Anda di halaman 1dari 42

TUGAS KELOMPOK

KONSEP DASAR KEPERAWATAN II

DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :
1. Galuh Rahmawati 204201516102

2. Helen Komala Putri 204201516122


3. Januar Khadafi 204201516123
4. Leonnie Vania 204201516105
5. Nada Umi Nafisah 204201516099
6. Salsabiela 204201516121
Kamilatuss’adah
7. Tiara Fahriatunnisa Aini 204201516095
8. Widya Putri Cahya 204201516100
Recinta
9. Zafirah Nur Anggraeni 204201516103
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmatnya kita selalu dalam
keadaan sehat rohani dan jasmani. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, karena beliau telah membawa kita dari zaman kegelapan
menuju Zaman yang terang benderang ini. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih pada :

1. Allah SWT, karena Berkat dan Rahmat Hidayah-Nya kami dapat


menyelesaikan makalah tugas Konsep Dasar Keperawatan II ini dengan
baik walaupun masih banyak kekurangan.
2. Ayah dan ibu selaku orang tua yang telah mendukung, membimbing dan
mendoakan kami.
3. Ns. Millya Helen, S.Kep., M.Kep Selaku dosen pebimbing mata kuliah
Konsep Dasar Keperawatan II yang telah membimbing kami dan
memberikan materi kuliah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah kelompok ini.
4. Teman teman kelompok yang selalu bekerja sama dalam menganalisa dan
mengobservasi objek yang akan dijadikan makalah, semoga kerjasama ini
bisa membuat dampak yang baik kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih ada
kekurangan, baik dari segi materi maupun penulisan, untuk itu kritik dan saran
kami harapkan agar laporan ini menjadi lebih baik.

Jakarta, 28 April 2021

Kelompok 3 R.A2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………...i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................5
2.1 Konsep Ulkus Diabetikum...........................................................................5
A. Pengertian Ulkus Diabetikum................................................................5
B. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum....................................................6
C. Etiologi Ulkus Diabetikum.....................................................................6
D. Faktor Terjadinya Ulkus Diabetikum...................................................7
E. Pencegahan Ulkus Diabetikum............................................................10
2.2 Konsep Modern Dressing..........................................................................13
A. Konsep Dasar Dressing.........................................................................13
B. Konsep Dasar Perawatan Luka Modern Dressing.............................16
C. Kriteria Modern Dressing....................................................................16
D. Jenis-Jenis Modern Dressing................................................................17
BAB III..................................................................................................................19
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA......................................................19
3.1 Pengkajian...................................................................................................19
3.2 Analisa Data dan Masalah Keperawatan.................................................20
3.3 Rencana Keperawatan...............................................................................21
3.4 Implementasi...............................................................................................21
BAB IV..................................................................................................................22
PEMBAHASAN...................................................................................................22

ii
4.1 Analisis Masalah Keperawatan................................................................22
4.2 Analisis Intervensi dalam Mengatasi Masalah Keperawatan................26
4.3 Alternatif Pemecahan Masalah.................................................................35
BAB V....................................................................................................................36
SIMPULAN DAN SARAN..................................................................................36
5.1 Simpulan......................................................................................................36
5.2 Saran :.........................................................................................................36
5.2.1 Bagi Perawat........................................................................................36
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan....................................................................36
5.2.3 Bagi Klinik Wocare Centre.................................................................37
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................38

iii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit gangguan metabolisme


Karbohidrat yang kronis, yang dapat menimbulkan komplikasi yang bersifat
Kronis juga (Smelzter & Bare, 2012). WHO pada September 2012
Menjelaskan bahwa jumlah penderita diabetes melitus di dunia mencapai 347
Juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat diabetes melitus terjadi pada
Negara miskin dan berkembang, sedangkan dalam Diabetes Atlas 2000
(International Diabetes Federation) diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan
Ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan
Asumsi prevalensi diabetes melitus sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta
Pasien.Penderita diabetes melitus mempunyai resiko 15% terjadinya ulkus
Diabetikum pada masa hidupnya dan resiko terjadinya kekambuhan dalam 5
Tahun sebesar 70%. Menurut Sheehan (2003) dalam Tiara dan Shinta
( 2012 ), Di Amerika Serikat sekitar 2,5% penderita diabetes melitus
berkembang Menjadi ulkus diabetikum per tahunnya dan 15% dari penderita
ulkus Diabetikum akhirnya menjalani amputasi ( Waspadji. 2006 ). Prevalensi
Penderita ulkus diabetikum di Indonesia sebesar 15% dari penderita diabetes
melitus.

Menurut Dinas Kesehatan kota Semarang diperoleh pada tahun


2016masalah diabetes melitus sebanyak 11.307, sedangkan menurut data
rekam medik di RSUD Kota Semarang menunjukan kasus penderita diabetes
melitus tahun 2014 mencapai 735 kasus yang dirawat inap, meningkat pada
tahun 2015 mencapai hingga 763 kasus kemudian pada tahun 2016 mencapai
750 kasus yang di rawat inap, hingga pada tahun 2017 periode januari
mencapai 55 kasus diabetes melitus sebagian besar perawatan pasien diabetes

1
melitus selalu terkait dengan ulkus diabetikum dengan derajat 0 - 5. Angka
kematian dan angka amputasi masih tinggi yaitu sebesar 32,5% dan 23,5%
( Tiara & Sinta. 2012 ).

Diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan


berbagai komplikasi salah satunya yaitu ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum
adalah suatu luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis, yang
biasanya terjadi di telapak kaki ( R, Jones. 2007 ). Ulkus diabetikum
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu neuropati, trauma, deformitas kaki,
tekanan tinggi pada telapak kaki dan penyakit vaskuler perifer. Pemeriksaan
dan klasifikasi ulkus diabetikum yang menyeluruh dan sistematik dapat
membantu memberikan arahan perawatan yang adekuat ( RG, Frykberg. 2002
). Dasar dari perawatan ulkus diabetikum meliputi 3 hal yaitu debridement,
offloading dan kontrol infeksi ( Edelman S. 2006 ).

