Disusun Oleh :
1. Erlinda Eka Oktaviani (19.009)
2. Galuh Mustikaning Kawedar (19.010)
3. Nuro Nova Larisa (19.018)
4. Susi Purnamasari (19.022)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang Rendahnya Kondisi Kesehatan
Lingkungan ini tepat pada waktunya. Dan penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa hormat dan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas bidang studi Kesehatan Masyarakat serta
dapat memberikan kita informasi tentang Rendahnya Kondisi Kesehatan Lingkungan lebih
luas lagi dalam kehidupan sehari-hari ataupun lingkungan sekitar.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga makalah
ini dapat selasai dengan baik. Oleh karena itu dengan atas segala kerendahan hati kami
mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, dengan rendah hati dan
tangan terbuka kami menerima kritik dan saran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca. Sekian dan terimakasih
penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2. Tujuan .................................................................................................................2
1.3. Rumusan masalah ................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kesehatan Lingkungan ..............................................................................3
2.2 Syarat-syarat Lingkungan Yang Sehat ........................................................................3
2.3 Cara-cara Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan ........................................................3
2.4 Tujuan Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan ............................................................3
2.5 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan ......................................................................4
2.6 Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia ...........................................................5
2.7 Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Kesehatan di Indonesia ..................................7
2.8 Pengaruh Lingkungan Tidak Sehat ..............................................................................8
2.9 Penyakit yang Ditimbulkan oleh Lingkungan yang Tidak Sehat ................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status kesehatan dan gizi
masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur
angka harapan hidup. Angka kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000
kelahiran hidup (2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997)
menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8
tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas
1999) menjadi 66,2 tahun (2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah
menurun dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004).
Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu terdapat 10
provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang diatas 40% yaitu di
provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk umumnya menimpa penduduk
miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi seperti kegemukan, terutama di wilayah
perkotaan cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat. Angka kesakitan yang
tinggi terjadi pada anak-anak dan usia di atas 55 tahun, dengan tingkat morbiditas lebih tinggi pada
wanita dibanding pria.
Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan
Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan
Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di
semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi
1
kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan
biaya dan jarak transportasi.
1.2. Tujuan
2. Untuk mengetahui tentang Rendahnya Kesehatan Lingkungan di Masyarakat Indonesia
3. Untuk mengetahui cara pemeliharaan kesehatan lingkungan
4. Untuk mengetahui penyebab masalah kesehatan lingkungan
5. Untuk mengetahui upaya meningkatan kesehatan lingkungan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Membersihkan Sampah OrganikSampah organik adalah sampah yang dapat dimakan
oleh zat-zat organik di dalam tanah, maka sampah organik dapat dibersihkan dengan
mengubur dalam-dalam sampah organik tersebut, contoh sampah organik :
1. Daun-daun tumbuhan
2. Ranting-ranting tumbuhan
3. Akar-akar tumbuhan
b. Membersihkan Sampah Non OrganikSampah non organik adalah sampah yang tidak
dapat hancur (dimakan oleh zat organik) dengan sendirinya, maka sampah non organik
dapat dibersihkan dengan membakar sampah tersebut dan lalu menguburnya.
B. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang lingkup
kesehatan lingkungan sebagai berikut :
1. Penyehatan Air dan Udara
2. Pengamanan Limbah padat/sampah
3. Pengamanan Limbah cair
4. Pengamanan limbah gas
4
2.6 Masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia
1. Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa ke kota.
Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa dan terbatasnya lapangan
pekerjaan mengakibatkan penduduk desa berbondong-bondong datang ke kota besar
mencari pekerjaan sebagai pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan
dan pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan yang secara
tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak kesehatan lingkungan, seperti
munculnya permukiman kumuh dimana-mana.
2. Tempat pembuangan sampah
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah dilakukan secara
dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem pembuangan semacam itu selain
memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan
air selain lahannya juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agens dan vektor
penyakit menular.
3. Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60% penduduk Indonesia
mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk perkotaan, selebihnya
mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila datang musim kemarau, krisis air dapat
terjadi dan penyakit gastroenteritis mulai muncul di mana-mana.
4. Pencemaran udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas normal
terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan bermotor. Selain itu, hampir
setiap tahun asap tebal meliputi wilayah nusantara bahkan sampai ke negara tetangga
akibat pembakaran hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan industri dibuang
langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai atau laut, ditambah lagi dengan
kebiasaan penduduk melakukan kegiatan MCK di bantaran sungai. Akibatnya, kualitas air
sungai menurun dan apabila di-gunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
6. Bencana alam/pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering terjadi di
Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya menambah banyak
permasalahan kesehatan lingkungan.
7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan
masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat permukinan,
gedung atau tempat industri baru tanpa didahului dengan studi kelayakan yang
berwawasan lingkungan
5
8. Pembuangan Kotoran/Tinja
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut:
a. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata air
permukaan
b. Tidak boleh terkontaminasi oleh lalat dan hewan lain
c. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar-benar diperlukan
harus dibatasi seminimal mungkin
d. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang
9. Binatang Penggangu
Serangga sebagai reservoir (habitat dan suvival) bibit penyakit yang kemudian disebut
sebagai vektor misalnya : pinjal tikus untuk penyakit pes/sampar, Nyamuk Anopheles sp
untuk penyakit Malaria, Nyamuk Aedes sp untuk Demam Berdarah Dengue (DBD),
Nyamuk Culex sp untuk Penyakit Kaki Gajah/Filariasis. Penanggulangan/pencegahan dari
penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan makanan
dengan rat proff (rapat tikus), Kelambu yang dicelupkan dengan pestisida untuk mencegah
gigitan Nyamuk Anopheles sp, Gerakan 3 M (menguras mengubur dan menutup) tempat
penampungan air untuk mencegah penyakit DBD, Penggunaan kasa pada lubang angin di
rumah atau dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha sanitasi.
Binatang pengganggu yang dapat menularkan penyakit misalnya anjing dapat
menularkan penyakit rabies/anjing gila. Kecoa dan lalat dapat menjadi perantara
perpindahan bibit penyakit ke makanan sehingga menimbulakan diare. Tikus dapat
menyebabkan Leptospirosis dari kencing yang dikeluarkannya yang telah terinfeksi bakteri
penyebab.
10. Makanan dan Minuman
Sasaran higene sanitasi makanan dan minuman adalah restoran, rumah makan, jasa boga
dan makanan jajanan (diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau
disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa
boga, rumah makan/restoran, dan hotel).
Persyaratan hygiene sanitasi makanan dan minuman tempat pengelolaan makanan
meliputi :
1. Persyaratan lokasi dan bangunan
2. Persyaratan fasilitas sanitasi
3. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
4. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
5. Persyaratan pengolahan makanan
6. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
7. Persyaratan peralatan yang digunakan
6
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan
berupa :
7
2.8 Pengaruh Lingkungan Tidak Sehat
1. Pada Individu
Apabila lingkungan tidak sehat kualitas kerja (produktivitas) individu akan cenderung
menurun
Udara, air, makanan, sandang, papan dan seluruh kebutuhannya diambil dari lingkungan.
Akan tetapi, berpengaruh terhdap individu baik positif maupun negatif. Lingkungan sehat
dan gizi yang cukup dapat menghindarkan seseorang dari penyakit.
2. Pada Keluarga
Keluarga yang sehat berasal dari lingkungan yang sehat, maka kesehatan keluarga dapat
meningkat. Rumah yang cukup bersih dapat memberikan kenyamanan bagi penguninya.
Dengan demikian, dalam sebuah rumah yang tidak sehat dapat menjadi tempat saling
menularnya penyakit dan menjadi indikasi negatif terhadap upaya meningkatkan kesehatan
lingkungan.
3. Pada Masyarakat
Tindakan masyarakat membuang sampah sembarangan, akan berakibat terhadap kesehatan
dan kelangsungan hidup, timbulnya penyakit terhadap masyarakat yang tidak sehat, dan
timbulnya bencana akibat perbuatan tangan jahil masyarakat yang tidak terkontrol.
8
2.10 Upaya Mengingkatkan Kesehatan Lingkungan Masyarakat
1. Paradigma Baru Kesehatan
Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat serta memiliki
makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di dunia tahun 1994 dianggap
sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan kesehatan masyarakat baru, karena sejak
tahun 1974 terjadi diskusi intensif yang berskala nasional dan internasional tentang
karakteristik, konsep dan metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat.
Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico (1990) dan
Saitama (1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan secara bertahap beralih dari
orientasi sakit ke orientasi sehat. Perubahan tersebut antara lain disebabkan oleh :
a. Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang semula
disebabkan oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis, degeneratif dan kecelakaan.
b. Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana.
c. Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan penduduk
2. Upaya Kesehatan
Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dalam jangka
panjang dapat menjadi bumerang terhadap program kesehatan itu sendiri, maka untuk
menyongsong PJP-II program kesehatan yang diperlukan adalah program kesehatan yang
lebih “efektif” yaitu program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan
kesehatan (Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan
yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II. Model ini
menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas untuk 20-25
tahun mendatang.
b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.
c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-preventif-
protektif dengan pendekatan pro-aktif.
d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi kesehatannya
secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang tidak sakit (85%) agar lebih
tahan terhadap penyakit.
f. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi, anak, dan juga
melindungi masyarakat dari pencemaran.
g. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan serta
perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk (melalui perubahan
perilaku)
h. Penggerakan peran serta masyarakat.
9
i. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup dan bekerja
secara sehat.
j. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.
k. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada kepentingan
kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat umum).
l. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.
3. Kebijakan Kesehatan Baru
Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada upaya promotif-
preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan rehabilitatif diharapkan merupakan titik
balik kebijakan Depkes dalam menangani kesehatan penduduk yang berarti program
kesehatan yang menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar
penyembuhan penyakit. Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir setiap terobosan baru
perlu didahului dengan perubahan paradigma untuk merubah kebiasaan dan cara berpikir
yang lama.
4. Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma
Perubahan paradigma kesehatan apabila dilaksanakan dapat membawa dampak yang
cukup luas. Hal itu disebabkan karena pengorganisasian upaya kesehatan yang ada, fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada, adalah merupakan wahana dan sarana pendukung dari
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya penyembuhan
penyakit, maka untuk mendukung terselenggaranya paradigma sehat yang berorientasi
pada upaya promotif-preventif proaktif, community centered, partisipasi aktif dan
pemberdayaan masyarakat, maka semua wahana tenaga dan sarana yang ada sekarang
perlu dilakukan penyesuaian atau bahkan reformasi termasuk reformasi kegiatan dan
program di pusat penyuluhan kesehatan.
5. Indikator Kesehatan
WHO menyarankan agar sebagai indikator kesehatan penduduk harus mengacu pada empat
hal sebagai berikut :
a. Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang
b. Mengukur kemampuan fisik
c. Penilaian atas kesehatan sendiri
d. Indeks massa tubuh
6. Tenaga Kesehatan
Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya kesehatan yang
menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat penting. Pengelolaan upaya kesehatan
dan pembinaan bangsa yang sehat memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas,
menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individu.
7. Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat penting adalah
bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk dapat tertarik dan
10
bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan memobilisasi sumber dana yang
ada pada mereka.
8. Kesehatan dan Komitmen Politik
Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh karena itu untuk
memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen politik. Dewasa ini masih terasa
adanya anggapan bahwa unsur kesehatan penduduk tidak banyak berperan terhadap
pembangunan sosial ekonomi.
11
BAB III
PENUTUP
2.3 Kesimpulan
Masalah kesehatan lingkungan sangat berpengaruh terhadap mahkluk hidup terutama
manusia, yang merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan pelestarian kesehatan yang baik, maka
kesehatan masyarakat akan menjadi lebih baik.
Syarat-syarat lingkungan yang sehat ialah yang memiliki keadaan air yang bersih, keadaan
udara yang sehat, keadaan tanah yang sehat pula.
Untuk pemeliharaan kesehatan lingkungan dapat dilakukan dengan cara tidak mencemari air
dengan membuang sampah disungai, mengurangi penggunaan kendaraan bermotor,
mengolah tanah sebagaimana mestinya dan menanam tumbuhan pada lahan-lahan kosong.
Sebagai tujuan pemeliharaan kesehatan lingkungan dapat terwujud, yaitu:
1. Mengurangi pemanasan global
2. Menjaga kebersihan lingkungan
3. Membersihkan sampah dari lingkungan sekitar
2.4 Saran
Untuk menjaga kesehatan lingkungan perlu dilakukan peningkatan budaya sehat yang
dimulai dari diri sendiri dan diterapakan dalam kehidupan kita sehari-hari demi terciptanya
limgkungan yang bersih dan sehat agar setiap kegiatan mahkluk hidup terutama manusia
dapat berjalan dengan baik.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi mata kuliah dan pembelajaran dan teman-teman
serta pembaca. Apabila ada kritik dan saran kami menerimanya sebagai motivasi untuk
kedepan.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://www.artikellingkunganhidup.com/sejarah-dan-latar-belakang-kesehatan-
lingkungan.html
http://newjoesafirablog.blogspot.com/2012/06/pengertian-pendidikan-kesehatan.html
http://adinnagrak.blogspot.com/2013/09/makalah-pendidikan-lingkungan-kesehatan.html
Budihardjo Ir, Eko, Prof. M.S.C, Kota dan Lingkungan, United Nation, University Pers Jakarta,
LP3ES, 2003.
Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
Kesehatan.
Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2012. Naskah Akademik Pendidikan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : (Online)
Kartayasapoetra, G.,dkk. 2005. Ilmu Gizi. Jakarta : Rineka Cipta
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003
tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran
Nasution, Siti Khadijah.2009. Artikel Kesehatan. Medan : Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2008. ”Kesehatan Masyarakat: ilmu dan seni”. Jakarta: Rineka
Cipta.
Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syarat-
syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Soeparman dan Suparmin. 2001.Pembuangan Tinja dan Limbah Cair : Suatu Pengantar.
Jakarta : EGC.
Soekidjo, Notoatmodjo. 2003. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan.Yogyakarta : AndiOffset
13