Anda di halaman 1dari 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allh SWT karena berkat nikmat,

karunia da hidayah-Nya laporan lengkap ini dapat diselesaikan. Salam dan

shalawat dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW serta keluarga dan

para sahabat yang dengan setia memperjuangkan kebenaran agama Allah kepada

seluruh umat manusia yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa.

Tak lupa juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada pihak-pihak

yang telah membantu penulis dalam penulisan dan penyusunan jurnal praktikum

ini. Termasuk didalamnya pihak keluarga yang senantiasa mendukung kami

dalam hal pemberian materi serta kasih sayang yang tak terhitung nilainya.

Selain itu para asisten pembimbing yang senantiasa memberikan arahan-arahan

positif kepada kami selama praktikum berlangsung serta adanya pemberian

keringanan-keringanan yang diberikan dalam penyusunan laporan lengkap

farmakognosi lanjutan. Terkirim pila ucapan terima kasih kepada rekan-rekan

mahasiswa seangkatan yang ikut ambil andil dalam membantu penyusunan jurnal

lengkap ini, baik itu berupa materil maupun non materil.

Disadari bahwa laporan lengkap praktikum ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan

kami dalam rangka perbaikan laporan ini dalam masa yang akan datang.

Samata-Gowa, 7 Juni 2010

1
DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR ............................................................................... 1

2. DAFTAR ISI .............................................................................................. 2

3. BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 4

B. Maksud dan Tujuan ............................................................................... 6

1. Maksud Percobaan .......................................................................... 6

2. Tujuan Pecobaan ............................................................................. 6

C. Prinsip Percobaan .................................................................................. 7

4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian tumbuhan ................................................................................... 8

1. Klasifikasi Tumbuhan ..................................................................... 8

2. Morfologi Tumbuhan ...................................................................... 9

3. Nama Daerah ................................................................................... 11

4. Kandungan ...................................................................................... 11

5. Kegunaan ........................................................................................ 12

B. Uraian Jamu ........................................................................................... 13

C. Pemeriksaan Jamu ................................................................................. 13

1. Pemeriksaan Makroskopik Jamu .....................................................

......................................................................................................... 13

2. Pemeriksaan MIkroskopik Jamu .................................................... 13

D. Metode Identifiksai................................................................................ 13

E. Penetapan Kadar Sari dan Kadar Abu ................................................... 15

2
5. BAB III METODE KERJA

A. Alat dan Bahan ...................................................................................... 16

1. Alat yang Digunakan ....................................................................... 16

2. Bahan yang Digunakan ................................................................... 16

B. Cara Kerja.............................................................................................. 16

1. Pemeriksaan Jamu ........................................................................... 16

2. Ekstraksi Sampel ............................................................................. 17

3. Identifikasi Sediaan Jamu ................................................................ 17

4. Idenbtifikasi Golongan .................................................................... 20

5. Penetapan Kadar Sari ...................................................................... 24

6. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum .................................................................................... 25

B. Pembahasan ......................................................................................... 27

7. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 34

B. Saran ......................................................................................................

............................................................................................................... 35

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,

berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia

nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati

adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat

tumbuhan. Simplisia sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan

tumbuhan liar (wild crop) tentu saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin

selalu ajeg (konstan) karena disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh,

iklim, kondisi (umum dan cara) panen, serta proses pascapanen dan preparasi

akhir. Walaupun ada juga yang berpendapat bahwa variabel tersebut tidak

berakibat besar pada mutu ekstrak nantinya. Variabel tersebut juga dapat

dikompensasi dengan penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit

prosedur analisis kimia dan sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan

sehingga tidak berdampak banyak pada khasiat produksi. Usaha untuk

menjaga variabel tersebut dianggap sebagai usaha untuk menjaga mutu

simplisia.

Jamu telah berabad-abad lamanya dipergunakan secara luas oleh

masyarakat Indonesia, meskipun masih banyak bahan baku standar yang

belum memiliki persyaratan resmi. Jamu pada umumnya menggunakan

bahan-bahan alam yang lebih dikenal sebagai simplisia. Semakin maraknya

4
penggunaan jamu berdasarkan khasiat yang turun temurun semakin

memperluas kesempatan terjadinya pemalsuan simplisia.

Obat tradisional (jamu) adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa

bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau

campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan

untuk pengobatan berdasarkan pengalaman produk jamu telah beredar

dipasaran, ada yang berbentuk rajangan, cacah, serbuk dan ekstrak. Bahkan

ada yang dalam bentuk ekstrak terstandar dan sediaan fitofarmaka.

Perdagangan nasional maupun internasional bahan obat-obatan dari

tanaman (simplisia) belakangan ini terus meningkat. Peluang memasok pasar

global terbuka namun produsen dituntut untuk bersaing dalam mutu yang

memenuhi standar. Salah satu syarat dari mutu jamu adalah komposisinya

harus benar dan tidak mengandung zat kimia/obat kimia. Oleh karena itu,

sebagai farmasis diharapkan mampu untuk mengidentifikasi bahan-bahan

yang terdapat pada obat tradisional (jamu) secara organoleptik, mikroskopik,

makroskopik, KLT, maupun secara kimia.

