Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 12 MODUL 2
OBA 2

KELOMPOK 9
YUNITA NIM.1810015065
DHARMA PUTRA NIM.1910016065
MUHAMMAD RAJA MARZUQI BAKHTIAR NIM. 1910016088
GRACE ANGELINA NIM. 1910016063
DIFASHA AMANDA SALIM NIM. 1910016034
PASILAN, FEDRA ZEFANYA MENING NIM. 1910016094
LATHIFA NUR ISLAMI B. HAZAMI NIM. 1910016081
ALDA ADIYATI WIYANA NIM. 1910016060
REHUELLAH ZIVORA TANDIROGANG NIM. 1910016073
AYUB AGUS TOLOLIU NIM. 1910016084
NADIA RAHMA SARITA NIM. 1910016056

Tutor :
Dr. dr. Yadi, M. Si
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan yang
berjudul “OBA 2” tepat pada waktunya. Laporan ini kami susun dari berbagai
sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya laporan ini, antara lain :
1. Dr. dr. Yadi, M. Si selaku tutor kelompok 9 yang telah membimbing kami
dalam menyelesaikan diskusi kelompok kecil (DKK).
2. Teman-teman kelompok 9 yang telah menyumbangkan pemikiran dan
tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan
dengan baik, serta dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok
kecil (DKK).
3. Teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
angkatan 2019 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu
per satu.
Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun laporan ini
sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil
diskusi kelompok kecil (DKK) ini.

Samarinda, 05 Mei 2021

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Tujuan..................................................................................................................1
C. Manfaat................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN..................................................................................................... 2
A. Skenario .................................................................................................... 2
B. STEP 1: Klarifikasi Istilah................................................................................. 3
C. STEP 2: Identifikasi Masalah.............................................................................3
D. STEP 3: Analisa Masalah.................................................................................. 3
E. STEP 4: Strukturisasi Konsep............................................................................ 5
F. STEP 5: Learning Objectives............................................................................. 6
G. STEP 6: Belajar Mandiri....................................................................................6
H. STEP 7: Sintesis..................................................................................................6
BAB III................................................................................................................. 17
PENUTUP.............................................................................................................17
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................17
3.2 Saran……………............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan alamnya,
tak heran jika masyarakat banyak menggunakan tumbuh-tumbuhan tersebut
dikehidupan sehari-harinya mulai dari bahan makanan, alat rumah tangga,
hingga dipercaya menjadi pengobatan yang efektif untyk menyembuhkan
berbagai macam penyakit.
Pengobatan Herbal merupakan hal yang sudah tidak asing lagi di telinga
masyarakat bahkan banyak dari masyarakat yang lebih memilih dan lebih
percaya terhadap pengobatan herbal dibandingkan obat obatan konvensional.
Hal ini bisa terjadi karena banyaknya stigma mengenai efek samping dari obat
herbal yang katanya lebih sedikit, dan lebih ampuh untuk menyembuhkan
berbagai penyakit, tetapi apakah hal tersebut sebenarnya benar.

B. Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis-jenis Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai bahan alam untuk
hiperurisemia.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan pelayanan kesehatan tradisional.

C. Manfaat
Manfaat dibuatnya laporan ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
tentang jenis-jenis obat modern asli Indonesia (OMAI), mengetahui tentang
bahan alam untuk hiperurisemia, dan mengetahui tentang pelayanan kesehatan
tradisional.