Ulkus diabetikum harus mendapatkan perawatan karena ada beberapa


alasan, misalnya untuk mengurangi resiko infeksi dan amputasi, memperbaiki
fungsi dan kualitas hidup, dan mengurangi biaya pemeliharaan kesehatan.
Tujuan utama perawatan ulkus diabetikum sesegera mungkin didapatkan
kesembuhan dan pencegahan kekambuhan setelah proses penyembuhan. Dari
beberapa penelitian, menunjukkan bahwa perkembangan ulkus diabetikum
dapat dicegah ( California Podiatric Medical Association Diabetic Wound
Care. 2008 ). Ulkus diabetikum merupakan komplikasi menahun yang paling
ditakuti dan mengesalkan bagi penderita diabetes melitus, baik ditinjau
darilamanya perawatan dan biayanya, sehingga penyakit diabetes melitus
memerlukan penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk mencegah
komplikasi jangka pendek dan jangka panjang.

Penatalaksanaan medis seperti penggunaan obat hipoglikemik oral dan


penambah sensitivitas terhadap insulin, sedangkan penatalaksanaan
keperawatan terdiri dari diet, olahraga dan penyuluhan (Smeltzer &
Bare,2012). Menurut Morison ( 2003 ) penatalaksanaan ulkus diabetikum

2
memerlukan pengobatan yang agresif. Dalam jangka pendek, hal tersebut
mencakup debridemen lokal, terapi antibiotik sistemik untuk memerangi
infeksi. Salah satu antibiotik sistemik yang mampu memerangi infeksi adalah
jenis metronidazole dengan ditambahkan NaCl 0,9 % sebagai obat topikal
yang berguna untuk membersihkan luka. Karena larutan NaCl 0.9% berperan
dalam regulasi tekanan osmosi dan pada pembentukan potensial listrik yang
diperlukan bagi kontraksi ototdan penerusan impuls saraf meskipun tidak
berperan sebagai bakterisida. Metronidazol merupakan antibakteri dan
antiprotozoa sintetik derivat nitromitazoi yang mempunyai aktivitas
bakterisid, amebisid dan trikomonosid. Obat ini melawan infeksi yang
disebabkan oleh bakteri dan amuba dalam tubuh. Dalam sel atau
mikroorganisme metronidazole mengalami reduksi menjadi produk polar.
Hasil reduksi ini mempunyai aksi anti bakteri dengan jalan menghambat
sintesa asam nukleat, mempengaruhi anaerob yang mereduksi nitrogen
membentuk intermediet.

Salah satu penyebab infeksi pada ulkus diabetikum yaitu gram positif,
gram negative, dan bakteri anaerob (Misnadiarly. 2006). Menurut hasil
penelitian yang dilakukan oleh Mulyono dan Adi tahun (2012) didapatkan
hasil bahwa perawatan ulkus diabetikum dengan menggunakan larutan NaCl
0,9% dan Metronidazole 500 ml yang baik dan benar akan mempercepat
penyembuhan ulkus diabetikum (selama 3 minggu luka membaik) daripada
hanya menggunakan NaCl saja (selama 6 minggu luka baru terjadi
pemulihan). Karena metronidazole merupakan antibiotik, antiprotozoa dan
antibakteri yang bisa melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
amoeba dalam tubuh. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Supriyatin dkk (2007) perencanaan keperawatan dilakukan perawatan luka
menggunakan cairan Metronidazole dan NaCl 0.9% selama tujuh hari
diharapkan infeksi dapat tidak meluas dengan kriteria hasil : luka mulai
membaikdan memerah, pus dan nanah berkurang, diameter dan luas luka
berkurang, daging mulai tumbuh.

3
1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana mahasiswa melakukn pengkajian pada pasien Ulkus


diabetikum?
2) Bagaimana mahasiswa melakukan diagnosa pada pasien Ulkus
diabetikum?
3) Bagaimana cara mahasiswa menyusun rencana tindakan keperawatan
pada pasien Ulkus diabetikum?
4) Bagaimana cara mahasiswa melakukan implementasi pada ulkus
diabetikum?
5) Bagaimana Cara mahasiswa mengevaluasi pengaruh perawatan luka pada
pasien Ulkus diabetikum?
6) Bagaimana mahasiswa menganalisis dan memecahkan masalah pada
Ulkus Diabetikum

1.3 Tujuan Penulisan

1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Ulkus Diabetikum.


2) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat Pada
pasienUlkus Diabetikum.
3) Mahasiswa mampu menyusun rencana tindakan keperawatan dengan
Diabetikum.
4) Mahasiswa mampu melakukan implementasi pada pasien Ulkus
Diabetikum
5) Mahasiswa mampu mengevaluasi pengaruh perawatan luka pada Pasien
ulkus diabetikum
6) Mahasiswa mampu menganalisis dan memecahkan masalah pada Ulkus
Diabetikum

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Ulkus Diabetikum


A. Pengertian Ulkus Diabetikum
Ulkus diabetikum merupakan kondisi yang terjadi pada penderita
diabetes melitus dikarenakan abnormalitas syaraf dan terganggunya arteri
perifer yang menyebabkan terjadinya infeksi tukak dan destruksi jaringan
di kulit kaki (Roza, 2015). Ulkus diabetikum disebabkan karena
meningkatnya hiperglikemia yang kemudian menyebabkan terjadinya
kelainan neuropati dan pembuluh darah. Kelainan neurpoati
mengakibatkan perubahan pada kulit, otot dan perubahan distribusi
tekanan pada telapak kaki sehingga mempercepat terbentuknya ulkus.
Adanya ulkus yang terinfeksi maka kemungkinan terjadinya tindakan
amputasi menjadi lebih besar(Akbar. G. T., 2014).

Kondisi hiperglikemia yang meningkat dapat menyebabkan


terjadinya resiko ulkus diabetikum yang sulit mengalami penyembuhan
karena pasien mengalami penurunan kemampuan pada bagian pembuluh
darah dalam berkontraksi ataupun relaksasi akibatnya perfusi jaringan
pada bagian distal tungkai tidak baik. Peningkatan hiperglikemia dapat
menjadi tempat berkembangnya bakteri patogen anaerob karena plasma
darah penderita yang tidak terkontrol dengan baik dan mempunyai
kekentalan (viskositas) yang tinggi yang mengakibatkan aliran darah
menjadi lambat dan menyebabkan suplai oksigen menjadi berkurang
(Veranita, 2016).

