Disusun Oleh :
Sangkan Lula Aulia Salma, Alfiani Mufti Nissa, Nurgina Vidya Putri
3
Kata Pengantar
Puji syukur kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-nya
saya dapat menyelesaikan Makalah tentang Tahapan Pembuatan Simplisia ini.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama islam yang sempurna dan menjadi anugerah terbesar bagi seluruh alam
semesta yang kita tempati ini.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan Makalah ini. Disamping itu
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam mengerjakan Makalah ini, sehingga dapat selesai tepat
pada waktunya. Kami juga sangat berterimakasih kepada Dosen pengampu kami
yaitu bapak Aries Maesya, M. Kom, Ibu Mindiya Fatmi, M.Farm., Apt dan Ibu
Nadhira Nhestricia, MKM., Apt. yang telah membimbing dan membantu kami
dalam menyelesaikan Makalah ini. Terima kasih atas kritikan dan masukan yang
telah ibu berikan kepada saya dan semoga apa yang telah ibu ajarkan kepada
kami dapat bermanfaat untuk ke depannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga Makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca. Dan kami sangat mengharapkan kritikan dan saran kepada seluruh pihak
apabila kami ada kekurangan maupun kelebihan agar kedepannya dapat kami
perbaiki. Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih.
(Penyusun)
4
Daftar Isi
Kata Pengantar.......................................................................................................2
Daftar isi .................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan ................................................................................................7
1.1 Latar Belakang ........................................................................................7
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................8
Bab II Pembahasan ...............................................................................................9
2.1 Pengertian ……………….…………………………………………….9
2.2 Cara Pembuatan…………..……………………………………….....12
2.3 Cara Pemeliharaan Mutu ……….……………………………………17
2.4 Latihan Soal…………………………………………………………20
Bab III Penutup ...................................................................................................22
5
Petunjuk Pembelajaran
1. Bacalah dan pahami materi yang ada pada setiap kegiatan belajar. Bila ada
materi yang belum jelas, siswa dapat bertanya pada guru.
2. Kerjakan setiap tugas diskusi terhadap materi-materi yang dibahas dalam
setiap kegiatan belajar.
3. Jika belum menguasai level materi yang diharapkan, ulangi lagi pada
kegiatan belajar sebelumnya atau bertanyalah kepada guru.
4. Langkah–langkah berikut perlu kalian ikuti secara berurutan dalam
mempelajari modul ini :
1. Baca dan pahami benar – benar tujuan yang tedapat dalam modul
ini.
2. Perhatikan uraian materi yang terdapat dalam modul
3. Bila dalam mempelajari modul tersebut mengalami kesulitan ,
diskusikan dengan teman – teman yang lain. Dan apabila belum
terpecahkan sebaiknya tanyakan pada guru.
4. Rangkumlah materi yang telah dipelajari dengan bahasamu sendiri
agar lebih mudah dalam mengingat kembali materi yang telah
diulas dan dipelajari.
6
BAB 1
PENDAHULUAN
7
Maka dari itu untuk mengetahui cara pengolahan simplisia yang baik dan
benar dan agar zat aktif dalam tanaman berfungsi dan mencapai efek terapi
pada tubuh dan untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan
maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal.
Dan untuk memenuhi persyarata minimal tersebut, ada beberapa faktor yang
berpengaruh , antara lain adalah :
1. Bahan baku simplisia.
2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku
simplisia.
3. Cara penepakan dan penyimpanan simplisia.
1.2 Tujuan Penulisan
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan merupakan bahan yang
dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan atau mineral. Simplisia telah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia yang digunakan sebagai bahan dasar obat tradisional tanpa zat
kimia. Simplisia juga dikenal sebagai obat herbal atau alami sehingga
memiliki sedikit efek samping atau bisa terbilang aman.
Sedangkan tumbuhan obat atau yang biasa dikenal dengan obat herbal
adalah sediaan obat baik berupa obat tradisional , fitofarmaka dan farmasetika,
dapat berupa simplisi ( bahan segar atau yang dikeringkan ) ekstrak, kelompok
senyawa atau senyawa murni berasal dari alam, yang dimaksut dengan obat
alami adalah obat asal tanaman. Tetapi tidak semua tumbuhan mengandung
obat
Jenis Simplisia :
a. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman.
b. Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh , bagian
hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
c. Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Pembahasan kita kali ini berfokus kepada simplisia nabati.