1
BAB 2
PEMBAHASAN
A. SKENARIO
Herbal untuk Layanan Kesehatan
Dalam suatu wawancara antara mahasiswa kedokteran tahun kedua dengan seorang
dokter yang bekerja di Yankestrad Integrasi yang ada di Fakultas.
Mahasiswa: Selamat pagi dok, selamat pagi dok, saya mau konsultasi permasalahan ibu
saya menderita asam urat, bolehkah dok??
Dokter : Silakan, apakah ada keluhan dengan asam uratnya?
Mahasiswa: Tidak ada dok, hanya asam uratnya selalu tinggi setahun ini padahal sudah
dihindari makanan yang dapat meningkatkan asam urat. Hasil general cek
up kemarin semua bagus, hanya hasil laboratorium asam uratnya 10 mg/dl.
Hasil asam urat ini berkisar 10 sd 11 mg/dl, selalu tinggi dalam tiga kali
pemeriksaa rutin setiap bulan, tapi ibu saya tidak mau konsumsi obat, hanya
mau herbal saja. Herbal apa yang bisa dikonsumsi ?
Dokter : Sebenarnya pasien nya harus diwawancara mendalam dan dilakukan
pemeriksaan fisik, tetapi karena anda mahasiswa kedokteran sudah tahun
kedua pertengahan, mungkin sudah dilakukan wawancara dan pemeriksaan
fisik pada ibu dan pengecekan hasil general check up semua dalam batas
normal selain asam urat yang tinggi.
Mahasiswa: Ia dok semua kondisinya bagus saja tidak ada keluhan juga.
Dokter : Apakah mau sediaan godokan atau bentuk modern dalam bentuk kapsul yang
sudah jadi atau mau membuat sendiri herbalnya?
Mahasiswa: Kalau saya mau buat sendiri herbalnya, apa nama herbalnya dok?
Dokter : Sidaguri atau anting-anting, dosisnya bisa anda lihat di Formularium Obat
Herbal Asli Indonesia Tahun 2016.
Mahasiswa: Bentuk modern seperti apa dok?
Dokter : Ada dalam bentuk ramuan saintifikasi jamu asam urat dalam bentuk godokan
atau kapsul yang ada dalam informatorium OMAI.
Mahasiswa: Terimakasih dok, nanti saya tanyakan dulu ke Ibu, nanti saya konsultasi lagi
ya dok sambil membawa ibu saya ke klinik ini, beliau pasti senang sekali
karena bisa diobati dengan herbal.

2
Dokter : Ok, dibaca dulu ya referensinya sambil belajar, semoga anda tercerahkan juga
untuk pengobatan secara herbal disamping obat konvensional.

B. STEP 1 : KLARIFIKASI ISTILAH


1. Sediaan godokan : sediaan yang direbus baik aslinya kering maupun basah
2. OMAI : obat modern asli Indonesia yang merupakan informasi tentang obat alam
yang sudah terstandarisasi. Meliputi juga tentang bagaimana bahan baku obat
sudah diketahui khasiatnya. Asli dari kekayaan Indonesia
3. Sidaguri : jenis tanaman obat yang terbukti secara ilmiah mengobati asam urat dan
malaria. Jenis tanaman liar yang tumbuh di daerah beriklim di indonesia.
4. Formularium obat herbal asli indonesia : suatu panduan yang berisi informasi dari
berbagai jenis tumbuhan di Indonesia yang sudah terbukti secara empiris
5. Yankestrad: pelayanan kesehatan tradisional. Perawatan dan obat yang mengacu
pada pengalaman empiris atau turun temurun.terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
empiris, komplementer dan integrasi.

C. STEP 2 : IDENTIFIKASI MASALAH


1. Apakah obat yang ada (sidaguri/anting anting) merupakan obat umum yang sudah
diketahui dikalangan masyarakat?
2. Kandungan apa yang ada pada sidaguri untuk mengobati asam urat?
3. Apakah sidaguri memiliki efek samping setelah dikonsumsi?
4. Apakah selain sidaguri ada alternatif lain yang dapat digunakan?
5. Pengobatan herbal disamping obat konvensional maksudnya bagaimana?
6. Apakah yang menyebabkan mengapa ibu lebih memilih obat herbal dibanding
konvensional?
7. Apa kelebihan dan kekurangan dari sediaan godokan dan modern?

