ASUHAN KEPERAWATAN
DIABETES MELITUS PADA ANAK
DISUSUN OLEH
Kelompok 6
DAFTAR ISI......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................1
1.2. Tujuan......................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN
..............................................................................................................................................
2
2.1. Pengertian................................................................................................................... 2
2.2. Etiologi....................................................................................................................... 2
2.3. Tanda & Gejala...........................................................................................................3
2.4. Komplikasi..................................................................................................................3
2.5. Patofisiologi................................................................................................................ 4
2.6. Pathway...................................................................................................................... 6
2.7. Penatalaksanaan Farmakologis dan Non Farmakologis.............................................7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................................... 9
3.1. Anamnesa................................................................................................................... 9
3.2. Pengkajian Fisik......................................................................................................... 9
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan keperawatan diabetes melitus pada
anak dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas
kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan anak I yaitu Ibu
Ns.
Ni wayan Wiwin., M.Pd
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami Asuhan Keperawatan dengan
benar. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Anak I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar makalah
Asuhan Keperawatan Diabetes melitus pada anak. Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih
kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam
penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran
dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan
makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolic yang bersifat kronik. Oleh karena itu, onset
Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam kehidupan
penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit
Kelompok Kerja (UKK) EndokrinologiAnakIkatanDokterAnak Indonesia (IDAI)
mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia.
Data ini diperoleh melalui kerja sama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari
para dokter anak, endokrin ologanak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes
Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan Remaja (IKADAR),
penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerja sama dengan perawat educator
National University Hospital Singapura untukmemperoleh data penyandang Diabetes
Mellitus anak Indonesia yang menjalanipengobatannya di Singapura.
Data lain dari sebuahpenelitian unit kerjakoordinasiendokrinologianak di seluruh
wilayah Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes
Mellitus usiaanak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahunterdatasebanyak 731 anak. Ilmu
Kesehatan Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak
yang terkena Diabetes Mellitus cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini.Tahun
2011 tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009.
Tiga
puluhduaanak di antaranyaterkena Diabetes Mellitus tipe 2. (Pulungan, 2010) Peningkatan
jumlah penderita.
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Tentang diabetes melitus pada anak
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian diabetes melitus pada anak
b. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi diabetes melitus pada anak
c. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang tanda dan gejala diabetes melitus pada
anak
d. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang komplikasi diabetes melitus pada anak
e. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi diabetes melitus pada anak
f. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik diabetes melitus
pada anak
g. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan diabetes melitus pada
anak
h. Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan diabetes melitus pada
anak
1
i. Mahasiswa dapat memahami dalam melakukan asuhan keperawatan diabetes
melitus pada anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiper glikemia kronik.Hiper glikemia Ini
dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan sekresi hormon
insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer
SA, Magge S. 2005). Sebagai Negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang
cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan
perubahan dalam masyarakat, baik dalam bidang ilmu pengetahuan, gaya hidup, perilaku,
dan sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif. Salah satu
efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyakarat modern di Indonesia antara
lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian Diabetes Mellitus(DM) yang lebih
dikenal oleh masyarakat awam sebagai kencing manis. Diabetes Mellitus adalah penyakit
metabolic yang bersifat kronik. Oleh karena itu, onset Diabetes Mellitus yang terjadi sejak
dini memberikan peranan penting dalam kehidupan penderita. Setelah melakukan
pendataan
pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit Kelompok Kerja (UKK)
EndokrinologiAnakIkatanDokterAnak Indonesia (IDAI) mendapatkan 674 data penyandang
Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia. Data ini diperoleh melalui kerja sama berbagai pihak
di seluruh Indonesia mulai dari para dokter anak, endokrin ologanak, spesialis penyakit
dalam,
perawat edukator Diabetes Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus
Anak dan Remaja (IKADAR), penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerja sama
dengan perawat educator National University Hospital Singapura untukmemperoleh data
penyandang Diabetes Mellitus anak Indonesia yang menjalanipengobatannya di Singapura.
