Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELITUS PADA ANAK 

Ns. Ni wayan Wiwin., M.Pd

DISUSUN OLEH

Kelompok 6

1. Achmad Ryanda S (1811102411052)


2. Agung Setiawan (1811102411057)
3. Firda Ummi (1811102411086)
4. Hikmata Anis K.P (1811102411090)
5. Ilham Kurnia Jaya (1811102411093)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR 


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................1
1.2. Tujuan......................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
..............................................................................................................................................
2
2.1. Pengertian................................................................................................................... 2
2.2. Etiologi....................................................................................................................... 2
2.3. Tanda & Gejala...........................................................................................................3
2.4. Komplikasi..................................................................................................................3
2.5. Patofisiologi................................................................................................................ 4
2.6. Pathway...................................................................................................................... 6
2.7. Penatalaksanaan Farmakologis dan Non Farmakologis.............................................7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................... 9
3.1. Anamnesa................................................................................................................... 9
3.2. Pengkajian Fisik......................................................................................................... 9

3.3. Laboratorium dan Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik..............................................10


3.4. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas............................................................10
3.5. Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................................10
BAB IV
PENUTUP.......................................................................................................................... 13
4.1. Kesimpulan............................................................................................................... 13
4.2. Saran......................................................................................................................... 13
DAFTAR
i
PUSTAKA.......................................................................................................................14

ii
KATA PENGANTAR 

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah  asuhan keperawatan diabetes melitus pada
anak  dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan anak I yaitu Ibu
Ns.
 Ni wayan Wiwin., M.Pd

Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan dengan
 benar. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar makalah
Asuhan Keperawatan Diabetes melitus pada anak. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam
 penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran
dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan
makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.

Samarinda, 28 April 2020

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolic yang bersifat kronik. Oleh karena itu, onset
Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam kehidupan
 penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit
Kelompok Kerja (UKK) EndokrinologiAnakIkatanDokterAnak Indonesia (IDAI)
mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia.
Data ini diperoleh melalui kerja sama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari
para dokter anak, endokrin ologanak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes
Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan Remaja (IKADAR),
 penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerja sama dengan perawat educator 
 National University Hospital Singapura untukmemperoleh data penyandang Diabetes
Mellitus anak Indonesia yang menjalanipengobatannya di Singapura.
Data lain dari sebuahpenelitian unit kerjakoordinasiendokrinologianak di seluruh
wilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes
Mellitus usiaanak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahunterdatasebanyak 731 anak. Ilmu
Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak
yang terkena Diabetes Mellitus cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini.Tahun
2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009.
Tiga
 puluhduaanak di antaranyaterkena Diabetes Mellitus tipe 2. (Pulungan, 2010) Peningkatan
 jumlah penderita.

1.2 Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Tentang diabetes melitus pada anak 
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian diabetes melitus pada anak 
 b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi diabetes melitus pada anak 
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang tanda dan gejala diabetes melitus pada
anak 
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi diabetes melitus pada anak 
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi diabetes melitus pada anak 
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik diabetes melitus
 pada anak 
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan diabetes melitus pada
anak 
h. Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan diabetes melitus pada
anak 

1
i. Mahasiswa dapat memahami dalam melakukan asuhan keperawatan diabetes
melitus pada anak 

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiper glikemia kronik.Hiper glikemia Ini
dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan sekresi hormon
insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer 
SA, Magge S. 2005). Sebagai Negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan
 perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku,
dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu
efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara
lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih
dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis. Diabetes Mellitus adalah penyakit
metabolic yang bersifat kronik. Oleh karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak
dini memberikan peranan penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan
pendataan
 pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK)
EndokrinologiAnakIkatanDokterAnak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674 data penyandang
Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerja sama berbagai pihak
di seluruh Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrin ologanak, spesialis penyakit
dalam,
 perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus
Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerja sama
dengan perawat educator National University Hospital Singapura untukmemperoleh data
 penyandang Diabetes Mellitus anak Indonesia yang menjalanipengobatannya di Singapura.
Data lain dari sebuahpenelitian unit kerjakoordinasiendokrinologianak di seluruh wilayah
Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitus
usiaanak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahunterdatasebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan
Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang
terkena Diabetes Mellitus cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini.Tahun 2011
tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga
 puluhduaanak di antaranyaterkena Diabetes Mellitus tipe 2. (Pulungan, 2010) Peningkatan
 jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di Indonesia Ini perlu mendapat
i
kan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko anak terkena Diabetes Mellitus.Deteksi

