Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ISSUE KESEHATAN LINGKUNGAN

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat

Dosen Pengampu :

Mamat, SKM.,MKM

Disusun Oleh :

Kelompok 2

Anja Badria Syarifah (P17324421003)


Diva Sagita Putri (P17324421009)
Melani Mustika Sari (P17324421016)
Popy Ardianti (P17324421021)
Salma Syahidah (P17324421026)

JALUM 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PRODI KEBIDANAN KARAWANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan makalah
mengenai ”Issu Kesehatan Lingkungan”. Sholawat serta salam kami curah limpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta umatnya
hingga akhir zaman.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas matakuliah Kesehatan
Masyarakat. Dalam membuat makalah ini, kami mendapat bantuan dari teman-teman
seperjuangan yang telah memberikan saran dan semangat.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Kami
juga berharap agar laporan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca.

Karawang, 23 Februari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................

BAB I ........................................................................................................................

PENDAHULUAN ....................................................................................................

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................
1.3 Tujuan .................................................................................................................

BAB II ......................................................................................................................

PEMBAHASAN ......................................................................................................

2.1 Definisi ................................................................................................................


2.2 Isu Kesehatan ......................................................................................................
2.3 Disparitas Status Kesehatan ................................................................................
2.4 Beban Ganda Penyakit ........................................................................................
2.5 Kinerja Pelayanan Kesehatan yang masih Rendah .............................................
2.6 Perilaku Masyarakat yang kurang Mendukung ...................................................

BAB III .....................................................................................................................

PENUTUP ................................................................................................................

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................


3.2 Saran ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini masih menjadi perhatian bagi
pemerintah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah.
Tingkat kesehatan masyarakat yang tidak merata dan sangat rendah khususnya
terjadi pada masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat
yang masih tidak higienis ditambah lagi dengan tidak adanya sarana dan prasarana
lingkungan yang mendukung berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal
pada pemukiman kumuh tersebut. Banyak masalah kesehatan masyarakat yang
mungkin akan timbul akibat perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan yang
tidak memperhatikan kesehatan.
Berdasarkan beberapa permasalahan kesehatan di Indonesia, maka perlu
adanya edukasi terarah dengan calon tenaga kesehatan tentang permasalahan
kesehatan di Indonesia dan bagaimana cara meminimalisirkan masalah kesehatan
yang terjadi di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan issue kesehatan lingkungan?
2. Apa yang dimaksud disparitas status kesehatan?
3. Apa yang dimaksud beban ganda penyakit?
4. Apa yang dimaksud kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah?
5. Apa yang dimaksud perilaku masyarakat yang kurang mendukung?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui issue kesehatan lingkungan.
2. Dapat mengetahui disparitas status kesehatan.
3. Dapat mengetahui beban ganda penyakit.
4. Dapat mengetahui kinerja pelayanan kesehatan yang masih rendah.
5. Dapat mengetahui perilaku masyarakat yang kurang mendukung.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :
1. Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah
suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan
agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
2. Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu
menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang
sehat dan bahagia.
2.2 Isu Kesehatan
Kesehatan menurut WHO adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan
sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.
Menurut Undang-Undang kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Isu dalam bahasa inggris yaitu issue artinya persoalan atau kejadian. Jadi
dapat disimpulkan bahwa isu-isu kesehatan adalah suatu peristiwa atau kejadian
yang menyangkut masalah kesehatan yang diperkirakan terjadi pada masa yang
akan datang.
Isu kesehatan ini, khususnya di Indonesia yang pertama adalah persoalan
kondisi gizi buruk di beberapa daerah. Kasus gizi buruk yang banyak dialami oleh
masyarakat kalangan miskin atau ekonomi lemah dan kurang mampu. Ada juga
beberapa isu kesehatan tentang gizi yang berlebihan adalah kegemukan,
penyebabnya adalah karena adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang
banyak muncul di wilayah perkotaan. Beberapa isu penyakit lain yang sudah
sangat umum menjangkit masyarakat Indonesia adalah anemia dan imunitas,
penyakit pada gigi dan juga mulut, infeksi saluran pernafasan, hipertensi,
gangguan saluran pencernaan, gangguan penglihatan, dan penyakit mata lainnya

