air.
h. Ph : Tipe A : 5,5-7,5
i. Densitas : (bulk):
0.756 g/cm3 untuk Glycolys;
0.81 g/cm3 untuk Primojel;
0.67 g/cm3 untuk Tablo.
(tapped):
0.945 g/cm3 untuk Glycolys;

10
0.98 g/cm3 untuk Primojel;
0.83 g/cm3 untuk Tablo.
(true):
1.56 g/cm3 untuk Primojel;
1.49 g/cm3 untuk Tablo.
j. Aliran : Bebas mengalir (sangat baik)
k. Kelembaban : Higroskopis
l. Titik leleh : Tidak meleleh, tapi hangus pada 200 C
m. Stabilitas : Tablet yang disiapkan dengan sodium
starch glyconate memiliki penyimpanan
yang baik. Stabil meski sangat
higroskopis dan harus disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat untuk
melindunginya dari kelembaban dan
suhu yang bisa menyebabkan caking.
Sifat fisiknya tidak berubah sampai tiga
tahun jika disimpan pada suhu sedang
dan kelembaban yang sedang.
n. Tidak Kompatibel : Tidak sesuai dengan asam askorbat
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5nd ed, 2006,
hal.663-665

1.2.6 Indigo carmine (indigutin)

a. Nama zat : Indigo carmine (indigutin)


b. Rumus kimia : C16H8N2Na2O8S2

c. Berat Molekul : 466,37

d. Pemerian : Bubuk biru tua, Larutan encer berwarna


biru atau

11
e. Kegunaan dalam : Zat pewarna
formula
f. Alasan pemilihan : Untuk menyeragamkan warna tablet.
Dikhawatirkan PVP dapat
menggelapkan tablet karena PVP akan
menggelapkan tablet apabila
dikeringkan pada suhu 180 C.
Meskipum dalam formulasi digunakan
sorbitol yang berperan juga sebagai
pemanis serta bromazepam berwarna
kuning, indigo carmin ini dapat
menyesuaikan dengan zat-zat tersebut
sehingga dapat meningkatkan nilai
estetika tablet.
g. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam aseton, larut
dalam etanol 75%, gliserin, propilen
glikol, dan air.
h. Titik leleh : 1600 C
i. Stabilitas : Stabilitasnya sensitif.
j. Tidak Kompatibel : Kurang kompatibel dengan asam sitrat
dan larutan sakarosa. Tidak sesuai
dengan asam askorbat, gelatin, glukosa,
laktosa, zat pengoksidasi dan larutan
natrium bikarbonat jenuh.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5nd ed, 2006,
hal: 194

12
1.2.7 Cellulose/Arbocel A 300

a. Nama zat : Cellulose/ Arbocel A 300


b. Rumus kimia : (C6H10O5)n

c. Berat Molekul : 243 000

d. Pemerian : Bubuk selulosa berwarna putih atau


hampir putih, tidak berbau dan hambar.
e. Kegunaan dalam : Adsorbent dan glidan
formula
f. Alasan pemilihan: Arbocel dapat meningkatkan laju alir
saat dikempa, massanya dapat mengisi
die dlama jumlah yang seragam.
g. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, asam encer
: dan kebanyakan pelarut organik,
meskipun menyebar dalam kebanyakan
cairan. Sedikit larut dalam larutan 5%
b/v natrium hidroksida. Selulosa bubuk
tidak membengkak dalam air, namun
terjadi pada natrium hipoklorit encer
(pemutih).
h. Ph : 5-7
i. Densitas : Bulk : 0.15–0.39 g/cm3
Tapped : 0.21–0.48 g/cm3
True : 1.47–1.51 g/cm3; 1.27–1.61
g/cm3
j. Aliran : Sebagian besar buruk
k. Kelembaban : Sedikit Higroskopis

