Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH SISTEM PERNAFASAN

“ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONCHIAL”

Kelompok 1 :

1. Miska Khairunnisa 20230034


2. Ahmad Zubiyo 20230006
3. Cimiendy Selli Kurniamy 20230019

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS DEHASEN KOTA BENGKULU
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021 / 2022

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri menunjukkan bahwa angka
kejadian alergi dan asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir.
Tampaknya alergi merupakan kasus yang mendominasi kunjungan penderita
di klinik rawat jalan pelayanan kesehatan anak. Salah satu manifestasi
penyakit alergi yang tidak ringan adalah asma. Penyakit asma terbanyak
terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh
tanpa terkecuali. Sehingga penderita asma juga akan mengalami gangguan
pada organ tubuh lainnya.
Di samping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain yang
berkaitan dengan asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap. Kasus
tesrsebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap
kehidupan anak, tetapi masih perlu penelitian lebih jauh. Dalam tatalaksana
asma anak tidak optimal, baik dalam diagnosis, penanganan dan
pencegahannya.
Menurut survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1996, penyakit-
penyakit yang dapat menyebabkan sesak napas seperti bronchitiis, emfisema,
dan asma merupakan penyebab kematian ketujuh di Indonesia. Asma yang
tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa
hambatan aktivitas 30%, dibanding 5% pada anak non asma. Banyak kasus
asma pada anak tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala
batuknya, bisa dengan atau tanpa wheezing (mengi).
Di Asia khususnya Asia Tenggara, 1 dari 4 orang yang menderita asma
mengalami masa yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. Bisa
dibayangkan berapa kerugian yang dialami. Menurut Miol, penderita asma
3,3% penduduk Asia Tenggara adalah orang-orang yang menderita asma.
Dimana kasus asma banyak terjadi di Indonesia, Vietnam, Filipina, dan
Singapura.

2
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007), di Indonesia prevalensi
penderita asma diperkirakan masih sangat tinggi. Berdasarkan DepKes,
persentase penderita asma di Indonesia sebesar 5,87% dari keseluruhan
penduduk Indonesia. Dimana masih banyak penderita asma yang belum
mendapatkan perawatan dokter. Hal itu membuat angka kematian karena
penyakit asma tergolong tinggi di Indonesia.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari Asma Bronkhial ?
2. Apa saja Etiologi dari Asma Bronkhial ?
3. Apa saja klasifikasi dari Asma Bronkhial ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis dari Asma Bronkhial ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Asma Bronkhial ?
6. Bagaimana WOC dari Asma Bronkhial ?
7. Apa saja Komplikasi dari Asma Bronkhial ?
8. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Asma Bronkhial ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan dari Asma Bronkhial?
10. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada penderita Asma Bronkhial ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Asma Bronkhial
2. Untuk mengetahui Etiologi Asma Bronkhial
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Asma Bronkhial
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis dari Asma Bronkhial
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Asma Bronkhial
6. Untuk mengetahui WOC dari Asma Bronkhial
7. Untuk mengetahui Komplikasi dari Asma Bronkhial
8. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Asma Bronkhial
9. Untuk mengetahui Penatalaksanaan dari Asma Bronkhial
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada penderita Asma
Bronkhial

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Asma bronchial merupakan suatau penyakit peradangan (inflamasi)
saluran nafas yang disertai kepekaan saluran nafas terhadap rangsangan atau
hipereaksi bronchus.(Samsuridjal dan Bharatawidjaya,1994;Sudarau,1994)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermiten
reversibel dimana trakea dan bronchi berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimulsi tertentu. (Soeparman,1999)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
meningkatnya respon dari bronkus terhadap berbagai rangsangan.
(Soeparman,1999)

2.2 Etiologi
Sampai saat ini, etiologi asma belum diketahui dengan pasti. Namun
suatu hal yang sering kali terjadi pada semua penderita asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronchus. Bronkhus penderita asma sangat peka terhadap
rangsang imunologi maupun nonimunologi. Karena sifat tersebut, maka
serangan asma mudah terjadi akibat berbagai rangsang baik fisik,
metabolisme, kimia, allergen, infeksi, dan sebagainya. Faktor penyebab yang
sering menimbulkan asma perlu diketahui dan sedapat mungkin dihindarkan.
Faktor-faktor tersebut adalah (Somantri, 2008):
1. Alergi
Alergi adalah reaksi yang terjadi ketika sistem imun salah
mengidentifikasi zat yang secara normal tidak berbahaya sebagai zat yang
merusak tubuh. Sedangkan zat yang menyebabkan alergi disebut alergen.
Alergen adalah zat-zat tertentu bila dihisap atau di makan dapat
menimbulkan serangan asma, misalnya debu rumah, (Dermatophagoides
pteronissynus) spora jamur, serpih kulit kucing, bulu binatang, beberapa
makanan laut dan sebagainya (Bull, 2007).
2. Infeksi saluran nafas