i
dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang harus Dilakukan untuk
menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat Mengakibatkan kematian.
Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering Tidak terdiagnosis oleh dokter
karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada Akhirnya sampai pada gejala lanjut
dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma. Dengan deteksi
dini,
 pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus
sehingga dapat menurunkan risiko kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010)

B. ETIOLOGI

Etiologi DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas karena paparan agen
infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital, mumps, coxsackievirus dan
cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi, kedelai, gandum dan susu sapi).

 Beberapa teori ilmiah yang menjelaskan penyebab diabetes mellitus tipe 1

  sebagai berikut:
1. Hipotesis sinar matahari

Teori yang paling terakhir adalah "hipotesis sinar matahari," yang menyatakan bahwa
waktu yang lama dihabiskan dalam ruangan, dimana akan mengurangi paparan sinar 
matahari kepada anak-anak, yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin
D. Bukti menyebutkan bahwa vitamin D memainkan peran integral dalam sensitivitas
dan sekresi insulin (Penckofer, Kouba, Wallis, & Emanuele, 2008). Berkurangnya
kadar vitamin D, dan jarang terpapar dengan sinar matahari, dimana masing-masing

telah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 1.

2. Hipotesis higiene "Hipotesis kebersihan"

 Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi patogen, dimana
kita menjaga anak-anak kita terlalu bersih, dapat menyebabkan hipersensitivitas
autoimun, yaitu kehancuran sel beta yang memproduksi insulin di dalam tubuh oleh
leukosit. Dalam penelitian lain, peneliti telah menemukan bahwa lebih banyak 
eksposur untuk mikroba dan virus kepada anak-anak, semakin kecil kemungkinan

3
mereka menderita penyakit reaksi hipersensitif seperti alergi. Penelitian yang

3
 berkelanjutan menunjukkan bahwa "pelatihan" dari sistem kekebalan tubuh mungkin
 berlaku untuk pencegahan tipe 1 diabetes (Curry, 2009). Kukrija dan Maclaren
menunjukkan bahwa pencegahan diabetes tipe 1 mungkin yang akan datang melalui
 penggunaan imunostimulasi, yakni memaparkankan anak-anak kepada bakteri dan
virus yang ada di dunia, tetapi yang tidak menyebabkan efek samping imunosupresi.

3. Hipotesis Susu Sapi

Teori ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap susu sapi dalam susu formula pada 6
 bulan pertama pada bayi dapat menyebabkan kekacauan pada sistem kekebalan
tubuh dan meningkatkan risiko untuk mengembangkan diabetes mellitus tipe 1 di
kemudian hari. Dimana protein susu sapi hampir identik dengan protein pada
permukaan sel
 beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga mereka yang rentan dan peka

terhadap susu sapi maka akan direspon oleh leukosit, dan selanjutnya akan
menyerang sel sendiri yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga
terjadi dibetes mellitus tipe 1. Peningkatan pemberian ASI di 1980 tidak 
menyebabkan penurunan terjadinya diabetes tipe 1, tetapi terjadi peningkatan dua kali
lipat diabetes mellitus tipe 1. Namun, kejadian diabetes tipe 1 lebih rendah pada bayi
yang diberi ASI selama 3 bulan (Ekoe, Zimmet, & Williams, 2001).

4. Hipotesis POP

 Hipotesis ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap polutan organik yang persisten
(POP) meningkatkan risiko kedua jenis diabetes. Publikasi jurnal oleh Institut
 Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan menunjukkan peningkatan yang signifikan
secara statistik dalam tingkat rawat inap untuk diabetes dari populasi yang berada di
tempat Kode ZIP yang mengandung limbah beracun (Kouznetsova, Huang, Ma,
Lessner, & Carpenter, 2007).

