Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH TERAPI KOMPLEMENTER

DOSEN PEMBIMBING : Yesi Hasneli,SKP,MSN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN KELAS A


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
BANGKINANG
2022
NAMA KELOMPOK

1. Windy Novianty 1914201038

2. Elmalia Saputri 1914201105

3. Weni Novita 1914201037

4. Yuni Salvianis 1914201041

5. Deni Prayoga 1914201100

6. Ridho Fernandes 1914201031

7. Disha Amanda 1914201108

8. Yolla Marlina 1914201039

9. Nabella Nur Islami 1914201023

10. Rahma Yuni 1914201030

11. Dena Tsabita Busroni 1914201008

12. Septi Wahyuningsih 1914201034

13. Fitri Zhella Destiana 1914201116

14. Herny Novriani. M 1814201017

15. Vishal Arjuna 1914201036

16. Gusti Mega Putri 1814201108

17. Diki Wahyudi 1914201096

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa karna berkat rahmat dan karunia-Nya Tugas Kelompok Terapi Komplementer ini dapat
diselesaikan tepat waktu.

Adapun tugas kelompok ini pembahasan tentang Terapi Komplementer, telah kami
buat semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan beberapa anggota kelompok,
sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan tugas
ini sesuai dengan rencana dan target yang telah ditentukan.

Kami menyadari di dalam Tugas Kelompok Terapi Komplementer ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari tugas Terapi Komplementer ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Bangkinang, 31 Oktober 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN.......................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................4
A. Daun Kelor..................................................................................................................4
B. Diabetes.......................................................................................................................8
C. Kadar Gula Darah......................................................................................................13
D. Manfaat Teh Daun Kelor Sebagai Penurun Kadar Gula Darah Pada Penderita
Diabetes Melitus...................................................................................................................15
BAB III PROSES PEMBUATAN REBUASAN TEH DAUN KELOR............................16
A. Alat dan Bahan Pembuatan Teh Daun Kelor............................................................16
B. Cara Pembuatan Teh Daun Kelor..............................................................................16
C. Cara Penggunaan Teh Daun Kelor............................................................................17
BAB IV PENUTUP................................................................................................................18
A. Kesimpulan................................................................................................................18
B. Saran..........................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormone yang mengatur gula darah atau glukosa), atau
ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya.
Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari
lima penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh para
pemimpin di dunia . Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat selama
beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016). Diabetes Melitus (DM)
merupakan suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi
yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari kelainan
sekresi insulin. (American Diabetes Association (ADA), 2010). Penurunan hormon
insulin mengakibatkan seluruh glukosa dalam darah yang ada didalam tubuh akan
meningkat.
Saat ini DM tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum dan lebih banyak
penderitanya dibandingkan dengan DM tipe I. Penderita DM tipe II mencapai 90-95%
dari keseluruhan populasi penderita diabetes (Depkes RI, 2013). Penyakit DM sering
terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia >65 tahun, 8,6%
menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada panti lansia.
Secara global, diperkirakan 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada
tahun 2014, dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Prevalensi diabetes di
dunia (dengan usia yang distandarisasi) telah meningkat hampir dua kali lipat sejak
tahun 1980, meningkat dari 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang dewasa. Hal ini
mencerminkan peningkatan faktor resiko terkait seperti kelebihan kelebihan berat
badan atau obesitas. Selama beberapa dekade terakhir, prevalensi diabetes meningkat
lebih cepat di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara
berpenghasilan tinggi.
Prevalensi Diabetes Melitus berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur
≥15 tahun hasil riskesdas 2018 di Indonesia adalah sebanyak 2,0 %.Prevalensi DM
pada tahun 2018 berdasarkan diagnosis dokter, jenis kelamin, dan daerah domisili.
Berdasarkan kategori usia, penderita DM terbesar berada pada rentang usia 55-64
tahun dan 65-75 tahun. Selain itu, penderita DM di Indonesia lebih banyak berjenis
1
kelamin perempuan (1,8%) daripada laki-laki (1,2%). Kemudian untuk daerah
domisili lebih banyak penderita diabetes melitus yang berada di perkotaan (1,9%)
dibandingkan dengan di perdesaan (1,0%).
Tanaman merupakan beberapa jenis organisme yang dibudidayakan pada suatu
ruang atau media untuk dipanen pada masa ketika sudah mencapai tahap pertumbuhan
tertentu. Pada masa ini telah banyak digunakan ekstrak dari sumber tanaman untuk
pengobatan pada berbagai penyakit. Jenis tanaman obat yang telah terbukti berkhasiat
jumlahnya sangat banyak, khususnya obat tradisional yang digunakan untuk
menurunkan kadar glukosa darah yaitu tanaman daun kelor . Daun kelor mengandung
antioksidan seperti flavonoid, vitamin A, vitamin E, vitamin C dan juga mengandung
selenium yang membantu menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan senyawa
flavonoid dalam bentuk terpenoid dalam daun kelor sangat efektif dan lebih aman
dalam penurunan kadar gula darah (Jaiswal, Dolly, et al. 2009).
Kelor merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan masyarakat dalam
pengobatan tradisional. Senyawa yang terkandung dalam daun kelor adalah alkaloid
moringin,moringinin, saponin, polifenol, dan minyak atsiri. Kelor merupakan tanaman
yang dapat menerima berbagai kondisi lingkungan, sehingga mudah tumbuh meski
dalam kondisi ekstrim seperti temperatur yang sangat tinggi. Kelor dapat bertahan
pada musim kering yang panjang dan dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan
curah hujan tahunan. Meskipun daun kelor lebih suka tanah kering lempung, kelor
tetap dapat hidup di tanah liat (Krisnadi, A.D., 2015)
Melihat bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas
sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka
sangat diperlukan program pengendalian diabetes melitus tipe II. Daun kelor yang
merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan masyarakat dalam
pengobatan tradisional dan mempunyai kandungan antioksidannya sehingga dapat
menurunkan kadar glukosa darah dan dipercaya memiliki manfaat untuk mengobati
penyakit diabetes mellitus dan merupakan salah satu bahan yang sering dijumpai dan
tidak menghabiskan biaya yang banyak.
Daun Kelor adalah tanaman herbal yang dipercaya memiliki manfaat untuk
mengobati penyakit Diabetes Melitus. Keadaan hiperglikemia pada DM. memicu
terjadinya autooksidasi glukosa yang menghasilkan ROS. Jumlah ROS yang yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya stress oksidatif yaitu yaitu tidak
seimbangnya jumlah antara radikal bebas dengan autooksidan dalam tubuh. Kadar
2
enzim antioksidan sangat mempengaruhi kerentanan berbagai jaringan pada stress
oksidatif dan dikaitkan dengan perkembangan komplikasi dalam diabetes.
Daun Kelor mengandung antioksidan seperti flavonoid, vitamin A, vitamin E,
vitamin C, dan juga mengandung selenium yang membantu menururnkan kadar
glukosa darah. Kandungan senyawa flavonoid dalam bentuk terpenoid dalam daun
kelor sangat efektif dan lebih aman dalam penurunan kadar gula darah. Kandungan
antioksidan pada daun kelor membantu melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel oleh
radikal bebas. (Krisnadi, 2013)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui kasiat teh daun kelor dalam menurunkan kadar gula darah
pada penderita diabetes mellitus