D. STEP 3 : ANALISA MASALAH


1. Jika sediaannya masih berbentuk simplisia bisa saja masyarakat sudah banyak
mengetahuinya daripada dari bentuk kapsulnya. Obat sidaguri belum begitu
umum dikalangan masyarakat.
2. Dibagian daun ada etanol tanin, alkaloid ,dan plavonoid yang digunakan pada
asam urat, untuk ethanol digunakan untuk anti inflamasi. Kandungan yang khas

3
dari sidaguri adalah plavanoid rimbifolin yang ada pada bagian daunnya yang
menghasilkan inhibitor xantine oxide yang mengurangi asam urat hingga 55%.
Dan juga dapat digunakan untuk anti radang yang mencegah penumpukkan kristal
pada persendian.
3. Herbal jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih dan tidak sesuai indikasi dapat
menimbulkan efek samping. Tetapi dalam penelitian lebih lanjut efek sidaguri ini
belum ditemukan. Sidaguri dapat menyebabkan penurunan dari otot jantung dan
otot skeletal dan juga dapat menurunkan kreatinin. Pada saat penelitian sidaguri
dalam jumlah tinggi pada tikus dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal.
4. Selain sidaguri obat lain yang dapat meredakan asam urat yaitu jahe biasa dan juga
jahe merah , pada jahe mengandung 3 zat aktif yang berfungsi sebagai anti
infalamasi selain itu juga ada kunyit(zat kurkumin) dan juga cuka apel dan daun
seledri. Jinten hitam atau habbatusauda yang sudah banyak digunakan
kandungannya ada asam amino ,protein, dan kalsium. Tanaman kumis kucing
yang memiliki efek diuretik yang dapat menurunkan kadar asam urat. Ramuan
berdasarkan asal atau daerah yang mengkombinasikan obat yang dapat
menurunkan kadar asam urat dengan baik seperti daun salam. Salah satu referensi
ada anting anting yaitu tanaman yang digunakan akarnya namun efeknya kurang
daripada allupurinol dan memiliki efek samping pada saluran pencernaan atau
iritasi pada lambung. Adapula teh hijau mempunyai kandungan EGCG berfungsi
pencegah molekul yang menyebabkan inflamasi yang juga dapat digunakan pada
asam urat, karena teh hijau memiliki polifenol, vit. C, vit. E yang dapat
mengurangi asam urat. Bawang putih, karena bawang putih memiliki kandungan
antioksidan dan juga ada jaruk nipis yang mengandung vit.C. kayu sechang yang
dapat mengontrol asam urat.
5. Mahasiswa harus memahami obat obatan tradisional disamping obat obatan
konvensional. Pengobatan bukan hanya secara konvensional namun adapula
pengobatan lainnya seperti herbal. Sebenarnya obat herbal memiliki efek yang
sama dengan obat konvensional, seperti kandungan ibuprofen pada obat
konvensional yang sudah sering digunakan. Obat herbal bisa dipikirkan lagi agar
tidak dijadikan obat utama dalam pengobatan. Dari skenario pertanyaan ini
menjurus pada obat yang digunakan sebagai komplementer atau obat pelengkap.
Pelayanan kesehatan dibagi menjadi 2 : Komplementer sebagai pelengkap/

4
pengganti yang mana ini digunakan bersamaan obat konvensional. Digunakan
sebagi obat alternatif yaitu sebagai pengganti obat konvensional
6. Karena stigma/kepercayaan maupun tradisi masyarakat yang membuat obat
konvensional memiliki banyak kontraindikasi yang membuat masyarakat lebih
memilih obat obatan herbal dibanding konvensional. Selain itu cara pembuatan
pada obat herbal lebih mudah. Kandungan dan proses pembuatan pada obat
konvensional sangat banyak perbedaannya dengan obat herbal. Juga pada banyak
orang sering terjadi ketidakcocokan obat sehingga banyak masyarakat yang
memilih obat herbal. Selain itu pengetahuan terhadap obat herbal masih kurang
yang menyebabkan banyaknya ketidaktahuan terhadap efek sampingnya. Obat
herbal : murah, gampang dibuat/cari. Obat konvensional : lebih gampang dicari,
banyak juga obat konvensional yang murah
7. Kelebihan : - godokan : tau komposisinya , lebih fresh
- modern : - mudah dibuat diracik
Kekurangan : - godokan : ribet karna harus mencari daun daunan untuk direbus
- Modern : tidak fresh, kebanyakan bau dan rasanya aneh