4
Infeksi saluran nafas terutama oleh virus seperti influenza
merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan
asthma bronkiale. Diperkirakan dua pertiga penderita asthma dewasa
serangan asthmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran nafas.
3. Olah raga / kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asthma bronkiale akan mendapatkan serangan
asma bila melakukan olah raga atau aktifitas fisik yang berlebihan. Lari
cepat dan bersepeda paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asthma karena kegiatan jasmani (Exercise induced asthma /EIA) terjadi
setelah olah raga atau aktifitas fisik yang cukup berat dan jarang serangan
timbul beberapa jam setelah olah raga.
4. Obat-obatan
Beberapa pasien asma sensitif atau alergi terhadap obat tertentu
seperti penicillin, salisilat, beta blocker, kodein dan sebagainya.
5. Polusi udara
Pasien asma  sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik /
kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan
oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
6. Lingkungan kerja
Diperkirakan 2 – 15% pasien asma bronkial pencetusnya adalah
lingkungan kerja. Asma yang disebabkan dilingkungan kerja adalah asma
yang dipicu oleh zat-zat khusus yang terdapat di lingkungan kerja (Bull,
2007).

2.3 Klasifikasi
Secara etiologis terdapat 3 tipe :
1. Asma bronkhial Intrinsik (non-Atopik)
Keluhan tidak ada hubungannya dengan paparan terhadap alergen.
Sifatnya :
a. Serangan timbul pada usia dewasa sampai dengan setengah
umur
b. Pada keluarga tidak ada yang menderita asma

5
c. Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan
d. Ada hubungan dengan pekerjaan atau beban fisik
e. Tidak ada gejala alergi yang jelas
f. Ig E normal
g. Rangasangan psikis berperan untuk menimbulkan serangan
h. Perubahan cuaca / lingkungan yang non spesifik merupakan
keadaan yang peka bagi pasien.
i. Test kulit negative
2. Asma Bronchial Ekstrinsik (Atopik)
Keluhan ada hubunganya dengan paparan alergen lingkungan yang
spesifik.
Sifatnya :
a. Timbul sejak anak-anak
b. Test kulit positif terhadap satua atau lebih allergen
c. Keluarga lain ada yang menderita asma
d. Sering ada gejala alergi seperti dermatitis, rhinitis
e. Peningkatan kadar IgE dan eosinofil dalam darah maupun dahak
3. Asma Bronchial Campuran
Sesak nafas disertai dengan wheezing, timbul mendadak dan dapat
hilang pula dengan cepat, serangan sesak batuk dengan dahak ketal
dan lengket akibat campuran dari dua jensi asma diatas

2.4 Manifestasi klinis


Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan berat derajat aktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun
dengan pengobatan. Gejala – gejala asma antara lain :
 Bising mengi (wheezing) yang terdengar / tanpa stetoskop
 Batuk produktif sering pada malam hari
 Nafas / dada seperti tertekan
Gejala dapat bersifat paroksimal, yaitu pada siang hari dan memburuk pada
malam hari. (Brunner & Suddarth,2000)

6
2.5 Patofisiologi
Alergen yang masuk kedalam tubuh merangsang sel plasma
menghasilkan Ig E yang selanjutnya menempel pada reseptor dinding sel
mast ini disebut sel mast tensensitisasi.
Bila alergen serupa masuk kedalam tubuh, alergen tersebut akan
menempel pada sel mast tensensitisasi yang kemudian mengalami degranulasi
dan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamine, kukotrien, serta
faktor penyakit trombosit mencetuskan bronkokonstriksi, edema mukosa dan
respon imun kemudian menghasilkan keadaan hiperresponsik jalan nafas
berkelanjutan dengan penyumbatan jalan nafas.
Affekosis segmental atau subsegmental dapat terjadi memeperburuk
ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi,hipoventilasi alveolar yang lebih
banyak dan hiperkapnea dapat terjadi mendadak. Hiperkapnea menawarkan
asam karbonat yang berdiosiasi menjadi ion hidrogen dan ion bikarbonat
menimbulakan asidosis respiratorik. Vasokontriksi pulmonal dapat
menciderai alveolar, mengurangi produksi surfaktan yang normalnya
menstabilkan alveoli. Dengan demikian proses ini dapat memeperburuk
kecenderungan kea rah atelektasis. (Brunner & Suddarth,2000 )

7
2.6 WOC

Penyebab/pencetus: alergi, infeksi, polusi udara, obat-obatan, emosi/stress,


olahraga, lingkungan kerja, dll.