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengertian dari daun kelor;

b. Untuk mengetahui manfaat dari daun kelor;

c. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan teh
daun kelor;
d. Untuk mengetahui cara pembuatan teh daun kelor;
e. Untuk mengetahui cara penggunaan teh daun

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Daun Kelor

1. Beragam Daun Kelor


Nama Latin : Moringa Oliefera Lam
Nama Indonesia : Kelor
Nama Inggris : Moringa, Ben-oil tree, Drumstick tree
Di Indonesia tanaman kelor dikenal dengan nama yang beragam di setiap daerah
diantaranya kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), maronggih (Madura), molting
(Flores), keloro (Bugis), onnge (Bima), murong atau barunggai (Sumatera) dan hau
fo (Timur) (Aminah et al. 2015).

2. Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembulu) Super Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/ dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Spesies : Moringa Oleifera Lam (Krisnadi, 2015)

3. Manfaat Daun Kelor

Zat-zat yang terkandung dalam Moringa Oleifera Lamk sangat berguna bagi tubuh
manusia. Menurut hasil penelitian, daun kelor ternyata mengandung vitamin A,
vitamin C, vitamin B, kalsium, kalium, besi dan protein dalam jumlah sangat
tinggi yang mudah dicerna dan diasimilasi oleh tubuh manusia (Radiyanthi, 2015).
Daun Moringa Oleifera Lamk memiliki kandungan kalsium yang lebih banyak
daripada susu, lebih banyak zat besi daripada bayam, lebih banyak protein
daripada telur dan lebi banayk kalium daripada pisang. Zat lain yang sudah