v
seperti katarak, penyakit kulit, sendi dan infeksi nafas kronik. Beberapa penyakit
kronis yang lain juga sudah banyak menyerang masyarakat Indonesia seperti DBD
Demam Berdarah Dengue, HIV/AIDS, Chikungunya, Malaria, SARS, dan TBC
dan lain lain.
2.3 Disparitas Status Kesehatan
2.3.1 Definisi
Kesehatan adalah hal esensial yang dibutuhkan oleh manusia dan
menjadi hak warga atas pemerintah dimanapun warga tersebut berada serta
bagaimanapun status sosial ekonominya.
Disparitas adalah kesenjangan atau inequalities atau jarak perbedaan
antara sebuah nilai rata-rata dari sub populasi atau sub kelompok dengan
nilai rata-rata sub kelompok lain dalam komunitas masyarakat yang lebih
besar yang memiliki nilai yang sama atau memiliki hak dan kesempatan
yang sama ( Evan dalam umar fahmi, 2008).
Disparitas dalam bidang kesehatan adalah suatu kesenjangan,
ketimpangan, atau perbedaan status kesehatan yang terjadi di masyarakat
sebagai hasil dari ketidaksamaan atau pemerataan dari kondisi yang ada di
masyarakat baik dari segi sosial ekonomi, pendidikan, akses pelayanan
kesehatan, kebijakan pemerintahan, faktur perilaku individu, sampai
factor jenis kelamin.
2.3.2 Faktor Penyebab
a. Status sosial ekonomi
b. Lingkungan
c. Akses layanan kesehatan
d. Pendidikan
e. Jenis kelamin
2.4 Beban Ganda Penyakit
Dalam tiga tahun terakhir ini dunia dan negara kita praktis memprioritaskan
program kesehatan pada pengendalian pandemi Covid-19. Dengan perkembangan
epidemiologi yang ada maka kita berharap agar di 2023 ini situasi Covid-19 akan
semakin terkendali baik.

vi
Kita juga berharap apabila semua berjalan baik maka status pandemi bisa
dicabut. Karena itu, sudah pada tempatnya kita kembali memberi perhatian pada
masalah kesehatan secara umum, yang dapat dikategorikan sebagai beban ganda.
Beban ganda pertama adalah dua jenis penyakit sekaligus. Data dunia
menunjukkan bahwa penyakit tidak menular (PTM) kini merupakan penyebab
kematian utama, sementara berbagai penyakit menular (PM) belum juga dapat
dikendalikan
Di negara kita, penyakit menular tertentu masih jadi masalah kesehatan
sehari-hari. Sementara penyakit tidak menular (PTM) dalam berbagai bentuk
sudah meningkat dan bahkan sudah lebih tinggi dari penyakit menular.
Untuk menghadapi beban ganda itu, maka program pengendalian penyakit
harus meliputi tiga kegiatan utama, Yaitu pertama upaya pencegahan, kedua
pengendalian penyakit tidak menular, dan ketiga adalah pengendalian penyakit
menular.
Terkait pencegahan penyakit, ada tiga kegiatan utama yang mesti dilakukan
yakni pemberdayaan masyarakat, lingkungan yang sehat, serta kegiatan
pencegahan seperti pola hidup sehat, pemberian imunisasi dan lainnya.
Kegiatan kedua yaitu pengendalian PTM. Sudah ditentukan ada empat PTM
utama yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, penyakit paru kronik
dan diabetes. Selain itu, kini juga banyak dibahas masalah kronik lain termasuk
gangguan ginjal. Untuk mengatasi penyakit ini, pendekatannya adalah
penanganan faktor risiko bersama (common risk factors), yaitu kebiasaan
merokok, kurang aktivitas fisik, pola makan yang tidak tepat dan konsumsi
alkohol.
Adapun yang ketiga yaitu pengendalian penyakit menular. Ini dilakukan
dengan dijalankan prinsip kegiatan PDR (Prevensi, Deteksi dan Respons). Harus
diingat bahwa penyakit menular memiliki dua dimensi penularan yaitu di dalam
negeri dan antarnegara. Ini karena virus dan bakteri pada dasarnya borderless,
tidak mengenal batas negara.
2.5 Kinerja Pelayanan Kesehatan yang masih Rendah
Pembangunan dan peningkatan pelayanan dasar terhadap publik merupakan
amanah yang harus terus dilakukan karena menyangkut hajat hidup orang banyak.