13
l. Stabilitas Selulosa bubuk adalah bahan yang stabil
: dan sedikit higroskopis. Bahan bulk
harus disimpan dalam wadah tertutup
baik di tempat yang sejuk dan kering.
m. Tidak Kompatibel : Tidak kompatibel dengan zat
pengoksidasi kuat, bromin
pentafluorida, natrium nitrit dan fluorin.
Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 5nd ed, 2006,
hal.137-138

II. FORMULASI/TEKNIK PEMBUATAN


a. Formula dalam Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations
Tiap tablet mengandung:
R/ 1. Bromazepam 3 mg
2. Microcrystaline cellulose (Avicel 102) 100 mg
3. Lactose Crystalline 94,37 mg
4. Magnesium Stearate 0,60 mg
5. Alumunium Lake Erythrosine (19,4%) 0,23 mg
6. Talc 1,80 mg
b. Formula dalam manufaktur roche untuk bromazepam 6 mg
Tiap tablet mengandung:
R/ 1. Bromazepam 3%
2. Microcrystaline cellulose 50 %
3. Lactose Monohydrat 45,4%
4. Magnesium Stearate 0,4 %
6. Talc 1,80 mg
c. Formula yang Akan Dibuat
Tiap tablet mengandung:
R/ 1. Bromazepam 6 mg (12%)
2. Microcrystaline Cellulose (Avicel 102) 10%
3. PVP 102 4,5%

14
4. Sorbitol 68%
5. Indigo carmin q.s
6. Sodium Benzoat 0,5%
7. Cellulose 1%
8. Sodium Starch Glycolate 4%
9. Etanol 95% q.s
d. Metode yang Digunakan
Granulasi basah
e. Alasan Pemilihan Metode
Bromazepam memiliki bentuk kristal yang dapat memperburuk laju alir
sehingga untuk memperbaiki laju alirnya dapat dibuat dengan metode
granulasi. Karena titik leleh bromazepam cukup tinggi maka
digunakanlah metode granulasi basah. Bromzepam digunakan dosis 6 mg
dalam 50 mg tablet, dimana 6 mg tersebut lebih dari 10% bobot tablet
yang dibuat (memenuhi syarat granulasi basah).

No. Nama Zat Pertimbangan Konsentrasi Sumber


1. Bromazepam Sebagai zat aktif 6 mg Martindale :
964-965
2. Microcrystalline Sebagai binder 20-90% HOPE : 131
Cellulose Sebagai 5-15%
disintegran
3. Manitol Sebagai diluent 10-90% w/w HOPE : 424
4. PVP Sebagai binder 0,5-5% HOPE : 582
5. Sodium starch Sebagai 2%, 4%, 8%. HOPE : 663
glycolate disintegran 2% sudah
cukup
6. SiO2 Sebagai glidan 0,1-1% HOPE : 186
7. Sodium benzoat Sebagai lubrikan 0,02-0,5% HOPE : 627
8. Indigo carmin Sebagi colorant q.s -
9. Etanol 95% Pembasah q.s -

15
f. Alasan Pertimbangan Konsentrasi yang Ditambahkan
1. Bromazepam digunakan dosis 6 mg karena pada dosis tersebut
merupakan dosis awal untuk sediaan oral yang dapat diberikan
sebagai obat penenang dan mengobati kecemasan. Bromazepam
adalah benzodiazepin dengan sifat umum yang serupa dengan
diazepam (C16H13ClN2O). Ini telah digunakan dalam pengobatan
gangguan kecemasan jangka pendek yang terjadi sendiri atau terkait.
Dengan insomnia Dosis oral awal yang biasa untuk kecemasan
adalah 6 sampai 18 mg setiap hari dalam dosis terbagi. Dosis yang
lebih tinggi hingga 60 mg setiap hari kadang-kadang diberikan.
Dosis awal untuk pasien lansia dan lemah sebaiknya tidak melebihi
3 mg sehari dalam dosis terbagi. (Martindale, edisi 36 : 964)
2. Microcrystalline Cellulose/avicel 102 digunakan sebagai disintegran
dengan konsentrasi 10% dengan pertimbangan bahwa konsentrasi
tersebut lebih efektif digunakan sebagai disintegran fase dalam.
Tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, tapi sedang karena
cukup untuk digunakan sebagai disintegran fase dalam.
3. Sorbitol digunakan sebagai diluent dengan konsentrasi 68% dengan
pertimbangan bahwa konsentrasi tersebut diperlukan sebagai diluent
agar meningkatkan bobot tabket saat dikempa.
4. PVP digunakan sebagai binder dalam granulasi basah dengan
konsentrasi 4,5%, konsentrasi tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan eksipien lain. Konsentrasi tersebut mendekati konsentrasi
maksimal PVP.
5. Sodium Starch Glycolate digunakan 4% karena optimal dalam
kemampuannya sebagai disintegran.
6. Cellulose digunakan sebagai glidan dengan konsentrasi 1% cukup
untuk mengurangi gesekan antar partikel.
7. Sodium Benzoat digunakan 0,5% yang merupakan konsentrasi
optimal sebagai lubrikan agar menghasilkan kecepatan aliran yang
optimal.