Meningkatkan antibodi Ig E
yang terdapat pada sel mast

Produksi mediator histamin,


prostaglandin, dan leukotrin

Kontraksi otot polos meningkat,


bronkospasme

-Bronkospasme
-Hipersekresi mukus
-Edema dinding bronkhus

Peningkatan Penimbunan
Hambatan aliran udara Penumpukan sekret
pemakaian energi sekret pada
pada jalan nafas
Penurunan suplai O2 tubuh alveoli

dan akumulasi CO2 Aktivitas silia tidak


Pertukaran O2
Kelelahan optimal
dan CO2
Peningkatan usaha dalam
MK: Intoleransi terganggu
bernafas Ketidakmampuan
aktifitas membersihkan jalan nafas
Nafas tidak teratur MK: Gangguan
pertukaran gas MK: Bersihan jalan nafas
MK: Pola nafas tidak efektif tidak efektif

MK: Nutrisi kurang dari Penurunan Mual dan Merangsang


kebutuhan intake nutrisi muntah sistem vagal

8
2.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1. Status asmatikus adalah setiap serangan asma berat atau yang
kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon (refrakter)
adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2. Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangkal.
3. Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen.
4. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang
menyebabkan kolapsnya paru.
5. Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan
(obstruksi) saluran nafas karena kantung udara di paru
menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang
luas.
2.8 Pemeriksaan penunjang
1. Chest X-ray
Dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma
mendatar,peningkatan ruang udara retrosternal dan normal ditemukan
saat periode remisi (asma).
2. Pemeriksaan fungsi paru-paru
Dilakukan untuk menetukan penyebab dari dispnea, menentukan
abnormalitas fungsi apakah akibat obstruksi atau retriksi,
memperkirakan tingkat disfungsi dan mengevaluasi efek dari terapi,
misalnya bronkodilator.
3. Darah komplit
Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil dapat mencapai
1.000-1.500/mm3 sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-
200/mm3.
4. Kimia darah dan darah rutin

9
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi.
SGOT (Serum Glutamic Oxakoacetix Transaminase) meningkat
disebabkan karena kerusakan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea.
5. Sputum kultur
Untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen dan
pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau alergi.
6. Perubahan EKG didapat pada 50% penderita status asthmatikus, ini
karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi pulmonal dan beban
jantung kanan. Sinus takikardi-sering terjadi pada asma.

2.9 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Prinsip penatalaksanaan adalah menghilangkan edema bronkus,
hipersekresi bronkospasme, imbalance ventilasi, perforasi paru-paru.
Obat – obat yang digunakan :
a. Simpatometik, efedrin beserta derivatnya, obat-oabat selektif terhadap
reseptor.
1) Simpatomik
Dosis dewasa 0.3-0,5 cc dalam larutan 1:1000 diberikan
subcutan. Anak dan bayi 0,01 cc/kg BB. Dosis maksimum 0,22
cc, dosis dapat diulangi (5-30 menit).
2) Efredin beserta derivatnya
Motif pada pemakaian oral dosis dewasa 25 gr tiap 4-6 jam.
3) Obat-obat selektif terhadap reseptor
Metapresterenol, salbutamol, dan terbutalin
b. Bronkodilator lain
1) Teofilin
Khasiat : bronkodilator dan deuretik
2) Aminophylin (campuaran etitendramin dan teofilin)
c. Ekspetoran
Mucus kental yang berbentuk harus dikeluarkan kareana dapat
menyebabkan obstruksi dan mempercepat tumbuhnya bakteri.

10
d. Antibiotic
Mengatasi infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan / paru-
paru,maka paru-pru perlu diberikan antibiotic.
e. Kortikosteroid
Hanya dipaki setelah / bila jalan lain untuk mengotror penyakit akut
dan kronis tidak berhasil dan hal asma bronchial tersebutsangat
membahayakan jiwa penderita.(Mansjoer,1999)
2. Penatalaksanaan keperawatan
Prinsip penatalaksanaan adalah menunjang upaya medikasi, monitoring
keadaan pasien dan melakukan perawatguna kesembuhan pasien :
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Berikan posisi yang nyaman (semi fowler)
c. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
d. Menjelaskan penyakit yang diderita pasien, tanda dan gejala.
e. Monitor keadaan umum pasien.
f. Monitor therapy oksigen
g. Kaji keluhan pasien dan awasi keadaan pasien.
(Carpenito,2001)

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWTAN TEORI
3.1 Pengkajian
A. Pengkajian Umum
1. Identitas pasien, meliputi:
Nama :Untuk membedakan pasien satu dengan pasien yang lain
karena banyak orang yang namanya sama.
Umur :Asma bronchial menyerang semua usia baik anak-anak
mau orang dewasa
Jenis kelamin   :Tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
Alamat            :Untuk mengetahui lingkungan dan tempat tinggal pasien,  
berhubungan dengan penyakitnya.
Pekerjaan        :Tidak dipengaruhi jenis pekerjaan.
Pendidikan :Mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
serta pemberian informasi yang tepat bagi klien
Suku/bangsa    :Untuk mengetahui dari mana asal dan letak geografis
tempat tinggal pasien
B. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang biasa muncul saat pengkajian tidak pasti, tergantung
kapan dilakukan pengkajian tersebut. Biasanya adalah mengi ,Batuk
berdahak dan sesak nafas.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pemeriksaan difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah
dialami seperti keluhan sesak nafas, batuk berdahak dan keringat dingin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu.
Komplikasi dari penyakit yang sebelumnya dialami misalnya riwayat
penyakit jantung, aritmia jantung, TBC paru, riwayat hipertensi, gangguan
pada mata, adanya nyeri sendi, meminum obat anti jerawat.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga.
faktor keturunan frekuensinya 20 kali lebih sering dalam keluarga di mana
terdapat anggota dengan penyakit tersebut.