Data lain dari sebuahpenelitian unit kerjakoordinasiendokrinologianak di seluruh wilayah
Indonesia pada awal Maret tahun 2012 menunjukkan jumlah penderita Diabetes Mellitus
usiaanak-anak juga usia remaja dibawah 20 tahunterdatasebanyak 731 anak. Ilmu Kesehatan
Anak FFKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) melansir, jumlah anak yang
terkena Diabetes Mellitus cenderung naik dalam beberapa tahun terakhir ini.Tahun 2011
tercatat 65 anak menderita Diabetes Mellitus, naik 40% dibandingkan tahun 2009. Tiga
puluhduaanak di antaranyaterkena Diabetes Mellitus tipe 2. (Pulungan, 2010) Peningkatan
jumlah penderita Diabetes Mellitus yang cukup signifikan di Indonesia Ini perlu mendapat
i
kan perhatian seiring dengan meningkatnya risiko anak terkena Diabetes Mellitus.Deteksi
i
dini pada Diabetes Mellitus merupakan hal penting yang harus Dilakukan untuk
menghindari kesalahan atau keterlambatan diagnosis yang dapat Mengakibatkan kematian.
Diabetes Mellitus tipe 1 yang menyerang anak-anak sering Tidak terdiagnosis oleh dokter
karena gejala awalnya yang tidak begitu jelas dan pada Akhirnya sampai pada gejala lanjut
dan traumatis seperti mual, muntah, nyeri perut, sesak nafas, bahkan koma. Dengan deteksi
dini,
pengobatan dapat dilakukan sesegera mungkin terhadap penyandang Diabetes Mellitus
sehingga dapat menurunkan risiko kecacatan dan kematian (Pulungan, 2010)
B. ETIOLOGI
Etiologi DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas karena paparan agen
infeksi atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital, mumps, coxsackievirus dan
cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi, kedelai, gandum dan susu sapi).
sebagai berikut:
1. Hipotesis sinar matahari
Teori yang paling terakhir adalah "hipotesis sinar matahari," yang menyatakan bahwa
waktu yang lama dihabiskan dalam ruangan, dimana akan mengurangi paparan sinar
matahari kepada anak-anak, yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin
D. Bukti menyebutkan bahwa vitamin D memainkan peran integral dalam sensitivitas
dan sekresi insulin (Penckofer, Kouba, Wallis, & Emanuele, 2008). Berkurangnya
kadar vitamin D, dan jarang terpapar dengan sinar matahari, dimana masing-masing
Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi patogen, dimana
kita menjaga anak-anak kita terlalu bersih, dapat menyebabkan hipersensitivitas
autoimun, yaitu kehancuran sel beta yang memproduksi insulin di dalam tubuh oleh
leukosit. Dalam penelitian lain, peneliti telah menemukan bahwa lebih banyak
eksposur untuk mikroba dan virus kepada anak-anak, semakin kecil kemungkinan
3
mereka menderita penyakit reaksi hipersensitif seperti alergi. Penelitian yang
3
berkelanjutan menunjukkan bahwa "pelatihan" dari sistem kekebalan tubuh mungkin
berlaku untuk pencegahan tipe 1 diabetes (Curry, 2009). Kukrija dan Maclaren
menunjukkan bahwa pencegahan diabetes tipe 1 mungkin yang akan datang melalui
penggunaan imunostimulasi, yakni memaparkankan anak-anak kepada bakteri dan
virus yang ada di dunia, tetapi yang tidak menyebabkan efek samping imunosupresi.
Teori ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap susu sapi dalam susu formula pada 6
bulan pertama pada bayi dapat menyebabkan kekacauan pada sistem kekebalan
tubuh dan meningkatkan risiko untuk mengembangkan diabetes mellitus tipe 1 di
kemudian hari. Dimana protein susu sapi hampir identik dengan protein pada
permukaan sel
beta pankreas yang memproduksi insulin, sehingga mereka yang rentan dan peka
terhadap susu sapi maka akan direspon oleh leukosit, dan selanjutnya akan
menyerang sel sendiri yang menyebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga
terjadi dibetes mellitus tipe 1. Peningkatan pemberian ASI di 1980 tidak
menyebabkan penurunan terjadinya diabetes tipe 1, tetapi terjadi peningkatan dua kali
lipat diabetes mellitus tipe 1. Namun, kejadian diabetes tipe 1 lebih rendah pada bayi
yang diberi ASI selama 3 bulan (Ekoe, Zimmet, & Williams, 2001).
4. Hipotesis POP
Hipotesis ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap polutan organik yang persisten
(POP) meningkatkan risiko kedua jenis diabetes. Publikasi jurnal oleh Institut
Nasional Ilmu Kesehatan Lingkungan menunjukkan peningkatan yang signifikan
secara statistik dalam tingkat rawat inap untuk diabetes dari populasi yang berada di
tempat Kode ZIP yang mengandung limbah beracun (Kouznetsova, Huang, Ma,
Lessner, & Carpenter, 2007).