5
B. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum
Menurut(Maryunani, 2013) tanda dan gejala ulkus diabetik dapat dilihat
berdasarkan stadium antara lain sebagai berikut :
1. Stadium I
Mulai ditandai dengan adanya tanda-tanda asimptomatis atau
terjadi kesemutan.
2. Stadium II
Mulai ditandai dengan terjadinya klaudikasio intermitten yaitu
nyeri yang terjadi dikarenakan sirkulasi darah yang tidak lancar
dan juga merupakan tanda awal penyakit arteri perifer yaitu
pembuluh darah arteri mengalami penyempitan yang
menyebabkan penyumbatan alirah darah ke tungkai
3. Stadium III
Nyeri terjadi bukan hanya saat melakukan aktivtitas saja tetapi
setelah berektivitas atau beristirahat nyeri juga tetap timbul
4. Stadium IV
Mulai terjadi kerusakan jaringan karena anoksia (nekrosis ulkus)

C. Etiologi Ulkus Diabetikum


Menurut (Tarwoto., 2011) ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya ulkus diabetikum diantarannya :
1) Neuropati sensori perifer yang menyebabkan insensitifitas nyeri
2) Trauma hal ini berhubungan dengan tekanan yang terlalu tinggi
pada telapak kaki selama proses berjalan
3) Deformitas kaki yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
pada plantar

6
4) Iskemia merupakan kekurangan darah dalam jaringan sehingga
jaringan mengalami kekurangan oksigen

5) Pembentukan kalus
6) Infeksi dan edema
7) Kontrol gula darah yang tidak bagus
8) Hiperglikemia yang terjadi selama berkepanjangan dan
keterbatasan perawatan kaki.

D. Faktor Terjadinya Ulkus Diabetikum


Faktor resiko terjadinya kaki diabetik yaitu :
1) Usia
Umur ≥ 45 tahun sangat beresiko terjadinya Diabetes melitus tipe
2. Orang dengan usia lebih dari 45 tahun dengan pengaturan diet
glukosa yang sangat rendah akan mengalami penyusutan sel-sel
beta pankreas. Sel beta pankreas yang masih tersisa pada dasarnya
masih aktif tetapi sekresi insulinya yang semakin mengalami
kekurangan (Hongdiyanto, 2014) Pada lansia mengalami
penurunan syaraf perifer dan kelenturan jaringan juga menurun
sehingga akan menimbulkan adanya luka diabetik (Purnomo &
Dwiningsih, 2014)
2) Lamanya penyakit diabetes melitus
Semakin lama seseorang menderita DM menyebabkan
hiperglikemia yang semakin menginisiasi terjadinya hiperglisolia
yang merupakan keadaan sel kelebihan glukosa. Hiperglisolia
kronik mampu mengubah homeostasis biokimiawi yang
kemudian berpotensi terjadinya perubahan dasar komplikasi
kronik DM (Roza, 2015)

7
3) Neuropati
Neuropati dapat mengakibatkan gangguan syaraf motorik,
otonom dan sensorik. Gangguan motorik mengakibatkan
terjadinya atrofi otot, deformitas kaki, perubahan biomekanika
kaki dan distribusi tekanan pada bagian kaki mengalami
gangguan sehingga ulkus akan meningkat. Gangguan sensorik
dirasakan ketika pasien mulai mengeluhkan kakinya merasa
kehilangan sensasi rasa atau kebas.Gangguan otonom
mengakibatkan kaki mengalami penurunan ekskresi keringat
sehingga menjadi kering dan terbentuk adanya fisura. Saat terjadi
mikrotrauma keadaan kaki yang rentan retak akan meningkatkan
terjadinya ulkus diabetikum.
4) Pola Makan atau kepatuhan Diet
Kepatuhan terhadap diet diabetes sangat mempengaruhi dalam
mengontrol kadar glukosa darah, kolestrol dan trigliserida
mendekati normal sehingga dapat mencegah adanya komplikasi
kronik seperti ulkus kaki diabetik. Hal yang terpenting bagi
penderita diabetes melitus yaitu pengendalian dalam gula
darah.Pengendalian gula darah ini berhubungan dengan diet atau
perencanaan makan karena gizi memiliki hubungan dengan
diabetes. Hal ini dikarenakan diabetes merupakan gangguan
kronis metabolisme zat gizi makro seperti karbohidrat, protein
dan lemak dengan memiliki ciri terlalu tingginya konsentrasi gula
dalam darah walupun kondisi perut dalam keadaan kosong, serta
tingginya resiko terhadap arteriosklerosis atau penebalan pada
dinding pembuluh nadi karena terjad timbunan lemak dan
penurunan fungsi syaraf (Aryana, 2014)
5) Penyakit arteri perifer
Penyakit arteri perifer merupakan penyumbatan pada bagian arteri
ekstermitas bawah yang disebabkan karena artherosklerosis.
Gejala yang sering ditemukan pada pasien penderita arteri perifer

8
yaitu klaudikasio intermitten yang dikarenakan iskemia otot dan
iskemia yang menimbulkan rasa nyeri saat beristirahat. Iskemia
berat akan mencapai puncak sebagai ulserasi dan gangrene
(Rozza, 2015).

6) Kontrol glikemik buruk


Kadar glukosa darah yang sangat tidak terkontrol (GDP lebih dari
100 mg/dl dan GD2JPP lebih dari 144 mg/dl) dapat
mengakibatkan terjadinya komplikasi kronik untuk jangka
panjang baik makrovaskuler atau mikrovaskluer salah satunya
adalah ulkus diabetika (Hastuti, 2008)
7) Perawatan kaki
Pada orang yang mengalami diabetes melitus harus rutin menjaga
kebersihan area kaki. Jika tidak di bersihkan maka akan
mengalami gangguan peredaran darah dan syaraf mengalami
kerusakan yang mengakibatkan sensitivitas terhadap rasa nyeri
sehingga akan sangat mudah mengalami cidera tanpa di sadari.
Masalah yang sering timbul pada area kaki yaitu kapalan, mata
ikan, cantengan (kuku masuk ke dalam), kulit kaki mengalami
retak atau pecah-pecah, luka karena kutu air dan kutil pada
telapak kaki (Hidayat, 2014)
8) Penggunaan alas kaki yang tidak tepat
Seseorang yang menderita atau mengalami diabetes atau ulkus
diabetikum harus menggunakan alas kaki, sepatu sesuai dengan
ukuran dan nyaman saat digunakan, lalu untuk ruang di dalam
sepatu yang cukup untuk jari-jari. Bagi penderita diabetes atau
ulkus diabetikum tidak boleh berjalan tanpa menggunakan alas
kaki karena akan memperburuk kondisi luka dan mempermudah
sekali untuk terjadinya trauma terutama apabila terjadi neuropati
yang membuat sensasi rasa berkurang atau hilang, jangan

9
menggunakan sepatu atau alas kaki yang berukuran kecil karena
sangat beresiko melukai kaki.