vii
Dalam UU no 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang dimaksud pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan perundang – undangan bagi setiap warga
negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Salah satu bentuk pelayanan publik tersebut adalah adalah pelayanan di
bidang kesehatan. Peningkatan pelayanan di bidang kesehatan sangat penting
karena kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang keberadaannya sangat
diperlukan oleh masyarakat. Kesehatan juga merupakan aspek yang sangat vital
dalam mencapai Millenium Development Goals (MDG’s) karena kesehatan
merupakan indikator perkembangan suatu bangsa. Memperoleh kesehatan
merupakan hak setiap individu atau kelompok. Dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat
1, secara eksplisit dikatakan bahwa kesehatan merupakan hak setiap warga.
Bahkan kesehatan juga menjadi indikator HDI ( Human Development Index ).
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di dunia, mencapai 253.609.643 jiwa warga dan menduduki posisi ke-4
penduduk terbanyak di dunia.
Dengan jumlah penduduk yang padat mengharuskan Indonesia untuk terus
meningkatkan kualitas pelayanan di bidang kesehatan. Dari data yang ada pada
tabel 1 diatas, Indonesia jika dibandingkan dengan negara – negara besar di
ASEAN masih jauh tertinggal. Singapura memiliki angka harapan hidup tinggi
dengan menduduki peringkat ke -5 di dunia dengan angka 82,3 %, Thailand
menduduki peringkat ke- 79 dengan angka 74,0 %, Malaysia menduduki
peringkat ke- 81 dengan angka 73,9 %. Indonesia menduduki peringkat ke- 117
dengan angka 69.5 % dari 192 negara dan berada diatas Filipina dengan peringkat
ke – 118 dengan angka 69.4%. Dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki
peringkat terbawah kedua setelah Filipina yang berarti pemerintah harus selalu
waspada dan berkewajiban untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan di
bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan berdasarkan Sistem
Kesehatan Nasional. Dalam Sistem Kesehatan Nasional tersebut kewajiban
pemerintah yaitu meningkatkan derajat kesehatan setinggi – tingginya untuk

viii
mensejahterakan masyarakat. Hal ini sesuai yang diamanatkan oleh UUD 1945.
Pembangunan di bidang kesehatan diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan, namun kenyataannya masih banyak ditemukan permasalahan –
permasalahan dalam bidang kesehatan yaitu:
Di Indonesia sendiri pelayanan kesehatan yang ada memiliki permasalahan
antara lain : Pertama status kesehatan penduduk miskin masih rendah. Kedua
beban ganda penyakit, dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah
penyakit infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan
penyakit tidak menular, sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu
yang bersamaan (double burden). Ketiga kualitas, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan masih rendah. Keempat terbatasnya tenaga kesehatan dan
distribusinya tidak merata. Kelima perilaku masyarakat yang kurang mendukung
pola hidup bersih dan sehat. Keenam kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
Ketujuh rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi
kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat.
Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam
suatu sistem kesehatan kewilayahan. Kedelapan lemahnya dukungan peraturan
perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia, standarisasi, penilaian
hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
Pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia masih banyak permasalahan
yang harus segera ditangani, mengingat tuntutan serta permasalahan kesehatan
dari waktu ke waktu semakin kompleks. Jika tidak ditangani segera maka yang
terjadi adalah muncul masalah baru, untuk itulah pemerintah perlu secara berkala
untuk melakukan inovasi pelayanan. Inovasi yang dilakukan pemerintah dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat Indonesia yang
terbaru dijalankan di tahun 2014 adalah lahirnya program Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). BPJS merupakan badan yang
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk
Indonesia termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia.
Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional tersebut diharapkan dapat
mengatasi permasalahan yang ada dibidang kesehatan, khusunya dapat