E. STEP 4 : STRUKTURISASI KONSEP

OBAT MODERN ASLI


INDONESIA

Jenis-Jenis

YANKESTRAD

5
STEP 5 : Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis-jenis obat modern asli
Indonesia
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang obat bahan alam untuk
hiperurisemia
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pelayanan kesehatan tradisional

F. STEP 6 : Belajar Mandiri


Setiap mahasiswa mencari masing-masing bahan belajar sesuai dengan
Learning Objective yang sudah disepakati.

G. STEP 7 : Sintesis
1. Jenis-jenis Obat Modern Asli Indonesia (OMAI)
OMAI terdiri dari Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka
(FF). OHT adalah sediaan obat bahan alam yang telah distandardisasi
bahan bakunya (bahan baku yang digunakan dalam produk jadi), telah
memenuhi persyaratan aman dan mutu sesuai dengan persyaratan yang
berlaku serta klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah/praklinik, sedangkan
FF adalah sediaan obat bahan alam yang telah distandardisasi bahan baku
dan produk jadinya, telah memenuhi persyaratan mutu sesuai dengan
persyaratan yang berlaku, status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan
secara ilmiah melalui uji klinik.
Kesadaran masyarakat Indonesia dalam menjaga kesehatan semakin
meningkat. Saat ini kebutuhan terhadap obat semakin besar, sehingga
diperlukan pilihan dari masyarakat tidak hanya produk sintetis tapi juga
produk bahan alam/ herbal. Penggunaan obat bahan alam asli Indonesia di
masyarakat tidak hanya bertujuan sebagai tindakan kuratif saja tapi juga
preventif, rehabilitatif dan paliatif suatu penyakit.
Saat ini, tercatat sudah terdaftar 62 produk OHT dan 25 produk FF di
Badan POM. Penggunaan produk OHT dan FF harus rasional, bijak, dan
tepat. Masyarakat dianjurkan untuk selalu membaca setiap informasi yang

6
tercantum pada penandaan/kemasan sebelum menggunakan produk, baik
itu informasi mengenai Khasiat, Peringatan/Perhatian, Kontra Indikasi,
Interaksi Obat dan Efek Samping. Pada keadaan tertentu seperti bila
sedang menggunakan obat-obatan lain atau bila memiliki kondisi tertentu
seperti hamil, anak-anak, lanjut usia, sebaiknya penggunaan produk
dikonsultasikan dengan tenaga kesehatan.

a. Kategori Obat Bahan Alam di Indonesia


Pelayanan kesehatan atau pengobatan tradisional Menurut
Undang-undang no 36 Tahun 2009 Pasal 1 angka 16, adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang
berlaku di masyarakat.
Salah satu jenis pengobatan tradisional adalah pengobatan ramuan
atau obat bahan alam, dan salah satu jenis pengobatan ramuan adalah
obat tradisional. Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2009 Pasal 1
angka 9, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik)
atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun-temurun telah
digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
Pelayanan kesehatan tradisional ramuan juga dikenal luas di
Indonesia sebagai Jamu dan secara empiris digunakan dalam upaya
promotif, preventif bahkan selanjutnya berkembang ke arah kuratif dan
paliatif. Selain sudah dalam bentuk jamu, maka berbagai tanaman obat
juga dikenal luas di negara kita sejak lama.
Penelitian berskala nasional terkait tanaman obat dikerjakan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan adalah Riset Tumbuhan Obat dan Jamu I (Ristoja) tahun
2012. Penelitian ini berhasil memperoleh data 1.889 spesies tumbuhan
obat, 15.671 ramuan untuk kesehatan, dan 1.183 penyembuh/ pengobat