E. Pencegahan Ulkus Diabetikum


1) Pencegahan Primer
Penyuluhan mengenai terjadinya Ulkus kaki diabetik sangat
diperlukan dan penting agar mampu untuk mempertahankan
kondisi kaki yang dalam kondisi baik sebelum menuju ke kondisi
yang lebih buruk. Penyuluhan ini dilakukan mengenai kontrol
glukosa darah untuk penderita diabetes melitus seperti olahrga,
gaya hidup. Edukasi pada penderita dan praktek secara mandiri
seperti menjaga kebersihan area kaki, mempertahankan
kelembababan kulit kaki dengan menggunakan pelembab dan
perawatan kuku alangkah baiknya dilakukan pada kegiatan
penyuluhan (Decroli, 2019). Tingkat pengetahuan seseorang sangat
mempengaruhi pengalaman dalam melakukan perawatan luka
diabetik. Menurut (Saparwati, 2012) bahwasnya setiap orang
memiliki pengalaman yang beda walaupun melihat sesuatu hal atau
objek yang mungkin memliki kesamaan hal ini dipenagruhi oleh
tingkat pengetahuan dan pendidikan orang tersebut, pendidikan
merupakan dasar yang paling utama dalam melakukan pengobatan
terutama pada hal keberhasilan melakukan pengobatan ulkus
diabetik dilakukan untuk mencegah terjadinya ulkus yang
disesuaikan dengan resiko kaki.

2) Pencegahan Sekunder
Berbagai hal yang harus dilakukan dengan tepat agar memperoleh
hasil pengelolaan yang maksimal, diantaranya :
a) Metabolic control (Kontrol Metabolik), Yaitu
mengendalikan kadar glukosa darah, lipid dan sebagainya.

10
Kontrol mekanik meliputi mengistirahatkan kaki, sebisa
mungkin harus menghindari adanya tekanan pada daerah
yang mengalami luka, menggunakan bantal di bawah kaki
saat beristiraht bertujuan untuk menghindari lecet pada
luka.Intervensi pada faktor-faktor resiko juga harus
dilakukan seperti penggunaan alas kaki, manajemen kalus
dan perawatan kuku (Tanto, 2014).
b) Vaskular control (Kontrol Vaskular), Yaitu memperbaiki
supali vaskular dengan tindakan operasi atau angioplasti
biasanya diperlukan pada kondisi ulkus iskemik. Apabila
keadaan vaskular memburuk maka akan memperlambat
proses penyembuhan.
c) Infection Control-Microbiological ControL, Yaitu
pengobatan infeksi , jika ada tanda-tanda klinis infeksi.
Data yang berhubungan dengan pola kuman perlu
diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda-
beda.Antibiotik yang digunakan harus sesuai dengan hasil
biakan kuman serta resistensinya.Pemberian antibiotik
harus diberikan antibiotik dengan spectrum luas mencakup
kuman gram positif, negatif misalnya golongan sefalosporin
di gabungkan dengan obat yang memiliki manfaat terhadap
kuman anaerob misalnya metronidazol (Waspadji, 2009).
d) Pressure Control (Mengurangi Tekanan), Tekanan yang
terjadi secara berulang dapat mengakibatkan ulkus sehingga
harus dihindari sekali. Hal ini sangat perlu dan penting
dilakukan pada penderita ulkus neuropatik dan diperlukan
adanya pembuangan kalus, memakai sepatu yang sesuai
dengan ukuran jangan terlalu ketat atau sempit
e) Educational Control, Dalam hal ini edukasi sangat penting
untuk penatalaksanaan kaki diabetes. Dengan adanya
penyuluhan yang baik maka diharapkan penderita diabetes,

11
ulkus atau gangren diabetik dan anggota keluarganya
mampu membantu, mendukung berbagai tindakan yang
diperlukan untuk terjadinya penyembuhan luka secara
optimal.

3) Pencegahan Tersier
Penderita diabetes melitus yang terdapat luka dan ada
tanda-tanda seperti inflamasi berupa adanya edema, panas, merah
pada kulit serta juga ada ulkus yang sangat berbau sehingga di
curigai terinfeksi maka segera untuk di lakukan evaluasi dan di
diagnosis secara klinis sesuai dengan tanda dan gejala inflamasi
lokal.Oleh karena itu sangat diperlukan bantuan petugas kesehatan
untuk melakukan perawatan luka diabetik. Penatalaksanaan luka
diabetik memiliki tujuan untuk proses penyembuhan luka lengkap
dengan gold standard untuk terapi luka (Wesnawa, 2014).

Rehabilitasi merupakan hal yang sangat penting yang harus


dilakukan untuk penatalaksanaan kaki diabetik. Sejak pertama
pencegahan terjadinya ulkus diabetik dan setelah perawatan,
keterlibatan ahli rehabilitasi medis sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya kecacatan yang lebih lanjut.

12
2.2 Konsep Modern Dressing
A. Konsep Dasar Dressing
Dressing luka merupakan media untuk mengontrol eksudat dan
memberikan kelembaban yang sesuai, oleh karena itu dresing luka tidak
hanya berfungsi menutup luka, tetapi juga membantu proses
penyembuhan. Dressing membantu proses tersebut baik secara aktif
menyembuhkan luka, maupun secara pasif dengan cara memberikan
lingkungan yang ideal untuk penyembuhan luka. Dressing luka dapat
ditemukan dalam berbagai bentuk seperti lembaran, pita atau cairan gel.
Pemilihan dressing luka merupakan bagian strategi untuk berperang
melawan “musuh” penghalang penyembuhan luka. Pemilihan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1) Kompetensi dan pengalaman tenaga kesehatan (karena dokter
memiliki latar belakang, kepercayaan, dan kompetensi sendiri
dalam memilih merawat luka)
2) Kondisi pasien
3) Kondisi lokal luka
4) Kriteria dan jenis dressing
5) Tujuan dan manfaat pemberian balutan.

a) Prinsip-prinsip dasar Dressing terbagi menjadi 4 bagian, yaitu


:
1. Luka kering perlu hidrasi
2. Luka eksudat perlu absorpsi
3. Luka nekrotik perlu debridement
4. Luka terinfeksi perlu antimikroba.