5. Hipotesis Akselerator
i
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa tipe 1 diabetes merupakan bagian sederhana
dari kontinum yang sama dari tipe 2, tetapi muncul lebih dulu. Hipotesis akselerator
menyatakan bahwa peningkatan berat dan tinggi anak-anak pada abad terakhir ini
telah "dipercepat", sehingga kecenderungan mereka untuk mengembangkan tipe 1
dengan menyebabkan sel beta di pankreas di bawah tekanan untuk produksi insulin.
Beberapa kelompok mendukung teori ini, tetapi hipotesis ini belum merata diterima
oleh profesional diabetes (O'Connell, Donath, & Cameron, 2007).
D. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan sebagai
akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1.Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa
darah
Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal 60-100
mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan
hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui
sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk
pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain
itu dapat pula disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih.
Diagnosa dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar gula darah
dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari.
5
Penatalaksanaan kegawat daruratan:
• Pengatasan hipoglikemi dapat diberikan bolus glukosa 40% dan biasanya kembali
sadar pada pasien dengan tipe 1.
• Tiap keadaan hipoglikemia harus diberikan 50 cc D50 W dalam waktu 3-5 menit
dan nilai status pasien dilanjutkan dengan D5 W atau D10 W bergantung pada
tingkat hipoglikemia
• Pada hipoglikemik yang disebabkan oleh pemberian long-acting insulin dan
pemberian diabetic oral maka diperlukan infuse yang berkelanjutan.
E. PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi
puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa
yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam
darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin
(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan
disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis
osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah,
harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya
yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK).
Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30
tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-
tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup
kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
7
F. PATHWAYS
G. PENATALAKSANAAN
1.Medis
i
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien. Ada lima komponen
dalam penatalaksanaan DM, yaitu :
1) Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
➢ a.Memperbaiki kesehatan umum penderita
➢ b.Mengarahkan pada berat badan normal
➢ c.Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
➢ d.Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
➢ e.Menarik dan mudah
diberikan Prinsip diet DM, adalah :
➢ a.Jumlah sesuai kebutuhan
➢ b Jadwal diet ketat
➢ c.Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J yaitu:
•
jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau ditambah
•
jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
•
jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita,
penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR
= berat badan normal) dengan rumus :
laporan pendahuluan diabetes melitus
1. Kurus (underweight) BBR < 90 %
2. Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3. Gemuk (overweight) BBR > 110%
4. Obesitas apabila BBR > 120%
§ Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
§ Obesitas sedang BBR 130% - 140%
§ Obesitas berat BBR 140% - 200%
§ Morbid BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita DM yang
bekerja biasa adalah :
1. Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari
2. Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari
3. Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari
4. Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari
9
2) Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
➢ Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam sesudah makan,
berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau
menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.
➢ Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
➢ Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
➢ Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
➢ Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
➢ Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.
3) Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM,
melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
4) Obat
1) Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan, menurunkan
ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan berat badan normal
dan masih
bisa dipakai pada pasien yang berat badannya sedikit
lebih. 2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
- Menghambat absorpsi karbohidrat
- Menghambat glukoneogenesis di hati
- Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dlakukan pada DM tipe 1 dan 2 umumnya tidak jauh
berbeda.
i
a) Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
b) Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
d) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
e) Elektrolit :
· Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
· Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler), selanjutnya akan
menurun.
· Fosfor : lebih sering menurun
f) Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup SDM) dan
karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan DKA dengan control tidak adekuat
versus DKA yang berhubungan dengan insiden ( mis, ISK baru)
g) Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (
asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h) Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
i) Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/ penurunan fungsi
ginjal)
j) Amilase darah : mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya pancreatitis akut
sebagai penyebab dari DKA.
k) Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe 1) atau
normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan
dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat berkembang sekunder
terhadap pembentukan antibody . ( autoantibody)
l) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
m) Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n) Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernafasan dan infeksi pada luka.
1
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Anamnesa
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama Usia Jenis kelamin Jenis pekerjaan Alamat Suku/bangsa agama Tingkat
pendidikan, dll. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan dahulu Klien mengatakan
pernah mengkonsumsi rokok, kopi dan alcohol dan klien juga merupakan seseorang
yang emosional.