5. Hipotesis Akselerator
i
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa tipe 1 diabetes merupakan bagian sederhana
dari kontinum yang sama dari tipe 2, tetapi muncul lebih dulu. Hipotesis akselerator 
menyatakan bahwa peningkatan berat dan tinggi anak-anak pada abad terakhir ini
telah "dipercepat", sehingga kecenderungan mereka untuk mengembangkan tipe 1
dengan menyebabkan sel beta di pankreas di bawah tekanan untuk produksi insulin.
Beberapa kelompok mendukung teori ini, tetapi hipotesis ini belum merata diterima
oleh profesional diabetes (O'Connell, Donath, & Cameron, 2007).

C. TANDA GEJALA DM PADA ANAK 

Rasa haus meningkat dan lebih sering buang air kecil


Anak sering merasa kelaparan
Kehilangan berat badan

AKnelaekl amhaenjadi cepat marah


Infeksi jamur 

D. KOMPLIKASI

Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan sebagai
akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)

1.Komplikasi akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa
darah

a. HIPOGLIKEMIA/ KOMA HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal 60-100
mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan
hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui
sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk 
 pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain
itu dapat pula disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.

Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar gula darah
dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.

5
Penatalaksanaan kegawat daruratan:

• Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali
sadar pada pasien dengan tipe 1.
• Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit
dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada
tingkat hipoglikemia
• Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan
 pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.

• Hipoglikemi yang disebabkan oleh kegagalan glikoneogenesis yang terjadi pada


 penyakit hati, ginjal, dan jantung maka harus diatasi factor penyebab kegagalan
ketiga organ ini.

E. PATOFISIOLOGI

Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi
 puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami

 peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).


Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
 penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia),
akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan
terjadi
 pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan
 produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu
keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang
diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual,
i
muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan
 perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan
elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar 
gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor 
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar 
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
 jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-
tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
 pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

7
F. PATHWAYS

G. PENATALAKSANAAN

1.Medis

i
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar 
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen
dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
➢ a.Memperbaiki kesehatan umum penderita
➢  b.Mengarahkan pada berat badan normal
➢ c.Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik 
➢ d.Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
➢ e.Menarik dan mudah
diberikan Prinsip diet DM, adalah :
➢ a.Jumlah sesuai kebutuhan
➢  b Jadwal diet ketat
➢ c.Jenis : boleh dimakan / tidak 
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:

 jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah

 jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

 jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
 penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR 
= berat badan normal) dengan rumus :
  laporan pendahuluan diabetes melitus
  1. Kurus (underweight) BBR < 90 %
  2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
  3. Gemuk (overweight) BBR > 110%
  4. Obesitas apabila BBR > 120%
  § Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
  § Obesitas sedang BBR 130% - 140%
  § Obesitas berat BBR 140% - 200%
  § Morbid BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
 bekerja biasa adalah :
1. Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
2. Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3. Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4. Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

9
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
➢ Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan,
 berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.
➢ Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
➢ Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
➢ Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
➢ Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
 pembentukan glikogen baru.
➢ Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.

3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,
melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.

4) Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
  Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan
ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal
dan masih
 bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit
lebih. 2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik 
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
 b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler 

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh
 berbeda.
i
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
 b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok 
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Elektrolit :
· Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
· Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
· Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
 j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan
dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder 
terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
 pernafasan dan infeksi pada luka.