5
B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Mengetahui dan memahami cara pengujian organoleptis dan

makroskopik pada jamu (kencing manis, darah tinggi dan rematik), uji

mikroskopik jamu (sehat wanita), identifikasi jamu dengan metode KLT,

identifikasi golongan senyawa kimia, penetapan kadar sari, dan penetapan

kadar air dengan berbagai metode.

2. Tujuan Percobaan

a. Mengidentifikasi simplisia penyusun jamu (kencing manis, darah

tinggi dan rematik) secara organoleptik dan makroskopik dan

menghitung persentase simplisia penyusun jamu

b. Mengidentifikasi simplisia penyusun jamu secara mikroskopik

c. Mengidentifikasi jamu dengan metode KLT dan menentukan nilai Rf

masing-masing noda dari kromatogram, serta membandingkan profil

kromatogram jamu dan ekstrak pembanding

d. Mengidentifikasi komponen-komponen kimia dari simplisia rimpang

temulawak (Curcuma xantorhiza)

e. Menetapkan kadar sari simplisia yang larut dalam air dan dalam etanol

f. Menetapkan kadar air dalam simplisia atau ekstrak dengan metode

destilasi

6
C. Prinsip Percobaan

1. Penentuan simplisia penyusun jamu (jamu pegal linu, rematik dan

kencing manis) secara organoleptik dan makroskopik dengan cara

mengelompokkan simplisia penyusunnya dan menghitung persentase

simplisia penyusun dari jamu tersebut

2. Penentuan simplisia penyusun jamu secara mikroskopik dengan cara

membandingkan dengan simplisia pembanding

3. Penentuan nilai Rf dari masing-masing noda pada kromatogram dengan

metode KLT dari jamu sehat wanita dan membandingkan profil

kromatogram jamu dengan ekstrak pembanding

4. Penentuan komponen kimiadari simplisia temulawak (Curcuma

xanthorrizha) dengan melakukan uji alkaloid, glikosida, saponin dan

fenolik dengan beberapa pereaksi dan mengamati perubahan warna yang

terjadi

5. Penentuan kadar sari larut air dan kadar sari larut etenol dari simplisia X

yang telah dimaserasi salama 24 jam dan dikocok selama 6 jam kamudian

didiamkan selama 18 jam kemudian dikringkan dan dipanaskan pada suhu

105°C dan dihitung persen kadar terhadap bahan yang telah dikeringkan

di udara

6. Penentuan kadar air dari simplisia pakis haji (Cycasbrumphii) dengan

metode destilasi menggunakan pelarut toluen dilengkapi dengan tabung

penerima dan pendingin yang dipanaskan selama 15 menit

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tumbuhan

1. Klasifikasi Tumbuhan

a. Buah cabe jawa (Retrofrati fructus)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Dicotyledonae

Subclass : Monochlamydeae

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies :Piper retrofractum

b. Rimpang Temulawak (Curcumae rhizoma)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiber

Family : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrizha

8
c. Rimpang jahe (Zingiberis rhizoma)

Regnum : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Monocotyledonae

Ordo : Zingiber

Family : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officinale

2. Morfologi Tumbuhan

a. Buah Cabe Jawa

Buah cabe jawa bentuk tanamannya seperti sirih, merambat,

memanjat, membelit, dan melata. Daunnya berbentuk bulat telur

sampai lonjong, pangkal daun berbentuk jantung atau membulat, ujung

daun runcing dengan bintik-bintik kelenjar. Buahnya majemuk bulir,

bentuknya bulat panjang atau silindris, dan ujungnya mengecil. Buah

yang belum tua berwarna kelabu, kemudian menjadi hijau, selanjutnya

kuning, merah, serta lunak. Rasanya pedas dan tajam aromatis.

(Syukur. 2002 : 33 )

a. Rimpang Temulawak

Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari

1 meter tetapi kurang dari 2 meter, berwarna hijau atau coklat gelap.

Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat,

9
berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2-9 helai dengan

bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau

coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31-84 cm dan lebar

10-18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43-80 cm.

Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang

tangkai 9-23 cm dan lebar 4-6 cm, berdaun pel indung banyak yang

panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak

bunga berwarna putih berbulu, panjang 8-13 mm, mahkota bunga

berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4-5 cm, helaian bunga

berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang

berwarna merah dadu atau merah, panjang 1.25-2 cm dan lebar 1 cm.

(Matondang; PDF)

b. Rimpang jahe

Herba, tegak, tinggi sekitar 30-60 cm. Batang semu, beralur,

berwarna hijau. Daun tunggal,berwarna hijau tua. Helai daun berbentuk

lanset, tepi rata, ujung runcing, dan pangkalnya tumpul. Panjang daun

lebih kurang 20-40 cm dan lebarnya sekitar 2-4 cm. Bunga majemuk

berbentuk bulir, tangkai perbungaan panjangnya lebih kurang 25 cm,

berwarna hijau merah. Kelopak berbentuk tabung, bergigi tiga.

Mahkota bunga berbentuk corong, panjangnya. 2-2,5 cm, berwarna

ungu. Buah kotak berbentuk bulat sampai bulat panjang, berwarna

coklat. Biji bulat berwarna hitam. Akar serabut, berwarna putih kotor.