9
Adapun macam-macam simplisia nabati dapat berasal dari bagian tumbuhan,
antara lain:
a. Rimpang (rhizoma)
Rimpang merupakan batang dan daun yang terdapat di dalam tanah,
bercabang-cabang, dan tumbuh tunas yang muncul ke atas tanah dan
menjadi tumbuhan baru. Contohnya yaitu : Kunyit, jahe, lengkuas dan
kencur adalah beberapa contoh jenis rimpang yang biasa dijadikan
simplisia.
b. Akar (radix)
Akar adalah bagian tumbuhan yang terdapat dalam tanah. Menurut
bentuknya, akar dibedakan menjadi 2 macam yaitu akar tunggang dan
akar serabut. Akar untuk simplisia bisa dari tanaman rumput, perdu,
atau tanaman berkayu keras. Simplisia akar dikumpulkan ketika proses
pertumbuhannya terhenti. Contoh akar yang kerap dijadikan simplisia
adalah Akar wangi dan Ginseng.
c. Kayu (Lugnum)
Kayu yang biasa digunakan sebagai simplisia merupakan kayu
tanpa kulit. Pemotongan kayu biasanya dilakukan miring sehingga
permukaan menjadi lebar. tetapi juga terkadang berupa serutan kayu.
Contohnya yaitu kayu cendana dan kayu nangka.
e. Biji (Semen)
Biji biasanya dikumpulkan dari buah yang sudah matang. Contoh
bagian biji yang digunakan sebagai simplisia adalah biji kopi, biji
mahoni, dan biji kemangi atau sering disebut selasih.
10
f. Buah (fructus)
Buah untuk simplisia biasanya dikumpulkan setelah buah matang.
Contoh buah yang biasa dijadikan simplisia adalah buah mengkudu dan
buah ketumbar.
g. Bunga (flos)
Bunga yang digunakan sebagai simplisia dapat berupa bunga
tunggal atau bunga majemuk. Contoh bunga yang biasa dijadikan
simplisia adalah bunga melati dan bunga cengkeh.
h. Daun (folium)
Daun adalah jenis simplisia yang paling sering digunakan dalam
pembuatan obat herbal. simplisia daun bisa derupa daun segar atau
kering, bisa juga berupa pucuk daun seperti teh dan daun tua seperti
daun salam.
i. Herba (herba)
Herba merupakan seluruh bagian dari tanaman obat mulai dari
akar, batang, daun, bunga, dan buah yang berasal dari tanaman jenis
terna yang bersifat herbaceus. Contohnya yaitu sambiloto, ganja, dan
herba serpili.
11
3. Simplisia pada proses pembuatan memerlukan air
Pati dan sebagainya pada proses pembuatanya memerlukan air, dan air yang
digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga.
4. Simplisia yang dibuat dengan fermentasi
Simplisia yang diproses dengan cara fermentasi atau pengawetan prosesnya
harus dilakukan secara seksama dan tetap diperhatikan agar tidak terjadi
kesalahan dan zat aktifnya tida terurai.
12
pencucian, bahan dibolak-balik untuk memisahkan kotoran yang menempel
atau terikut dalam bahan.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan kotoran lain yang
melekat pada bahan simplisia. Proses ini dilakukan dengan menggunakan
air bersih (standar air minum), air dari sumber mata air, air sumur, atau air
PDAM. Khusus untuk bahan yang mengandung senyawa aktif yang mudah
larut dalam air, pencucian dilakukan secepat mungkin (tidak direndam).
Pencucian dilakukan secara cermat terutama untuk bahan simplisia yang
berada di dalam tanah atau dekat dengan permukaan tanah, misalnya
rimpang, umbi, akar, dan batang yang merambat, serta daun yang melekat
atau dekat dengan permukaan tanah. Pencucian sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan air mengalir agar kotoran yang terlepas tidak menempel
kembali.
Pencucian bahan simplisia dalam jumlah besar akan lebih efektif bila
dilakukan dalam bak bertingkat yang menerapkan konsep air mengalir.
