Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK

BLOK 12 MODUL 1
OBAT BAHAN ALAM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4


AULIA FEBRI NINGROEM 1910016007

FRIESTIE NUR SURIAJI 1910016010

DILENIA RAHMATUNNISA 1910016014

DHEANNE PUTERI RAMDANI 1910016020

REA ARIESTY SARI 1910016033

ADRIEL HOTGOLDO PURBA 1910016042

MUHAMMAD REZWAN QHUZAIRI 1910016045

NUR ALYA NABILAH 1910016048

I NYOMAN BAGUS PUTRA WIRYAWAN 1910016054

M. YOGA ADI CHANDRA 1910016098

Tutor :

dr. Marwan, M.Kes., Sp. P

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kami selaku kelompok 4 dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Penyakit Neurologi dan Neoplasma Kulit” tepat pada waktunya. Laporan ini kami
susun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil kami.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah sehingga


terselesaikannya laporan ini, antara lain :

1. Dr. dr. Sjarif Iamail, M. Kes selaku penanggung jawab modul

2. dr. Marwan, M.Kes., Sp. P selaku tutor kelompok 4 yang telah membimbing kami
selama menjalani diskusi kelompok kecil (DKK) I dan II sehingga materi diskusi
dapat mencapai sasaran yang sesuai.

3. Teman - teman kelompok 4 yang telah menyumbang pemikiran dan tenaga sehingga
diskusi kelompok kecil (DKK) I dan II dapat berjalan dengan baik, serta dapat
menyelesaikan laporan diskusi kelompok kecil tepat waktu.

4. Dosen-dosen yang telah memberikan materi pendukung dan pembahasan sehingga


semakin membantu pemahaman kami terhadap materi ini.

5. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan


2019.

6. Kepada seluruh pihak yang turut membantu menyelesaikan laporan ini, baik saran
dan prasarana kampus yang kami pergunakan.

Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi kelompok kecil ini

Samarinda, 29 April 2021

Hormat Kami,

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR… ............................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN… .......................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang… ............................................................................................... 4

1.2 Tujuan ................................................................................................................ 4

1.3 Manfaat… .......................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 5

2.1 Skenario… ......................................................................................................... 5

2.2 Identifikasi Istilah… .......................................................................................... 5

2.3 Identifikasi Maslah….........................................................................................6

2.4 Analisis Masalah ................................................................................................ 6

2.5 Strukturisasi Konsep… ...................................................................................... 7

2.6 Learning Objective.............................................................................................8

2.7 Belajar Mandiri .................................................................................................. 8

2.8 Sintesis ............................................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 21

3.1 Kesimpulan… .................................................................................................. 21

3.2 Saran… ............................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA… ............................................................................................. 22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat bahan alam adalah bahan obat atau obat jadi yang bahan bakunya
berasal dari bahan alam seperti tumbuhan, hewan, atau mineral. Termasuk
didalamnya jamu, obat tradisional dan fitofarmaka.
Bahan alam Indonesia yang terdiri atas biota darat dan biota laut yang
pernah diteliti belum begitu banyak. Data dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) RI menyebutkan jumlah tumbuhan yang digunakan di dalam
obat tradisional tidak kurang dari seribu jenis. Penelitian obat bahan alam
dilakukan oleh pakar farmasi, kimia, farmakologi, biologi dan pertanian, dilakukan
di universitas, institut, intansi penelitian maupun industri obat tradisional. Dalam
hal ini, para pakar farmasi haruslah berada di barisan paling depan dan menjadi
acuan bagi pakar lain, karena pakar farmasi kecuali memang ahli di bidang obat,
juga menguasai kimia dan biologi bahan alam.