Rimpangnya bercabang-cabang, tebal dan agak melebar (tidak

10
silindris), berwarna kuning pucat. Bagian dalam rimpang berserat agak

kasar, berwarna kuning muda dengan ujung merah muda. Rimpang

berbau khas, dan rasanya pedas menyegarkan. Berdasarkan ukuran dan

warna rimpangnya dikenal, paling tidak, 3varietas jahe, yaitu jahe besar

(disebut juga jahe gajah atau jahe badak), jahe kecil (jahe emprit), dan

jahe merah (jahe sunti).Diantara ketiga varitas tersebut yang banyak

digunakan sebagai bahan obat tradisional adalah jahe merah, terutama

bila yang diperlukan adalah khasiat minyak atsirinya. (Matondang;

PDF)

3. Nama Daerah

a. Buah cabe jawa

Jawa dan sunda: wuni, Sulawesi: bune tedong

b. Rimpang temulawak

Bugis: Tammulawak

c. Rimpang jahe Bugis: Layya

4. Kandungan

a. Buah cabe jawa

Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam bagian buahnya

diantaranya zat pedas Piperine, Palmatic acid, Tetrahydropiperic acid,

1-undecynelyl, 3,4- methylenedioxy benzene, Piperidine, Minyak atsiri,

N-isobutyldecatrans-2-trans-4-Dienamida, dan Sejamin. Akar terdapat

Piperine, Piplartine, dan Piperlonguminirne. (Hariana 2004; 71)

11
b. Rimpang temulawak

Minyak atsiri yang mengandung felandren dan tumerol, zat

warna kurkumin, pati. Kadar minyak atsiri tidak kurang dari 8.0% b/v.

c. Rimpang jahe

Pati. Damar. Oleoresin, Gingerin, Minyak atsiri yang

mengandung singeron, Zingiberol, Zingiberin, Borneol, Kamfer sineol,

dan Felandren. (Hariana 2004; 135)

5. Kegunaan

a. Buah cabe jawa

Buah dan akar Cabe jawa dapat dimanfaatkan untuk mengobati:

Badan lemas (nerosthenia), gangguan pencernaan, batuk, bronkhitis

dan ayan, masuk angin, obat kuat, membersihkan rahim dan sehabis

melahirkan, obat kumur, obat kejang perut

b. Rimpamg temulawak

Kolagoga, antispasmodika, pegal linu, penyakit kuning,

menetralkan racun, menghilangkan rasa nyeri sendi, antibakteri,

antikolesterol.

c. Rimpang jahe

Karminativa, stimulansia, diforetika, merangsang kelenjar

pencernaan, memperkuat lambung, antidiare, antiradang sendi tulang,

menurunkan tekanan darah.

12
B. Uraian Jamu

Jamu sehat wanita

Komposisi:

1. Buah cabe jawa (Retrofracti fructus)

2. Rimpang temulawak (Curcumae rhizoma)

3. Rimpang jahe (Zingiberis rhizoma)

C. Pemeriksaan Jamu

1. Pemeriksaan Makroskopik Jamu

Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau

tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan untuk mencari khususnya

morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji.(anonim 1987)

2. Pemeriksaan Mikroskopik Jamu

Uji mikroskopik dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang

derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang

diuji dapat berupa sayatan melintang, radial, paradermal maupun

membujur atau berupa serbuk. Pada uji mikroskopik dicari unsur –

unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui

jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi

masing – masing simplisia. (anonim 1987)

D. Metode Identifikasi

Kromatografi lapis tipis (KLT) ialah metode pemisahan fisikokimia.

Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam),

ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang

13
cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak

atau pita (awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup

rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan

terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya, senyawa

yang tidak berwarna harus ditampakkan(dideteksi). (stahl 1985;3)

Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat

penjerap) dan system larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena

keduanya bekerja sama untuk mencapai pemisahan. Selain itu, hal yang juga

penting adalah memilh kondisi kerja yang optimum yang meliputi sifat

pengembangan, afmosfer bejana, dan lain-lain.

1. Fase diam (lapisan penjerap)

Lapisan dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk KLT

yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Bila data KLT dikmukakan,

bukan hanya spesifikasi umum penjerap yang harus disebutkan, tetapi juga

jenis dan perushaan pembuatanya. Bila dilihat dalam sinar jatuh dan sinar

lewat, lapisan yang penting mempunyai wajah yang seragam dan

membentuk ikatan yang baik dengan penyagga. Panjang lapisan tersebut

200 mm dengan lebar 200 atau 100 mm. untuk analisis, tebalnya 0,1-0,3

mm, biasanya -,2 mm. sebelum digunakan, lapisan disimpan dalam

lingkungan yang tidak lembab dan bebas dari uap laboratorium. Penjerap

yang umum ialah silika gel, aluminium oksida, kieselgur, selulosa dan

turunannya, poliamida dan lain-lain.