13
b) Kriteria dan Tujuan Dressing yang ideal, Balutan luka yang ideal
seharusnya memenuhi hal-hal berikut ini :
1. Mempercepat proses penyembuhan luka
2. Memungkinkan pertukaran gas
3. Memberikan barrier
4. Tidak meningkatkan infeksi
5. Tidak menyebabkan infeksi
6. Nyaman dipakai
7. Tidak mengganggu fungsi tubuh
8. Dapat beradaptasi pada bagian-bagian tubuh.

c) Fungsi balutan pada proses penyembuhan luka


1. Fase Inflamasi
Pada saat terjadi luka maka hal pertama yg akan terjadi
adalah adanya peningkatan produksi cairan yg mengandung sel
mati, serpihan jaringan, kotoran & bakteri. Apabila jumlah
cairan ini berlebihan maka proses penyembuhan luka secara
mekanis & biologis akan terhambat, selain itu juga resiko
infeksi akan meningkat Jenis balutan yang digunakan pada fase
ini adalah jenis balutan yang mempunyai kemampuan menyerap
cairan atau eksudat serta kemampuan untuk membersihkan luka
secara efektif dari sel dan jaringan mati, kotoran dan bakteri
karena tidak semua komponen tersebut dpt dibersihkan secara
natural dgn fagositosis.

14
2. Fase granulasi
Fase granulasi Pada fase ini biasanya terjadi pengeluaran
sekret yg mengandung protein serta jumlah kapiler rambut
meningkat, hal yg sering terjadi yaitu pada saat mengganti
balutan menjadi lengket dgn luka sehingga pd saat diangkat,
jaringan granulasi juga ikut terekspos & rusak. Berdasarkan
alasan diatas, jenis balutan yang tepat untuk fase ini adalah
balutan yang sifatnya tidak traumatik dan tidak lengket dengan
luka, serta mempunyai kemampuan melindungi dari kejadian
infeksi.

3. Epitalisasi atau Poliferasi


Pada akhir fase ini akan terbentuk jaringan granulasi yang
sudah matang dan permukaan luka yang rata. Luka masih
mengeluarkan sekret walaupun jumlahnya jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan dua fase sebelumnya. Hal yang harus
dijaga adalah luka jangan sampai kering karena apabila
permukaan luka kering (scab forms) maka akan menghambat
proses re- epitelisasi Kondisi ini akan mengakibatkan sel epitel
akan terjebak dibawahnya sehingga tidak bisa naik ke
permukaan luka, dan pada akhirnya proses penyembuhan luka
menjadi lama. Jenis balutan yang dapat digunakan pada fase ini
adalah balutan yang dapat mempertahankan suasana luka yang
lembab dan tidak menyebabkan trauma.

15
B. Konsep Dasar Perawatan Luka Modern Dressing
Perawatan luka dengan metode modern adalah metode penyembuhan luka
dengan cara memperhatikan kelembaban luka (moist wound healing)
dengan menggunakan tehnik okulsif dan tertutup.
Prinsip-prinsip umum perawatan luka modern:
1. Untuk meminimalisir penggunaan antibiotika/antiseptic, maka
untuk membersihkan luka dalam perawatan luka modern, cara
yang terbaik dalam membersihannya adalah:
Dengan menggunakan cairan fisiologis seperti normal saline (NaCl
0.9%)
2. Untuk luka yang sangat kotor dapat menggunakan tehnik
‘irigasi/water pressure’
3. Untuk membersihkan luka dirumah (perawatan di rumah), apabila
tidak ada cairan NaCl, dapat menggunakan air mengalir atau
menggunakan shower bertekanan rendah.

C. Kriteria Modern Dressing


1) Balutan dalam kondisi lembab merupakan cara yang paling efektif
untuk penyembuhan luka.
2) Bisa mempertahankan kelembaban luka lebih lama (5-7 hari)
3) Balutan dalam kondisi lembab tidak menghambat aliran oksigen,
nitrogen dan zat-zat udara lainya.
4) Kondisi lembab adalah lingkungan yang baik untuk sel-sel tubuh
tetap hidup dan melakukan replikasi secara optimum, karena pada

16
dasarnya sel dapat hidup dilingkungan yang lembab atau basah.
(kecuali sel kuku dan rambut, sel-sel ini merupakan sel mati).
5) Tidak menimbulkan nyeri saat penggantian balutan
6) Mengurangi bau dari luka

D. Jenis-Jenis Modern Dressing


1) Hydrogel / hydroaktif gel
a. Menciptakan lingkungan luka tetap lembab
b. Melunakkan & menghancurkan jaringan nekrotik tanpa merusak
jaringan sehat, yg akan terserap ke dalam struktur gel & terbuang
bersama pembalut.
c. Meningkatkan autolytik debridemen secara alami
d. Tidak menimbulkan trauma dan sakit saat penggantian balutan
e. Dapat diaplikasikan 3 – 5 hari
2) Calsium Alginat
a. Terbuat dari rumput laut
b. Untuk luka dengan eksudat sedang sampai banyak
c. Kandungan Ca dapat membantu menghentikan perdarahan
d. Digunakan pada fase pembersihan luka dalam maupun permukaan,
dengan cairan banyak, maupun terkontaminasi.
e. Mengatur eksudat luka dan melindungi terhadap kekeringan dgn
membentuk gel
3) Hydroselulosa
a. Untuk luka dengan produk eksudat banyak
b. Menciptakan lingkungan lembab yg mendukung proses
kesembuhan luka
c. Mampu menyerap cairan 2 kali lipat dari ca alginat
d. Mampu mengunci bakteri dalam cairan luka / balutan
e. Tidak sakit saat penggantian balutan