1
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Anamnesa

A. Identitas
1. Identitas Klien
 Nama Usia Jenis kelamin Jenis pekerjaan Alamat Suku/bangsa agama Tingkat
 pendidikan, dll. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan dahulu Klien mengatakan
 pernah mengkonsumsi rokok, kopi dan alcohol dan klien juga merupakan seseorang
yang emosional.
2. Identitas Penanggung Jawab
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan pasien

B. Riwayat
kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri , seperti tertusuk nyeri biasanya hilang dengan makan,
 pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke
mulut, kadang-kadang disertai sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong,
mual dan muntah, konstipasi, perdarahan pada buang air besar, mengatakan badan
terasa lemah dan letih, klien juga mengatakan berat badan turun ( 20 % lebih di
 bawah BB ideal)
2. Riwayat kesehatan
Kemungkinan anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.

i
Pengkajian Fisik 

1. Keadaan Umum : lemah, pucat, tanda vital tacikardi, pernafasan cepat.


2. Wajah klien tampak meringis, konjungtiva anemis, mulut mukosa bibir kering,
3. Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan, otot menelan lemah,
4. Dada

Inspeksi bentuk dada simetris kiri dan kanan, pernafasan cepat.

Palpasi nyeri tekan

Perkusi bunyi ketok sonor

Auskultasi tidak ada suara nafas tambahan
5. Abdomen

Inspeksi : simetris kiri dan memegang perut saat nyeri

Palpasi nyeri tekan abdomen

Perkusi bunyi ketok timpany

Auskultasi bising usus kanan,

6. Klien Integumen warna kulit pucat, turgor kulit jelek ekstremitas takikardi, kekuatan otot
lemah.
7. Klien dibantu keluarga dalam beraktifitas

Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas


1. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Asupan Makanan
2. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan Untuk Mengabsorbsi Nutrisi
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Volume Cairan Secara
Aktif 
4. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Perubahan Sirkulasi
5. Nyeri akut berhubungandengan agen injuribiologis (penurunanperfusi jaringan
perifer  6.

1
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

 No. dx. Noc NIC

1. Resiko 1) Tingkat glukosa darah gejala dari hipoglikemia


Ketidakstabilan Defenisi : keadaan 3) Kurangnya
Kadar Glukosa dimana tingkat glukosa
Darah di
 berhubungan  plasma dan urin
dengan Asupan dalam rentang normal
Makanan, Indikator :
Ketidakadekuat · Glukosa darah dalam
an Monitor  batas normal

Glukosa Darah, · Glukosa urin dalam


Kurangan
 batas normal
Ketaatan · Urin keton
Dalam 2) Manajemen Diabetes
Manajemen secara mandiri Definisi
Diabetes : melakukan
manajemen Diabetes
secara mandiri,
 pengobatan dan
 pencegahan tehadap
 perjalanan penyakit
Indikator :
· Memantau glukosa
darah dalam batas
normal
· Mengobati
gejala dari
hiperglikemia
· Mengobati
i
a) Managemen hipoglikemia
Hiperglikemia seperti:tremor,
Aktifitas ; berkeringat, gugup,
· Memantau
tacikardi, palpitasi,
peningkatan gula mengigil,
darah
· Memantau gejala
hiperglikemia,
 poliuria, polidipsi,
poliphagi, dan
kelelahan.
· Memantau urin keton
· Memberikan insulin
yang

sesuaian
· Memantau status
cairan
· Antisipasi situasi
dalam
 persyaratan pemberian
insulin
· Membatasi gerakan
ketika gula darah diatas
250 mg/dl, terutama
apabila terdapat urin
keton
· Mendorong pasien
untuk memantau
gula darah
 b) Manajemen
hipoglikemia
(2130)
Aktivitas :
· Mengenali pasien
dengan resiko
hipoglikemia
· Memantau gula darah
· Memantau gejala

i
 pengetahuan  perubahan perilaku, coma.
tentang manajemen · Memberikan karbohidrat
diabetes 4) sederhana yang sesuai
Ketidakadekuatan dalam · Memberikan glukosa yang
memantau gula darah sesuai
5) Pengetahuan · Melaporkan segera pada dokter 
tentang diet · Memberikan glukosa melalui IV
· Memperhatikan jalan nafas
· Mempertahankan akses IV
· Lindungi jangan sampai cedera
· Meninjau peristiwa terjadinya
hipoglikemia dan faktor
 penyebabnya

· Memberikan umpan balik


mengenai manajemen
hipoglikemia
· Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai gejala,
faktor resiko, pencegahan
hipoglikemia
· Menganjurkan pasien memakan
karbohidrat yang simple
2.Ketidakseimba ngan 1) Status nutrisi
setiap waktu
Nutrisi : Defenisi : sejauh mana 1) Manajemen Nutrisi