2. Fase gerak (pelarut pengembang)

14
Fase gerak ialah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa

pelarut. Ia bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan berpori, karena

ada gaya kapiler. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu

analitik dan bila diperlukan sistem pelarut multikomponen ini harus

berupa suatu campuran sesedehana mungkin yang terdiri atas maksimum

tiga komponen. Angka banding campuran dinyatakan dalam bagian

volume sedemikian rupa sehinga volume total 100, misalnya benzene-

kloroform-asam asetat 96% (50:40:10). Pada kromatografi jerap, pelarut

pengembang dapat dikelompokkanke dalam deret eluotropik berdasarkan

efek elusinya. (Stahl 1985;6-7)

E. Penetapan Kadar Sari dan Kadar abu

Penetapan kadar, dalam pengujiannya jumlah dosis yang digunakan

tidak boleh lebih kecil dari yang ditetapkan. Secara sebanding, jumlah yang

lebih besar atau lebih kecil dari bobot atau volume yang ditetapkan dari bahan

yang ditetapkan kadarnya, asal pengukuran dilakukan dengan ketelitian yang

ekivalen.

Penetapan kadar abu adalah penetapan kadar yang bertujuan untuk

memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal

dari proses awal sampai diperoleh simplisia dan ekstrak baik yang berasal

dari tanaman secara alami maupun kontaminan selama proses, seperti pisau

yang digunakan telah berkarat.

15
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang Digunakan

Alat yang digunakan adalah kaca pembesar, haksel pembanding,

pensil warna, timbangan, mikroskop, lempeng KLT, penotol, chamber,

kompor listrik, botol 100 ml, cawan porselin, pipet tetes, tabung reaksi,

timbangan, botol putih 150 ml, labu bersumbat kaca/botol 100 ml, corong,

penangas, gelas ukur 100 ml, seperangkat alat destilasi.

2. Bahan dan Digunakan

Bahan yang digunakan adalah jamu rajangan/godog, serbuk

pembanding, jamu serbuk, jamu ekstrak, ekstrak pembanding, aquadest,

hexan, etiol asetat, kloroform, methanol, simplisia serbuk, etanol, asam

klorida 2 %, HCL 2 %, ammonia, natrium klorida, kertas pH, FeCl, kertas

saring, etanol 95 %, pasir kering, HCL 2 N, toluen.

B. Cara Kerja

1. Pemeriksaan jamu

a. Pemeriksaan makroskopik

1) Keluarkan seluruh jamu dari kemasannya kemudian timbang berat

totalnya

2) Amati satu persatu simplisia yang ada secara organoleptik dan

dengan mengggunakan kaca pembesar dan pisahkan menurut jenis

simplisianya serta ditimbang beratnya masing-masing

16
3) Bandingkan hasil pengamatan dengan haksel yang ada

4) Gambar hasil pengamatan sampel

5) Hitung persentase masing-masing simplisia dalam sampel

6) Tulis klasifikasi, kandungan kimia dan khasiat dari masing-masing

simplisia yang ada dalam sampel

b. Pemeriksaan mikroskopik

1) Keluarkan seluruh bahan jamu

2) Amati sampel di bawah mikroskop

3) Bandingkan hasil pengamatan dengan serbuk pembanding

4) Gambar hasil pengamatan sampel

5) Tulis klasifikasi, kandungan kimia dan khasiat dari masing-masing

simplisia yang ada pada sampel

2. Ekstraksi sampel

a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan

b. Larutkan simplisia temulawak dan cabe jawa masing-masing

sebanyak 5 gram dengan pelarut yang sesuai:

1) Temulawak dengan pelarut

2) Cabe jawa dengan pelarut

c. Dipanaskan simplisia selama 30 menit diatas penangas air

d. Disaring dan filtratnya diuapkan hingga mengental

3. Identifiksai sediaan jamu

Identifiksai dengan metode KLT

a. Penyiapan cuplikan

17
1) Diuapkan jamu sampai menjadi ekstrak kental yang kemudian

ditambahkan 3 ml kloroform:methanol=1:1 (jika jamu berbentuk

cair).

2) Diambil kira-kira kira-kira 5 gram serbuk simplisia, dimasukkan

dalam botol dan ditambahkan 20 mL metanol kemudian

dipanaskan (kurang lebih 30 menit) di penangas air hingga

diperoleh ekstrak cair

3) Saring ekstrak yang telah diperoleh kemudian uapkan dan

diperoleh volume ekstrak kental

b. Penyiapan fase diam

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Digunting lempeng dengan ukuran 2x6 cm

3) Diberi batas atas 0,5 cm dan batas bawah 1 cm dengan

menggunakan pensil

4) Deberi tanda penotolan pada batas bawah dengan jarak masing-

masing 0,5 cm

c. Penyiapan fase gerak

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dibuat eluen hexan:etil=1:2 untuk sampel temulawak dan eluen

klorofom:methanol=1 : 2 untuk sampel cabe jawa

3) Dimasukkan masing-masing eluen ke dalam chamber yang

berbeda dan ditutup.

18
d. Pengembangan

1) Disiapkan alat dan bahan

2) Dimasukkan lempeng yang telah ditotolkan sampel dan

pembanding ke dalam chamber yang berisi eluen

3) Chamber ditutup dan diamati peambatan fase gerak sampai batas

atas lempeng.

e. Deteksi dan identifikasi

1) Diambil lempeng yang telah dielusi

2) Dikeringkan dan diamati perambatan antara sampel dan simplisia

pembanding

3) Dimasukkan dalam lampu UV 254 dan 366,diamati

4) Disemprot dengan menggunakan asam sulfat 10 % kemudian

dipanaskan dalam oven hingga noda tampak jelas.