16
8. Konsentrasi Indigo Carmin yang digunakan adalah secukupnya
karena dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Konsentrasi indigo
carmin yang ditambahkan secukupnya untuk memperbaiki estetika
penampilan tablet.
9. Etanol hangat 95% yang digunakan secukupnya, karena tidak
diketahui sampai mana kadar air dalam bulk dikatakan cukup. Etanol
hangat 95% berperan sebagai pembasah karena hampir semua zat
dalam formulasi larut dalam etanol 95% dan Avicel larut dalam
etanol hangat 95%. Pembasah ini dapat membantu bromazepam
yang tidak larut air/hidrofob/sulit dibasahi dalam mempercepat
penetrasi cairan kedalam tablet sehingga dapat terjadi kontak antara
bahan cairan dengan zat penghancur yang lebih cepat.

III. PERHITUNGAN
Setiap Tablet Mengandung : 6 mg Bromazepam
Bobot Tablet : 50 mg
Jumlah Tablet : 135.000 tablet
3.1 Untuk Tiap Tablet
a. Fasa Dalam
1. Bromazepam 6 Mg
2. Microcrystaline Cellulose 15%
3. PVP 5%
4. Manitol 50%
5. Indigo Carmin Q.S
b. Fase Luar
1. Sodium Benzoat 0,5%
2. Colloidal Silicon Dioxide 1%
3. Sodium Starch Glycolate 2%

17
3.2 Bobot Granul Teoritis (Fasa Dalam dan Fasa Luar)
a. Perhitungan per-tablet
Fase Dalam
1. Bromazepam 12% x 50 mg = 6 mg
2. Microcrystaline Cellulose/ 10% x 50 mg = 5 mg
Avicel 102
3. PVP 4,5% x 50 mg = 2,25 mg
4. Sorbitol 68% x 50 mg = 34 mg
Total = 47,25 mg

Fase Luar
1. Sodium Benzoat 0,5% x 50 mg = 0,25 mg
2. Colloidal silicon dioxide 1% x 50 mg = 0,5 mg
3. Sodium Starch Glycolate 4% x 50 mg = 2 mg
Total = 2,75 mg

Jumlah = Fase dalam + Fase luar = 47,25 + 2,75 = 50 mg

b. Perhitungan teoritis
Fase Dalam
1. Bromazepam 6 mg x 135.000 = 810.000 mg = 810 g
2. Microcrystaline 5 mg x 135.000 = 675.000 mg = 675 g
Cellulose/avicel
102
3. PVP 2,25 mg x 135.000 = 303.750 mg =303,75 g
4. Sorbitol 34 mg x 135.000 = 4.590.000mg = 4.590 g
Total = 6.378.750 = 6378,75 g

Fase Luar
1. Sodium Benzoat 0,25 mg x 135.000 = 33.750 mg = 33,75 g
2. Cellulose 0,5 mg x 135.000 = 67.500 mg = 67,5 g
3. Sodium Starch 2 mg x 135.000 = 270.000 mg = 270 g
Glycolate
Total = 371.250 mg = 371,25 g