4
diidentifikasi dalam daun kelor antara lain: senyawa polifenol (asam galat, asam
klorogenat, asam elagat, asam ferulat, kuersetin, kaenpferol, proantosianidin dan
vanillin), vitamin E, β karoten, zink dan selenium (Rahman, 2015). Daun Moringa
Oleifera Lamk merupakan salah satu tanaman yang kaya akan vitamin dan mineral

Tabel B.1 Komposisi Vitamin dalam daun Moringa Oleifera Lamk

No Vitamin Kebutuhan Kandungan Kegunaan


(/hari) (/100
gram)
1. Vit. A 500-600 Berguna untuk pembentukan sel batang
378
dan kerucut pada mata, menjaga
integritas epitel

2 Vit. B1 1,1- 1,2 mg Berperan dalam mettabolisme


0,257
karbohidrat dan protein, menjaga fungsi
normal sel saraf
3 Vit. B2 1,1-1,3 mg 0,66 mg Berpartisipasi dalam reaksi redoks pada

metabolisme
4 Vit. B3 1,1-1,3 mg 2,22 mg Berperan dalam respirasi intraseluler dan
sintesis asam lemak dan steroid melalui
jalur pentose fosfat.
5 Vit. B6 14-16 mg 1,2 mg Hasil fosforilasi dari B6 bertindak
sebagai koenzim dalam metabolism
asam amino
6 Vit. C 45 mg 51,7 mg Diperlukan dalam pembentukan
kolagen, absorbs dari zat besi dan
perbaikan jaringan

Tabel B.2 Komposisi mineral dalam daun Moringa Oleifera Lamk

5
No Mineral Kebutuhan Kandungan Kegunaan
(/ hari) (/100
gram)
1 Kalsium 1000 mg 185 mg Berperan dalam pertumbuhan tulang
dan gigi, kontraksi otot dan
pembekuan darah
2 Besi 8 mg (Pria) 4 mg Berperan sebagai karier oksigen
18 mg dalam eritrosit dan sebagai media
(Wanita) transport electron dalam sel
3 Magnesium 400-420 147 mg Berperan dalam kontraksi otot
sebagai kofaktor enzim dalam
mg (Pria)
pembentukan energy , sintesis
310-320
protein, sintesis DNA dan RNA,
mg
mengatur potensial listri dari sel saraf
(Wanita)
dan embran sel
4 Fosfor 700 mg 112 mg Berperan dalam pembentukan tulang

dan gigi
5 Kalium 4700 mg 337 Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
Berperan dalam transmisi implus
saraf dan kontraksi otot
6 Natrium 1500 mg 9 mg Menjaga keseimbangan air dan

elektrolit
7 Zink 11 mg 0,6 mg Sebagai salah satu komponen enzim
(Pria) dalam proses sintesis dan degradasi
8 mg dari karbohidrat, lipid, protein dan
(Wanita) asam nukleat. Zink juga berperan
dalam menjaga integritas membrane
sel.

Daun Moringa Oleifera Lamk mengandung sejumlah asam amino. Asam amino
yang terkandung diduga mampu meningkatkan sistem imun. Asam amino dalam
tubuh akan mengalami biosintesa protein, dari 20 macam asam amino yang ada

6
yakni 19 asam amino - L- Amino dan satu asam L- imino dapat disintesa menjadi
50.000 lebih protein yang bersama dengan enzim berperan dalam mengontrol
aktivitas kimia antibody untuk mencegah berbagai macam penyakit (Hardiyanthi,
2015). Daun Moringa Oleifera Lamk juga mengandug flavonoid yang berfungsi
sebagai antioksidan yang mampu menjaga terjadinya oksidasi sel tubuh. Selain itu,
kandungan minyak atsiri dari flavonoid yang terdapat pada daun dapat mencegah
peroksidasi lemak (Widowati, 2014).