2. Identitas Penanggung Jawab
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan pasien
B. Riwayat
kesehatan
1. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri , seperti tertusuk nyeri biasanya hilang dengan makan,
pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke
mulut, kadang-kadang disertai sendawa umum terjadi bila lambung pasien kosong,
mual dan muntah, konstipasi, perdarahan pada buang air besar, mengatakan badan
terasa lemah dan letih, klien juga mengatakan berat badan turun ( 20 % lebih di
bawah BB ideal)
2. Riwayat kesehatan
Kemungkinan anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
i
Pengkajian Fisik
6. Klien Integumen warna kulit pucat, turgor kulit jelek ekstremitas takikardi, kekuatan otot
lemah.
7. Klien dibantu keluarga dalam beraktifitas
1
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
sesuaian
· Memantau status
cairan
· Antisipasi situasi
dalam
persyaratan pemberian
insulin
· Membatasi gerakan
ketika gula darah diatas
250 mg/dl, terutama
apabila terdapat urin
keton
· Mendorong pasien
untuk memantau
gula darah
b) Manajemen
hipoglikemia
(2130)
Aktivitas :
· Mengenali pasien
dengan resiko
hipoglikemia
· Memantau gula darah
· Memantau gejala
i
pengetahuan perubahan perilaku, coma.
tentang manajemen · Memberikan karbohidrat
diabetes 4) sederhana yang sesuai
Ketidakadekuatan dalam · Memberikan glukosa yang
memantau gula darah sesuai
5) Pengetahuan · Melaporkan segera pada dokter
tentang diet · Memberikan glukosa melalui IV
· Memperhatikan jalan nafas
· Mempertahankan akses IV
· Lindungi jangan sampai cedera
· Meninjau peristiwa terjadinya
hipoglikemia dan faktor
penyebabnya
1
normal hidup pasien
· Energi cukup · Mengajarkan pasien bagaimana
· Indeks masa tubuh dalam pola makan sehari- hari yang
batas normal sesuai dengan kebutuhan
2) Status nutrisi : asupan · Memantau dan mencatat
makanan dan cairan masukan kalori dan nutrisi
Definisi : jumlah makanan · Timbang berat badan pasien dengan
dan cairan dalam tubuh interval yang sesuai
selama waktu 24 jam. · Memberikan informasi yang tepat
Indikator : tentang kebutuhan nutrisi dan
· Intake makanan melalui bagaimana cara memenuhinya
oral adekuat · Membantu pasien untuk menerima
· Intake cairan melalui oral program gizi yang dibutuhkan
adekuat 2) Therapy nutrisi
· Intake cairan melalaui Aktivitas :
intravena dalam batas · Memantau makanan dan minuman
normal 3) Status nutrisi yang dimakan dan hitung intake
: intake nutrisi kalori sehari yang sesuai
Definisi : intake nutrisi · Memantau ketepatan anjuran diet
yang dibutuhkan untuk untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
memenuhi sehari- hariyang sesuai
proses metabolic · Berkolaborasi dengan ahli gizi
Indikator : untuk menentukan jumlah kalori
· Intake kalori dalam batas dan
normal jenis gizi yang dibutuhkan
· Intake protein dalam batas untuk memenuhi kebutuhan gizi
normal pasien
· Intake lemak dalam batas · Memberikan makanan sesuai
normal dengan diet yang dianjurkan
· Intake karbohidrat dalam · Memantau hasil labor Memberikan
batas normal · Mengajari kepada keluarga dan
· Intake serat dalam batas pasien secara tertulis contoh diet
i
yang dianjurkan
i
normal Indikator :
3. a) Keseimbangan cairan
b) Hidrasi
Definisi : kecukupan cairan
di intraselluler dan
ekstraselluler di dalam
tubuh
1
3) Mo · Memonitor masukan
nitor makanan/ cairan dan
Gizi hitung intake kalori
Aktiv harian
itas : · Berkolaborasi untuk
· Memantau berat badan pemberian cairan IV
pasien
2) Monito
· Memantau turgor kulit
r Cairan
· Memantau mual dan
muntah Aktivitas
· Memantau albumin, :
elektrolit
· Memantau tingkat
energi, lemah, letih, rasa
tidak enak
· Memantau apakah
konjungtiva
pucat, kemerahan, atau
kering
· Memantau intake
nutrisi dan kalori 1)
Manajemen
Cairan
Aktivitas :
· Mempertahankan
keakuratan catatan
intake dan output
· Memonitor status
hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi,
tekanan darah ortostatik
), jika diperlukan
· Memonitor vital sign
· Memonitor hasil labor
yang sesuai dengan retensi
cairan (BUN, Ht,
osmolalitas urin)
1
· Turgor kulit baik
ketidakseimbangan cairan (polyuria,
· Membran mukosa
muntah, hipertermi)
lembab
· Memonitor intake dan output
· Intake cairan dalam
· Memonitor serum dan jumlah
batas normal
elektrolit dalam urin
· Pengeluaran Urin
· Memonitor serum albumin dan
dalam
jumlah protein total
batas normal
· Memonitor serum dan osmolaritas
urin
· Mempertahankan keakuratan
catatan intake dan output
· Memonitor warna, jumlah dan berat
jenis urin.