Kurang Dari tingkat nutrisi yang Aktivitas :


Kebutuhan tersedia untuk dapat · Mengkaji adanya pasien
Tubuh memenuhi alergi terhadap makanan
 berhubungan kebutuhan proses metabolik. · Berkolaborasi dengan ahli gizi
Indikator : untuk menentukan jumlah kalori
· Intake nutrisi adekuat dan
· Intake makanan adekuat  jenis gizi yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan gizi
· Intake cairan dalam batas
1
pasien

· Mengatur pola makan


dan gaya

1
normal hidup pasien
· Energi cukup · Mengajarkan pasien bagaimana
· Indeks masa tubuh dalam  pola makan sehari- hari yang
 batas normal sesuai dengan kebutuhan
2) Status nutrisi : asupan · Memantau dan mencatat
makanan dan cairan masukan kalori dan nutrisi
Definisi : jumlah makanan · Timbang berat badan pasien dengan
dan cairan dalam tubuh interval yang sesuai
selama waktu 24 jam. · Memberikan informasi yang tepat
Indikator : tentang kebutuhan nutrisi dan
· Intake makanan melalui  bagaimana cara memenuhinya
oral adekuat · Membantu pasien untuk menerima
· Intake cairan melalui oral  program gizi yang dibutuhkan
adekuat 2) Therapy nutrisi
· Intake cairan melalaui Aktivitas :
intravena dalam batas · Memantau makanan dan minuman
normal 3) Status nutrisi yang dimakan dan hitung intake
: intake nutrisi kalori sehari yang sesuai
Definisi : intake nutrisi · Memantau ketepatan anjuran diet
yang dibutuhkan untuk untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
memenuhi sehari- hariyang sesuai
 proses metabolic · Berkolaborasi dengan ahli gizi
Indikator : untuk menentukan jumlah kalori
· Intake kalori dalam batas dan
normal  jenis gizi yang dibutuhkan
· Intake protein dalam batas untuk memenuhi kebutuhan gizi
normal pasien
· Intake lemak dalam batas · Memberikan makanan sesuai
normal dengan diet yang dianjurkan
· Intake karbohidrat dalam · Memantau hasil labor Memberikan
 batas normal · Mengajari kepada keluarga dan
· Intake serat dalam batas  pasien secara tertulis contoh diet
i
yang dianjurkan

i
normal Indikator :

· Intake mineral dalam


 batas normal

3. a) Keseimbangan cairan

Kekurangan Defenisi : keseimbangan


Volume Cairan cairan di intraselluler
dan
 berhubungan
ekstraselluler di dalam
dengan
tubuh Indikator :
Kehilangan
· Tekanan darah dalam
Volume Cairan
 batas normal
Secara Aktif 
· Keseimbangan intake dan
output selama 24 jam
· Turgor kulit baik 
· Membran mukosa lembab
· Hematokrit dalam batas
normal

 b) Hidrasi
Definisi : kecukupan cairan
di intraselluler dan
ekstraselluler di dalam
tubuh

1
3) Mo · Memonitor masukan
nitor makanan/ cairan dan
Gizi hitung intake kalori
Aktiv harian
itas : · Berkolaborasi untuk
· Memantau berat badan pemberian cairan IV
pasien
2) Monito
· Memantau turgor kulit
r Cairan
· Memantau mual dan
muntah Aktivitas

· Memantau albumin, :

total protein, Hb, · Menentukan faktor resiko


hematokrit, dan dari

elektrolit
· Memantau tingkat
energi, lemah, letih, rasa
tidak enak 
· Memantau apakah
konjungtiva
 pucat, kemerahan, atau
kering
· Memantau intake
nutrisi dan kalori 1)
Manajemen
Cairan