1.2 Tujuan

Tujuan adalah agar laporan ini berguna dalam pembelajaran dan sebagai
referensi bagi mahasiswa pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Selain itu tujuan khususnya adalah agar kami dapat mengerti mengenai bagaimana
memilih obat bahan alam yang aman.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan laporan ini adalah mahasiswa dapat mampu menjelaskan


apa- apa saja yang terkait dengan obat bahan alam mulai dari klasifikasi, cara
memilih obat bahan alam, dan juga bagaimana syarat meregistrasikan di BPOM.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

2.2 Identifikasi Istilah

1. Uji Klinis: Uji yang mengikutsertakan manusia sebagai sampel ujinya


2. Fitofarmako: obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik
3. Ramuan saintifikasi jamu: sebuah upaya dan proses pembuktian secara ilmiah
jamu melalui penelitian berbasis pelayanan kesehatan dan manfaat untuk
dikonsumsi baik pengobatan mandiri maupun dengan layanan kesehatan
4. Uji Tokosisitas: uji yang dilakukan untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada
system tubuh/biologi dan untuk memperoleh data dosis. Ada uji tokosisitas
kronik dan akut.
5. Uji Pra-klinik: suatu uji yang dilakukan pada hewan coba dan atau pada
bahan biologi lainnya seperti kultur jaringan dan kultur biakan kuman, dengan
tujuan untuk membuktikan kebenaran khasiat dan keamanan secara ilmiah
terhadap suatu bahan/zat yang d uji
6. Allopurinol: obat gol xanthine oxidase. Biasanya digunakan untuk menurunkan
asam urat(gout).tersedia dalam 100mg dan 300mg

5
2.3 Identifikasi Masalah

1. Mengapa asam uratnya tetap tinggi padahal sudah konsumsi allopurinol?


Bagaimana mekanisme kerja obat allopurinol terhadap asam urat?
2. Apakah testimoni dapat digunakan menjadi tolak ukur suatu obat dapat
dikonsumsi
3. Mengapa ayu meragukan produk jamu dalam scenario?
4. apa kelebihan dan kekurangan dari obat tradisional?
5. apakah benar obat herbal tidak punya efek samping?
6. Bagaimana cara cerdas memilih obat herbal yang aman digunakan?
7. Bagaimana cara pengecekan bpom dari suatu obat?
8. Langkah-langkah apa saja dalam melakukan uji klinis dan nonklinis?

2.4 Analisis Masalah

1. Karena kurang mengikuti anjuran pemakaian obat, dan juga pasien


mengkonsumsi seafood sehingga menaikan asam uratnya. mekanisme kerja
allopurinol adalah sebagai xanthine oksidase inhibitor untuk menghambat
pembentukan crystal uric acid.
2. Tidak bisa menjadi tolak ukur karena sifatnya tidak valid. Bisa saja testimoni
merupakan hal yang dibuat sendiri oleh produsen, atau orang yang melakukan
testimoni itu bekerja sama atau dibayar. Serta apabila memang testimoni itu
benar efeknya terhadap suatu orang itu jg blm bisa kita jadikan tolak ukur,
karena masing2 orang itu mempunya kecocokan atau ketidak cocokan masing-
masing. Jadi kita bisaa menggunakan suatu produk dengan mencari informasi
yang valid, ngecek bpom, cek kandungan, dan bisa dilihat dri kemasannya juga
3. Karena ayu merupakan konsumen smart, mencari dulu kode bpom, efek
samping, khasiat obat.
4. Kelebihan : obat herbal lebih murah dan lebih gampang ketersediaannya, efek
sampingnya sedikit
Kekurangan : tidak ada dosis yang valid, kurang regulasi keamanan karna masi
banyak obat herbal yang belum punya nomor bpom
5. Tetap mempunyai efek samping, tapi efek sampingnya kecil dan juga
berlangsung lama
6. BPOM Cek CLIKK:
Cek kemasaan, Cek label, Cek Izin Edar, Cek kedaluwarsa, Cek Khasiat
7. Lewat Online/Internet, lewat cekbpom.pom.go.id , cari berdasarkan nomor
registrasi, atau nama produk
8. Tahap pre klinik : dilakukan pada hewan, untuk mengetahui efek samping dan
keamanan obat, lalu masuk ke tahap klinik yang terbagi menjadi 3 fase. Fase 1
diberikan pada manusia yang sehat saja dan jumlah populasi yang sedikit.
Tujuan dari fase 1 adalah untuk mengetahui efek samping dan batas atas dan
bawah dosis. Lalu setelah fase 1 dilewati masuk ke fase 2. Fase 2 diberikan
pada populasi sedang dan campuran antara yang sakit dan yang sehat.