17
4) Hydrokoloid
a. Digunakan untuk luka dengan eksudat minimal sampai sedang
b. Menjaga kestabilan kelembaban luka dan sekitar luka
c. Menjaga dari kontaminasi air dan bakteri
d. Bisa digunakan untuk balutan primer dan balutan sekunder
e. Dapat diaplikasikan 5 – 7 hari

5) Foam
a. Digunakan untuk menyerap eksudat luka sedang
b. Tidak lengket pada luka
c. Menjaga kelembaban luka
d. Menjaga kontaminasi dan penetrasi bakteri serta air
e. Balutan dapat diganti tanpa adanya trauma atau sakit
f. Dapat digunakan sebagai balutan primer / sekunder
g. Dapat diaplikasikan 5-7 hari
6) Transparant Film
a. Dapat digunakan sebagai bantalan untuk pencegahan luka
decubitus
b. Pelindung sekitar luka terhadap maserasi Sebagai pembalut luka
pada daerah yg sulit
c. Pembalut/penutup pada daerah yang diberi terapi salep
d. Sebagai pembalut sekunder
e. Transparan, bisa melihat perkembangan luka
f. Breathable
7) Hidrofobik

18
a. Digunakan pada luka kotor, terinfeksi, dan terkontaminasi
b. Sebagai primary dressing
c. Metcovazin Salep Digunakan pada semua jenis luka Sebagai
primary dressing

BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

3.1 Pengkajian
A. Data Demografi
 Nama : Ny. S
 Umur : 61 tahun
 Tanggal lahir : 13-10-1959
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat :Villa mutiara Bogor
 Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
 Status penikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Diagnosa Medik : Diabetes Mellitus
 No. Medical Record : 001.01.2021.3456
 Tanggal Masuk : 14-01-2021
 Tanggal pengkajian : 14-01-2021
 Keluhan : Luka pada ibu jari kanan yang tak
kunjung sembuh dan lukanya semakin membesar.

B. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang

19
Klien mengatakan sebulan yang lalu awalnya dia tidak sengaja menginjak batu
krikil kecil saat berjalan kemudian menjadi luka.Luka sudah sempat kering
kemudian ada tetangga yang menyarankan untuk menggunakan gamat agar
semakin cepat sembuh lukanya. Tetapi saat setelah menggunakan gamat lukanya
malah terbuka, klien langsung mengunjungi dokter terdekat dan diberikan salep.
Setelah menggunakan salep luka tidak kunjung sembuh dan malah semakin besar
lukanya dalam jangka waktu 3 hari,

C. Riwayat kesehatan lalu


Klien mengatakan mempunyai riwayat diabetes mellitus selama 13 tahun terakhir
dan hipertensi 2 tahun terakhir

3.2 Analisa Data dan Masalah Keperawatan


DO :

 TB : 165
 BB : 50kg
 TD : 130mmHg
 N : 97x/menit
 R : 19x/menit
 S : 36,6
 Terdapat luka pada ibu jari kaki kanan klien, luka berukuran sekitar 20 cm,
dengan kedalaman luka stage 4, tepi luka samar tidak terlihat jelas, goa kurang
dari 2 cm diarea manapun, tipe eksudat purulent dan jumlahnya banyak, warna
sekitar kulit luka berwara merah gelap, terdapat pitting edema kurang dari 4cm
disekitar luka, tidak ada jaringan granulasi dan epitelisasi kurang dari 25%.

DS :
 klien mengeluh luka pada ibu jari kaki kanannya yang tak kunjung sembuh dan
semakin besar lukanya
 klien mengatakan mempunyai riwayat diabetes mellitus selama 13 tahun terakhir
dan hipertensi 2 tahun terakhir.
 Ayah klien menderita diabetes mellitus

20
3.3 Rencana Keperawatan
a) Beritahu hasil permeriksaan
b) Bersihkan kan luka
c) Konsultasi dengan dokter Untuk pemberian obat dan tindakan lebih lanjut
d) Anjurkan pasien untuk tidak memberikan gamat karna dapat memperburuk luka

3.4 Implementasi
a) Melakukan perawatan luka
b) Memberikan obat
c) Melakukan penyuluhan tentang DM
d) Pengajaran diet dan pengobatan

21
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata
 Nama : Ny. S
 Umur : 61 tahun
 Tanggal lahir : 13-10-1959
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat :Villa mutiara Bogor
 Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
 Status penikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Diagnosa Medik : Diabetes Mellitus
 No. Medical Record : 001.01.2021.3456
 Tanggal Masuk :14-01-2021
 Tanggal pengkajian :14-01-2021

b. Penanggung Jawab
 Nama : Ny. B
 Umur : 28 Tahun

22
 Pekerjaan : Karyawan Swasta
 Jenis kelamin : Perempuan
 Hubungan dengan klien : Menantu

2. Keluhan Utama
Klien mengeluh luka pada ibu jari kaki kanannya yang tak kunjung
sembuh dan semakin besar lukanya. Klien mengatakan takut jika lukanya
tidak kunjung sembuh maka harus di amputasi.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sebulan yang lalu awalnya dia tidak sengaja
menginjak batu krikil kecil saat berjalan kemudian menjadi luka.
Luka sudah sempat kering kemudian ada tetangga yang
menyarankan untuk menggunakan gamat agar semakin cepat
sembuh lukanya. Tetapi saat setelah menggunakan gamat lukanya
malah terbuka, klien langsung mengunjungi dokter terdekat dan
diberikan salep. Setelah menggunakan salep luka tidak kunjung
sembuh dan malah semakin besar lukanya dalam jangka waktu 3
hari.
b) Riwayat kesehatan lalu
Klien mengatakan mempunyai riwayat diabetes mellitus selama 13
tahun terakhir dan hipertensi 2 tahun terakhir.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ayah klien menderita diabetes mellitus, sementara anggota
keluarga lainnya tidak ada yang sama dengan penyakitnya dengan
klien.