7
tradisional dari 20% etnis (209 dari total 1.128 etnis) Indonesia non
Jawa dan Bali. Upaya ini perlu dilanjutkan dan dituntaskan agar seluruh
etnis dapat dicakup dan tercapai 100% etnis. Dari kacamata
internasional, WHO telah sepakat untuk memajukan pemanfaatan
pengobatan tradisional, CAM untuk kesehatan, wellness yang bersifat
people centered dalam pelayanan kesehatan dan mendorong
pemanfaatan keamanan dan khasiat pengobatan tradisional melalui
regulasi dan product, practice, and practitioners.
 Obat bahan alam (OBA) di Indonesia terbagi atas tiga kategori yaitu
jamu, obat herbal terstandar (OHT), dan Fitofarmaka (FF).
Perbedaan ketiga jenis obat bahan alam tersebut terletak pada tingkat
pembuktiaan keamanan dan kemanfaatannya.
 Jamu adalah obat tradisional yang keamanan dan kemanfaatannya
dibuktikan secara turun temurun (empiris).
 OHT adalah berasal dari jamu dimana riwayat keamanan dan
kemanfaatannya telah dibuktikan secara ilmiah melalui uji pra klinik
(uji toksisitas dan uji farmakodinamik), bahan baku terstandardisasi
dan diproduksi oleh IOT yang memiliki sertifikat CPOTB.
 FF adalah adalah OBA yang mana keamanan dan kemanfaatannya
telah dibuktikan secara ilmiah melalui uji praklinik dan uji klinik,
bahan baku dan produk jadi telah terstandardisasi, serta diproduksi
oleh IOT yang memiliki sertifikat CPOTB.

b. OHT dan FF di Indonesia dan Negara lain


Di negara lain, istilah OHT tidak dikenal, istilah OHT hanya ada
di Indonesia untuk jamu yang sudah melewati uji keamanan dan khasiat
pada hewan.
Istilah FF atau phytopharmaceuticals berasal dari bahasa yunani
yaitu kata phyto yang berarti tanaman/tumbuhan dan pharmacon yang
berarti obat, jadi secara harfiah FF adalah obat yang berasal dari
tanaman, dan pengobatan dengan menggunakan FF disebut sebagai

8
fitoterapi (phytotherapy. Istilah fitoterapi pertama kali diperkenalkan
oleh seorang dokter berkebangsaan Perancis bernama Henri Leclerc
pada tahun 1922 melalui buku yang berjudul Precis de Phytotherapie
dan pada tahun 1931 istilah tersebut diperkenalkan di Jerman oleh
Rudolf Fritz Weiss .Cappaso (2003).
OHT dan FF sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan RI No. HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok
Pengelompokan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia adalah
salah satu kelompok obat bahan alam Indonesia, disebut obat bahan
alam Indonesia yang berarti harus diproduksi di Indonesia dan
memenuhi kriteria sebagai berikut yaitu : Aman sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah
melalui uji pra klinik dan klinik, telah dilakukan standarisasi terhadap
bahan baku yang digunakan dalam produk jadi, memenuhi persyaratan
mutu yang berlaku dan jenis klaim penggunaan sesuai dengan tingkat
pembuktian medium dan tinggi. Obat Modern Asli Indonesia (OMAI)
adalah OHT dan FF yang diproduksi di Indonesia dengan menggunakan
bahan baku asli dari alam Indonesia
Istilah FF dan fitoterapi juga dikenal di beberapa negara lain
(Jerman dan India) walaupun dengan definisi yang tidak persis sama
dengan yang di Indonesia, berdasarkan German Medicine Act, FF
diistilahkan sebagai herbal medicine product dengan definisi sebagai
berikut : are medicinal products which exclusively contain, as active
substances, either one or more herbal substances, one or more herbal
preparations, or one or more such herbal substances in combination with
one or more such herbal preparation. Bahkan di Jerman telah terdapat
beberapa tanaman yang sukses menjadi FF walau sebagian tanaman
tersebut adalah tanaman yang dilarang digunakan di Indonesia, seperti
Hypericum Perforatum untuk depresi, Salix Purpurea untuk analgesik,
Tanacetum Parthenium untuk migrain dan Cimicifuga Racemosa untuk
keluhan menopause.