12
C. Pemeriksaan fisik
TTV
Tekanan Darah (TD) :
Nadi (N)                 :
Suhu (S) : 
Respirasi (RR) :  
Pemeriksaan persistem
1. Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak
1) Hidung
Inspeksi : Sputum : ada
Cuping hidung : ada
Kebersihan : kurang
Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada
2) Mulut
Inseksi : Mukosa bibir : tidak sianosis
Kelembaban : sedikit lembab
Alat bantu nafas :tidak ada

3) Leher
Inspeksi : Trakheostomi : tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada
Massa : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
4) Faring
Inspeksi : Odem : tidak ada
Tanda infeksi : tidak ada
5) Area Dada
Inspeksi : Pola nafas : tidak teratur (takipnea)
Pergerakan dada : simetris
Bentuk dada : simetris
Palpasi : Nyeri dada : tidak ada

13
Kelainan dinding thorak : tidak ada
Perkusi : Lapang paru :resonan
Auskultasi : Suara nafas : wheezing

2. Sistem Kardiovaskuler dan Limfe


Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Wajah
Inspeksi : Konjungtiva : pucat
2) Leher
Inspeksi : Bendungan Vena Jugularis : tampak
Palpasi : Arteri Carotis Comunis Kekuatannya: lemah
3) Dada
Inspeksi : Bentuk : simetris
Palpasi : CRT : 3 detik
Akral : hangat
Perkusi: Pembesaran Jantung : tidak ada pembesaran
Batas Kanan Atas : ICS 2 linea parasentralis dextra
Batas Kanan Bawah : ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas Kiri Atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas Kiri Bawah : ICS 4 medial linea midklavikula sinistra
Auskultasi: Bunyi Jantung : normal (BJ 1 dan BJ 2 tunggal)
4) Ekstrimitas Atas dan Bawah
Inspeksi: Clubbing Finger : tidak ada
Perfusi (kulit, kuku, bibir) : tidak ada
Odem : tidak ada
3. Sistem Persyarafan
Anamnesa: tidak ada keluhan
1. Nevrus 1 Olfaktori (penciuman)
2. Nevrus II Optic (penglihatan)
3. Nevrus III Okulomotor ( gerak ekstraokuler mata, kontriksi dilatasi
pupil)
4. Nevrus IV Trokhlear (gerak bola  mata ke atas ke bawah)
5. Nevrus V Trigeminal (sensori kulit wajah, penggerak otot rahang)
6. Nevrus VI Abdusen (gerak bola mata menyamping)
7. Nevrus VII Fasial (ekspresi fasial dan pengecapan)

14
8. Nevrus VIII Oditori (pendengaran)
9. Nevrus IX Glosovaringeal (gangguan pengecapan, kemampuan
menelan, gerak lidah)
10. Nevrus X Vagus (sensasi faring, gerakan pita suara)
11. Nevrus Asesori (gerakan kepala dan bahu)
12. Nevrus XII Hipoglosal (posisi lidah)

Reflek fisiologis : normal, tidak ada gangguan


Pemeriksaan reflek patologis : normal, tidak ada gangguan
GCS (Glasgow Coma Scale) :
 Eye/membuka mata(E) :4
 Motorik (M) :6
 Verbal/bicara (V) :5
4. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Anamnesa: Pasien mengatakan nyeri pada area dada saat batuk
Inspeksi: Fraktur : tidak ada
Luka : tidak ada
Odem : tidak ada
Palpasi: Turgor Kulit : kembali 3 detik
Suhu Akral : hangat

Kekuatan otot
5 5

5 5

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4:Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
ringan

15
5:Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
penuh
5. Sistem Perkemihan
Anamnesa: tidak ada keluhan
Inspeksi: vagina bersih, tidak ada odem, tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi: tidak ada benjolan atau massa dan tidak ada nyeri tekan
6. Sistem Pencernaan
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Mulut
Inspeksi: tidak ada sianosis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
2) Lidah
Inspeksi: tidak ada tremor
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
3) Faring
Inspeksi: tidak ada kemerahan
Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar faring
4) Abdomen
Inspeksi: tidak ada pembesaran
Perkusi: thympani
Auskultasi: gerakan peristaltik usus normal
Palpasi: Kuadran I : hepar  tidak ada hepatomegali, tidak ada
nyeri tekan
Kuadran II : gaster  tidak ada nyeri tekan abdomen
lien  tidak ada splenomegali
Kuadran III : tidak ada masa (skibala, tumor), tidak ada
nyeri tekan
Kuadran IV : tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Kepala