Ada beberapa manfaat daun kelor bagi kesehatan, diantaranya:


a. Menurunkan berat badan : memberikan efek kepada tubuh agar merangsang dan
melancarkan metabolisme sehingga dapat membakar kalori lebih cepat.
b. Anti diabetes : daun kelor memiliki sifat anti diabetes yang berasal dari
kandungan seng yang tinggi seperti mineral yang sangat dibutuhkan untuk
memproduksi insulin, sehingga daun kelor dapat bermanfaat sebagai anti diabetes
yang signifikan.
c. Mencegah penyakit jantung : dapat menghasilkan lipid terosidari lebih rendah
serta memberikan perlidungan pada jaringan jantung yang kerusakan struktural.
d. Menyehatkan rambut : dapat menyehatkan rambut, karena daun kelor dapat
membuat pertumbuhan rambut menjadi hidup dan mengkilat yang dikarenakan
asupan nutrisi yang lengkap dan tepat.
e. Menyehatkan mata : daun kelor memiliki kandungan vitamin A yang tinggi
sehingga jika kita mengkonsumsinya secara rutin dapat membuat penglihatan
menjadi jernih an menyehatkan mata. Sedangkan untuk pengobatan luar dapat
menggunakan rebusan dari daun kelor untuk membasuh mata yang sedang sakit,
atau juga dengan cara lain yaitu siapkan 3 tangkai dau kelor kemudian tumbuklah
dan masukan dalam segelas air dan aduklah. Lalu diamkan agar mengendap, jika
sudah mengendap maka air tersebut dapat dijadikan obat tetes untuk mata.
f. Mengobati rematik : rematik terjadi dikarenakan tulang yang kekurangan nutrisi.
Daun kelor memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat
memenuhi kebutuhan kalsium di dalam tulang. Daun kelor juga bermanfaat untuk
mngurangi rasa sakit pada persendian dikarenakan oleh penumpukan asam urat.
g. Mengobati herpes atau kurap : herpes adalah salah satu penyakit kulit yang
disebabkan oleh virus golongan famili hepertoviridae, yang akan menimbulkan
7
bintik-bintik merah dengan disertai nanah. Cara untuk mengobatinya adalah
dengan menyiapkan 3-7 tangkai daun kelor lalu di tumbuk hingga halus dan
tempelkan langsung pada kulit yang terkena.
h. Mengobati penyakit dalam luka lambung, luka khusus dan batu ginjal : batu
ginjal merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya penyumbatan
pada saluran kemih. Daun kelor dapat memperlancar pencernaan sehingga
dengan mengkonsumsi daun kelor yang telah dijadikan masakan secara rutin
akan meluruhkan batu ginjal. Menurut Arit Jahjah (2011) kelor mengandung anti
oksigan yang sangat tinggi dan sangat bagus untuk penyakit yang berhubungan
dengan masaah pencernaan. Selanjutnya beliau menganjurkan agar minum
rebusan air kelor selagi air masih hangat sebab, efek antioksidan masih kuat pada
keadaan hangat. Sedangkan Halim (2011) mengatakan bahwa kelor memiliki
energi dingin sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit dengan
energi panas atau kelebihan energi seperti radang atau kanker.
i. Mengobati kanker : kandungan anti oksidan dan potassium yang tinggi pada daun
kelor bermanfaat untuk mengobati kanker. Antioksidan akan bermanfaat dalam
menghalangi perkembangan sel-sel kanker sedangkan potasium berfungsi untuk
menyingkirkan sel-sel kanker. Selain itu, asm amino yang terkandung dalam
daun kelor dapat meningkatkan sistem imun (Ardianti, 2015).
B. Diabetes
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang melibatkan kelainan
metabolisme karbohidrat, protein, lemak serta berkembangnya komplikasi
makrovaskular neurologis (Soegondo, Soegondo & Subekti 2015). Menurut
American Diabetes Association (ADA) (2014), Diabetes Melitus (DM) merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronis pada DM dikaitkan dengan terjadinya kerusakan jangka panjang pada
disfungsi , dan kegagalan berbagai organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf, jantung,
dan pembuluh darah. DM merupakan penyakit jangka lama dan bersifat permanen
(Riskesdas, 2013). Oleh karena itu, penderita DM harus melakukan pengobatan dan
perawatan diri secara mandiri dan berkelanjutan seumur hidupnya (Rondhianto,
2011).
Menurut World Health Organization (WHO) 2016 menyebutkan bahwa penyakit ini
ditandai dengan munculnya gejala khas yaitu poliphagia, polidipsia, dan poliuria
8
serta sebagian mengalami kehilangan berat badan. DM merupakan penyakit kronis
yang sangat perlu diperhatikan dengan serius. DM yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan beberapa komplikasi seperti kerusakan mata, ginjal, pembuluh darah,
saraf, dan jantung.
1. Etiologi
Menurut Soegondo 2011, kelompok resiko DM adalah orang dengan usia ≥45
tahun, atau kelompok lebih muda dengan IMT >23kg/m² yang disertai dengan
faktor resiko, sebagai berikut:
a. Kebiasaan tidak aktif.
b. Keturunan pertama dari orang tua yang memiliki DM.
c. Riwayat melahirkan bayi dengan BB >40 kg atau riwayat DM gestasional.
d. Hipertensi ≥140/90 mmHg.
e. Kolesterol HDL ≤35 mg/dL dan atau trigliserida ≥250 mg/dL
f. Menderita Polycyctic Ovarial Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain
yang berhubungan dengan resistensi insulin.
g. Riwayat Toleransi Glukosa yang Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah
Puasa Terganggu (GDPT) sebelumnya.
h. Riwayat penyakit kardiovaskuler.
Menurut Subekti 2011 faktor pencetus dari DM terdiri atas:
a. Kurang bergerak atau malas
b. Konsumsi makanan yang berlebihan
c. Kehamilan
d. Kekurangan produksi hormon insulin
e. Penyakit hormon yang memiliki kerja berlawanan dengan hormon insulin

2. Tanda dan Manifestasi Klinis


Menurut Perkeni 2015, tanda dan gejala klinis DM adalah sebagai berikut:
a. Keluhan pada umumnya
Pada DM terutama pada tipe 2 diantaranya polyuria, polydipsia, polifagia,
dan penururnan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
b. Keluhan lain
Lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria,
serta pruritus vulva pada wanita.
Manisfestasi klinik khas yang dapat muncul pada seluruh tipe diabetes meliputi
9
trias poli, yaitu poliuri, poldipsi.poliuri dan polidipsi terjadi sebagai akibat
kehilangan cairan berlebihan yang dihubungkan dengan dieresis osmotik. Pasien
juga mengalami poliphagi akibat dari kondisi metabolik yang diinduksi oleh
adanya defesiensi insulin serta pemecahan lemak dan protein. Gejala-gejala lain
yaitu kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang mendadak, perasaaan
gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit kering, adanya lesi luka yang
penyembuhan nya lambat dan infeksi berulang (Smelzer, et al, 2010)
Sering gejala-gejala yang muncul tidak berat atau mungkin tidak ada, sebagai
konsekuensi adanya hiperglikemia yang cukup lama menyebabkan perubahan
patologi dan fungsional yang sudah terjadi lama sebelum diagnosa dibuat. Efek
jangka panjang DM meliputi perkembangan progresif komplikasi spesifik
retinopati yang berpotensi menimbulkan kebutaan
3. Faktor Resiko
Menurut Perkeni (2011), faktor resiko DM adalah ras, usia, jenis kelamin,
riwayat keluarga, riwayat melahirkan dengan berat badan lebih, obesitas, gaya
hidup, hipertensi, dislipidemia, dan merokok. Sedangkan menurut Riskesdas
2013, obesitas, aktivitas fisik yang tidak efektif, hipertensi, dyslipidemia, diet
tidak seimbang dan merokok merupakan faktor resiko pada DM.
DM tidak harus berfokus pada pengobatan saja namun juga dapat melakukan
pencegahan. Harapan baru bagi penderita DM adalah bahwa klien dapat
mengendalikan kadar glukosa darahnya dengan baik dengan rutin mengecek
status kesehatan (Soewondo, 2010).
a. Faktor keturunan (Genetik)
Faktor keluarga dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang menderita DM
sebesar 15% dan risiko mengalami intoleransi glukosa yaitu
ketidakmampuan dalam metabolisme karbohidrat secara normal sebesar 30%
(LeMone & Burke, 2011). Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel
beta dan mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan
rangsangan-rangsangan sekretoris insulin. Keadaan ini
meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan
yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta pankreas.
b. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan BB ≥ 20% dari berat bedan ideal
atau BMI (Body Mass Index) ≥27 kg/ . Kegemukan menyebabkan
10
berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja didalam sel pada
otot skeletal dan jaringan lemak.Hal ini juga dinamakan resistensi insulin
perifer. Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin
saat terjadi peningkatan glukosa darah (Smeltzer, et al.2010).
c. Usia
Faktor usia yang risiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30 tahun, hal
ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Perubahan
dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan
akhirnya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi homeostatis. Setelah
seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2 mg%
tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan,
berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya
kenaikan relevansi diabetes serta gangguan toleransi glukosa (Sudoyo, et al.
2009).
d. Tekanan Darah
Seseoang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai tekanan
darah tinggi (hypertensi) yaitu tekanan darah ≥140/90 mmHg.Pada umumnya
pada diabetes mellitus menderita hipertensi juga. Hipertensi yang tidak
dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelainan
kardiovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol maka akan
memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang disertai
pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol.
e. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe
2 (Soegondo,Soewondo& Subekti,2015). Menurut Ketua Indonesian
Diabetes Association (Persadia), Soegondo bahwa DM tipe 2 selain faktor
genetic, juga bisa dipicu oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan gaya
hidup tidak sehat, seperti makan berlebihan (berlemak atau kurang serat),
kurang aktivitas fisik, stress. DM tipe 2 sebenarnya dapat
dikendalikan atau dicegah terjadinya melalui gaya hidup sehat, seperti
makanan sehat dan aktivitas fisik teratur.
f. Kadar Kolesterol
Kadar HDL Kolesterol 35 mg/Dl (0,09 mmol/L) dan atau kadar trigliserida ≥
259 mg/dL (2,8 mmol/L) (Sudoyo, 2009). Kadar abnormal lipid darah erat
11
kaitannya dengan obesitas dan DM tipe 2. Efek kedua dari
peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat pengambilan
glukosa oleh sel otot. Dengan demikian, walaupun kadar insulin meningkat,
namun glukosa darah tetap abnormal tinggi. Hal ini menerangkan suatu
resistensi fisiologis terhadap insulin seperti yang terdapat pada diabetes tipe
2.
g. Stress
Selye (1976, dalam potter & Perry,2005) mengatakan stress adalah segala
situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan individu untuk berespon
atau melakukan tindakan. Stress memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2
jalur, yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon stress yaitu
sekresi system saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin yang
menyebabkan peningkatan frekuensi jantung. Kondisi ini menyebabkan
glukosa darah meningkat guna sumber energi untuk perfusi
h. Riwayat diabetes gestasional
Wanita yang mempunyai riwayat diabetes gestasional atau melahirkan bayi
dengan berat badan lebih dari 4 kg mempunyai risiko untuk menderita DM
tipe 2. DM tipe ini terjadi ketika ibu hamil gagal mempertahankan
euglikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor resiko DM gestasional
adalah riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria.
4. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut
dan kronis, Perkeni membagi komplikasi pada DM menjadi dua kategori, yaitu :
a. Komplikasi Akut
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah seseorang
dibawah nilai (<50 mg/dl). Hipoglikemia biasa terjadi pada penderita DM
tipe. Hal ini menyebabkan sel-sel otak tidak mendapatkan pasokan energi
sehingga tidak berfungsi bahkan mengalami kerusakan (Smeltzer et al. 2010;
Soegondo et al. 2013). Koma Hiperosmolar Non Ketotik (KHONK)
merupakan sindrom dengan gejala hiperglikemia berat, hyperosmolar,
dehisrasi berat tanpa ketoasidosis dan disertai menurunnya kesadaran,
kejang, parastesia, koma, polyuria, polydipsia, polifagia, nafas tidak berbau
aseton dan kadar glukosa darah meningkat hingga >600 mg/dL (Smeltzer,
2010).
12
b. Komplikasi kronis
Komplikasi kronis pada Dm dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Komplikasi Makrovaskuler
Makrovaskuler merupakan penyakit yang mengenai pembuluh darah
besar. Pada komplikasi khususnya penyakit pembuluh darah coroner
paling umum menyebabkan kematian. Adapun komplikasi penyakit
makrovaskuler adalah: Penyakit arteri korona, penyakit sebrovaskuler,
penyakit pembuluh darah perifer, infeksi dan penyakit hipertensi
(Tjokroprawiro 2014).
2) Komplikasi Mikrovaskuler
Mikrovaskuler merupakan penyakit yang terjadi pada pembuluh darah
kecil ditandai oleh penebalan membran basalis pembuluh darah kapiler.
Mikroangiopati merupakan perubahan yang terjadi pada retina, ginjal dan
kapiler perifer DM.
3) Komplikasi lainnya
Seperti kerentanan terhadap infeksi, gangguan gastrointestinal, penyakit
kulit, dan kaki diabetikum.

C. Kadar Gula Darah


1. Pengertian
Kadar gula darah merupakan peningkatan glukosa dalam darah.Bila seseorang
dikatakan mengalami hiperglikemia apabila keadaan gula dalam darah jauh diatas
nilai normal yaitu 60 – 120 mg/dL, sedangkan hipoglikemia suatu keadaan
kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah
normal (Rudi, 2013).

2. Macam – macam Pemeriksaan Gula Darah


Menurut Depkes (2010) ada macam – macam pemeriksaan gula darah, yaitu:
a. Gula darah sewaktu
Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu tanpa tidak harus
memperhatikan makanan terakhir yang dimakan.
b. Gula darah puasa dan 2 jam setelah makan
Suatu pemeriksaan gula darah yang dilakukan pasien sesudah berpuasa selama
8 – 10 jam, sedangkan pemeriksaan gula darah 2 jam sesudah makan yaitu
13
pemeriksaan yang dilakukan 2 jam dihitung sesdudah menyelesaikan makan.

3. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring menurut Kesehatan (2014) sebagai berikut: pemeriksaan
penyaring yang ditujukan pada seorang yang memiliki risiko DM namun belum
menunjukkan adanya gejala DM. pemeriksaan penyaring sendiri bertujuan untuk
menemukan pasien dengan DM, TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) ataupun
GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu), sehingga dapat ditanganilebih dini
secara cepat. Pasien dengan TGT dan GDPT juga sebagai intoleransi glukosa,
yaitu tahapan sementara menuju DM. Kedua kondisi tersebut merupakan faktor
risiko untuk terjadinya DM dan penyakit kardiovaskuler. Pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan dengan cara melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
atau kadar glukosa darah puasa
4. Nilai Normal Kadar Gula Darah
Nilai normal kadar gula darah dapat dihitung dengan beberapa cara dan kriteria
yang berbeda. Dibawah ini tabel kriteria diagnostik diabetes berdasarkan Depkes
RI 2010 yaitu:
Bukan DM Belum DM DM
Kadar glukosa Plasma vena <100 100 – 199 200
darah sewaktu darah kapiler
(mg/dL)
Kadar glukosa Plasma vena <90 90 – 199 200
darah puasa darah kapiler
(mg/dL)

Hasil pemeriksaan kadar gula darah dikatakan normal apabila:


a. Gula darah normal : 60 – 120 mg/dL
b. Gula darah sewaktu : <110 mg/dL
c. Gula darah puasa : 70 – 110 mg/dL
d. Waktu tidur : 110 – 150 mg/dL
e. 1 jam setelah makan : <160 mg/dL
f. 2 jam setelah makan : <140 mg/dL
g. Pada wanita hamil : <140 mg/Dl

14
D. Manfaat Teh Daun Kelor Sebagai Penurun Kadar Gula Darah Pada
Penderita Diabetes Melitus
Manfaat daun kelor bagi kesehatan salah satunya adalah sebagai penurun kadar gula
darah pada penderita diabetes mellitus. Daun kelor memiliki kandungan polifenol
khususnya EGCG. EGCG merupakan insulinometic yang dapat menurunkan level
produksi glukosa pada hepanoma cell lines (H411E) dan dapat menurunkan ekspresi
gen dari enzim yang mengontrol glukoneogenesis seperti PEPCK dan GG pase. Pada
penelitian di sebutkan bahwa EGCG bekerja menyerupai insulin, yaitu peningkatan
fosfalirasi tirosrn dari reseptor insulin dan substrat reseptor insulin, serta mengurangi
ekspresi gen dari enzim glukonegenik PEPCK (phosphoenolpyrovate
Cavboxylanuse). Polifenol pada teh, khususnya EGCG, dapat meningkat fungsi
endothelial dan sensitivilas insulin . Selain EGCG, daun kelor juga mengandung
berbagai macam zat bioktif yang bersifat sebagai antioksidan dan berpotensi sebagai
antidiabetik, seperti coumanin, fiavanoid, terpenoid, metabolic sekunder seperti
arginin, dan asamglutamat, Quarsetin, asam klorogenat, dan moringinine. Quarsetin
merupakan zat antioksidan yang dapat berfungsi untuk melindungi produksi insulin
dari sel beta prankreas dari stress oksidatif dan apoptosis yang terjadi pada tikus
diabetes. Asam klorogenal juga dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dengan
mekanisme yang mirib dengan EGCG, yaitu melalui peenghambatan translokasi
glukocet-phosphati diliver, menghambat glukoneogenesis di hati dan glikogenolisis.

15
BAB III
PROSES PEMBUATAN REBUSAN TEH DAUN KELOR

A. Alat dan Bahan Pembuatan Teh Daun Kelor


1. Alat
Ada beberapa alat yang dibutuhkan dalam pembuatan teh Daun Kelor:
a. Gelas
b. Sendok
c. Saringan
d. Lesung kayu
e. Nampan
2. Bahan
a. Daun Kelor
b. Air
B. Cara Pembuatan Teh Daun Kelor
1. Pemanenan daun kelor
Kumpulkan beberapa cabang tanaman kelor yang masih segar, sortir (buang)
daun-daun yang rusak seperti daun yang kuning dan berbintik putih
2. Pencucian
Untuk menghilangkan debu dan kotoran lain, selanjutnya cuci daun kelor yang
sudah sotir sebelumnya.
3. Pemisahan daun
Kemudian pisahkan daun kelor segar dari tangkainya.
4. Penirisan
Tiriskan daun supaya air yang menempel benar-benar hilang. Proses penirisan
juga harus diperhatikan supaya ketebalan pengeringan daun kelor tidak lebih dari
2 cm supaya pengeringan merata.
5. Pengeringan
Pengeringan dilakukan selama + 2 hari sampai daun kelor mengering
6. Penepungan
Daun kelor yang sudah kering di tumbuk sampai halus hingga menjadi serbuk

16
C. Cara Penggunaan Teh Daun Kelor
1. Siapkan gelas dan serbuk daun kelor kering
2. Ambil 1 sendok teh bubuk daun kelor kering
3. Lalu letakan di atas saringan
4. Kemudian seduh dengan 300-350 ml air panas (1 gelas)
5. Teh siap disajikan

17
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Moringa Oleifera Lamk atau biasa dikenal dengan sebutan daun kelor merupakan
tanaman perdu dengan tinggi batang 7-11 meter. Batang berkayu getas (mudah
patah), cabang jarang, tetapi mempunyai akar yang kuat. Bunga berbau semerbak,
berwarna putih kekuningan, dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau
sednagkan buahnya berbentuk segitiga (Widowati,2014). Zat-zat yang terkandung
dalam Moringa Oleifera Lamk sangat berguna bagi tubuh manusia. Menurut hasil
penelitian, daun kelor ternyata mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin B,
kalsium, kalium, besi dan protein dalam jumlah sangat tinggi yang mudah dicerna
dan diasimilasi oleh tubuh manusia (Radiyanthi, 2015). Ada beberapa manfaat
daun kelor bagi kesehatan, diantaranya: Menurunkan berat badan, Anti diabetes,
Mencegah penyakit, Menyehatkan rambut, Menyehatkan, Mengobati rematik,
Mengobati herpes atau kurap , Mengobati penyakit dalam luka lambung, luka
khusus dan batu dan Mengobati kanker. Daun kelor dapat dimanfaatkan sebagai
teh daun kelor yang bermanfaat dalam menurunkan kadar gula darah pada
penderita diabetes mellitus karena daun kelor mengadung senyawa EGCG yang
merupakan insulinometic yang dapat menurunkan level produksi glukosa pada
hepanoma cell lines (H411E) dan dapat menurunkan ekspresi gen dari enzim yang
mengontrol glukoneogenesis seperti PEPCK dan GG pase. Selain itu daun kelor
juga mengandung berbagai macam zat bioktif yang bersifat sebagai antioksidan
dan berpotensi sebagai antidiabetik, seperti coumanin, fiavanoid, terpenoid,
metabolic sekunder seperti arginin, dan asamglutamat, Quarsetin, asam
klorogenat, dan moringinine.

B. Saran
Pemanfaatan daun kelor di Indonesia sampai saat ini masih cukup terbatas
digunakan untuk pengobatan, untuk itu diharapkan kedepannya agar dilakukan
sosialisasi tentang beberapa tanaman obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
beberapa masalah kesehatan agar tanaman obat yang tersedia di Indonesia dapat
dimanfaatkan secara efektif.

18
DAFTAR PUSTAKA

Isnan, Wahyudi & M. Nurhaedah. (2017). Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa
Oleifera Lamk) Bagi Masyarakat, Info Teknis EBONI, 4(1), 63-75

Sulistyorini,Ratna. (2015). Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa Oleifera) Pada
Ekspresi Insulin dan Insulitis Tikus Diabetes Melitus,MKB,47(2),69-75

Manggara, Algafari B. & Shofi, Muh.(2018). Analisis Kandungan Mineral Daun Kelor
(Moringa Oleifera Lamk) menggunakan Spektrometer XRF (X-Ray Fluorescence),
Akta Kimia Indonesia, 3(1), 104-111

Mujiani, Cicik & Sukmawati, Ni Luh Kadek. (2018).Efek Antihiperglikemik The Daun
Kelor ((Moringa Oleifera) Pada Wanita Dewasa Dengan Pradiabetes,Jurnal
Kesmas,7(6), 1-10

19

Anda mungkin juga menyukai