ix
menjangkau warga miskin, karena dengan program Jaminan Kesehatan Nasional
warga membayar iuran yang murah dan sudah mendapatkan fasilitas pelayanan
dasar (tingkat I) meliputi Puskesmas, klinik dokter praktik swasta, klinik TNI dan
Polri yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dan lanjutan (tingkat II)
meliputi rumah sakit yang sudah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, dimana
biasanya hanya didapatkan oleh warga kaya yang mampu membayar dengan iuran
yang besar. Sehingga diharapkan dengan adanya program tersebut tercipta
keadilan yang merata dari berbagai lapisan masyarakat untuk mendapatkan
fasilitas pelayanan kesehatan yang layak. BPJS sebagai Penyelenggara Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi jaminan kesehatan nasional yang
mencakup seluruh penduduk.
Aktor – aktor penyelenggara Sistem Jaminan Sosial Nasional tersebut bukan
pada program BPJS saja, tetapi ada pemerintah pusat dan pemerintah daerah
karena mereka yang melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan, terutama
menyiapkan dari sisi suplai penyedia jasa pelayanan. Dari berbagai upaya inovasi
dan strategi yang dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas
pelayanan tersebut, salah satu yang tidak boleh dilewatkan dalam meningkatkan
kualitas pelayanan di bidang kesehatan adalah pelayanan tingkat lokal yaitu
pelayanan kesehatan dasar di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Pelayanan di tingkat Puskesmas ini di bawah kewenangan Pemerintah Daerah.
Dahulu, Puskesmas dipandang sebelah mata. Keberadaan Puskesmas masih belum
memberikan kontribusi yang baik dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat dikarenakan tingkat pelayanan dan fasilitas yang ada belum
memenuhi standar pelayanan. Pemeriksaan di Puskesmas tidak selama jika
periksa di dokter praktek. Akibatnya warga memilih berobat ke klinik swasta, dan
banyaknya masyarakat yang datang berobat ke pengobatan alternatif dan
menganggap Puskesmas hanya sebagai pengobatan penyakit sepele.
Selain itu dari mutu pelayanan maupun dari performance fisik bangunan
yang terkesan seperti bangunan tua dan juga ruang tunggu yang tidak nyaman
mengakibatkan Puskesmas semakin tidak dianggap oleh masyarakat. Namun,
pada saat ini pemerintah daerah selalu berupaya merubah citra (image) Puskesmas
yang buruk tersebut menjadi lebih baik. Puskesmas berusaha memberikan