5) Bandingkan penampakan noda yang terdapat pada ekstrak

pembanding dengan ekstrak jamu dan perhatikan ada tidaknya

kesamaan pada penampakan noda

6) Hitung masing-masing Rf (Rate of Flow) pada noda dengan

membandingkan antara jarak tempuh noda dengan jarak tempuh

eluen

19
4. Identifikasi golongan

a. Identifikasi Alkaloid

1) Alkaloid bebas

a) 5 g serbuk simplisia dimasukkan dalam botol dan disari dengan

eter atau kloroform atau hexan:etil asetat = 1:2

b) Dilakukan pengocokan berkali-kali

c) Sari yang diperoleh kemudian dipekatkan

d) Dilarutkan dengan 1,5 mL HCl pekat 2%

e) Larutan dibagi tiga sama banyak dalam tabung reaksi

f) Tabung I sebagai pembanding

g) Tabung II ditetesi denagn 2 atau 3 tetes larutan dragendorf

(+) jika ada jingga kecoklatan

h) Tabung III ditetesi dengan 2 atau 3 tetes larutan mayer

(+) jika ada endapan putih kekuningan

i) Amati

2) Alkaloid bebas (basa kurtener dan amina), garam alkaloid

a) Serbuk sisa penyarian dengan eter atau kloroform atau hexan :

etil asetat = 1:2 diatas sari dengan etanol 70% dengan

pengocokan berkali-kali

b) Sari yang diperoleh dimasukkan dalam gelas piala dan

dipekatkan

c) Ditambahkan 5 mL Hcl 10% sambil dipanaskan dan diaduk

d) Larutan yang diperoleh dibagi ked lam dua tabung

20
I : untuk garam alkaloid

II : untuk basa kuartener dan amina

e) Tabung I

- Ditambahkan dengan ammonia encer sampai pH 8-9

- Disari dengan eter kemudian diuapkan sampai kering

- Sisa yang diperoleh dilarutkan dengan 1,5 mL HCl 2%

- Larutan dibagi tiga sama banyak dalam tabung reaksi

- Tabung A sebagai pembanding

- Tabung B ditetesi dengan 2 atau 3 tetes laruttan dragendorf

(+) jika ada endapan jingga kecoklatan

- Tabung C ditetesi dengan 2 atau tiga tetes latutan mayer

(+) jika ada endapan putih kekuningan

- Amati

Tabung II

- Ditambahkan 0,5 g Natium Klorida sambil diaduk

- Larutan disaring dan kertas saringnya dicuci dengan 3 mL

HCl 10%

- Ditambahkan larutan mayer sampai terjadi endapan

- Supernatannya dimasukkan dalam corong pisah kecil dan

ditambahkan amonia sampai pH 8-9

- Ditambahkan eter atau kloroform

- Dikocok dandiperoleh dua lapisan (lapisan bawah untuk

menunjukkan adanya basa kuartener dan amina)

21
- Larutan bawah diasamkan dengan HCl 10% sampai pH 3

- Disaring melalui kertas saring

- Filttrat dibagi 2 dan ditambahkan denagn mayer atatu

dragendorf

b. Identifikasi Glikosida

1) Masukkan 3 g serbuk yang diperiksa ke dalam tabung reaksi

2) Disari dengan etenol 70% kurang lebih 30 mL dan diuapkan

sampai pekat

3) Ditambahkan 10 mL HCl 10% kemudian dipanaskan selama 30

menit

4) Didinginkan dan disari dengan hexan 3 kali

5) Sari dalam hexan diuapkan di atas penangas air

6) Ditambahkan pereaksi Liebarman Bouchard

(+) jika biru atau hijau

c. Identifikasi Saponin

1. Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa dalam tabung reaksi

2. Ditambahkan dengan air panas 10 mL, dinginkan

3. Dikocok kuat-kuat selama 10 menit

4. Keberadaan saponin akan ditandai dengan terbentuknya buih yang

mantap selama tidak kurang 10 menit setinggi 1-10 cm. Pada

penambahan HCl 2N buih tidak hilang

d. Identifikasi Fenolik

22
1. 1 g serbuk simplisia dimasukkan dalam botol dan disari dengan eter

atau kloroform atau hexan:etil = 1:2

2. Dilakukan pengocokan berkali-kali

3. Sari yang diperoleh kemudian dipekatkan

4. Sisanya ditetesi dengan FeCl3

(+) jika warna hijau, ungu, biru sampai hitam

5. Penetapan kadar sari

a. Penetapan kadar sari larut etanol

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Ditimbang serbuk sampel sebanyak 5 g

3) Dimaserasidengan 100 mL etanol (95%) selama 24 jam

menggunakan labu bersumbat kaca sambil sekali-kali dikocok

selama enam jam, kemudian didiamkan selama 18 jam, disaring

4) Diuapkan 20 mL filtrat dalam cawan dangkal rata yang telah ditara

diatas tangas air hingga ekstrak kering

5) Dipanaskan ekstrak pada suhu 105°C hingga bobot tetap/konstan

6) Dihitung kadar persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di

udara

b. Penetapan kadar sari larut air

1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2) Ditimbang serbuk sampel sebanyak 5 g