6
2.5 Strukturisasi Konsep

2.6 Learning Objective


1) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kriteria obat bahan alam.
2) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara memilih obat bahan alam
yang baik dan aman
3) Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagaimana syarat
meregistrasikan obat bahan alam di BPOM

2.7 Belajar Mandiri

Semua anggotak kelompok 4 belajar mandiri di rumah sesuai dengan


learning objective yang sudah di tetapkan.

2.8 Sintesis

LO. 1 Kriteria Obat Bahan Alam

KLASIFIKASI

Terdapat 3 obat bahan alam, dan dikelompokkan menjadi :


a. Jamu
a) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
b) Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
c) Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
b. Obat Herbal Terstandar
a) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
b) Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik.
c) Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
7
dalam produk jadi.
d) Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.
c. Fitofarmaka
a) Aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.
b) Klaim khasiat dibuktikan secara uji klinik.
c) Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi.
d) Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku.

Terdapat jalan menuju pembuktian yang bertahap, diawali dari


jamu hingga menjadi fitofarmaka. Berawal dari jamu, sediaan simplisia,
keamanan dan khasiat terdata secara empiris, dan sudah digunakan di
masyarakat melewati 3 generasi atau kurang lebih selama 180 tahun.
Setelah itu, 1 bulan hingga 1 tahun dapat berubah menjadi obat herbal
terstandarisasi.
Jamu dapat berubah menjadi obat herbal terstandarisasi dengan
dilakukannya uji pre-klinis kepada hewan, yaitu uji non in vitro, uji
eksperimental in vivo, uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik, dan uji
toksisitas khusus. Sediaan juga berupa ekstrak dari bahan dan proses yang
terstandarisasi. Setelah itu obat herbal terstandarisasi dapat berubah
menjadi fitofarmaka dalam waktu 3 sampai 20 tahun. (Kepala BPOM,
2014b)
Obat herbal terstandarisasi menjadi fitofarmaka, dilakukan konversi
dosis pada hewan kepada dosisi aman bagi manusia untuk mengetahui
kesamaan efek pada hewan dan manusia. Untuk pembuktian, dilakukan
uji klinik, yaitu terdapat 4 fase uji klinik yang harus dilewati agar bisa
menjadi fitofarmaka. (Kepala BPOM, 2014a)

Pengelompokkan Obat Bahan Alam Indonesia:


Pasal 1:
1. Yang dimaksud dengan Obat Bahan Alam Indonesia adalah Obat Bahan
Alam yang diproduksi di Indonesia;
2. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi :
a. Jamu b. Obat Herbal Terstandar c. Fitofarmaka
Tentang Jamu:
Pasal 2:
1. Jamu harus memenuhi kriteria: a. Aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris c.
Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan jenis pembuktian tradisional dan
tingkat pembuktiannya yaitu tingkat pembuktian umum dan medium
3. Jenis klaim penggunaan harus diawali dengan kata- kata: " Secara tradisional
digunakan untuk ...", atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran.
Pasal 5:
8
1. Kelompok jamu sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir a untuk
pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan tulisan "JAMU"
sebagaimana contoh terlampir
2. Logo sebagaimana dimaksud ayat (1) berupa "RANTING DAUN
TERLETAK DALAM LINGKARAN", dan ditempatkan pada bagian atas
sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur
3. Logo (ranting daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo
4. Tulisan "JAMU" sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus jelas dan
mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan "JAMU"
Pasal6:
Produk obat bahan alam kelompok jamu telah memperoleh izin edar sebelum
keputusan ini ditetapkan masih diperbolehkan menggunakan penandaan dengan
logo lama.
Tentang Obat Herbal Terstandar (OHT)
Pasal 3:
1. Obat Herbal Terstandar harus memenuhi kriteria: a. Aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra
klinik c. Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan
dalam produk jadi Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian yaitu tingkat
pembuktian umum dan medium.
Pasal 7:
1. Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir b harus
mencantumkan logo dan tulisan "OBAT HERBAL TERSTANDAR"
sebagaimana contoh terlampir
2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa" JARI-JARI DAUN (3
PASANG) TERLETAK DALAM LINGKARAN", dan ditempatkan pada
bagian atas sebelah kiri dari wadah/ pembungkus/ brosur.
3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas warna putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo.
4. Tulisan "OBAT HERBAL TERSTANDAR" yang dimaksud pada ayat (1)
harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar
warna putih atau warna lain yang mencolok kontras dengan tulisan "OBAT
HERBAL TERSTANDAR".
Tentang Fitofarmaka:
Pasal 4:
1. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria : a. Aman sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan b. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/ pra klinik c.
9
Telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi d. Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku
2. Jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat pembuktian medium dan
tinggi.
Pasal 8:
1. Kelompok Fitofarmaka sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 butir c harus
mencantumkan logo dan tulisan "FITOFARMAK" sebagaimana contoh
terlampir.
2. Logo sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa "JARI-JARI DAUN
(YANG KEMUDIAN MEMBENTUK BINTANG) TERLETAK DALAM
LINGKARAN", dan ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/
pembungkus/ brosur
3. Logo (jari-jari daun dalam lingkaran) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicetak dengan warna hijau di atas dasar putih atau warna lain yang
menyolok kontras dengan warna logo
4. Tulisan "FITOFARMAKA" yang dimaksud pada ayat (1) harus jelas dan
mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna putih atau
warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan "FITOFARMAKA".
Pasal9:
Semua ketentuan mengenai persyaratan dan penandaan obat bahan alam tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan keputusan ini.

LO. 2 Cara Memilih Obat Bahan Alam


Maraknya peredaran obat tradisional (herbal) illegal di Indonesia telah
merugikan banyak pihak. Konsumen misalnya, mereka bisa menderita penyakit
yang lebih parah jika mengonsumsi obat yang salah ataupun dosis yang tidak
tepat. Kemasan obat tradisional memiliki aturan-aturan yang jelas dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
BPOM menyimpulkan bahwa :
• Obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat merupakan ancaman bagi
kesehatan masyarakat, masyarakat dapat menelusuri obat tradisional yang
akan disonsumsinya dengan aplikasi Cek BPOM atau aplikasi BPOM public
warning dari smart phone android.
• Masyarakat harus pandai memilih obat tradisional yang aman dengan slogan
Cek KLIK (Cek Kemasan, Label, Ijin Edar, dan Kadaluarsanya).