23
4. Riwayat Psikososial
Klien mengatakan orang terdekatnya adalah suaminya, klien mengikuti
perkumpulan pengajian ibu – ibu disekitar kompleknya, keadaan rumah
baik, tidak ada bising ataupun banjir, jika memiliki masalah biasanya klien
bercerita pada suaminya kemudian baru ke anaknya untuk membicarakan
masalahnya agar dapat diatasi, interaksi keluarga juga baik. Persepsi klien
tentang penyakit yang diderita bahwa klien harus lebih berhati – hati lagi
dan lebih peduli dengan kesehatannya.
5. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan dirinya rajin sholat 5 waktu dan sering dijadikan guru
mengaji oleh ibu – ibu sekitar kompleknya.
6. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum klien
Kedaan umum baik, cara berpakaian dan penampilan sesuai, TB:165
CM, BB:50kg, gaya berjalan normal
 Tanda – tanda vital
TD :130mmHg, N :97x/menit, R :19x/menit,S:36,6
 Sistem pernafasan
Bentuk hidung simetris, tidak tampak sesak, irama nafas teratus, tidak
menggunakan alat bantu nafas
 Sistem kardiovaskuler
Tidak ada keluhan, kesadaran composmetis, tidak ada kelainan pada
kuku, capilarryrefil.< 3 detik.

24
 Sistem pencernaan
Tidak ada keluhan, sclera anikterus
 Sistem indera
1) Mata
Fungsi penglihatan baik
2) Hidung
Fungsi penciuman baik

3) Telinga
Fungsi pendengaran baik
 Sistem saraf
Status mental baik, GCS 15
 Sistem muskuloskletal
Bentuk kepala normal, kaki normal, tangan normal
 Sistem Integumen
Terdapat luka pada ibu jari kaki kanan klien, luka berukuran
sekitar 20 cm, dengan kedalaman luka stage 4, tepi luka samar
tidak terlihat jelas, goa kurang dari 2 cm diarea manapun, tipe
eksudat purulent dan jumlahnya banyak, warna sekitar kulit luka
berwara merah gelap, terdapat pitting edema kurang dari 4cm
disekitar luka, tidak ada jaringan granulasi dan epitelisasi kurang
dari 25%
 Sistem endokrin
Normal
 Sistem perkemihan
Normal
 Sistem reproduksi Wanita
Sudah menopause
 Sistem imun
Tidak memiliki alergi terhadap makanan atau obat – obatan

25
4.2 Analisis Intervensi dalam Mengatasi Masalah Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah tindakan perawat yang dilakukan
berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis untuk meningkatkan
perawatan klien. Tahap ini harus memperhatikan beberapa hal yaitu
menentukan prioritas, menentukan tujuan, melakakukan kriteria hasil, dan
merumuskan tindakan.

Intervensi yang dilakukan untuk penatalaksanaan ulkus diabetikum


meliputi kaji luas dan keadaan luka serta proses penyembuhan luka untuk
melakukan intervensi keperawatan yang akan digunakan, kedua lakukan
perawatan luka dengan perawatan luka untuk mempercepat proses
penyembuhan luka, lakukan massasge untuk sirkulasi, ubah dan atur posisi
pasien sesering mungkin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat.
Menurut (buku NIC & NOC, 2016) berikut adalah intervensi yang dirumuskan
untuk mengatasi masalah kesehatan pasien dengan ulkus diabetikum :

26
Analisa Data dan Masalah
Data Etiologi Masalah

Data Subjektif :

1. Klien mengeluh luka pada ibu Nekrosis Kerusakan Integritas Kulit


jari kaki kanannya tak Kerusakan Jaringan
kunjung sembuh dan semakin
besar lukanya.
2. Klien mengatakan lukanya
sudah sempat kering,
kemudian tetangganya
menyarankan untuk
menggunakan gamat tetapi
lukanya semakin terbuka
3. Klien mengatakan takut
lukanya tak kunjung sembuh,
maka kakinya harus di
amputasi
4. Klien mengatakan langsung

27
mengunjungi dokter terdekat
dan diberikan salep tetapi
tidak kunjung sembuh, dan
semakin besar lukanya dalam
jangka pendek (waktu 3 hari).
5. Klien mengatakan
mempunyai riwayat diabetes
mellitus selama 13 tahun
terakhir dan hipertensi 2 tahun
terakhir.
a. Ayah klien menderita
diabetes mellitus.
Data Objektif

1. Terdapat tanda-tanda vital,


TD : 130 mmHg, N : 97 x /
menit, RR : 19 X / menit, S :
36,6 º C, Tb : 145 cm, Bb :
50 kg
2. Terdapat luka pada ibu jari
kaki kanan klien, luka
berukuran 20 cm dengan
kedalam luka stage 4, tepi
luka samar tidak terlalu
jelas, goa kurang dari 2 cm
diarea manapun, tipe
eksudat purulent dan
jumlahnya banyak, warna
sekitar kulit luka berwarna
merah gelap, terdapat pitting
edema kurang dari 4 cm

28
disekitar luka, tidak ada
jaringan granulasi dan
epitelisasi kurang dari 25 %.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan

29
1. Nekrosis Kerusakan Jaringan Tujuan :
Perawatan Integritas Kulit
Kerusakan Integritas kulit b.d Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam Observasi :

kerusakan integritas kulit teratasi 1. Monitor aktivitas dan mobilitas

Kriteria hasil : pasien

Elastisitas masih normal 2. Identifikasi penyebab gangguan


integritas kulit.

Terapeutik :

1. Ubah posisi tiap 2 jam, tirah


baring

2. Lakukan pemijatan pada area


penonjolan tulang, jika perlu

3. Bersihkan parineal dengan air


hangat, terutama selama periode
diare

4. Gunakan produk berbahan minyak


atau petrolium pada kulit kering

5. Gunakan produk berbahan ringan


atau alami dan hipoalergik pada
kulit sensitif

6. Hindari produk berbahan dasar


alkohol terutama pada kulit kering

Edukasi :
Setelah dilakukan tindakan

30
2. Infeksi b.d trauma pada keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Anjurkan menggunakan pelembab
jaringan maka tingkat infeksi menurun,
(misalnya : serum, lotion, aloe
dengan kriteria hasil intregitas
vera)
kulit membaik
2. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya

3. Anjurkan minum air yang cukup


sesuai kebutuhan

4. Anjurkan meningkatkan asupan


nutrisi

5. Anjurkan meningkatkan asupan


dengan mengkonsumsi buah dan
sayur

6. Anjurkan menghindari terpapar


suhu ekstrem

7. Anjurkan menggunakan tabir


surya SPF minimal 30 saat berada
di luar rumah

Pencegahan Infeksi

Observasi :

31
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistematik

Terapeutik :