18
Total keseluruhan = 6378,75 + 371,25 = 6750 g
Atau, 50 mg x 135.000 tablet = 6.750.000 mg = 6750 g
3.3 Penimbangan
1. Bromazepam 810 g
2. Microcrystaline cellulose 675 g
3. PVP 303,75 g
4. Sorbitol 4.590 g
5. Indigo carmin q.s
6. Sodium Benzoat 33,75 g
7. Cellulose 67,5 g
8. Sodium Starch Glycolate 270 g

IV. ALUR PROSEDUR PEMBUATAN


Granul campuran Sorbitol dengan etanol hangat 95%, lalu dicampur dengan
bromazepam, Avicel 102, PVP dan Indigo Carmin. Lalu dilewatkan pada
saringan dan tekan dengan gaya tekan rendah. Terbentuk granul basah lalu
dikeringkan pada oven, kadar airnya diperhatikan. Lalu dicampurkan butiran
kering yang telah di oven dengan sodium benzoat, Cellulose dan Sodium
Starch Glycolate. Lalu di aduk manual, lalu dicetak menggunakan rotary
tableting machine lalu di kompres dengan bobot 50 mg/tablet. Dilakukan IPC.
(Generic Drug Formulation, edisi ke-2. 1998)

V. EVALUASI YANG DILAKUKAN


5.1 Evaluasi Massa Siap Cetak
a. Kecepatan aliran dan Sudut Istirahat
Serbuk sebanyak 5 g ditimbang, dimasukkan ke dalam corong getar,
dibuka bagian bawah corong dan serbuk dibiarkan mengalir, saat

19
serbuk jatuh dihitung waktu(t) yang dibutuhkan, diukur diameter (d)
serbuk, dan dihitung laju alir dan sudut istirahat (Agoes, 2012 :75).
b. Penentuan Kerapatan Curah, Kerapatan Mampat dan
Kompresibilitas
Ditimbang 20 g serbuk, lalu dimasukkan kedalam gelas ukur.
Kemudian di tentukan volume curah, selanjutnya dimampatkan
dengan menggunakan alat kompresibilitas. Lalu diamati volume
mampatnyas. Lalu dihitung kompresibilitas dan rasio hausnernya.
5.2 Evaluasi Mutu Tablet
5.3 Keseragaman Ukuran
Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong. Kemudian, dihtung bobot rata-rata dan
dihitung standar deviasinya.
5.4 Keseragaman Bobot
Diambil 20 tablet secara acak lalu timbang masing-masing tablet.
Kemudian dihitung bobot rata-rata. Jika ditimbang satu per satu
tidak boleh ≥ 2 tab yang menyimpang dan bobot rata-rata ≥ harga
yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satu tablet pun
yang bobotnya menyimpang dan bobot rata-rata ≥ harga dalam
kolom B, jika perlu ada yang diulang maka tidak boleh ada yang
menyimpang satupun (kolom A dan B) dan dihitung standar
deviasinya (FI III, 1979 : 7)
5.5 Kekerasan Tablet
Tablet diuji menggunakan hardness tester terhadap 4 tablet yang
diambil secara acak. Diatur skala 0 pada hardness tester. Lalu
dimasukkan tablet, selanjutnya diputar hardess tester diputar sampai
tablet hancur. Kemudian dilihat pada skala berapa kerusakan
ditunjukkan.
5.6 Friksibilitas dan Friabilitas
Ditimbang tablet sebanyak 6,5 g (W0) , lalu dimasukkan kedalam
alat (friksibilator dan friabilator) , lalu disetting waktu dalam waktu
tertentu yaitu 4 menit/100 rpm (putaran, siklus, atau kejatuhan)