Berikut poin – poin yang bisa kita gunakan sebagai tolak ukur atau cara cerdas
dalam memilih OBA (Obat Bahan Alam) sebelum mengkonsumsinya :
a. Merk
Sebuah produk herbal harus memilki merk/penamaan. Merk dengan
menggunakan nama bahan baku produk tetap bisa didaftarkan ke BPOM.
Namun akan menjadi masalah ketika merk tersebut akan dipatenkan ke Dirjen
10
Haki, karena pematenan produk tidak boleh menggunakan suatu nama
general, harus membuat nama/kata baru yang berbeda.
b. Ilustrasi
Ilustrasi sebagai pemanis, BPOM umumnya mentolerir penggunaan ilustrasi
seperti gambar tumbuhan dan simbol-simbol yang tidak dilarang (berkaitan
dengan produk herbal). Tetapi tidak bisa ditolerir menggunakan gambar-
gambar seperti bagian tubuh manusia, gambar virus/bakteri.
c. Khasiat
Untuk memudahkan konsumen melihat dan memahami khasia suatu produk
herbal, kadang khasiat dicantumkan di bagian depan kemasan.
d. Nomor Registrasi
Nomor registrasi / pendaftaran untuk jenis obat herbal terdiri dari 9 digit dan
diawali dengan POM TR. Badan POM mengeluarkan 1 nomor registrasi
untuk 1 item produk.
e. Logo obat herbal / jamu
Logo wajib dicantumkan. BPOM membuat aturan logo di bagian kiri atas.
Penggunaan warna logo tidak bisa diubah, standar yang digunakan adalah
warna hijau tua. Obat herbal memiliki 3 tingkatan, pertama adalah Jamu,
kedua Obat Herbal Terstandar, ketiga Fitofarmaka. OHT dan Fitofarmaka
memilki logo yang berbeda dengan jamu. Kedua level ini merupakan level
lanjutan yang mana produk suatu herbal harus memilik kriteria-kriteria
tertentu.
f. Produsen
Produsen obat herbal harus dicantumkan di kemasan produk. Hal ini agar
memudahkan konsumen mengenali suatu perusahaan dalam memproduksi
obat. Untuk perusahaan sendiri hal ini untuk membangun citra perusahaan
dan produknya.
g. Komposisi produk
Obat herbal yang mengandung satu atau beberapa racikan bahan obat. aturan
penulisannya menggunakan nama latin bahan dan mencantumkan jumlah
berat masing-masing bahan.
h. Peringatan / perhatian
Pencatuman peringatan / perhatian hanya perlu dicantukan di beberapa
produk seperti produk tekanan darah, diabetes, dan lain-lain.
i. Netto / isi
Pencantuman netto perlu untuk memberikan informasi yang kaitannya dengan
dosis pemakaian.
j. Khasiat produk (inti)
Khasiat yang dicantumkan harus sama dengan sertifikat yang diberikan oleh
BPOM. Khasiat ini tidak boleh dilebih-lebihkan / dramatis.

11
k. Cara penyimpanan
Obat herbal yang memiliki standar tertentu dalam hal penyimpanan. Hal ini
bertujuan agar kandungan produk tidak mudah kadaluwarsa.
l. Dosis
Dosis unutk pengobatan berbeda dengan pencegahan. Dosis yang berlebihan
akan menimbulkan efek samping.
m. Nomor Produksi dan Expired Date
Pencantuman kode produksi diperlukan untuk produsen maupun konsumen
untuk mempermudah pengecekan tanggal produksi, atau pengajuan complaint
dari konsumen atas ketidakpuasaan isi produk. Tanggal kadaluwarsa harus
dicantumkan tujuanya untuk memudahkan konsumen dalam menentukan
pilihan produk yang akan dikonsumsi
n. Logo halal
Logo halal sangat penting, bagi beberapa konsumen terutamanya orang
Indonesia yang mempunya sikap mementingkan kehalalan suatu produk
menjadikan logo penting untuk dicantumkan.

LO 3. Syarat Registrasi Obat Bahan Alam di BPOM


• Registrasi Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan menggunakan sistem
registrasi berbasis aplikasi on line www.asrot.pom.go.id/asrot
• Untuk semua jenis registrasi tidak memerlukan hardcopy kecuali registrasi
akun perusahaan dan registrasi produk baru high risk