Aktivitas :
· Mempertahankan
keakuratan catatan
intake dan output
· Memonitor status
hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi,
tekanan darah ortostatik
), jika diperlukan
· Memonitor vital sign
· Memonitor hasil labor
yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, Ht,
osmolalitas urin)
1
· Turgor kulit baik 
ketidakseimbangan cairan (polyuria,
· Membran mukosa
muntah, hipertermi)
lembab
· Memonitor intake dan output
· Intake cairan dalam
· Memonitor serum dan jumlah
 batas normal
elektrolit dalam urin
· Pengeluaran Urin
· Memonitor serum albumin dan
dalam
 jumlah protein total
 batas normal
· Memonitor serum dan osmolaritas
urin
· Mempertahankan keakuratan
catatan intake dan output
· Memonitor warna, jumlah dan berat
 jenis urin.

3) Terapi Intravena
Aktivitas :
· Periksa tipe, jumlah, expire
date, karakter dari cairan dan
kerusakan
 botol
· Tentukan dan persiapkan pompa
infuse IV
· Hubungkan botol dengan
selang yang tepat
· Atur cairan IV sesuai suhu ruangan
· Kenali apakah pasien sedang
 penjalani pengobatan lain yang
 bertentangan dengan pengobatan ini
· Atur pemberian IV, sesuai resep, dan
 pantau hasilnya
· Pantau jumlah tetes IV dan tempat
infus intravena

i
· Pantau terjadinya kelebihan cairan

i
dan reaksi yang timbul
· Pantau kepatenan IV sebelum
 pemberian medikasi intravena
· Ganti kanula IV, apparatus, dan
infusate setiap 48 jam, tergantung
 pada protocol
· Perhatikan adanya kemacetan aliran
· Periksa IV secara teratur 
· Pantau tanda-tanda vital
· Batas kalium intravena adalah 20
meq per jam atau 200 meq per 24 jam
· Catat intake dan output
· Pantau tanda dan gejala yang

 berhubungan dengan infusion phlebitis


dan infeksi lokal
4. Kerusakan a) Managemen Tekanan
Integritas a) Integritas Jaringan Aktifitas ;
Jaringan : kulit dan membran · Memakaikan pasien pakaian yang
 berhubungan mukosa tidak membatasi gerak 
dengan Defenisi : keutuhan · Menahan diri untuk melakukan
Perubahan struktur dan fungsi tekanan pada bagian tubuh yang sakit
Sirkulasi,) fisiologis normal dari · Meninggikan ektremitas yang
kulit dan membrane terluka
mukosa · Memutar posisi pasien setiap dua
Indikator :  jam sekali, berdasarkan jadwal khusus
· Temperature kulit · Memantau area kulit yang
dalam batas normal kemerahan atau rusak 
· Susunan dalam batas · Memantau pergerakan dan aktifitas
normal  pasien
· Perfusi jaringan baik  · Memantau status nutrisi pasien

· Integritas kulit baik  · Memantau sumber tekanan dan

1
geseran
 b) Penyembuhan  b) Perawatan Luka
luka : tahapan kedua (3660) Aktifitas :
Definisi : tingkat · Mengganti balutan plester dan
regenerasi dari sel dan debris
 jaringan setelah · Mencukur rambut sekeliling daerah
dilakukan penutupan yang terluka, jika perlu
Indikator : · Mencatat karakteristik luka
· Granulasi termasuk warna, bau dan ukuran
dalam keadaan · Membersihkan dengan larutan
baik  saline atau nontoksik yang
· Bekas luka dalam sesuai
keadaan baik  · Memberikan pemeliharaan kulit
· Penurunan ukuran luka bernanah sesuai kebutuhan

luka · Mengurut sekitar luka untuk


merangsang sirkulasi
· Menggunakan unit TENS
(Transcutaneous Elektrikal Nerve
Stimulation) untuk peningkatan
 penyembuhan luka yang sesuai
· Menggunakan salep yang cocok
 pada kulit/ lesi, yang sesuai
· Membalut dengan perban yang
cocok 
· Mempertahankan teknik pensterilan
 perban ketika merawat luka
· Memeriksa luka setiap mengganti
 perban
· Membandingkan dan mencatat
secara teratur perubahan-perubahan
 pada luka
· Menjauhkan tekanan pada luka
i
· Mengajarkan pasien dan anggota
keluarga prosedur 
· perawatan luka
c) Posisi
Aktivitas :
· Menyediakan tempat tidur yang
terapeutik 
· Memelihara kenyamanan tempat
tidur 
· Menempatkan dalam posisi
yang terapeutik 
· Posisi dalam
mempersiapkan kesajajaran
tubuh