x
peningkatan dalam pelayanannya. Dari segi bangunan fisik misalnya, bangunan
direnovasi menjadi lebih modern, ruang tunggu yang nyaman, fasilitas dan
prasarana yang memadai sehingga banyak Puskesmas yang sudah mendapatkan
predikat ISO karena sesuai dengan standar pelayanan. Peningkatan kualitas yang
dilakukan di Puskesmas tersebut merupakan bukti nyata keseriusan pemerintah
daerah dan dinas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan warganya.
Salah satu strategi dalam meningkatkan kualitas pelayanan yaitu dengan cara
mengukur kinerja pelayanan secara berkala. Pengukuran kinerja penting karena
dengan mengukur kinerja, pemerintah dapat :
1. Akuntabel terkait dengan penggunaan risorsis (reporting). Dengan adanya
pengukuran kinerja laporan kinerja dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat karena masyarakat sendiri memiliki akses untuk mengawasi
kinerja pemberi layanan.
2. Mengalokasikan risorsis untuk tujuan publik (budgeting). Dengan adanya
pengukuran kinerja akan diketahui kelemahan dalam pengalokasian dana
publik contohnya pengalokasian yang kurang merata, sehingga dengan
adanya pengukuran kinerja akan segera dilakukan perbaikan dan tujuan
publik tercapai. Melakukan perbaikan produktivitas (productivity
improvement). Dengan adanya pengukuran kinerja diketahui kelemahan dan
kekurangan apa saja dalam produktivitas pemberi layanan kepada pengguna
layanan. Terdeteksinya kelemahan tersebut diharapkan dapat segera
dilakukan perbaikan.
Pengukuran kinerja penting untuk mengetahui gambaran kinerja
penyelenggara pelayanan publik. Dalam mengukur kinerja layanan kesehatan
dibutuhkan adanya metode pengukuran kinerja. Di Indonesia metode yang
digunakan dalam mengukur kinerja layanan adalah dengan menggunakan metode
IKM ( Indeks Kepuasan Masyarakat ), metode Servqual (Service Quality )dan
yang terkini adalah metode CRC ( Citizen Report Card ). Metode CRC ( Citizen
Report Card ) merupakan pendekatan penelitian untuk mengetahui gambaran
kinerja penyelenggaraan pelayanan publik dari sisi warga sebagai pengguna
layanan. CRC adalah penelitian yang berbeda dengan penelitian – penelitian
lainnya, jika dilihat dari tujuan CRC ada kemiripan dari tujuan yang dicapai

xi
dengan IKM ( Indeks Kepuasan Masyarakat ), yang membedakan dengan IKM
pada proses dan penyelenggaraan penelitian, IKM dilakukan dilakukan oleh
provider atau penyelenggara layanan publik terhadap warga yang menggunakan
layanan publik, sedangkan CRC yang melakukan adalah lembaga non pemerintah
seperti lembaga penelitian independen, organisasi sosial, organisasi keagamaan,
lembaga swadaya masyarakat bahkan warga itu sendiri yang bekerja sama dengan
penyelenggara layanan. Disamping itu yang membedakan CRC dengan penelitian-
penelitian yang lain adalah keterlibatan warga dalam penelitian.(Muttaqien dan
Abdul, 2010:12).
Hal ini jika dikaitkan dengan konteks paradigma pelayanan publik dapat
dibedakan menjadi 2 paradigma yang berbeda, yang pertama dalam metode IKM
masih menggunakan paradigma lama yaitu New Public Management dimana
masyarakat belum banyak dilibatkan dalam penyelenggara layanan, sedangkan
metode CRC (Citizen Report Card) sudah menerapkan paradigma New Public
Service dimana masyarakat sudah banyak dilibatkan dalam penyelenggara
layanan dan menitik beratkan pada demokrasi.
Dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan IKM merupakan metode
yang kuno karena belum mencapai puncak pada pelibatan masyarakat dan konteks
demokrasi dimana pada saat ini pemerintahan Indonesia sudah menggunakan
sistem pemerintahan demokrasi. Selain itu sebagian besar hasil penelitian tersebut
berupa opini atau penilaian dari pakar atau ahli yang lebih banyak
menggambarkan dan menganalisis kualitas layanan dari sudut pandang yang
normatif. Sementara itu masih belum banyak dilakukan penelitian yang dapat
menggambarkan fakta yang langsung diberikan oleh rakyat sebagai pengguna
layanan publik secara empiris.
Dengan kata lain, sebagian besar hasil penelitian tentang penyelenggaraan
pelayanan publik adalah merupakan persepsi responden terhadap pelayanan
publik. Di sini penentuan indikator dan instrumen yang digunakan didasarkan atas
teori, bukan fakta atau kebutuhan masyarakat. Akibatnya, perumusan hasilnya
atas dasar interpretasi seorang ahli dalam bahasa ilmiah yang seringkali sulit
dipahami dan diimplementasikan untuk memengaruhi kebijakan atau
memperbaiki kualitas penyelenggaraan layanan public. Sementara itu dalam