3) Dimaserasi denan 100 mL air kloroform (2,5 mL kloroform dalam

1000 mL air) selama 24 jam menggunakan labu bersumbat kaca

23
sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam, kemudian didiamkan

selama 18 jam. Disaring

4) Diuapkan 20 mL filtrat dalam cawan dangkal rata yang telah ditara

diatas penangas air hingga ekstrak kering

5) Dipanaskan ekstrak pada suhu 105°C hinng bobot tetap /konstan

6) Dihitung kadar persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di

udara

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1. Kromatografi lapis tipis

Prifil kromatogram (gambar)

Nilai Rf kromatogram kertas

jarak rambatan
Rf= panjang rambatan

a. Cabe jawa
5
Pembanding : 5 = 1 cm
4,7
Sampel : = 0,94 cm
5
b. Temulawak
5
Pembanding : = 1 cm
5
5
sampel : 5= 1 cm

2. Identifikasi golongan

NO Simplisia Alkaloid Saponin Glikosida Fenolik


1 Temulawak -  - 

3. Kadar sari

a. Penetapan kadar sampel larut air

 Batang X
Berat sari ekstrak : 34,342 g – 34,151 g = 0,191%
0,191 𝑔
Kadar sari (N) : 5𝑔
x 100% = 3,82%
 Bunga X
Berat sari ekstrak : 49,606 g – 49,422 g = 0,184 g
0,184 𝑔
Kadar sari (N) : 5𝑔
x 100% = 3,68 %
 Daun X
Berat sari ekstrak : 51,179 g – 50,941 g =0,283 g

25
0,283 𝑔
Kadar sari (N) : 5𝑔
x 100% = 4,76%
b. Penetapan kadar sari larut etanol

 Batang X
Berat sari ekstrak : (Berat total penimbangan- berat cawan kosong)
Berat sari ekstrak : 36,378 g – 36,339 g = 0,039 g
0,039 g
Kadar sari (N) : x 100% = 0,78%
5g
 Bunga X
Berat sari ekstrak : 50,095 g – 49,778 g = 0,317 g
0,0317 g
Kadar sari (N) : 5 g 𝑥100% = 0,634%
 Daun X
Berat sari ekstrak: 41,344 g – 41,180g = 0,184 g
0,164 g
Kadar sari (N) : 5 g x 100% = 3,28%

26
B. Pembahasan

Dalam bidang pengobatan khususnya pengobatan sacara

tradisional, umunya memanfaatkan bahan alami yang diolah sesuai dengan

pengobatannya,akan tetapi kebanyakan bahan alam tersebut diolah dalam

bentuk simplisia baik itu nabati,hewani maupun simplisia pelican atau

mineral. Simplisia itu sendiri diartikan sebagai bahan alami yang

digunakan untuk obat dan belum mengalami proses apapun kecuali

dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

Tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan baku yang perlu

digali, diteliti, dan dikembangkan agar kelestarian dan penggunaannya

dalam masyarakat semakin meningkat sehingga meningkatkan

kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Adapun salah satu cara penelitian

tumbuhan adalah mempelajari kandungan kimia yang terdapat dalam

tumbuhan tersebut. Atas dasar tersebut maka dilakukanlah praktikum

farmakognosi lanjutan dimana setiap mahasiswa memiliki simplisia dari

sampel yang diperoleh pada saat praktek kerja lapang farmakognosi

lanjutan yang dilaksanakan di Desa Citta,kecamatan Citta Kabupaten

Soppeng,Sulawesi Selatan pada tanggal

Pada praktikum farmakognosi ini dilakukan percobaan-percobaan

yakni Pengamatan organoleptis,pengamatan makroskopik dan

mikroskopik pada Jamu (sehat wanita),serta identifikasi dengan metode

KLT,identifikasi golongan senyawa kimia,penetapan kadar sari dan kadar

27
air dari buah cabe jawa (Piper retrofractum),rimpang temulawak (Curcuma

xentohiza),dan rimpang jahe (Zingiber officinale).

Adapun pada praktikum farmakognosi ini, percobaan pertama yang

dilakukan yakni pengamatan organoleptis jamu dimana dibandingkan dengan

simplisia asli. Dalam hal ini jamu yang digunakan yaitu jamu kencing

manis,darah tinggi dan reumatik yang mengandung tumbuhan bangle, pule,

kemukus, puteran, kapulaga, bawang putih, kayu secang, akar angin,

cabejawa, mekar sari, pulasari, anyang-anyang, kayu laki, spranty, brotowali,

dringo, kayu cendana, kedawung, kayu manis, sambiloto, kayu putih,

mahkota dewa, adas, kayu kuning, pletekan, kumis kucing, merica bolong,

dan kunyit.

Selanjutnya dilakukan pengamatan mikroskopik pada jamu sehat

wanita dimana mengandung buah cabe jawa, rimpang temulawak, dan

rimpang jahe. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui struktur

anatomi dari simplisia penyusun jamu tersebut, di mana pemeriksaan ini

dilakukan dengan cara mengamati serbuk jamu di bawah mikroskop.