· Kelumpuhan/menyokong
bagian tubuh
· Memperbaiki bagian tubuh
· Menghindari terjadinya amputasi
dalam posisi fleksi
· Memposisikan untuk mengurangi
dyspnea (mis. posisi semi
melayang),
 jika diperlukan
· Memfasilitasi pertukaran udara yang
 bagus untuk bernafas
· Menyarankan untuk peningkatan
rentang latihan
· Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher 
· Memasang footboard untuk tidur 
· Gunakan teknik log roll untuk
 berputar 
2
· Meningkatkan eliminasi urin, jika

2
diperlukan
· Menghindari tempat yang
akan melukai
· Menopang dengan backrest,
jika diperlukan
· Memperbaiki kaki 20 derajat diatas
 jantung, jika diperlukan
· Menginstruksikan kepada pasien
 bagaimana menggunakan posisi yang
 bagus dan gerak tubuh yang bagus
dalam beraktifitas
· Mengontrol sistem pelayanan untuk
mengatur persiapan

· Memelihara posisi akan


integritas dari sistem
· Memperbaiki kepala waktu tidur,
 jika diperlukan
· Mengatur indikasi kondisi kulit
· Membantu imobilisasi setiap 2
jam, sesuai jadwal
· Gunakan alat bantu layanan untuk
mendukung kaki (mis. Hand roll dan
trochanter roll)
· Menggunakan alat-alat yang
digunakan berulang ditempat yang
mudah dijangkau
· Menempatkan posisi tempat tidur
yang nyaman agar mudah dalam
 perpindahan posisi
· Menempatkan lampu ditempat yang
mudah dijangkau

i
5. Ketidak ·
Setelah diberikan asuhan
efektifan Tingkat kenyamanan
keperawatan selama 3 x
 perfusi jaringan
24
Perifer
 jam, diharapkan kerusakan
integritas jaringan berkurang
dengan kriteria hasil
1. Tekanan systole dan

diastole dalam rentang yang


diharapkan (4)
2. Tidak ada tanda tanda

 peningkatan tekanan
intracranial (4)
3. Tidak ada artistik

hipertensi (4)

Keterangan
1 = berat
2= cukup
berat 3 =
sedang
4= ringan
5 = tidak ada

6.
 Nyeri akut
 berhubungande
ngan agen
 NOC:·
injuribiologis
Tingkat nyeri
(penurunanperf 
·
usi jaringan
 Nyeri terkontrol

2
1. Mengobservasi adanya mengurangi rasa
daerah tertentu yang peka nyeri
Manajemen nyeri :
terhadap panas atau
3. Lakukan pegkajian
dingin tajam tumpul (
nyerisecara komprehensif
yang dirasakan
termasuklokasi,
 pasien)
karakteristik,
Rasional : untuk
durasi,frekuensi, kualitas
mengetahui daerah-
dan ontropresipitasi.
daerah yang peka
4. Observasi reaksi
terhadap panas atau
nonverbal
dingin tajam tumpul
dariketidaknyamanan.

2. monitor adanya

tromboplebitis dan
tromboemboli pada
Vena
Rasional: untuk
mengetahui adanya
suatu infeksi

3. Diskusikan atau
identifikasi kan
 penyebab sensasi abnormal
atau
 perubahan sensasi
yang terjadi
Rasional : agar
pasien mengenal
 perubahan sensasi
yang dirasakan 4.
Kolaborasikan obat
analgesik kortikosteroid
antikonvulsan, anti-
depresan trisilik, atau
anestesi lokal sesuai
kebutuhan
Rasional : untuk