16
Inspeksi: distribusi rambut merata, ketebalan normal, tidak ada
kerontokkan (hirsutisme)
2) Leher
Inspeksi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada nyeri
tekan
3) Payudara
Inspeksi: tidak ada pembesaran mamae
4) Genetalia
Inspeksi: vagina bersih, tidak ada odem, tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi: tidak ada benjolan atau massa dan tidak ada nyeri tekan
5) Ekstermitas Bawah
Inspeksi: tidak ada odem
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Payudara
Inspeksi: bentuk simetris
Palpasi: tidak ada benjolan
2) Axila
Inspeksi: tidak ada benjolan
Palpasi: tidak ada benjolan
3) Abdomen
Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen
Palpasi: tidak ada massa
4) Genetalia
Inspeksi: vagina bersih, tidak ada odem, tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi: tidak ada benjolan atau massa dan tidak ada nyeri tekan
9. Persepsi Sensori
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Mata
Inspeksi: mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri

17
2) Penciuman
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

3.2 Analisis data


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas( 00031)
NS. DIAGNOSIS Domain 11 : Keamanan atau Perlindungan
(NANDA-I)
Kelas 2 : Cidera

Ketidakmampuan membersihankan sekresi atau obstruksi dari


DEFINITION: saluran napas untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.

BATASAN  Batuk yang tidak efektif


KARAKTERISTI  Dispnea
 Gelisah
K
 Kesulitan verbalisasi
 Mata terbuka lebar
 Ortopnea
 Penurunan bunyi napas
 Perubahan frekuensi napas
 Perubahan pola napas
 Sianosis
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan
 Suara napas tambahan
 Tidak ada batuk

Lingkungan
FAKTOR YANG
 Perokok
BERHUBUNGAN  Perokok pasif
 Terpajan asap

Obstruksi jalan napas


 Adanya jalan napas buatan
 Benda asing dalam jalan napas
 Eksudat dalam alveoli
 Hiperplasia pada dinding bronkus
 Mukus berlebihan
 Penyakit paru obstruksi kronis

18
 Sekresi yang tertahan
 Spasme jalan napas

Fisiologis
 Asma
 Disfungsi neuromuskular
 Infeksi
 Jalan napas alergik

Subjective data entry Objective data entry


-Kesadaran :
-TTV :
TD : mmHg,
N : x/menit
RR : x/menit,
S : 0
C
ASSESSMENT

Ns. Diagnosis (Specify):


Client
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Diagnostic
DIAGNOSIS

Statement: Related to:


Nyeri dada Mukus berlebihan

3.3 Diagnosa keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif (Diagnosa kedua)
2. Intoleransi aktivitas
3. Gangguan pertukaran gas
4. Bersihan jalasn nafas tidak efektif (Diagnosa utama)
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

19
3.4 Intervensi keperawatan
Rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh perawat, baik
mandiri maupun kolaboratif. Rencana yang dilakukan menyesuaikan pada
diagnosa keperawatan
3.5 Implementasi keperawatan
Tindakan yang dilakukan perawat berdasarkan intervensi keperawatan
yang telah disusun, baik secara mandiri maupun kolaboratif. Implementasi
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi rasa yang mengganggu pasien
mengenai gangguan sistem pernafasan.
3.6 Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus-menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN SEMU
Kasus
Pada tanggal 8 Oktober 2015 jam 10.00 WIB, Ny. A berumur 39 tahun
datang ke UGD dengan mengeluh sesak hebat, keringat dingin dan batuk
berdahak . Dilakukan pemeriksaan didapat TD : 120/80 mmHg, Nadi :
88x/menit, RR : 31x/menit, dan suhu : 36,5o C. Berdasarkan wawancara Ny.A
sering kambuh asmanya sejak 2 tahun ini. Ny A selalu mengkonsumsi
Dexametahose 0,5 mg dan Salbutamole 2 mg yang dikonsumsi 3x dalam
sehari. Dilakukan pemeriksaan fisik : rongga dada simetris, retraksi dinding

20
dada positif (+),taktil fremitus simetris antara kiri dan kanan, bunyi nafas
wheezing seluruh lapang paru, resonan pada frekuensi dinding dada, sputum
berwarna putih, wajah klien pucat. Dilakukan pemberian Nebulizer dengan
obat Pilmicort, Ventolin, dan Bisolvon.
4.1 Pengkajian
A. Identitas klien
Nama : Ny.A
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
Status : Menikah
Alamat : Jl.Ahmad Yani No.5, Kec. Jombang, Kab.Jombang
Tanggal MRS : 08 Oktober 2015, jam 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 08 Oktober 2015, jam 10.00 WIB
No.Registrasi : 00-666-943
Dx. Medis : Asma Bronkhial

B. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn.B
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Jl.Ahmad Yani No.5, Kec. Jombang, Kab.Jombang

21
4.2 Riwayat Keperawatan
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh sesak nafas hebat
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas,keringat dingin dan batuk berdahak (+)
berwarna putih, dan pasien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan
pengasapan (Nebulizer). Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil :
rongga dada simetris, retraksi dinding dada positif (+),taktil fremitus
simetris antara kiri dan kanan, bunyi nafas wheezing seluruh lapang paru,
resonan pada frekuensi dinding dada, sputum berwarna putih dan wajah
pasien tampak pucat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat asma sejak kelas 1 SMP
d. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan bahwa ada salah satu anggota keluarganya yang
memiliki riwayat asma,yaitu ibunya.