9
c. Alur Pengembangan OHT dan FF
Pengembangan Obat Bahan Alam merupakan proses yang panjang
mulai dari proses penyediaan bahan baku, studi etnofarmakologi,
pembuktian khasiat dan keamanan, teknologi ekstraksi, proses produksi
(manufacturing), hingga produk sampai ke tangan pasien.
Obat bahan alam dapat menjadi FF dengan ketentuan yaitu telah
dilakukan :
1) Standardisasi terhadap bahan baku dan produk jadi adalah salah satu
titik kritis dalam pengembangan OBA, untuk menjamin konsistensi
khasiatnya kadar zat aktif atau senyawa penanda/marker harus
konsisten sejak bahan baku hingga menjadi produk jadi, dimana
teknologi pengolahan bahan baku OBA lebih variatif dibandingkan
obat sintetis karena banyak faktor yang mempengaruhinya
2) Uji praklinik, yaitu uji pada hewan coba, meliputi :
- uji toksisitas akut dan subkronik/kronik, untuk membuktikan
keamanan
- uji toksisitas khusus seperti uji teratogenik, mutagenik, iritasi,
sensitisasi, dan lain-lain
- uji farmakodinamik, untuk membuktikan khasiat.
Bila hasil uji praklinik menunjukkan aman dan berkhasiat serta
telah dilakukan standardisasi, maka untuk bahan yang memiliki
riwayat empiris dapat didaftarkan OHT. Apabila diinginkan untuk
menjadi FF, maka harus dilanjutkan ke tahap uji klinik.
Untuk herbal yang tidak memiliki riwayat empiris, tidak dapat
didaftarkan sebagai OHT,
melainkan harus dilanjutkan ke tahap uji klinik menjadi FF.
3) Uji klinik, yaitu uji pada subjek manusia, terdiri dari 4 fase. Uji
Klinik fase 1 – 3 adalah Uji Klinik Pra Pemasaran
- Fase 1 untuk melihat keamanan/tolerabilitas pada subjek sehat
- Fase 2 untuk melihat khasiat pada subjek sakit dengan jumlah
subjek terbatas

10
- Fase 3 untuk melihat khasiat dan efek samping yang timbul pada
jumlah subjek lebih banyak
Uji Klinik fase 4 adalah Uji Klinik Pasca Pemasaran
- Fase 4 evaluasi produk obat yang telah beredar dimasyarakat
Fleksibilitas untuk bahan alam yang telah memiliki riwayat
empiris (turun temurun).
- Khusus saat pandemi Covid-19, untuk produk-produk Jamu yang
empiris dan sudah memiliki NIE, serta klaimnya sejalan dengan
penanganan Covid-19, uji pra klinik tidak perlu dilakukan selama
ada bukti keamanan produk tersebut. Dosis uji pada manusia,
dapat menggunakan dosis pada penggunaan empiris
- Fase I bisa tidak dilakukan bila profil keamanan dan manfaat
sudah sesuai
- Fase II dan fase III dapat digabung bila profil toksisitas
(keamanan) dapat diterima serta profil farmakodinamik (khasiat)
menunjukkan potensi yang meyakinkan (case by case)
Sebelum suatu uji klinik dilakukan, protokol uji klinik harus
disetujui terlebih dahulu oleh Komite Etik dan Badan POM. Saat
ini di Indonesia terdapat 284 Komite Etik yang tersebar di seluruh
Indonesia. Komisi Etik ini berada di bawah Komisi Etik Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Nasional (KEPPKN).
Uji Klinik pada subjek manusia mengikuti kaidah-kaidah yang
ditetapkan dalam PerKa Badan POM Nomor 21 tahun 2015
tentang Tata Laksana Persetujuan Uji Klinik. Bila uji klinik
menunjukkan hasil yang baik secara klinik dan sesuai dengan
analisis statistik, maka data Uji Klinik tersebut dapat digunakan
sebagai salah satu data dukung untuk mendaftarkan produk di
Badan POM (untuk mendapatkan NIE) sebagai Fitofarmaka.