xii
prosesnya, penelitian tersebut tidak banyak melibatkan masyarakat secara
partisipatif selain sebagai responden. Oleh karena itu, dapat dimengerti apabila
hasil penelitian tersebut kurang memberikan dampak secara langsung kepada
masyarakat. Dengan kata lain, rakyat tidak merasa menjadi subyek dan tidak
terwakili dengan hasil penelitian tersebut.
2.6 Perilaku Masyarakat yang Kurang Mendukung
Perilaku masyarakat terhadap lingkungan dapat menimbulkan berbagai
dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif perilaku masyarakat
yang peduli lingkungan diantaranya mengurangi sampah plastik dengan cara
proses daur ulang yang menciptakan karya seni yang dapat digunakan maupun
dijual kembali, memanfaatkan sampah organik dijadikan pupuk kompos,
pembuatan biogas dan lain sebagainya. Sedangkan dampak negatif perilaku
masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan diantaranya membuang sampah
sembarang tempat.
Menurut Sarudji (2006) daerah pesisir merupakan salah satu daerah yang
banyak memiliki masalah khusus dibidang kesehatan. Kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan perilaku kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan genetik Berdasarkan teori ini, terlihat bahwa konsep kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh lingkungan 45%, perilaku 30%, jasa layanan
kesehatan 20% dan genetik atau keturunan 5% (dalam Sumampouw, 2015:5)
Masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya kesehatan lingkungan yang
baik jika ingin menciptakan komunitas yang sehat dan bahagia. Apabila manusia
mampu menjaga lingkungan dengan baik, maka wabah penyakit yang muncul
akibat lingkungan kotor dapat dihindari. Permasalahan lingkungan yang sering
muncul pada masyarakat pesisir salah satunya adalah sampah.
Perilaku masyarakat pesisir dalam pengelolaan lingkungan masih kurang
baik, karena masih banyak sampah-sampah yang berserakan di pinggiran pantai
yang merupakan sampah yang bersumber dari sampah rumah tangga, baik sampah
organik maupun non organik. Sehingga sampah-sampah yang berserakan di
pinggir pantai dapat merusak kebersihan dan mengganggu kesehatan lingkungan
itu sendiri. Jika ditinjau dari pengetahuan dan perilaku masyarakat yang tidak
peduli terhadap kesehatan lingkungan dapat dijumpai pada masyarakat yang

xiii
bermukim di daerah pesisir pantai. Bentuk perilaku masyarakat dalam
pengelolaan lingkungan pantai masih kurang baik, ini terbukti dengan masih
banyaknya sampah yang berserakan di sekitar pinggiran pantai.
Masyarakat berpikir bahwa pantai merupakan tempat pembuangan sampah
paling ideal, karena sampah yang mereka buang di pantai akan hilang terbawah air
laut. Permasalahan lain yang terdapat di pantai adalah kondisi rumah penduduk
yang tidak sesuai dengan syarat-syarat rumah sehat. Sebagian masyarakat tidak
mempunyai fasilitas jamban yang sesuai dengan standar kesehatan. Jika ditinjau
dari aspek sanitasi lingkungan, tentunya perilaku masyarakat yang membuang
tinja di sepanjang pinggiran pantai dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat
dan juga dapat mengakibatkan rusaknya keindahan (estetika) kawasan pantai.
1. Perilaku Masyarakat terhadap Kesehatan Lingkungan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis terkait perilaku
masyarakat Desa Ketong terhadap kesehatan lingkungan berdasarkan beberapa
indikator yaitu:
a. Pembuangan Sampah, Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan
masyarakat Desa Ketong yang bertempat tinggal di wilayah pantai,
perilaku masyarakat dalam mengelola sampah relatif masih kurang, masih
banyak masyarakat membuang sampah di pinggir pantai. Perilaku
masyarakat dalam membuang sampah di pantai sudah menjadi tradisi
masyarakat, karena masyarakat beranggapan bahwa pantai merupakan
tempat paling ideal untuk membuang sampah. Namun pada kenyataannya
perilaku tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif di lingkungan
pantai salah satunya merusak estetika pantai.
b. Fasilitas Tempat Buang Air Besar, Terkait dengan penyediaan tempat
buang air besar di Desa Ketong sebagian besar masyarakat sudah memiliki
jamban kepemilikan pribadi. Namun masih ada beberapa rumah tangga
yang belum memiliki jamban keluarga seperti Bapak Arsyad dan Ibu Mas
Endang yang menjadi informan dalam penelitian penulis, bagi masyarakat
yang belum mempunyai jamban pribadi biasanya buang air besar di sungai
atau menumpang dirumah tetangga. Perilaku masyarakat tersebut dapat
berdampak secara langsung maupun tidak langsung, kebiasaan buang air