22
Keterangan :
: tinggal dalam satu rumah
: laki-laki (meninggal)

: perempuan (meninggal)

: pasien
e. Riwayat kesehatan lingkungan
Lingkungan tempat tinggal pasien yang padat, berdebu,kurang ventilasi,
dan dekat dengan pabrik .

4.3 Pemeriksaan Fisik


TVV
TD : 120/80 mmHg
RR : 31x/menit
Nadi : 88x/menit
Suhu : 36,5o C

Pemeriksaan Fisik
Persistem
1. Sistem pernafasan
Anamnesa : pasien mengatakan sesak nafas dan batuk berdahak
1) Hidung
Inspeksi : Sputum : ada
Cuping hidung : ada
Kebersihan : kurang
Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada
2) Mulut

23
Inseksi : Mukosa bibir : tidak sianosis
Kelembaban : sedikit lembab
Alat bantu nafas :tidak ada

3) Leher
Inspeksi : Trakheostomi : tidak ada
Palpasi : Nyeri tekan : tidak ada
Massa : tidak ada
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
4) Faring
Inspeksi : Odem : tidak ada
Tanda infeksi : tidak ada
5) Area Dada
Inspeksi : Pola nafas : tidak teratur (takipnea)
Pergerakan dada : simetris
Bentuk dada : simetris
Palpasi : Nyeri dada : tidak ada
Kelainan dinding thorak : tidak ada
Perkusi : Lapang paru :resonan
Auskultasi : Suara nafas : wheezing

2. Sistem Kardiovaskuler dan Limfe


Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Wajah
Inspeksi : Konjungtiva : pucat
2) Leher
Inspeksi : Bendungan Vena Jugularis : tampak
Palpasi : Arteri Carotis Comunis Kekuatannya: lemah
3) Dada
Inspeksi : Bentuk : simetris
Palpasi : CRT : 3 detik
Akral : hangat
Perkusi: Pembesaran Jantung : tidak ada pembesaran
Batas Kanan Atas : ICS 2 linea parasentralis dextra
24
Batas Kanan Bawah : ICS 4 linea parasternalis dextra
Batas Kiri Atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra
Batas Kiri Bawah : ICS 4 medial linea midklavikula sinistra
Auskultasi: Bunyi Jantung : normal (BJ 1 dan BJ 2 tunggal)
4) Ekstrimitas Atas dan Bawah
Inspeksi: Clubbing Finger : tidak ada
Perfusi (kulit, kuku, bibir) : tidak ada
Odem : tidak ada
3. Sistem Persyarafan
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Uji nervus I olfaktorius (pembau) : pasien dapat membedakan bau
2) Uji nervus II opticus (penglihatan) : tidak ada katarak, tidak ada infeksi
konjungtiva atau infeksi lainnya, pasien dapat melihat dengan jelas
tanpa menggunakan kacamata
3) Uji nervus III oculomotorius : tidak ada edema pada kelopak mata dan
bola mata menonjol (exophtalamus)
4) Nervus IV toklearis : ukuran pupil normal
5) Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah) : pasien dapat membuka dan
menutup mulut
6) Nervus VI abdusen : tidak ada strabismus (juling), gerakan mata
normal
7) Uji nervus VII facialis : pasien dapat menggembungkan pipi,
menaikkan dan menurunkan alis mata
8) Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : pasien dapat mendengar kata-
kata dengan baik
9) Nervus IX glosoparingeal : terdapat reflek muntah
10) Nervus X vagus : dapat menggerakkan lidah
11) Nervus XI aksesorius : dapat menggeleng dan menoleh kiri kanan, dan
nyeri ketika mengangkat bahu
12) Nervus XII hypoglosal/hipoglosum : dapat menjulurkan lidah
Reflek fisiologis : normal, tidak ada gangguan
Pemeriksaan reflek patologis : normal, tidak ada gangguan
GCS (Glasgow Coma Scale) :

25

Eye/membuka mata(E) :4

Motorik (M) :6

Verbal/bicara (V) :5
4. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Anamnesa: Pasien mengatakan nyeri pada area dada saat batuk
Inspeksi: Fraktur : tidak ada
Luka : tidak ada
Odem : tidak ada
Palpasi: Turgor Kulit : kembali 3 detik
Suhu Akral : hangat

Kekuatan otot
5 5

5 5

Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4:Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
ringan
5:Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan
penuh
5. Sistem Perkemihan
Anamnesa: tidak ada keluhan
Inspeksi: vagina bersih, tidak ada odem, tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi: tidak ada benjolan atau massa dan tidak ada nyeri tekan
6. Sistem Pencernaan
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Mulut
Inspeksi: tidak ada sianosis
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

26
2) Lidah
Inspeksi: tidak ada tremor
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
3) Faring
Inspeksi: tidak ada kemerahan
Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar faring
4) Abdomen
Inspeksi: tidak ada pembesaran
Perkusi: thympani
Auskultasi: gerakan peristaltik usus normal
Palpasi: Kuadran I : hepar  tidak ada hepatomegali, tidak ada
nyeri tekan
Kuadran II : gaster  tidak ada nyeri tekan abdomen
lien  tidak ada splenomegali
Kuadran III : tidak ada masa (skibala, tumor), tidak ada
nyeri tekan
Kuadran IV : tidak ada nyeri tekan pada titik Mc Burney