11
2. Obat Bahan Alam untuk hiperurisemia
Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam
pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan
brotowali. Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Nees) bagian dari
tanaman yang digunakan dalam pengobatan asam urat adalah daun
sambiloto. Daun tanaman sambiloto mengandung senyawa-senyawa kimia
golongan lakton yang terdiri dari andrographolid (zat pahit),
deoksiandrografolida, 14-deoksi-11,12-didehidrografolid, flavonoid, keton,
aldehida, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik dan dammar
(ASEAN Countries, 1993). Kandungan yang diduga memberikan efek
terhadap penurunan kadar asam urat dalam darah yaitu flavonoid.
Mekanisme kerja penurunan kadar asam urat dalam darah dari daun
sambiloto adalah dengan menghambat enzim xanthin oksidase yang dapat
mengubah hipoxantin menjadi asam urat (Vikneswaran & Chan, 2005).
Berdasarkan mekanisme kerja di atas maka digunakan alopurinol sebagai
pembanding, karena alopurinol mempunyai mekanisme kerja yang sama
dan sudah terbukti dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah
(Wilmana, 1995).
Beberapa tanaman lain yang berpotensi menurunkan kadar asam urat
yaitu :
a. Daun afrika (Vernonia amygdalina Delile),
mengandung senyawa golongan saponin, flavonoid, sesquiterpen lakton,
fenolik, dan glikosida steroid (Ijeh and Chukwunonso, 2011).
Penelitian-penelitian sebelumnya telah ditemukan senyawa-senyawa
yang berpotensi sebagai inhibitor enzim xantin oksidase yaitu tanin,
flavonoid dan polifenol (Azmi et al., 2012).
b. Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp)
c. Suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth)
d. Buah pare (Momordica charantiaL.)
e. Annona muricata L.

12
f. Gloriosa superba L., mengandung 2 alkaloid penting yang dapat
digunakan sebagai pengobatan penyakit gout dan rematik, yaitu kolkisin
dan kolkikosid (Evans, et al., 1981; Nadkharni, 1996)
g. Kumis kucing (Orthosiphon staminus)
h. Hibiscus sabdariffa L.

3. Pelayanan Kesehatan Tradisional


a. Ada 2 jenis pelayanan kesehatan yaitu :
1) Konvensional
2) Non Konvensional, terbagi menjadi :
a) Tradisional :
 Empiris
 Komplemeter
 Integrasi
b) Non tradisional

b. Pengertian Pelayanan kesehatan tradisional


Ada 2 pengertian baik dari WHO dan YANKESTRAD
1) Traditional Medicine (WHO)
Gabungan pengetahuan, keterampilan dan praktik yang
berdasarkan pada teori, keyakikinan, dan pengalaman yang dari
kebudayaan tertentu, baik yang dapat dijelaskan maupun tidak, yang
digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta pencegahan,
diagnosis, perbaikan atau pengobatan penyakit fiik dan mental.
2) YANKESTRAD (UU No.36/2009 TTG Kesehatan)
Pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara
empiris yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan seuai
dengan nnorma yang berlaku di masyarakat.