Sebelum dilakukan pengamatan serbuk jamu terlebih dahulu ditetesi

dengan kloralhidrat kemudian difiksasi yang bertujuan untuk memperbesar

ukuran sel sehingga lebih mudah diamati, adapun yang ingin diamati yaitu

epidermis, perenkim, sel tanduk, rambut penutup, sel batu dan lain-lain.

Selain kloralhidrat digunakan juga aquadest untuk mengamati adanya

kandungan pati dan sel minyak dalam sampel. Dari pengamatan yang

dilakukan terhadap serbuk jamu dan dibandingkan dengan serbuk

28
simplisia asli ditemukan adanya kesamaan secara anatomi yang

menunjukkan bahwa jamu tersebut benar mengandung simplisia

pembanding yaitu buah cabe jawa, rimpang temulawak dan rimpang jahe.

Percobaan ketiga yaitu identifikasi jamu dengan metode KLT. Pada

percobaan ini digunakan jamu sehat wanita dengan menggunakan ekstrak

buah cabe jawa dan rimpang temulawak sebagai pembanding. Langkah

pertama yang dilakukan adalah menentukan eluen dan pelarut dari masing-

masing pembanding. Pada percobaan ini digunakan metode ekstraksi

maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 95% dan kloroform 25 mL

dalam 1000 mL air. Untuk ekstrak temulawak digunakan eluen heksan:etil

dengan perbandingan 1:2, sedangkan untuk ekstrak cabe jawa digunakan

eluen heksan:kloroform dengan perbandingan 1:3 dan pelrut untuk

keduanya digunakan kloroform. Setelah sampel dilarutkan dan eluen

disiapkan sampel dan ekstrak pembanding ditotolkan pada lempeng KLT

yang telah disiapkan sebelumnya yang panjangnya 2x6 cm dan diberi

batas penotolan serta batas jarak tempuh eluen. Setelah itu lempeng KLT

dimasukkan dalam chamber yang telah diisi dengan eluen (sesuai ekstrak)

kemudian diamati pergerakan eluen pada lempeng KLT hinga batas jarak

tempuhnya. Setelah itu lempeng diangkat dan dikeringkan kemudan

diamati pada pendetksi lampu UV 254 dan 366. Setelah itu lem[peng

disemprot dengan asam sulfat 10% kemudian dipanaskan diatas kompor

listrik hingga noda tampak dengan jelas. Kemudian dibandingkan

penampakan noda yang terdapat ekstrak pembanding dengan ekstrak jamu

29
serta dihitung nilai Rf (Rate Of Flow) pada noda dengan membandingkan

antara jarak tempuh noda dengan jarak tempuh eluen.

Percobaan keempat yang dilakukan adalah mengidentifikasi

komponen kimia dari rimpang temulawak. Adapun komponen kimkia

yang hendak diidentifikasi yaitu alkaloid, saponin, glikosida, dan fenolik.

Uji pertama yang dilakukan adalah identifikasi alkaloid di mana 5

g serbuk simplisia (rimpang temulawak) dimasukkan dalam botol dan

disari dengan kloroform dan dilakukan pengocokan berkali-kali. Sari yang

diperoleh kemudian dipekatkan dan dilarutkan dengna 1,5 mL HCl 2%.

Setelah itu larutan dibagi tiga dalam tabung reaksi, tabung I sebagai

pembanding, tabung II ditetesi dengan 2-3 tetes larutan dragendorf jika

berwarana kecoklatan berarti + mengandung alkaloid, tabung III ditetesi

dengan 2-3 tetes larutan mayer jika terbentuk endapan putih kekuningan

berarti + mengandung alkaloid.

Uji kedua yaitu identifikasi glikosida di mana 3 g sampel yang

akan diperiksa dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian disari dengan

etanol 70% kurang lebih 30 mL dan diuapkan sampai pekat. Setelah itu

ditambahkan 10 mL HCl 10% kemudian dipanaskan selama 30 menit.

Setelah itu didinginkan dan disari dengan heksan sebanyak tiga kali

kemudian diupkan diatas penangas air. Setelah itu ditambahkan pereaksi

Lieberman Bouchard dan apabila terjadi warna biru atau hijau berarti

sampel + mengandung glikosida. Dari percobaan yang telah dilakukan

30
dengan menggunakan sampel temulawak tidak terjadi perubahan warna

tersebut yang menandakan bahwa temulawak tidak mengandung glikosida.

Uji ketiga yang dilakukan yaitu identifikasi golongan saponin di

mana 5 g serbuk sampel (temulawak) dimasukkan dalam tabung reaksi dan

ditambahkan air panas sebanyak 10 mL kemudian didinginkan. Setelah itu

dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Keberadaan saponin ditandai dengan

terbentuknya buih yang mantap selama tidak kurang dari 10 menit setinggi

1-10 cm dan pada penambahan HCl 2 N buih tersebut tidak hilang. Dari

percobaan yang telah dilakukan diketahui bahwa sampel temulawak +

mengandung saponin karena buih yang terbentuk dari hasil pengocokan

tidak hilang pada saat ditambahkan dengan HCl.

Uji keempat yaitu identifikasi golongan fenolik di mana 1 g serbuk

sampel (temulawak) dimasukkan dalam botol dan disari dengan kloroform

dan dilakukan pengocokan berkali-kali. Setelah itu disaring dan sari yang

diperoleh dipekatkan dan sisanya ditambahkan dengan FeCl3 sampel +

mengandung fenolik jika terbentuk warna hijau, ungu, biru sampai hitam.