Kotoran yang melekat pada bagian yang sulit dibersihkan dapat dihilangkan
dengan penyemprotan air bertekanan tinggi atau dengan disikat. Bahan
simplisia berupa akar, umbi, batang, atau buah dan biji dapat dilakukan
pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena
sebagian mikroba biasanya terdapat pada bagian permukaan bahan
simplisia, dan dengan proses pencucian saja amasih belum mampu
menghilangkan mikroba tersebut. Bahan yang telah dikupas dengan cara
yang tepat dan bersih, kemungkinan tidak perlu dicuci lagi.
c. Penirisan
Setelah bahan dicuci bersih, dilakukan penirisan pada rak-rak yang
telah diatur sedemikian rupa untuk mencegah pembusukan atau
bertambahnya kandungan air. Proses penirisan bertujuan untuk mengurangi
atau menghilangkan kandungan air di permukaan bahan dan dilakukan
13
sesegera mungkin setelah pencucian. Selama penirisan, bahan dibolak-balik
untuk mempercepat penguapan dan dilakukan di tempat teduh dengan aliran
udara cukup agar terhindar dari fermentasi dan pembusukan. Setelah air
yang menempel di permukaan bahan menetes atau menguap, bahan
simplisia dikeringkan dengan cara yang sesuai.
d. Pengubahan Bentuk
Beberapa jenis bahan baku atau simplisia seringkali harus diubah menjadi
bentuk lain, misalnya irisan, potongan, dan serutan untuk memudahkan
kegiatan pengeringan, penggilingan, pengemasan, penyimpanan dan
pengolahan selanjutnya. Selain itu, proses ini bertujuan untuk memperbaiki
penampilan fisik dan memenuhi standar kualitas (terutama keseragaman
ukuran) serta meningkatkan kepraktisan dan ketahanan dalam penyimpanan.
Pengubahan bentuk harus dilakukan secara tepat dan hati-hati agar tidak
menurunkan kualitas simplisia yang diperoleh.
Simplisia yang mengalami perubahan bentuk hanya terbatas pada
simplisia akar, rimpang, umbi, batang, kayu, kulit batang, daun dan bunga.
Perajangan bisa dilakukan dengan pisau yang terbuat dari stainless steel
ataupun alat perajang khusus untuk menghasilkan rajangan yang seragam.
Sedangkan untuk menghasilkan simplisia serutan dapat digunakan alat
penyerut kayu (elektrik) yang dapat diatur ukuran ketebalannya.
Semakin tipis ukuran hasil rajangan atau serutan, maka akan semakin cepat
proses penguapan air sehingga waktu pengeringannya menjadi lebih cepat.
Namun ukuran hasil rajangan yang terlalu tipis dapat menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya senyawa aktif yang mudah menguap, sehingga
mempengaruhi komposisi, bau, dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu,
untuk bahan simplisia berupa rimpang seperti jahe,temulawak, kunyit dan
sejenisnya harus dihindari perajangan yang terlalu tipis agar dapat
mencegah berkurangnya minyak atsiri. Selain itu, perajangan yang
terlalu tipis juga menyebabkan simplisia mudah rusak saat dilakukan
pengeringan dan pengemasan.
14
Ukuran ketebalan simplisia harus seragam tergantung pada bagian
tumbuhan yang diiris. Ketebalan irisan simplisia rimpang, umbi, dan akar ±
3 mm, sedangkan untuk bahan baku berupa daun dipotong melintang
dengan lebar daun ± 2 cm, dan kulit batang diiris dengan ukuran 2 x 2 cm.
pada umumnya rimpang diiris melintang, kecuali rimpang jahe, kunyit, dan
kencur dipotong membujur.
e. Pengeringan
Bahan tanaman jarang sekali digunakan dalam keadaan segar karena
mudah rusak dan tidak dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Bahan
segar umumnya hanya digunakan pada proses penyarian atau penyulingan
minyak atsiri ataupun untuk konsumsi sendiri dalam jumlah kecil.
Sedangkan untuk keperluan stok atau penyimpanan agar lebih praktis dan
tahan lebih lama, bahan perlu dikeringkan dan disimpan dalam bentuk
simplisia(kering).
Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air agar bahan simplisia
tidak rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama,
menghentikan reaksi enzimatis, dan mencegah pertumbuhan kapang, jamur,
dan jasad renik lain. Dengan matinya sel bagian tanaman, maka proses
metabolisme (seperti sintesis dan transformasi) terhenti, sehingga senyawa
aktif yang terbentuk tidak diubah secara enzimatik.
Proses pengeringan terbagi menjadi ada 2 (dua) macam, yaitu:
1. Pengeringan secara alamiah meliputi :
a) Panas sinar matahari langsung = Cara ini dilakukan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras, seperti kayu, kulit
kayu, biji, dan bahan tanaman yang mengandung senyawa aktif yang
relatif stabil. Kelebihan dari proses pengeringan ini adalah mudah
dan murah. Sedangkan kelemahannya adalah kecepatan
pengeringannya sangat tergantung pada kondisi cuaca.