12
Prosedur Registrasi Obat Tradisional

Alur Registrasi Obat Tradisional Sesuai dengan Online Single Submission

13
Syarat Registrasi Obat Bahan Alam diatur dalam :

UU No. 39 Tahun 2009 Kesehatan


PERMENKES No. 007 tahun Registrasi Obat Tradisional
2012
Keputusan Kepala Badan Kriteria dan Tata Laksana
Pengawas Obat dan Makanan Pendaftaran Obat Tradisional,
RI No. HK. 00.05.41.1384 tahun Obat Herbal Terstandar, dan
2005 Fitofarmaka
Keputusan Kepala Badan Ketentuan Pokok
Pengawas Obat dan Makanan Pengelompokan Dan
RI No. HK.00.05.4.2411 tahun PenandaanObat Bahan Alam
2004 Indonesia
Peraturan Kepala Badan POM Persyaratan Mutu Obat
No. 12 tahun 2014 Tradisional
Peraturan Presiden No. 32 Jenis dan Tarif Atas Jenis
Tahun 2017 Penerimaan Negara Bukan
Pajak
Peraturan BPOM No. 26 tahun Pelayanan Perizinan Berusaha
2018 Terintegrasi Secara Elektronik
sektor Obat dan Makanan
Peraturan BPOM No. 27 tahun Standar Pelayanan Publik di
2018 Lingkungan BPOM

Larangan Dalam Obat Tradisional


• Etil alkohol dengan kadar > 1% , kecuali bentuk tingtur yang pemakaiannya
dengan pengenceran dalam bentuk COD .
• Bahan kimia obat
• Narkotika atau psikotropika
• Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan/ atau berdasarkan
penelitian membahayakan kesehatan.
• Menggunakan tumbuhan dan atau hewan yang dilindungi
• Solat phycocyanin(spirulina)
• Anethol(oleum foeniculi) = minyak telon
• Terpineol = bahan aktif sintetik yang bersifat iritan

14
Bahan Yang Dilarang Digunakan (Negative List) Sesuai Lamp 14 Perka
BPOM No. HK.00.05.41.1384 dan Lamp. 3 Kepka BPOM No.
HK.00.05.23.3644

Bentuk Sediaan Yang Dilarang di Obat Tradisional


• Intravaginal
• Tetes mata
• Parenteral
• Supositoria, kecuali untuk wasir.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan laporan diatas, kelompok kami dapat menyimpulkan beberapa


hal yaitu :
Obat Bahan Alam Indonesia, obat bahan alam Indonesia dikelompokan
menjadi 3 jenis berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan
tingkat pembuktian khasiat: Jamu Jamu atau obat tradisional adalah bahan atau
ramuan bahan berupa tumbuhan, unsur hewani, mineral, sediaan sarian (galenik),
atau campuran dari bahan-bahan tersebut. Suatu ramuan bahan alam dapat
digolongkan sebagai jamu jika memenuhi beberapa kriteria seperti pembuktian
khasiat berdasarkan data empiris (pembuktian berdasarkan pengalaman turun
temurun), aman dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BPOM.

3.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah seluruh mahasiswa fakultas
kedokteran mempelajari modul ini karena obat bahan alam adalah obat tradisonal
yang banyak manfaatnya manfaat dari obat herbal tergantung dari apa jenis
tumbuhannya, karena kandungan tiap jenis tumbuhan berbeda. Salah satu
tumbuhan memiliki kandungan yang mirip tetapi efeknya yang sangat
berbedaadalah manggis. Pada tanaman ini terdapat senyawa yang
bernama mangosteen, dengan sedikit perbedaan struktur dapat memiliki efek
berbeda tergantung jenis senyawa apa yang dominan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kepala BPOM. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan


Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan
Pokok Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia. ,
(2004).
Kepala BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji
Klinik Obat Herbal. , Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia § (2014).
Kepala BPOM. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pedoman Uji
Toksisitas Nonklinik Secara in Vivo. , Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia § (2014).
Badan POM. https://www.pom.go.id/new/view/more/artikel/15/CARA-
CERDAS-MEMILIH-OBAT-TRADISIONAL-YANG-AMAN.html
Pelayanan rgistrasi obat tradisional sesuai OSS. 2019. Direktorat
Registrasi obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik.

Peraturan BPOM No.HK 00.05.41.1384 tanggal 2 Maret 2005 tentang


Kriteria dan tata laksana pendaftaran obat tradisional, OHT
dantofarmaka.

17

Anda mungkin juga menyukai