2
 perifer Setelah dilakukan 5. Gunakan teknik komunikasi
asuhankeperawatan selama terapeutik untuk mengetahui
3 x 24 jam, klien dapat  pengalaman nyeriklien sebelumnya.
:1. Mengontrol nyeri,dengan 6. Kontrol ontro lingkunganyang
indikator :· Mengenal mempengaruhi nyeriseperti suhu
faktor- faktor penyebab· ruangan,pencahayaan, kebisingan.
Mengenal onset nyeri· 7. Kurangi ontro presipitasinyeri.
Tindakan 8. Pilih dan lakukanpenanganan
 pertolongannon farmakologi· nyeri(farmakologis/nonfarmakologis)..
Menggunakan analgetik· 9. Ajarkan teknik nonfarmakologis
Melaporkan gejala- (relaksasi,distraksi dll) untuk
gejalanyeri kepada tim mengetasinyeri..
kesehatan.· Nyeri terkontrol 10. Berikan analgetik

untukmengurangi nyeri.
2. Menunjukkan 11. Evaluasi tindakanpengurang
tingkatnyeri, dengan nyeri/ontrol nyeri.
indikator:· 12. Kolaborasi dengan dokter bila ada
Melaporkan nyeri· komplain tentangpemberian analgetik
Frekuensi anajemen tidak berhasil.13. Monitor penerimaan
nyeri : kliententang manajemen nyeri.
3. Lakukan pegkajian Administrasi analgetik :
nyerisecara .1. Cek program pemberian

dari ketidaknyamanan.

5. Gunakan teknikkomunikasi
terapeutik untukmengetahui
 pengalaman nyeriklien sebelumnya.6.
Kontrol ontro lingkunganyang

mempengaruhi nyeriseperti suhu


ruangan,pencahayaan, kebisingan.7.

i
Kurangi ontro presipitasinyeri.8. Pilih
dan lakukanpenanganan
nyeri(farmakologis/nonfarmakologis)..
9. Ajarkan teknik nonfarmakologis

(relaksasi,distraksi dll) untuk


mengetasinyeri..10. Berikan analgetik
untukmengurangi nyeri.11. Evaluasi
tindakanpengurang nyeri/ontrol
nyeri.12. Kolaborasi dengan dokter
 bila ada komplain tentangpemberian
analgetik tidakberhasil.13. Monitor
 penerimaan kliententang manajemen
nyeri.

Administrasi analgetik :

.1. Cek program pemberian


2. Cek riwayat alergi

3.bTentukan analgetikpilihan, rute


 pemberian dandosis optimal.4.
Monitor TTV sebelumdan
sesudah
 pemberiananalgetik.5. Berikan
analgetik tepatwaktu terutama saat
nyerimuncul.6. Evaluasi
efektifitasanalgetik, tanda dan gejala
efeksamping.

2
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolic yang bersifat kronik. Oleh karena itu, onset
Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam kehidupan
 penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit
Kelompok Kerja (UKK) EndokrinologiAnakIkatanDokterAnak Indonesia (IDAI)
mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia.
Data ini diperoleh melalui kerja sama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari
para dokter anak, endokrin ologanak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes
Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan Remaja
(IKADAR),
 penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerja sama dengan perawat educator 
 National University Hospital Singapura untukmemperoleh data penyandang Diabetes
Mellitus anak Indonesia yang menjalanipengobatannya di Singapura.

Saran

Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Diabetes melitus pada anak, sehingga kita dapat
mengetahui hal apa yang akan dilakukan jika mendapatkan kasus seperti yang telah dijelaskan diatas,
sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari seharusnya.

Dalam penulisan kami mungkin masih terdapat kesalahan, jika pembaca menemukan kesalahan
mohon diberikan masukan dan saran agar makalah ini lebih baik lagi.

i
Daftar pustaka

 Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2015, Konsensus Pengelolaan dan


 Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia, PB. PERKENI, Jakarta.

https://www.academia.edu/12786936/askep_anak_dengan_DM 

 Mitchell, Richard N. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta, EGC.

 Nanda NIC NOC 2018-2020

Anda mungkin juga menyukai