1. Cuci tangan sebelum dan sesudah


kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
2. Bersihkan luka yang terdapat
benyak eksudat purulent
3. Berikan perawatan kulit pada area
edema / pitting edema

Edukasi :

1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


2. Anjurkan cara memeriksa kondisi
luka pada pasien
3. Anjurkan cara merawat dan
membersihkan luka yang baik dan
benar

Kolaborasi :

Kolaborasi pemberian analgetik

Catatan Perkembangan
TGL/ JAM Implementasi Evaluasi

14 / 01 / 2021 Melakukan perawatan integritas kulit S:


 Pasien mengatakan luka pada
Observasi :
ibu jari tak kunjung sembuh
1. Memonitor aktivitas dan mobilitas
 Pasien mengatakan lukanya
pasien
sempat kering

32
 Pasien mengatakan mempunyai
2. Mengidentifikasi penyebab gangguan
riwayat diabetes melitus dan
integritas kulit.
hipertensi
Terapeutik :
O:
1. Mengubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring  Luka berukuran 20 cm dengan
kedalam luka stage 4, tepi luka
2. Melakukan pemijatan pada area
samar tidak terlalu jelas, goa
penonjolan tulang, jika perlu
kurang dari 2 cm diarea
3. Membersihkan parineal dengan air
manapun, tipe eksudat purulent
hangat, terutama selama periode diare
dan jumlahnya banyak, warna
4. Menggunakan produk berbahan sekitar kulit luka berwarna
petrolium atau minyak pada kulit merah gelap,
kering
A:
5. Menggunakan produk berbahan
 Masalah belum teratasi
ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
gangguan integritas kulit
sensitif

6. Menghindari produk berbahan dasar P : Intervensi dilanjutkan

alkohol pada kulit kering  Melakukan tindakan


 Melakukan manajemen
penyembuhan luka perawatan
integritas kulit

 Melakukan edukasi program


Edukasi : pengobatan

1. Anjurkan menggunakan pelembab


(misalnya : serum, lotion, aloe vera)

2. Anjurkan mandi dan menggunakan


sabun secukupnya

3. Anjurkan minum air yang cukup sesuai

33
kebutuhan

4. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

5. Anjurkan meningkatkan asupan dengan


mengkonsumsi buah dan sayur

6. Anjurkan menghindari terpapar suhu


ekstrem

7. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF


minimal 30 saat berada di luar rumah S:

Perawatan Luka  Pasien mengatakan luka masih


14 / 01 / 2021 Observasi : basah
 Pasien mengatakan takut luka tak
1. Memonitor karakteristik (drainase,
kunjung sembuh maka harus
warna, ukura, besar)
diamputasi
2. Memonitor tanda-tanda infeksi
O:
Terapeutik :
 Terdapat pitting edema kurang
1. Membersihkan luka dengan Nacl
dari 4 cm disekitar luka, tidak ada
2. Membersihkan jaringan nikrotik jaringan granulasi dan epitelisasi
3. Memberikan salap sesuai kulit kurang dari 25 %.

4. Mempertahankan tehnik steril saat


melakukan perawatan
A:
Edukasi :
 Masalah belum teratasi gangguan
1. Menjelaskan tanda gejala edukasi
integritas kulit
Kolaborasi :
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkolaborasi prosedur debriment
 Melakukan perawatan luka
 Melakukan edukasi program

34
pengobatan

4.3 Alternatif Pemecahan Masalah


1. Kaji luka atau ulkus
2. Pantau aktivitas dan mobilisasi pasien
3. Anjurkan kepada keluarga pasien agar pakaian yang digunakan pasien
nyaman memudahkan dalam perawatan luka nantinya
4. Jaga kulit luka agar tetap bersih dan kering
5. Fasilitasi pasien lingkungan yang nyaman dan aman
6. Ajarkan pasien tentang lingkungan yang nyaman
7. Bantu pasien untuk mencapai posisi yang nyaman
8. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan cemas atau takut yang
dialami pasien
9. Bantu pasien untuk mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan atau
ketakutan
10. Selalu dengarkan keluhan pasien

35
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Kualitas hidup pasien luka kaki diabetik secara keseluruhan berada dalam
kategori baik . Kualitas hidup berdasarkan domain fungsi fisik, keterbatasan
peran karena masalah yang terjadi pada luka lama yang kembali
terjadi,kesehatan secara umum, fungsi sosial, dan keterbatasan peran karena
masalah emosional berada dalam kategori buruk, tetapi pada domain
energi/vitalitas dan domain kesehatan mental menunjukkan kualitas hidup
baik. akibat dari luka kaki diabetik yang di derita luka tersebut sulit sembuh.
Namun luka tersebut dapat membaik apabila mengikuti intervensi yang
diberikan pelayan kesehatan.

5.2 Saran :

5.2.1 Bagi Perawat


Sebagai bahan masukan dalam menciptakan pemberian pelayanan
Kesehatan dan lebih meningkatkan mutu pelayanan serta meningkatkan
Kemampuan dalam bidang keperawatan pada klien dengan diabetes Melitus

36
khususnya dengan luka diabetes melitus.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan


Memberikan konstribusi terhadap pengembangan praktik keperawatan
Dan penyelesaian masalah khususnya dalam bidang / profesi Keperawatan
dan menggali terus informasi atau pengetahuan mengenai perkembangan
pada dunia kesehatan.

5.2.3 Bagi Klinik Wocare Centre


Diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan mengenai
perawatan luka Agar dapat meningkatkan skill dan kompetensi untuk
penyembuhan pada perawatan luka. Dan juga mampu mengembangkan ilmu
yang telah dimilikinya agar lebih bermanfaat dan dapat mengedukasi
tetutama pada pasien penyembuhan luka diabetes.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arsana, PM (2007). Diabetic foot ulcer in the clinical perspective. Malang:


Unbraw.

Prasetyono, Theddeus O.H 2015. Panduan Klinis Manajemen Luka .EGC. Jakarta

http://news.unair.ac.id/2020/08/11/identifikasi-masalah-keperawatan-pada-pasien-
diabetes-mellitus-rawat-inap/

http://bayanakaid.blogspot.com/2018/10/konsep-dasar-perawatan-luka-
konvesional.html

http://eprints.umm.ac.id/63287/3/BAB%20II.pdf

38

Anda mungkin juga menyukai