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Kepala
Inspeksi: distribusi rambut merata, ketebalan normal, tidak ada
kerontokkan (hirsutisme)
2) Leher
Inspeksi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan tidak ada nyeri
tekan
3) Payudara
Inspeksi: tidak ada pembesaran mamae
4) Genetalia
Inspeksi: vagina bersih, tidak ada odem, tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi: tidak ada benjolan atau massa dan tidak ada nyeri tekan

27
5) Ekstermitas Bawah
Inspeksi: tidak ada odem
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Payudara
Inspeksi: bentuk simetris
Palpasi: tidak ada benjolan
2) Axila
Inspeksi: tidak ada benjolan
Palpasi: tidak ada benjolan
3) Abdomen
Inspeksi: tidak ada pembesaran abdomen
Palpasi: tidak ada massa
4) Genetalia
Inspeksi: vagina bersih, tidak ada odem, tidak ada tanda-tanda infeksi
Palpasi: tidak ada benjolan atau massa dan tidak ada nyeri tekan
9. Persepsi Sensori
Anamnesa: tidak ada keluhan
1) Mata
Inspeksi: mata simetris
Palpasi : tidak ada nyeri
2) Penciuman
Palpasi: tidak ada nyeri tekan

4.4 Analisis data


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas( 00031)
NS. DIAGNOSIS Domain 11 : Keamanan atau Perlindungan
(NANDA-I)
Kelas 2 : Cidera

Ketidakmampuan membersihankan sekresi atau obstruksi dari


DEFINITION: saluran napas untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.

BATASAN  Batuk yang tidak efektif


28
KARAKTERISTI  Dispnea
K  Gelisah
 Kesulitan verbalisasi
 Mata terbuka lebar
 Ortopnea
 Penurunan bunyi napas
 Perubahan frekuensi napas
 Perubahan pola napas
 Sianosis
 Sputum dalam jumlah yang berlebihan
 Suara napas tambahan
 Tidak ada batuk

FAKTOR YANG Lingkungan


 Perokok
BERHUBUNGAN
 Perokok pasif
 Terpajan asap

Obstruksi jalan napas


 Adanya jalan napas buatan
 Benda asing dalam jalan napas
 Eksudat dalam alveoli
 Hiperplasia pada dinding bronkus
 Mukus berlebihan
 Penyakit paru obstruksi kronis
 Sekresi yang tertahan
 Spasme jalan napas

Fisiologis
 Asma
 Disfungsi neuromuskular
 Infeksi
 Jalan napas alergik

29
Subjective data entry Objective data entry
Pasien mengeluh sesak -Kesadaran : composmetis GCS456

ASSESSMENT
nafas,keringat dingin dan batuk -TTV :
berdahak. TD :120/80 mmHg,
N : 88x/menit
RR : 31x/menit,
S : 36,5 0C
-Adanya suara wheezing
-Terdapatnya sputum berwarna putih
-Wajah tampak pucat

Ns. Diagnosis (Specify):


Client
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Diagnostic
DIAGNOSIS

Statement: Related to:


Nyeri dada Mukus berlebihan

Diagnosa keperawatan : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d Mukus


Berlebihan

30
31
4.5 Intervensi keperawatan
Inisial Nama : Ny.A
Tanggal : 8 Oktober 2015
Dx.Kep : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas( 00031) b.d Mukus Berlebihan
Definisi : Ketidakmampuan membersihankan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan kebersihan jalan
napas

NIC NOC
Intervensi Aktivitas Outcome Indikator
Manajemen jalan nafas Observasi: Status pernafasan : 1. Frekuensi pernafasan
DEFINISI : fasilitas 1. Monitor status pernafasan dan kepatenan jalan nafas (2)
kepatenan jalan nafas oksigenasi,sebagaimana mestinya (0410) 2. Saturasi oksigen (3)
R : mengetahui kondisi pernafasan pasien 3. Dispnea saat
Action: DEFINISI: beraktivitas (3)
1. Buka jalan nafas dengan tehnik chin lift atau jaw Saluran trakeobronkial 4. Akumulasi sputum
thrust,sebagaimana mestinya yang terbuka dan lancer (2)
R : membantu pasien dalam bernafas untuk pertukaran udara 5. Suara nafas
2. Anjurkan asupan cairan yang adekuat tambahan (3)
R : mengoptimalkan keseimbagan cairan dan TUJUAN : Setelah 6. Pernafasan cuping
membatu mengencerkan secret sehingga muda dilakukan tindakan hidung (2)
dikeluarkan keperawatan 3 x 24 jam 7. TTV