xiv
besar di sungai akan mengakibatkan sumber air minum terkontaminasi
serta pencemaran yang terjadi berulang kali pada sumber air. Terkait
dengan perilaku masyarakat tersebut seharusnya menjadi perhatian
pemerintah desa agar dapat menyediakan sarana atau fasilitas tempat
buang air besar bagi warga yang belum memiliki jamban pribadi.
2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat terhadap kepedulian masyarakat dalam mengelola
lingkungannnya tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.
Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan lingkungan masih relatif
rendah yang dapat dibuktikan dengan perilaku masyarakat yang masih
membuang sampah di pinggir pantai hal tersebut tentunya akan
menyebabkan pencemaran lingkungan walaupun sudah ada himbauan dari
pemerintah desa agar tidak lagi membuang sampah di pinggir pantai. Dari
sebagian besar masyarakat masih ada yang peduli akan lingkungannya,
seperti melakukan daur ulang sampah yang dihasilkan menjadi pupuk
kompos dan mengumpulkan sampah-sampah plastik untuk dijual kembali.
Hal tersebut seharusnya pemerintah mengapresiasi tindakan dari
masyarakatnya dan mengembangkan kerajinan tersebut dengan cara
memberikan pelatihan terkait pengelolaan sampah agar dapat bernilai jual.
b. Pemahaman masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.
Pemahaman masyarakat terhadap kesehatan lingkungan masyarakat
di berdasarkan hasil wawancara bahwa sebenarnya masyarakat sudah
paham tentang kesehatan lingkungan namun karena kebiasaan masyarakat
yang memang sulit untuk diubah, seperti tentang pembuangan sampah.
Masyarakat memahami bahwa membuang sampah di pantai akan
menimbulkan dampak negatif, namun juga menjadi alasan masyarakat
tetap menjadi kebiasaan atau tradisi membuang sampah di pantai karena
tidak ada sarana atau fasilitas kebersihan yang disediakan oleh desa. Dari
masalah tersebut seharusnya masyarakat diberi pemahaman bahwa
tindakan yang dilakukan itu kurang baik untuk lingkungannya. Sehingga
perlu diberikan sosialisasi dari pemerintah desa atau dinas kesehatan

xv
terkait agar penyampaiannya bisa dipahami masyarakat agar dapat
mengubah pola pikir masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang lebih
baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan di terkait dengan
sosialisasi tentang kesehatan lingkungan, beberapa masyarakat
mengatakan pernah menerima sosialisasi dari dinas kesehatan dan ada
yang memang belum pernah sama sekali menerima sosialisasi kesehatan
lingkungan. Masyarakat yang pernah menerima sosialisasi tentang
kesehatan lingkungan hanya pada masyarakat dusun enam.
c. Penyediaan sarana kebersihan.
Persoalan sampah merupakan budaya masyarakat yang memerlukan
manajemen dengan proses yang tidak singkat, fasilitas lokasi tempat
pembuangan sampah atau TPA perlu dibuatkan untuk meminimalisir
sampah-sampah yang dibuang di pantai yang tidak dapat diolah kembali.
Penyediaan sarana kebersihan masih relatif kurang dan jauh dari kata
memadai. Pemerintah desa telah melakukan tindakan terkait sarana
kebersihan dengan membuat perencanaan antara pemerintah desa yang
bekerjasama dengan JMK agar segera membuat tempat pembuangan
sampah khusus.
3. Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap Kesehatan Lingkungan
Permasalahan lingkungan yang sering terjadi atau yang menjadi
permasalahan adalah mengenai pembuangan sampah dan pembuangan kotoran
(jamban), dari permasalahan tersebut perlu dilakukan tindakan dari pemerintah
desa seperti menerapkan kebijakan-kebijakan yang harus dipatuhi oleh
masyarakat, bahkan peran serta dari pihak dinas kesehatan terkait yang dimana
menjadi lembaga wilayah berkewajiban memelihara, mengawasi dan
membimbing masyarakat bahkan menjadi sarana masyarakat dalam
berkonsultasi.
Salah satu tindakan pemerintah desa dalam mengatasi kebersihan
lingkungan dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat yaitu
dengan melakukan kegiatan rutin seperti kerja bakti setiap hari jum’at atau
hari sabtu. Saat ini pemerintah desa telah melakukan perencanaan masalah
peraturan desa tentang kebersihan lingkungan dengan harapan agar