3) Terapi Intravena
Aktivitas :
· Periksa tipe, jumlah, expire
date, karakter dari cairan dan
kerusakan
botol
· Tentukan dan persiapkan pompa
infuse IV
· Hubungkan botol dengan
selang yang tepat
· Atur cairan IV sesuai suhu ruangan
· Kenali apakah pasien sedang
penjalani pengobatan lain yang
bertentangan dengan pengobatan ini
· Atur pemberian IV, sesuai resep, dan
pantau hasilnya
· Pantau jumlah tetes IV dan tempat
infus intravena
i
· Pantau terjadinya kelebihan cairan
i
dan reaksi yang timbul
· Pantau kepatenan IV sebelum
pemberian medikasi intravena
· Ganti kanula IV, apparatus, dan
infusate setiap 48 jam, tergantung
pada protocol
· Perhatikan adanya kemacetan aliran
· Periksa IV secara teratur
· Pantau tanda-tanda vital
· Batas kalium intravena adalah 20
meq per jam atau 200 meq per 24 jam
· Catat intake dan output
· Pantau tanda dan gejala yang
1
geseran
b) Penyembuhan b) Perawatan Luka
luka : tahapan kedua (3660) Aktifitas :
Definisi : tingkat · Mengganti balutan plester dan
regenerasi dari sel dan debris
jaringan setelah · Mencukur rambut sekeliling daerah
dilakukan penutupan yang terluka, jika perlu
Indikator : · Mencatat karakteristik luka
· Granulasi termasuk warna, bau dan ukuran
dalam keadaan · Membersihkan dengan larutan
baik saline atau nontoksik yang
· Bekas luka dalam sesuai
keadaan baik · Memberikan pemeliharaan kulit
· Penurunan ukuran luka bernanah sesuai kebutuhan
· Kelumpuhan/menyokong
bagian tubuh
· Memperbaiki bagian tubuh
· Menghindari terjadinya amputasi
dalam posisi fleksi
· Memposisikan untuk mengurangi
dyspnea (mis. posisi semi
melayang),
jika diperlukan
· Memfasilitasi pertukaran udara yang
bagus untuk bernafas
· Menyarankan untuk peningkatan
rentang latihan
· Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher
· Memasang footboard untuk tidur
· Gunakan teknik log roll untuk
berputar
2
· Meningkatkan eliminasi urin, jika
2
diperlukan
· Menghindari tempat yang
akan melukai
· Menopang dengan backrest,
jika diperlukan
· Memperbaiki kaki 20 derajat diatas
jantung, jika diperlukan
· Menginstruksikan kepada pasien
bagaimana menggunakan posisi yang
bagus dan gerak tubuh yang bagus
dalam beraktifitas
· Mengontrol sistem pelayanan untuk
mengatur persiapan
i
5. Ketidak ·
Setelah diberikan asuhan
efektifan Tingkat kenyamanan
keperawatan selama 3 x
perfusi jaringan
24
Perifer
jam, diharapkan kerusakan
integritas jaringan berkurang
dengan kriteria hasil
1. Tekanan systole dan
peningkatan tekanan
intracranial (4)
3. Tidak ada artistik
hipertensi (4)
Keterangan
1 = berat
2= cukup
berat 3 =
sedang
4= ringan
5 = tidak ada
6.
Nyeri akut
berhubungande
ngan agen
NOC:·
injuribiologis
Tingkat nyeri
(penurunanperf
·
usi jaringan
Nyeri terkontrol
2
1. Mengobservasi adanya mengurangi rasa
daerah tertentu yang peka nyeri
Manajemen nyeri :
terhadap panas atau
3. Lakukan pegkajian
dingin tajam tumpul (
nyerisecara komprehensif
yang dirasakan
termasuklokasi,
pasien)
karakteristik,
Rasional : untuk
durasi,frekuensi, kualitas
mengetahui daerah-
dan ontropresipitasi.
daerah yang peka
4. Observasi reaksi
terhadap panas atau
nonverbal
dingin tajam tumpul
dariketidaknyamanan.