Dari percobaan yang dilakukan sampel positif mengandung fenolik karena

terbentuk warna menjadi hiaju.

Pecobaan yang kelima yaitu penetapan kadar sari yang larut

dalam etanol dan larut dalam air, pada percobaan ini digunakan sampel X

yang meliputi batang, bunga dan akar. Untuk kadar sari larut etanol

ditimbang sampel sebanyak 5 g kemudian dimaserasi dengan 100 mL

31
etanol (95%) selama 24 jam menggunakan labu bersumbat kaca sambil

sekali-kali dikocok selama 6 jam, kemudian didiamkan selama 18 jam dan

disaring. Setelah itu filtrat diuapkan dalam porselin yang telah ditara di

atas tangas air hingga ekstrak kering. Setelah itu ekstrak dipanaskan pada

suhu 105°C hingga bobot tetap/konstan, kemudian dihitung kadar persen

bahan yang telah dikeringkan di udara. Dari hasil percobaan yang telah

dilakukan diperoleh kadar sari larut etanol untuk batang sebesar 0,78%,

daun 3,28% dan bungan sebesar 0,643% . Untuk kadar sari larut air sampel

ditimbang sebanyak 5 g kemudian dimaserasi dengan 100 mL air

kloroform (2,5 mL kloroform dalam 1000 mL air) selama 24 jam

menggunakan labu bersumbat kaca sambil sekali-kali dikocok selama 6

jam, kemudian didamkan selam 18 jam dan disaring. Setelah itu filtrate

diupkan dalam cawan porselin yang telah ditara di atas tangas air hingga

ekstrak kering. Setelah itu dipanaskan ekstrak pada suhu 105°C hingga

bobot tetap/konstan, kemudian dihitung kadar persen terhadap bahan yang

telah dikeringkan di udara. Dari percoban yang telah dilakukan diperoleh

kadar sari larut air untuk batang sebesar 3,28%, daun 4,76% dan bunga

sebesar 3,68%.

Percobaan keenam yaitu penetapan kadar air di mana pada

percobaan ini digunakan sampel daun pakis haji sebanyak 20 g dan

dugunakan toluen sebagai pelarut sebanyak 200 mL. langkah pertama

yang dilakukan adalah merangkai alat destilasi. Setelah itu dibuat toluen

jenuh air dengan cara memasukkan toluen sebanyak 200 mL dalm corong

32
pisah kemudian ditambahkan 50 mL aquadest dan dikocok dengan searah,

kemudian didiamkan dan akan terbentik dua lapisan di mana lapisan air

berada di bawah dan toluen berada di bagian atas, lapisan airnya

dikeluarkan dan toluen dimasukkan dalam labu alas bulat dan dipanaskan

untuk menguapkan airnya. Uap air yang terbentuk dari hasil pemanasan

akan mengalami kondensasi dan akan tertampung dalam alat penampung

berskala. Setelah diyakini tidak ada lagi air dalam toluen sampel

dimasukkan dalam labu yang berisi toluen dan proses kondensasi

dilanjutkan kembali untuk menguapkan kandungan air dari sampel. Dari

percobaan yang telah dilakukan diperoleh kandungan air sampel sebesar

14%. Hal ini menunjukkan bahwa sampel belum memenuhi standar

karena sebagaimana yang telah ditetapakan bahwa sampel yang baik

mengandung air tidak kurang dari 10%

33
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh:

1. Untuk identifikasi jamu secara mikroskopik dikatahui adanya kesamaan

secara mikroskopik antara jamu dengan simplisia pembanding yaitu

temulawak dan cabe jawa

2. Identifikasi KLT untuk jamu sehat dengan pembanding temulawak dan

cebe jawa diperoleh nilai Rf sampel sam dengan nilai Rf pembanding

temulawak yaitu 1 cm dan nilai Rf sampel berbeda dengan nilai Rf

pembanding yaitu 0,94 cm untuk sampel dan 1 cm untuk pembanding

3. Identifikasi golongan dengan menggunakan simplisia temulawak diperoleh

bahwa temulawak positif mengandung saponin dan fenolik, dan tidak

mengandung alkaloid dan glikosida

4. Penetapan kadar sari dengan menggunakan simplisia X yang meliputi

batang, bunga dan buah diperoleh kadar sari masing yang larut air yaitu

untuk batang sebesar 3,83%, untuk bunga sebesar 3,68%, untuk buah

sebesar 4,76%. Untuk penetapan kadar sari larut etanol diproleh masing-

masing untuk batang sebesar 0,78%, untuk bunga sebesar 0,634% dan

untuk batang sebesar 3,28%.

5. Untuk penetapan kadar air sampel pakis haji (Cycas rumphii) dan diproleh

kadar air sebesar 14%

34
B. Saran

Untuk asisten

- Terima kasih atas bimbingannya dan jangan pernah bosan membimbing

praktikan

Untuk laboratorium

- Alat-alat yang ada di laboratorium sebaiknya dilengkapi agar kegiatan

praktikum dapat berjalan lancar

35

Anda mungkin juga menyukai