15
b) Dengan diangin-anginkan = Proses pengeringan ini dilakukan untuk
mengeringkan bahan tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan
bagian tanaman yang mengandung senyawa aktif mudah menguap.
2. Pengeringan buatan menggunakan oven, uap panas, atau alat pengering
lainnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan
adalah suhu pengeringan, kelembapan udara, aliran udara, lamanya
pengeringan, dan luas permukaan bahan. Bila proses pengeringan telah
sesuai, diharapkan dapat terhindar dari face hardening, yaitu kondisi
dimana bagian luar bahan telah kering, namun bagian dalam bahan masih
basah. Suhu pengeringan tergantung pada bahan simplisia dan cara
pengeringan. Bahan simplisia umumnya dapat dikeringkan pada suhu ≤
60 °C. Pada umumnya proses pengeringan buatan akan menghasilkan
simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringannya lebih
merata dalam waktu relatif cepat, dan tidak dipengaruhi kondisi cuaca.
Proses pengeringan simplisia bertujuan untuk :
a) Mengurangi kadar air, sehingga simplisia tidak mudah terkontaminasi
oleh fungi atau jamur dan bakteri.
b) Menghentikan aktivitas atau kerja enzim.
c) Mengurangi atau mencegah perubahan kimia terhadap senyawa aktif.
f. Sortasi Kering
Prinsip kegiatan sortasi kering sama dengan sortasi basah, namun
dilakukan terhadap simplisia sebelum dikemas. Sortasi kering bertujuan
untuk memisahkan bahan-bahan asing dan simplisia yang belum kering
benar. dilakukan untuk menjamin bahwa simplisia benar-benar bebas dari
bahan asing.
16
pengangkutan, distribusi, dan penyimpanan dari gangguan luar, seperti
suhu, kelembapan, cahaya, pencemaran mikroba, dan adanya serangga atau
hewan lainnya. Bahan pengemas harus kedap air dan udara, serta dapat
melindungi simplisia dari berbagai gangguan.
Setelah simplisia dikemas dalam wadah atau kemasan, maka dapat
dilakukan pemberian label atau etiket. Label tersebut harus menunjukkan
informasi simplisia yang jelas, meliputi nama ilmiah tanaman obat, asal
bahan (lokasi budidaya), tanggal panen, dan tanggal simpan, berat simplisia,
dan status kualitas bahan.
h. Penyimpanan
Simplisia yang telah dikemas dan diberi label, kemudian disimpan dalam
gudang yang telah dipersiapkan dengan berbagai pertimbangan. Tujuan
penyimpanan
adalah agar simplisia tetap tersedia setiap saat bila diperlukan dan sebagai
stok bila hasil panen melebihi kebutuhan.
Proses ini merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas fisik dan
kestabilan kandungan senyawa aktif, sehingga tetap memenuhi persyaratan
mutu yang ditetapkan.
17
mutunya dan apabila kedapatan penurunan mutu maka perlu dilakukan
pergantian simplisia yang baru.
Secara umum, simplisia yang tidak memenuhi syarat seperti kekeringan,
ditumbuhi kapang, mengandung lendir, sudah berbau dan berubah warna,
berserangga atau termakan serangga harus dilakukan pemusnahan atau
penarikan kembali simplisia yang tidak layak pakai atau jual. Untuk itu wajib
dilakukam pemeriksaan setiap jangka waktu tertentu agar mutu simplisia
yang diperjualbelikan tetap terjaga. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
organoleptik, makroskopik, mikroskopik atau dengan cara kimia. Beberapa
jenis simplisia tetentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu secara
biologi.
Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik dilakukan dengan
menggunakan indera manusia dengan cara mengamati bentuk, warna dan bau
simplisia. Ada kalanya membutuhkan alat optik berupa kaca pembesar
maupun mikroskop. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan
dengan pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan
mengamati ciri-ciri anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian
simplisia dan pemeriksaan untuk menetapkan mutu berdasarkan senyawa
aktif.
Cara mencegah kerusakan simplisia pada penyimpanan, terutama adalah
memperhatikan dan menjaga kekeringan. Untuk itu pembungkusan dan
pewadahan simplisia harus disesuaikan dengan sifat fisika dan kimia dari
simplisia tersebut.