2. monitor adanya
tromboplebitis dan
tromboemboli pada
Vena
Rasional: untuk
mengetahui adanya
suatu infeksi
3. Diskusikan atau
identifikasi kan
penyebab sensasi abnormal
atau
perubahan sensasi
yang terjadi
Rasional : agar
pasien mengenal
perubahan sensasi
yang dirasakan 4.
Kolaborasikan obat
analgesik kortikosteroid
antikonvulsan, anti-
depresan trisilik, atau
anestesi lokal sesuai
kebutuhan
Rasional : untuk
2
perifer Setelah dilakukan 5. Gunakan teknik komunikasi
asuhankeperawatan selama terapeutik untuk mengetahui
3 x 24 jam, klien dapat pengalaman nyeriklien sebelumnya.
:1. Mengontrol nyeri,dengan 6. Kontrol ontro lingkunganyang
indikator :· Mengenal mempengaruhi nyeriseperti suhu
faktor- faktor penyebab· ruangan,pencahayaan, kebisingan.
Mengenal onset nyeri· 7. Kurangi ontro presipitasinyeri.
Tindakan 8. Pilih dan lakukanpenanganan
pertolongannon farmakologi· nyeri(farmakologis/nonfarmakologis)..
Menggunakan analgetik· 9. Ajarkan teknik nonfarmakologis
Melaporkan gejala- (relaksasi,distraksi dll) untuk
gejalanyeri kepada tim mengetasinyeri..
kesehatan.· Nyeri terkontrol 10. Berikan analgetik
untukmengurangi nyeri.
2. Menunjukkan 11. Evaluasi tindakanpengurang
tingkatnyeri, dengan nyeri/ontrol nyeri.
indikator:· 12. Kolaborasi dengan dokter bila ada
Melaporkan nyeri· komplain tentangpemberian analgetik
Frekuensi anajemen tidak berhasil.13. Monitor penerimaan
nyeri : kliententang manajemen nyeri.
3. Lakukan pegkajian Administrasi analgetik :
nyerisecara .1. Cek program pemberian
dari ketidaknyamanan.
5. Gunakan teknikkomunikasi
terapeutik untukmengetahui
pengalaman nyeriklien sebelumnya.6.
Kontrol ontro lingkunganyang
i
Kurangi ontro presipitasinyeri.8. Pilih
dan lakukanpenanganan
nyeri(farmakologis/nonfarmakologis)..
9. Ajarkan teknik nonfarmakologis
Administrasi analgetik :
2
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolic yang bersifat kronik. Oleh karena itu, onset
Diabetes Mellitus yang terjadi sejak dini memberikan peranan penting dalam kehidupan
penderita. Setelah melakukan pendataan pasien di seluruh Indonesia selama 2 tahun, Unit
Kelompok Kerja (UKK) EndokrinologiAnakIkatanDokterAnak Indonesia (IDAI)
mendapatkan 674 data penyandang Diabetes Mellitus tipe 1 di Indonesia.
Data ini diperoleh melalui kerja sama berbagai pihak di seluruh Indonesia mulai dari
para dokter anak, endokrin ologanak, spesialis penyakit dalam, perawat edukator Diabetes
Mellitus, data Ikatan Keluarga Penyandang Diabetes Mellitus Anak dan Remaja
(IKADAR),
penelusuran dari catatan medis pasien, dan juga kerja sama dengan perawat educator
National University Hospital Singapura untukmemperoleh data penyandang Diabetes
Mellitus anak Indonesia yang menjalanipengobatannya di Singapura.
Saran
Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Diabetes melitus pada anak, sehingga kita dapat
mengetahui hal apa yang akan dilakukan jika mendapatkan kasus seperti yang telah dijelaskan diatas,
sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari seharusnya.
Dalam penulisan kami mungkin masih terdapat kesalahan, jika pembaca menemukan kesalahan
mohon diberikan masukan dan saran agar makalah ini lebih baik lagi.
i
Daftar pustaka
https://www.academia.edu/12786936/askep_anak_dengan_DM
Mitchell, Richard N. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta, EGC.