20
selanjutnya tablet dikeluarkan dari alat dan ditimbang lagi bobotnya
(W) (Agoes,2008 : 291)
5.7 Uji Waktu Hancur Tablet
Dimasukkan 6 tablet pada masing-masing tabung dari keranjang,
dimasukkan 1 cakram pada tiap tabung dan alat dijalankan,
digunakan air bersuhu 370 sebagai media kecuali dinyatakan lain
maka menggunakan cairan lain dalam masing-masing monografi.
Pada akhir batas waktu seperti yang tertera pada monografi, diangkat
keranjang dan diamati semua tablet: semua tablet harus hancur
sempurna (FI V, 2014 : 1613)
5.8 Uji Disolusi
Masukan sejumlah volume media disolusi seperti yang tertera dalam
masing masing monografi kedalam wadah, pasang alat, biarkan
media disolusi hingga suhu 370C ± 0,50C dan angkat thermometer.
Masukan 1 tablet atau 1 kapsul kedalam alat, hilangkan gelembung
udara dari permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat
pada laju kecepatan seperti yang tertera dalam masing masing
monografi. Dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap
waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan
antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari keranjang
berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding
wadah. Lakukan penetapan seperti yang tertera dalam masing-
masing monografi.

VI. KEMASAN/LABEL
4.1 Label
HARUS DENGAN RESEP DOKTER

21
4.2 Brosur

22
4.3 Kemasan
Dikemas dalam botol kedap udara, tertutup rapat.
a. Kemasan primer

b. Kemasan sekunder

23
4.4 Penjelasan yang Terdapat pada Kemasan dan Brosur Produk
a. No. Batch
05171017
Keterangan Nomor Batch :
05 : Bulan pembuatan obat
16 : Tahun pembuatan obat
01 : Bentuk sediaan obat per oral
17 : Nomor urut pembuatan/pengolahan/Batch ke 17

b. Nomor Registrasi
DKL 170970110A1
Keterangan Nomor Registrasi
D : Sediaan tetrsebut menggunakan nama dagang
K : Sediaan tersebut termasuk kedalam obat keras
L : Sediaan tersebut merupakan jenis obat lokal (lisensi)
17 : Tahun pendaftaran obat jadi
097 : Nomor urut pabrik
01 : Nomor urut obat yang disetujui
10 : Bentuk sediaan obat jadi
A : Menunjukkan kekuatan sediaan obat pertama yang disetujui
1 : Menunjukan kemasan utama pada sediaan

c. Logo yang Digunakan

Logo untuk obat keras dan psikotropika. Bromazepam termasuk obat


keras dan golongan psikotropika.

24
VII. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. USP30-NF25 Pharmacopeia The Standard of Quality, The
United States Pharmacopeial Convention, Twinbrook Parkway,
Rockville,277,643.

Anonim. 2003. The International Pharmacopoeia. Third edition. Volume 5.


Geneva : WHO.

Anonim. 2009. British Pharmacopoiea. Volume 1 & 2. London.

Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi Edisi Revisi Dan


Perluasan. Bandung : ITB
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung : ITB
Bohler, volker. 1998. Generic Drug Formulations. Second edition. BASF.
Kasim, Fauzi,dkk.2004. ISO Indonesia.Volume ke-39. Jakarta:PT ISFI
Penerbitan
Kawasaki, jiro. 2006. Japanese Pharmacopoeia. 15th Edition.
Rowe, Rayman C., et all. 2009.Handbook of Pharmaceutical Excipient. 6th
edition. Pharmaceutical & American Pharmacist Assosiation,
London,UK
Sarfaraz K. Niazi. 2004. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations Compressed Solid Products Volume 1.
Sweetman, S. C. (2009). Martindale: The Complete Drug Reference. Thirty
Sixth Edition. UK: Pharmaceutical Press. Page 964 – 965.
Anonim. Lexotan (Bromazepam). Australia : Roche. Tersedia di :
http://www.rocheaustralia.com/content/dam/roche_australia/en_
AU/files/SDS/LEXOTAN_sds.pdf. Diakses pada tanggal 23 Mei
2017.

25

Anda mungkin juga menyukai