Simplisia yang dapat menyerap uap air/ udara, dimasukkan atau dibungkus
dalam wadah yang rapat, jika perlu dalam wadah yang diberi kapur tohor
untuk bahan pengering. Simplisia yang pada saat penerimaan belum cukup
bersih, dicuci dengan air bersih, dikeringkan sampai cukup kering, dibungkus
atau dimasukkan dalam wadah yang sesuai baru disimpan dalam gudang
simplisia.
18
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah :
a) Gudang harus terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya ataupun
penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik.
b) Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau kemungkinan
masuk air hujan.
c) Suhu gudang tidak melebihi 300ºC.
d) Kelembaban udara sebaiknya diusahakan serendah mungkin (650ºC) untuk
mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat
memacu pertumbuhan mikroorganisme sehingga menurunkan mutu bahan
baik dalam bentuk segar maupun kering.
e) Masuknya sinar matahari langsung menyinari simplisia harus dicegah.
f) Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan
simplisia yang disimpan harus dicegah
Cara penyimpanan simplisia harus memenuhi kaidah first in first out, yaitu
simplisia yang disimpan lebih awal harus digunakan terlebih dahulu. Simplisia
dapat disimpan di tempat dengan suhu kamar (15-30 °C), tempat sejuk (5-15 °C),
atau tempat dingn (0-5 °C), tergantung pada sifat dan ketahanan simplisia.
Dengan melakukan pengelolaan pasca panen secara tepat, diharapkan dapat
menjaga mutu simplisia yang dihasilkan. Secara umum, pengelolaan pasca panen
tanaman obat dapat:
a) Mencegah terjadinya perubahan fisiologis bahan
b) Mencegah timbulnya gengguan mikroba pathogen
c) Mencegah kerusakan penyimpanan akibat gangguan hama
d) Mengurangi kehilangan atau kerusakan fisik akibat proses panen dan
pengangkutan
19
2.4 Latihan Soal
1. Simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman
disebut simplisia……
A. Hewani B. Nabati C. Mineral
2. Simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang dihasilkan dari hewan, disebut simplisia……
A. Hewani B. Nabati C. Mineral
3. Simplisia berupa pelikan atau mineral yang belum diolah, disebut simplisia
A. Hewani B. Nabati C. Mineral
4. Simplisia yang diproses dengan cara pengawetan agar zat aktif tidak terurai
merupakan simplisia yang dibuat dengan cara …..
A. Proses khusus B. Pengeringan C. Fermentasi
6. Simplisia ini biasanya dikumpulkan dari buah yang sudah matang yaitu
jenis simplisia….
A. Folium B. Cortex C. Semen
20
9. Pembuatan simplisia dengan proses khusus dilakukan dengan….
A. Penyulingan
B. Fermentasi
C. Pengeringan cepat
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun tetapi hanya dikeringkan. Simplisia
telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia yang digunakan sebagai
bahan dasar obat tradisional tanpa zat kimia.
2. Tahapan pembuatan simplisia meliputi :
a) Sortasi basah
b) Pencucian
c) Penirisan
d) Pengubahan bentuk
e) Pengeringan
f) Sortasi kering
g) Pengemasan dan Pemberian label
h) Penyimpanan
3. Cara memelihara mutu simplisia yaitu dengan terus melakukan pengecekan
simplisia menggunakan metode organoleptik, makroskopik, mikroskopik
atau dengan cara kimia. Beberapa jenis simplisia tetentu ada yang perlu
diperiksa dengan uji mutu secara biologi. Cara mencegah kerusakan
simplisia pada penyimpanan, terutama adalah memperhatikan dan menjaga
kekeringan. Untuk itu pembungkusan dan pewadahan simplisia harus
disesuaikan dengan sifat fisika dan kimia dari simplisia tersebut.
3.2 Saran
Agar mutu simplisia tetap terjaga dan berkualitas, apabila ada simplisia
yang rusak atau tidak memenuhi syarat perlu dilakukan penarikan kembali
dan pemusnahan sebelum diperjual belikan dan dikonsumsi
masyarakat.Tempat penyimpanan simplisia juga harus diperhatikan baik itu
dari segi ruangan, wadah penyimpanan, kelembaban udara maupun
kebersihan ruangan.
22
DAFTAR PUSTAKA
Paraga, B.D. 1983. Farmakognosi. Sekolah Menengah Farmasi Putra Indonesia: Malang,
Jawa Timur
Winarno,F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
23