32
3. Melakukan TTV : status pernafasan pasien (TD,Nadi,RR,Suhu)
 TD :120/80 mmHg adekuat (4)
 RR: 31x/menit
 Suhu : 36,5o C
 N : 88x/menit
Kolaborasi:
1. Melakukan terapi pengobatan pernafasan
(nebulizer)
R : mengurangi sesak nafas
1. Kelola pemberian oksigen
R : meringankan kerja paru untuk memenuhi
kebutuhan oksigen serta memenuhi oksigen dalam
tubuh
2. Kelola pemberian broncodilator ,sebagaimana
mestinya
R : broncodilator meningkatkan ukuran lumen
percabangan trakheobrokhi sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara
Health Education:
1. Informasikan kepada keluarga mengenai tindakan
suction

33
R : memebrikan pemahaman kepada keluarga
mengenai indikasi kenapa dilakukan suction
2. Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
efektif

34
4.6 Implementasi keperawatan
Nama : Ny.A
Tanggal : 8 Oktober 2015
Dx.Kep : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas( 00031)
Definisi : Ketidakmampuan membersihankan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan kebersihan jalan napas.

No. Diagnosa Tanggal / Tindakan Paraf


Jam

35
1. Ketidakef 8 Oktober 1.melakukan pemeriksaan TTV pada P
ektifan Bersihan 2015 / 15.00 pasien :
Jalan Napas WIB  TD :120/80 mmHg
 RR: 31x/menit
 Suhu : 36,5o C
 N : 88x/menit
2. Meganjurkan asupan cairan yang
adekuat
3. Mengiformasikan kepada keluarga
mengenai tindakan suction dan
respon kelurga klien setuju dengan
tindakan tersebut
4. Melakukan terapi pengobatan
pernafasan (nebulizer)

1. melakukan
9 Oktober pemeriksaan TTV pada pasien :
2015 / 09.00
 TD :120/80 mmHg
WIB
 RR: 31x/menit
 Suhu : 36,5o C
 N : 88x/menit
2. membuka jalan nafas
dengan tehnik chin lift
atau jaw thrust
3. mengajarkan batuk
efektif dan pasien dapat
melakukan sesuai
dengan prosedur
4. Kolaborasi pemberian
oksigen
36
4.7 Evaluasi keperawatan
Inisial Nama : Ny.A
Tanggal : 8 Oktober 2015

Tgl/Jam Diagnosa Catatan Perkembagan Paraf


11 Oktober Ketidakefektifan S: pasien mengatakan bahwa
2015 / 9.00 Bersihan Jalan masih merasakan sesak nafas
WIB Napas saat beraktivitas
O:
TTV : TD :120/80 mmHg
RR: 31x/menit
Suhu : 36,5o C
N : 88x/menit
- saturasi O2 78 %
- adanya wheezing
- terdapat adanya sputum
- adanya cuping hidung
A: masalah belum teratasi
P: melanjutkan intervensi 1,2,3
1. melakukan pemeriksaan
TTV pada pasien
3. Meganjurkan asupan
cairan yang adekuat
2. Melakukan terapi
pengobatan pernafasan
(nebulizer)

12 Oktober Ketidakefektifan S: pasien mengatakan masih


2015 / 11.00 Bersihan Jalan sedikit sesak saat beraktivitas
WIB Napas O:
TTV : TD :120/90 mmHg
RR: 26x/menit

37
Suhu : 36o C
N : 88x/menit
- saturasi O2 88 %
- tidak terdengar adanya
wheezing
- sputum tidak ada
- adanya cuping hidung
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan Intervensi 1,2
1. melakukan
pemeriksaan TTV pada
pasien
2. kolaborasi
pemberian oksigen
13 Oktober Ketidakefektifan S: pasien mengatakan sudah
2015 / 12.00 Bersihan Jalan tidak sesak nafas saat
WIB Napas beraktivitas
O:
TTV : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 89x/menit
Suhu : 35.5 oC
RR : 20x/menit
- saturasi O2 95 %
- tidak terdengar adanya
wheezing
- sputum tidak ada
- cuping hidung tidak ada
A : masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi

38
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Asma bronchial merupakan penyakit saluran pernafasan obstruktif
yang ditandai dengan inflamasi saluran dan spasme akut otot polos
bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan
menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi alveolus.
Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40
tahun. Insiden penyakit asma dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain:
umur pasien, jenis kelamin, bakat alergi, keturunan, lingkungan dan faktor
psikologi.

5.2 Saran
Penyakit asma tidak bisa disembuhkan namun dalam penggunaan
obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi untuk menghilangkan gejala saja.
Kontrol yang baik diperlukan oleh penderita untuk terbebas dari gejala
serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk
mengontrol gejala asma secara baik maka penderita harus bisa merawat
penyakitnya dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut.

39
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8 Vol 2.Jakarta:EGC


Bull,Eleanor.2005.Simple Guides Asma.Jakarta:Erlangga
Carpenito,Lynda Jual.Diagnosa keperawatan.Edisi 8.Jakarta:EGC
Mansjoer,Arief.2000.Selekta Kedokteran.Edisi III.FKUI:Jakarta
Soeparman.1999.Ilmu Penyakit Dalam.Edisi III.FKUI:Jakarta
Somantri,Iman.2008.Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika

40

Anda mungkin juga menyukai