13
c. Definisi YANGKESTRAD integrasi
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang mengkombinasikan
pelayanan kesehatan konventional dengan pelayanan kesehatan
komlementer, baik berifat sebagai pelengkap maupun pengganti dalam
keadaan tertentu.
1) Cara pengobatan/ perawatan.
 Keterampilan (teknik manual, terapi energy dan terapi olah
piker)
 Ramuan atau
 Kombinasi ramuan dan keterampilan (merupakan satu kesatuan
sistem keilmuan kesehatan tradisional.
2) Pelayanan kesehatan tradisional integrasi
 SDM (Nakes (dr) Nakestrad
 Area upaya kesehatan : promotif, preventif, kuratif, rehabilitative.
 Perizinan : STR dan SIP, STRTKT dan SIPTKT
 Tempat pelayanan : Fasyankes
3) Tatalaksana pelayanan
 Pendekatan holistic dengan menelaah dimensi fiik, mental piritual,
sosial, dan budaya dan pasien.
 Mengutamakan hubungan dan komunikasiefektif antara tenaga
kesehatan dan pasien
 Diberikan secara rasional
 Diselenggarakan atas persetujuan pasien (Informed Consent)
 Mengutamakan pendekatan alamiah
 Meningkatkan kemampuan penyembuhan sendiri, dan
 Pemberian terapi berifat individual.
Untuk tatalaksana penyelenggaraan YANGGKESTRAD
integrasi terbagi menjadi beberapa tempat :
a) Rumah sakit

14
Penetapan oleh pimpinan RS berdasarkan rekomendasi
komite medik
 Jenis dan modalitas yankestrad yang diintegrasikan.
 SPO yankestrad integrasi
 Unit Yankestrad integrasi
 Pembentukan dan penetapan tim yang akan memberikan
pelayanan
 Penerbitan kewenangan klinik tenaga kesehatan yang
menyelanggarakan Yankestrad integrasi.
Unit Pelayanan kesehatan tradisional integrasi :
 Tempat :
- Unit tersendiri
- Instalasi rawat jalan
- Berada dibawah instalasi pelayanan kesehatan lainnya
 Dipimpin dokter yang ditetapkan oleh kepala atau direktur
rumah sakit

15
b) Puskesmas
Penetapan oleh kepala kepala Puskesmas berdasarkan
rekomendasi dari tim yang dibentuk oleh Kadinkes kab/kota
meliputi :
 Penetapan penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional
integrasi di Puskemas
 Jenis dan modalitas pelayanan kesehatan tradisional
komplementer yang akan diinterasikan
 Pembentukan dan penetapan tim yang akan memberikan
pelayanan (Hasil penetapan dilaporkan ke Kadinkes kab/kota)

16
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil diskusi dapat kita ketahui berbagai macam obat obat herbal
yang berasal dari sumber kekayaan alam asli negara kita Indonesia, sehingga tak
heran bahwa obat-obatan herbal memang sangat terkenal dan dipakai oleh banyak
masyarakat. Banyak tanaman tanaman yang berkhasiat untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit seperti hiperurisemia, akan tetapi walaupun terkesan
aman dan tidak menimbulkan efek samping, kita tetap perlu memahami bahwa
semua hal itu pasti ada sisi baik dan buruknya, dan sesuatu yang berlebihan itu
juga pasti tidak baik, oleh karena itu kita tetap juga harus selalu memikirkan
mengenai efek samping dan kontra indikasi sebelum memakai obat-obatan herbal

B. Saran
Dalam pembuatan laporan dan diskusi kelompok kecil yang telah kami
lakukan tentu ada kesalahan yang kami lakukan baik mengenai kekurangan
materi ataupun selama proses berjalanna diskusi kelompok kecil. Dari hasil
laporan ini kami mengharapkan saran ataupun kritik yang dapat diberikan
kepada kami untuk membantu agar kami dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan kami untuk bisa menjadi lebih baik kedepannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sustrani, L., S. Alam, dan I, Hadibroto. 2006. Asam Urat. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
https://repository.ung.ac.id/get/singa/1/2774/Edukasi-Tanaman-Obat-untuk-Penya
kit-Asam-Urat-Di-Desa-Lombongo-Kecamatan-Suwawa-Tengah-Kabupaten-Bon
e-Bolango.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai