Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma pada anak merupakan masalah bagi pasien dan keluarga, karena asma
pada anak berpengaruh terhadap berbagai aspek khusus yang berkaitan dengan
kualitas hidup, termasuk proses tumbuh kembang baik pada masa bayi, balita
maupun remaja ( Sidhartani, 2007 ).
Asma merupakan suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu yang
menyebabkan peradangan dengan manifestasi mengi kambuhan, sesak nafas, dan
batuk terutama pada malam hari dan pagi hari. Asma merupakan penyakit yang
umumnya mempengaruhi orang-orang dari semua usia, dan dapat mempengaruhi
psikologis serta sosial yang termasuk domain dari kualitas hidup. Penyakit ini
pada umumnya dimulai sejak masa anak-anak (Wong, 2009).
Menurut Wong ( 2009 ) dampak penyakit kronis dan ketidakmampuan pada
anak cukup luas. Anak mengalami gangguan aktivitas dan gangguan
perkembangan. Serangan asma menyebabkan anak dapat tidak masuk sekolah
berhari-hari, berisiko mengalami masalah perilaku dan emosional, dan dapat
menimbulkan masalah bagi anggota keluarga lainnya, orang tua sulit membagi
waktu antara kerja dan merawat anak, masalah keuangan, fisik dan
emosional.Keadaan ini berdampak pada pola interaksi orang tua dan anak serta 2
upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas hidup anak.
Global initiative for asthma (GINA) memperkirakan 300 juta penduduk
dunia menderita asma (GINA, 2011). Prevalensi asma pada anak di Amerika
Serikat mencapai 9,4% (National Center for Health Statistics, 2008). World
Health Organization (WHO) memperkirakan angka ini akan terus bertambah
hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Prevalensi total asma di dunia
diperkirakan 6% pada dewasa dan 10% pada anak (Depkes RI, 2009).
Menurut Depkes ( 2009 ) angka kejadian asma pada anak dan bayi sekitar
10-85%. Departemen Kesehatan juga memperkirakan penyakit asma termasuk 10

1
besar penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian di Rumah Sakit serta
diperkirakan 10% dari 25 juta penduduk Indonesia menderita asma. Apabila tidak
dilakukan pencegahan prevalensi asma akan semakin meningkat pada masa yang
akan datang ( Depkes RI, 2009 ).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan asma ?
2. Bagaimana klasifikasi asma ?
3. Bagaimana etiologi asma ?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari asma ?
5. Bagiaman patofisiologis dari asma ?
6. Bagiaman komplikasi pada asma ?
7. Bagiaman pemeriksaan diagnostic pada asma ?
8. Bagiaman penatalaksanaan medis pada asma ?
9. Bagiaman konsep umum Asuhan Keperawatan pada pasien Asma ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien
gangguan pernafasan sesuai dengan masalah utama asma.
2. Tujuan khusus Adapun tujuan khususnya, dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan asma terutama dalam hal :
a. Untuk mengetahui pengertian asma.
b. Untuk mengetahui klasifikasi asma .
c. Untuk mengetahui etiologi asma .
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari asma.
e. Untuk mengetahui patofisiologis dari asma .
f. Untuk mengetahui komplikasi pada asma.
g. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada asma.
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada asma .

2
i. Untuk mengetahui konsep umum Asuhan Keperawatan pada pasien
Asma.

D. Manfaat Penulisan
1. Tujuan umum
Agar pembaca dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan BAyi / Anak
dengan Asma.
2. Tujuan khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan belajar salah satu mata
kuliah yaitu Keperawatan Anak.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Asma
1. Pengertian Asma

Asma adalah suatu kedaan dimana saluran napas mengalami penyempitan


karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma umumnya terjadi pada
anak-anak usia dibawah 5 tahun, dan pada orang dewasa usia sekitar 30 tahun
(Saheb, 2011).
Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran napas yang
sangat peka terhadap berbagai rangasangan, baik dari dalam maupun dari luar
tubuh. Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini, terjadi penyempitan pada
saluran napas secara menyeluruh (Abidin, 2012).
Global Initiative for Asthma (GINA) pada tahun 2006 mendefinisikan asma
sebagai gangguan inflamasi kronik pada saluran napas dengan berbagai sel yang
berperan, khususnya sel mast, eosinophil, dan limfosit T. Pada individu yang
rentan inflamasi, mengakibatkan mengi yang berulang, sesak napas, dada terasa
tertekan, dan batuk khususnya pada malam atau dini hari. gejala ini berhubungan
degan obstruksi saluran napas yang bersifat reversibel, dan hiperaktivitas jalan
napas terhadap berbagai rangsangan (Depkes RI, 2009)
Menurut Depkes RI (2009) asma merupakan suatu keainan berupa inflamasi
atau peradangan kronik saluran napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang
seperti mengi, batuk, sesak napas, dan rasa berat di dada terutama pada malam
atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel.

2. Klasifikasi Asma
a. Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1) Ekstrinsik (alergik)

4
Asma ekstrinsik ditandai dengan adanya reaksi alergik yang disebabkan
oleh faktor-faktor pencetus spesifik (alergen), seperti serbuk bunga, bulu-
bulu hewan, obat-obatan (aspirin dan antibiotik), dan spora jamur.
2) Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergik yang bereaksi terhadap faktor
pencetus yang tidak spesifik, seperti udara dingin, infeksi saluran
pernapasan, dan emosi. Serangan asma menjadi lebih berat dan dapat
berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisema.
3) Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum terjadi. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non alergik.
(Smeltzer & Bare, 2002)
b. Berdasarkan Derajat
Pembagian derajat asma menurut GINA (2006 dalam Depkes RI, 2009),
yaitu :
1) Asma Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali/minggu, dan serangan singkat, gejala pada
malam hari kurang dari 2 kali/bulan.
2) Asma Mild Persistent (persisten ringan)
Gejala lebih dari 1 kali/minggu, tetapi kurang dari 1 kali/hari, serangan
mengganggu aktivitas dan tidur, gejala pada malam hari kurang dari 2
kali/bulan.
3) Asma Moderate Persistent (persisten sedang)
Gejala terjadi setiap hari, serangan mengganggu aktivitas dan tidur, gejala
pada malam hari kurang dari 1 kali/minggu.
4) Asma Severe Persistent (persisten berat)
Gejala terjadi setiap hari, serangan terus-menerus, gejala pada malam hari
setiap hari, terjadi pembatasan aktivitas fisik.
Pembagian derajat asma menurut Phelan, dkk dalam Nurarif dan Kusuma
(2015), yaitu sebagai berikut :

5
1) Asma Episodic Jarang
Ditandai dengan gejala 1 kali tiap 4-6 minggu, mengi setelah beraktivitas
berat.
2) Asma Episodic Sering
Ditandai dengan frekuensi serangan yang lebih sering, dan timbul mengi
pada aktivitas sedang. Gejala kurang dari 1 kali/minggu.
3) Asma Persisten
Ditandai dengan gejala yang terjadi 3 kali/minggu, mengi pada aktivitas
ringan.

3. Etiologi Asma
Menurut berbagai penelitian, patologi dan etiologi asma belum dapat
diketahui dengan pasti penyebabnya, hanya menunjukkan dasar gejala asma yaitu
inflamasi dan respon saluran napas yang berlebihan ditandai dengan adanya
kalor, tumor, dolor, dan function laesa (Sudoyo Aru, dkk, 2009).
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), sebagai pemicu timbulnya asma dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut :
a. Infeksi, seperti infeksi virus RSV.
b. Iklim, seperti perubahan mendadak cuaca, suhu, dan tekanan udara.
c. Inhalan, seperti debu, kapuk, tungau, sisa-sisa serangga mati, bulu hewan,
bau asap.
d. Makanan, seperti putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-bijian,
tomat.
e. Obat-obatan.
f. Kegiatan fisik, seperti olahraga berat, tertawa terbahak-bahak.
g. Emosi.
Menurut Lewis, et al (2000 dalam Purnomo, 2008) etiologi dari asma yaitu
sebagai berikut :
a. Faktor Presdisposisi
1) Genetik

6
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga yang
menderita penyakit alergi. Oleh karena itu, dengan adanya hal tersebut
penderita dapat dengan mudah terkena penyakit asma jika terpapar oleh
faktor pencetus tersebut. Selain itu, hipersensitivitas saluran pernapasan
juga dapat diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1) Alergen
Alergen dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
hewan, serbuk bungam spora jamur, bakteri, dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan, dan obat-obatan
seperti aspirin, epinefrin, dan antibiotik.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit seperti logam,
perhiasan, dan jam tangan.
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktivitas atau olahraga yang berat. Asma dapat dipicu oleh
adanya kegiatan fisik yang disebut sebagai Exercise Induces Asthma
(EIA) yang biasanya akan terjadi sesaat setelah beraktivitas, seperti
jogging, aerobik, berjalan cepat.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan
eksasebasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada
sistem trakea bronkial. Oleh karena itu, terjadi peningkatan hiperresponsif
pada sistem bronkial.
4) Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma, dan dapat
memperberat serangan asma yang sudah ada.

7
5) Gangguan pada sinus
Gangguan pada sinus yang dapat menyebabkan asma yaitu rhinitis alergik
dan polip pada hidung, yang menyebabkan inflamsi membrane mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa dingin sering mempengaruhi asma.

4. Tanda dan Gejala


a. Tanda dan gejala awal
Tanda dan gejala yang muncul pada awal asma, yaitu sebagai berikut :
1) Batuk terutama pada malam atau dini hari
2) Sesak napas
3) Napas berbunyi (mengi) yang terdengar saat penderita
menghembuskan napas
4) Rasa berat di dada
5) Dahak sulit keluar
6) Adanya peningkatan eosinophil darah dan IgE
7) BGA belum patologis
b. Tanda dan gejala berat
Tanda dan gejala berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa
atau disebut juga stadium kronik, diantaranya sebagai berikut :
1) Serangan bartuk hebat
2) Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
3) Sianosis
4) Sulit tidur
5) Kesadaran menurun
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) BGA Pa O2 kurang dari 80%
8) Suara napas lemah, hampir tidak terdengar. (Direktorat Bina Farmasi
dan Klinik, 2007).

8
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) manifestasi klinis dari asma dapat
digolongkan menjadi beberapa tingkatan, diantaranya yaitu :
a. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan gejala
asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi
paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat
dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik
tidak ada kelainan, tetepi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi
saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi.
Biasanay penderita nmerasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma
akan kambuh.

4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah
sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala gejala yang
makin banyak antara lain :
1) Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
2) Sianosis
3) Silent Chest
4) Gangguan kesadaran
5) Tampak lelah
6) Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

9
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis
beberpa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara terhadap
pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat
reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk mengembalikan
nafas ke kondisi normal

5. Patofisiologi
Menurut Herdinsibuae (2005), patofisiologi dari asma dapat digolongkan
menurut klasifikasinya yaitu sebagai berikut :
a. Asma Ekstrinsik
Pada asma ekstrinsik (alergen) menimbulkan reaksi yang hebat pada
mukosa brobkus yang mengakibatkan kontraksi otot polos, hyperemia serta
sekresi lender putih yang tebal. Mekanisme terjadinya reaksi ini yaitu
penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang spesifik,
akan membuat antibodi terhadap alergen tersebut. Antibodi ini merupakan
imunoglobin jenis IgE. Antibodi ini melekat pada permukaan sel mast pada
mukosa bronkus.
Jika satu molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel mast menangkap
satu molekul alergen, sel mast tersebut akan memisahkan diri dan melepaskan
sejumlah bahan yang menyebabkan konstriksi bronkus. Pada permukaan sel
mast juga terdapat reseptor beta-2 adrenergik. Bila reseptor beta-2 adrenergik
dirangsang dengan obat anti asma Salbutamol (beta-2 mimetik), maka
pelepasan histamin akan terhalang.
Pada mukosa bronkus dan darah tepi terdapat banyak eosinophil. Adanya
eosinofil dalam sputum dapat dengan mudah dilihat. Dalam butir-butir
granula eosinofil terdapat enzim yang berfungsi menghancurkan histamin dan
prostaglandin. Dengan kata lain, eosinofil memberikan perlindungan terhadap
serangan asma. Dengan demikian kadar IgE akan meninggi dalam darah tepi.

10
b. Asma Intrinsik
Pada asma intrinsik (non alergen) proses terjadinya asma sangatlah
berbeda dengan asma ekstrinsik. Akibat kepekaan yang berlebihan
(hipersensitivitas) dari serabut-serabut nervus vagus yang merangsang bahan-
bahan iritan di dalam bronkus dan menimbulkan batuk dan sekresi lendir
dalam satu refleks. Serabut-serabut vagus sangat hipersensitif, sehingga secara
langsung menimbulkan refleks kontriksi bronkus.
Lendir yang sangat lengket akan disekresikan, sehingga pada kasus-kasus
yang berat dapat menimbulkan sumbatan pada saluran napas yang hampir
total yang mengakibatkan timbulnya status asmatikus, kegagalan pernapasan,
dan kematian.
Faktor pencetus dari refleks ini adalah infeksi saluran pernapasan oleh flu
(common cold), adenovirus, dan juga oleh bakteri. Polusi udara oleh gas
iritatif yang bersasal dari industri, asap, serta udara dingin juga berperan.

11
6. Pathway
Menurut Herdinsibuae (2005)
Alergen/Non Alergen

Hospilalisasi Merangsang respon imun


untuk menjadi aktif

Krisis
situasional Merangsang Ig E

Gelisah
Menempel pada sel mast

Ansietas Pelepasan
histamin,bradikinan,dan
prostaglandin

Pembentukan mukus

Sekret yang tertahan

BERSIHAN JALAN
NAPAS TIDAK
EFEKTIF

Asma menyebabkan respon imun yang terdapat dalam tubuh menjadi


aktif dan membuat antibody terhadap rangsangan yang masuk. Antibodi ini
merupakan imunoglobin jenis IgE. Jika satu molekul IgE yang terdapat pada
permukaan sel mast menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut akan
memisahkan diri dan melepaskan histamine, bradikian dan prostaglandin.
Pembentukan mucus pada dada mengakibatkan secret sulit dikeluarkan
sehingga muncul diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif.

12
Asma juga bisa mengakibatkan dampak hospitalisasi karena krisis situasinal
yang dirasakan oleh pasien. Hal ini menyebabkan pasien gelisah sehingga
muncul diagnosa keperawatan ansietas (kecemasan).

7. Komplikasi pada Asma


a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
b. Chronik persistent bronchitis
c. Bronchiolitis
d. Pneumonia
e. Emphysema.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada penderita asma, diantaranya
:
a. Pengukuran fungsi paru (spirometri)
Tes ini dilakukan untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas
reversibel. Cara yang paling cepat dan sederhana untuk diagnosis asma
adalah dengan melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum dan sesudah pemeberian
bronkodilator aerosol (nebulizer atau inhaler) golongan adrenergic.
Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma.
b. Pemeriksaan laboratorium
1)Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya :
a) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinofil.
b)Spiral curshmann, yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
c) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

13
d)Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mukus
plug.
2)Pemeriksaan darah
a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b)Terkadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadangan di atas
150.000/mm3 yang menandakan terdapatnya infeksi.
d)Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan IgE pada
saat serangan dan menurun saat tidak terjadi serangan.
c. Pemeriksaan Radiologi
Pada saat serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yaitu
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Jika terdapat komplikasi, maka akan terdapat
kelainan, sebagai berikut :
1) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus bertambah.
2) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan bertambah.
3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru-
paru.
4) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
5) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumothoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru.
d. Pemeriksaan tes kulit (skin test)
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan beberapa alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

14
e. Scanning paru-paru
Dengan scanning paru-paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru
(Nurarif dan Kusuma, 2015).

9. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan asma dibagi menjadi pengobatan non farmakologi dan
pengobatan farmakologi.
a. Pengobatan Non Farmakologi
1) Penyuluhan
Ditujukan pada peningkatan pengetahuan pasien tentang penyakit asma,
sehingga pasien dapat menghindari faktor-faktor pencetus serta
menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
2) Menghindari faktor pencetus
Pasien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada
pada ligkungannya, serta diajarkan cara menghidari dan mengurangi
faktor pencetus.
3) Fisioterapi
Fisioterapi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi, dan
fibrasi dada.
b. Pengobatan Farmakologi
1) Agonis beta
Berbentuk aerosol, diberikan 3-4 kali dalam sehari. Salah satu bentuk
obat ini adalah metaproterenol.
2) Metil Xantin
Golongan metil xantin adalah aminophilin dan teoppilin. Obat ini
diberika jika golongan beta agonis tidak memberikan efek pada pasien.
Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empat kali/hari.

15
3) Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan jika agonis beta dan metil xantin tidak
memberikan respon yang baik. Steroid ini berbentuk aerosol dengan dosis
800 ug dan diberikan empat kali semprot dalam sehari.
4) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asma, yang biasanya diberikan
kepada anak-anak. Dosis yang diberikan berkisar 1-2 kapsul, empat kali
dalam sehari.
5) Ketotifen
Ketotifen berefek sama dengan kromolin, dan diberikan dengan dosis 2 x
1 mg perhari.
6) Ipratropium bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator.
c. Pengobatan selama serangan asma
1) Infus RL
2) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
3) Aminophilin bolus 5 mg/kg BB
4) Terbutalin 0,25 mg/6 jam diberikan secara subcutan
5) Dexamatason 10-20 mg/6 jam secara intra vena
6) Antibiotik spektrum luas

16
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN ASMA
A. Pengkajian
1. Identitas
a) Anak
Nama, anak keberapa, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, dan agama.
b) Orang tua (ayah dan ibu)
Nama, usia, pekerjaan, pendidikan, agama, dan alamat
2. Alasan Dirawat
a) Keluhan utama : penyebab utama anak dirawat
b) Riwayat kesehatan : meliputi riwayat kesehatan anak dahulu, riwayat
kesehatan anak sekarang dan riwayat kesehatan keluarga.
3. Riwayat Anak (0-6 tahun)
a) Perawatan dalam kandungan
Bagaimana keteraturan ibu memeriksakan diri saat kehamilan, pernah
tidaknya ibu mengalami cedera selama kehamilannya.
b) Perawatan pada waktu kelahiran
Berapa usia kehamilan saat kelahiran bayi, bagaimana proses kelahiran,
dimana dan ditolong oleh siapa. Bagaimana keadaan bayi setelah
dilahirkan, berat badan serta panjang badan bayi dan lingkar kepala
bayi.
4. Kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual dalam kehidupan sehari-hari
a) Bernafas
Bagaimana suara nafas anak, ada tidaknya kesulitan bernafas yang
dialami oleh anak, serta keluhan lain yang dirasakan anak.
b) Makan dan minum
Bagaimana kepatuhan ibu dalam memberi ASI eksklusif, pada usia
berapa bayi dan dalam bentuk apa bayi diberikan makanan pendamping.
Bagaimana kecukupan nutrisi anak setelah diberikan PASI. Makanan
apa yang paling disukai anak. Bagaiman pola pemberian PASI pada
anak.

17
c) Eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pad anak. Pada BAB tinjau konsistensi,
warna, bau, dan ada atau tidaknya darah. Pada BAK tinjau volume,
warna, bau.
d) Aktivitas
Apa permainan yang paling disukai pada anak, dan kapan waktu
bermainnya.
e) Rekreasi
Kemana dan kapan biasanya anak diajak berekreasi.
f) Istirahat tidur
Bagaiman pola tidur anak pada siang dan malam hari, dan berapa lama.
Ada tidaknya kesulitan tidur yang dialami oleh anak.
g) Kebersihan diri
Berapa kali anak mandi dalam 1 hari, ada membantu atau tidak.
Bagaiman dengn kebersihan kuku atau rambut.
h) Pengaturan suhu tubuh
Suhu anak diukur apakah normal, hipotermi ataukah mengalami
hipertermi.
i) Rasa nyaman
Kaji kondisi dan keadaan anak saat mengobrol dengan orang lain.
j) Rasa aman
Kaji lingkungan tempat anak bermain, apakah sudah aman dari benda-
benda tajam dan berbahaya. Bagaimana pengawasan orang tua ketika
anak sedang bermain.
k) Belajar
Kaji pengetahuan orang tua dalam merawat dan mendidik anak.
l) Prestasi
Bagaimana pencapaian dan kemampuan anak mengenai tingkah laku
social, gerak motoric harus, bahasa, dan perkembangan motoric kasar.

18
m) Hubungan sosial anak
Bagimana hubungan anak dengan orang tua, keluarga lain serta teman-
temannya. Siapakah orang yang paling dekat dengan anak.
n) Ibadah
Apa agama yang dianut dan bagaimana pelaksanaan ibadah yang
dilakukan oleh anak.
5. Pengawasan pada anak
Bagaima sikap orang tua saat menghadapi anak yang sedang sakit serta
riwayat imunisasi yang telah diperoleh oleh anak mencakup BCG, DPT,
Polio, Campak, dan Hepatitis. Cantumkan pula pada usia berapa anak
mendapat imunisasi dan pada tanggal berapa diberikan.
6. Penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah dideritan oleh anak dan pada usia berapa,
kualitasnya akut apa kronis, menular atau tidak, lamanya sait serta
pertolongan atau tindakan yang diambil oleh orang tua.
7. Kesehatan lingkungan
Kaji bagaimana keadaan lingkungan tempat tinggal anak mengenai
ketersediaan air bersih dan sanitasi/ventilasi rumah.
8. Perkembangan anak (0-6 tahun)
a) Buat daftar kemampuan yang harusnya sudah dicapai oleh anak sesuai
yang didasarkan atas usia anak mengenai personal social, gerakan
motoric halus, bahasa, dan perkembangan motoric kasar.
b) Kemudian bandingkan daftar yang dibuat diatas dengan kemampuan
anaksetelah diujikan.
9. Pemeriksaan fisik
a) Kesan umum
Kaji kebersihan, pergerakan dan keaktifan anak, dan status gizi anak.
b) Warna kulit
c) Suara waktu menangis
d) Tonus otot

19
e) Turgor kulit
f) Udema
g) Kepala
Kaji mengenai bentuk kepala, ada tidaknya lesi, kebersihan kulit kepala,
jenis rambut, tekstur rambut, warna rambut dan pertumbuhan rambut.
h) Mata
Bentuk bola mata, pergerakan, keadaan pupil, konjungtiva, keadaan
kornea, sclera, bulu mata, ketajaman penglihatan, dan reflex kelopak
mata.
i) Hidung
Kaji mengenai kebersihan, adanya secret, warna mukosa hidung,
pergerakan/nafas cuping hidung, juga adanya gangguan lain.
j) Telinga
Kaji kebersihan, keadaan alat pendengaran, dan kelainan yang mungkin
ada.
k) Mulut
Kaji kebersihan dan daerah sekitar mulut, keadaan mukosa bibir,
keadaan gigi, keadaan lidah, keadan tenggorokan, dn kelainan yang
mungkin ada.
l) Leher
Kaji adanya pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk,
pergerakan leher.
m) Thoraks
Kaji mengenai bentuk dada, irama pernafasan, tarikan otot bantu
pernafasan, serta adanya suara nafas tambahan.
n) Jantung
Kaji bunyi serta pembesaran jantung pada anak

20
o) Abdomen
Kaji mengenai bentuk, adanya pembesaran organ, keadaan pusat,
terabanya skibala, adaanya massa, nyeri tekan dan nyeri lepas, distensia,
dan gerak peristaltic serta bising usus.
p) Persyarafan
Kaji reflek fisiologis atau reflek patologis yang dilakukan oleh anak
q) Ekstremitas
Kaji tentang pergerakan, kelainan bentuk, reflex lutut dan adanya
edema.
r) Alat kelamin
Kaji mengenai kebersihan dan adanya lesi.
s) Anus
Kaji mengenai keadaan dan kebersihan, ada tidaknya lesi da nada
tidaknya infeksi.
t) Antropometri
Kaji mengenai ukuran pertumbuhan anak. Berat badan, tinggi badan,
lingkar kepala, lingkar dada, dan lingkar lengan.

u) Gejala cardinal
Kaji tanda-tanda vital anak. Suhu, nadi, pernapasan, tekanan darah, dan
CRT.
10. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan untuk penunjang asuhan keperawatn.
11. Hasil observasi
Tuliskan respon umum anak dengan keluarganya serta hal-hal baru yang
diberikan kepadanya, bentk interaksi kepada orang lain, cara anak
mengungkapkan keinginannya, serta kontradiksi prilaku yang mungkin
ditunjukan anak.

21
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa menurut SDKI (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017)
1. Bersihan jalan nafas tidak eektif berhubungan dengan secret yang tertahan
2. Ansietas behubungan dengan krisis situasional

C. Rencana / Implementasi Keperawatan


Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang penuh
pertimbangan dan sistematis serta mencangkup pembuatan keputusan untuk
menyelesaikan masalah. Intervensi keperawatan adalah setiap tindakan
berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan, yang perawat lakukan untuk
meningkatkan hasil pada pasien (Kozier et al., 2010)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Nursing Outcome Classification (NOC)
Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, hasil intervensi yang
diinginkan menurut NOC adalah status pernapasan : Kepatenan jalan
napas (Moorhead, Johnson, L. Maas, & Swanson, 2013). Indikator
keberhasilan tindakan terkait NOC kepatenan jalan napas antara lain :
1) Frekuensi pernapasan normal pada anak 20-30x/menit, anak usia
dibawah 2 tahun 25-32x/menit, bayi kurang dari 6 bulan
30-50x/menit
2) Irama pernapasan teratur
3) Kedalaman inspirasi normal
4) Suara auskultasi napas normal (vesikuler)
5) Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
6) Tidak ada pernapasan cuping hidung
7) Tidak ada batuk
8) Tidak terdapat akumulasi sputum