xvi
masyarakat lebih tertib dari sekarang. Perencanaan tersebut masih sementara
berjalan dan dibicarakan bersama agar lebih terarah kedepannya, perencanaan
tentang peraturan desa tentang kebersihan lingkungan tersebut akan diterapkan
pada tahun 2021. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa bahwa
terkait kebijakan yang akan diterapkan masih dalam perencanaan pembuatan
peraturan desa tentang kebersihan lingkungan yang masih harus
dimusyawarahkan bersama pihak terkait yaitu pemerintah desa bersama BPD.

xvii
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini masih menjadi perhatian bagi
pemerintah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah.
Tingkat kesehatan masyarakat yang tidak merata dan sangat rendah khususnya
terjadi pada masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh. Perilaku masyarakat
yang masih tidak higienis ditambah lagi dengan tidak adanya sarana dan prasarana
lingkungan yang mendukung berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal
pada pemukiman kumuh tersebut. Banyak masalah kesehatan masyarakat yang
mungkin akan timbul akibat perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan yang tidak
memperhatikan kesehatan.
Isu kesehatan ini, khususnya di Indonesia yang pertama adalah persoalan
kondisi gizi buruk di beberapa daerah. Kasus gizi buruk yang banyak dialami oleh
masyarakat kalangan miskin atau ekonomi lemah dan kurang mampu. Ada juga
beberapa isu kesehatan tentang gizi yang berlebihan adalah kegemukan,
penyebabnya adalah karena adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang banyak
muncul di wilayah perkotaan.
Beberapa isu penyakit lain yang sudah sangat umum menjangkit masyarakat
Indonesia adalah anemia dan imunitas, penyakit pada gigi dan juga mulut, infeksi
saluran pernafasan, hipertensi, gangguan saluran pencernaan, gangguan
penglihatan, dan penyakit mata lainnya seperti katarak, penyakit kulit, sendi dan
infeksi nafas kronik. Beberapa penyakit kronis yang lain juga sudah banyak
menyerang masyarakat Indonesia seperti DBD Demam Berdarah Dengue,
HIV/AIDS, Chikungunya, Malaria, SARS, dan TBC dan lain lain.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam

xviii
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan
terimakasih yang sebesar besarnya.

xix
DAFTAR PUSTAKA

Albert, dkk. (2011). Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Anorganik Di


Kecamatan Abepura Kota Jayapura. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM dan
Ikatan Geografi Indonesia. Jurnal Ilmiah Vol 25 No. 1 Maret 2011. ISSN 0125-
1790
Dg. Matasse, Muh Wawan. (2017). Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan di Wilayah Pesisir Desa Lero Kecamatan Sindue Kabupaten
Donggala. Skripsi Sarjana. Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Pendidikan
Geografi, Universitas Tadulako
Purnama, Sang Gede. (2018). Dasar Kesehatan Lingkungan. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia Vol 18 No 2, Oktober 2019

xx

Anda mungkin juga menyukai