22
b. Nursing Interventions Classification (NIC)
Pada masalah bersihan jalan napas tidak efektif, intervensi keperawatan
yang dianjurkan menurut NIC antara lain (M. Bulechek, K. Butcher, M.
Dochterman, & M. Wagner, 2013)
1) Manajemen jalan napas
Merupakan segala macam tindakan keperawatan yang dilakukan
untuk memfasilitasi kepatenan jalan napas. Tindakan-tindakan
keperawatan yang dilakukan diantaranya
a) Buka jalan napas dengan teknik chin lift atau jaw thrust
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi (postural
darinase)
c) Ajarkan pasien atau keluarga untuk menggunakan inhaler sesuai
resep
d) Lakukan fisioterapi dada
e) Gunakan teknik menyenangkan untuk memotivasi bernapas
dalam pada anak-anak (misalkan : meniup gelembung, meniup
kincir, peluit, dsb)
f) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk
atau menyedot lendir
g) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif
h) Kelola pemberian bronkodilator

2) Monitor pernapasan
Merupakan tindakan yang dilakukan untuk mendapatkan data dan
analisis keadaan pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
kecukupan pertukaran gas. Tindakan yang dilakukan antara lain
a) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernapas
b) Catat pergerakan dada, catat ketidaksimetrisan, penggunaan otot-
otot bantu napas, dan retraksi pada otot supraclaviculas dan
interkosta

23
c) Monitor suara napas tambahan seperti ngorok dan mengi
d) Monitor pola napas
e) Monitor keluhan sesak napas pasien
f) Auskultasi suara napas, catat area dimana terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi dan keberadaan suara napas tambahan
2. Ansietas
a. Nursing Outcome Classification (NOC)
Pada masalah ansietas, hasil intervensi yang diinginkan menurut NOC
adalah tingkat kecemasan (Moorhead, Johnson, L. Maas, & Swanson,
2013). Indikator keberhasilan tindakan terkait NOC tingkat kecemasa
antara lain :
1. Tidak ada perasaan gelisah
2. Tidak ada gangguan tidur
b. Nursing Interventions Classification (NIC)
Pada masalah ansietas, intervensi keperawatan yang dianjurkan menurut
NIC antara lain (M. Bulechek, K. Butcher, M. Dochterman, & M.
Wagner, 2013)
1) Pengurangan kecemasan
Merupakan mengurangi tekanan, ketakutan, firasat, maupun
ketidaknyamanan terkait dengan sumber bahaya yang tidak
teridentifikasi.
a) Kaji tingkat kecemasan ( ringan, sedang, berat)
b) Libatkan anak dalam bermain
c) Beri dorongan mengungkapkan ketakutan masalah
d) Libatkan keluarga untuk menenangkan

24
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, implementasi
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan (Potter & Perry, 2005)

Tindakan yang dilakukan pada anak asma dengan bersihan jalan napas tidak
efektif dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun sebelumnya. Waktu pelaksanaan selama 3 x 24 jam, dimulai dengan
melakukan pengkajian, memposisikan pasien (postural drainase),
menginstruksikan agar bisa melakukan batuk efektif, memonitor kecepatan,
irama, kedalaman, dan kesulitan bernapas, dan melakukan kolaborasi dengan
tenaga kesehatan lain dalam pemberian obat.

Tindakan yang dilakukan pada anak asma dengan ansietas dilaksanakan sesuai
dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya. Waktu
pelaksanaan selama 3 x 24 jam, dimulai dengan melakukan pengkajian, mengkaji
tingkat kecemasan ( ringa, sedang, berat ), melibatkan anak dalam bermain,
memberi dorongan mengungkapkan ketakutan/masalah, dan melibatkan keluarga
untuk menenangkan anak.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, dan
pelaksanaan. Perumusan evaluasi meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan pasien), objektif, (data hasil
pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan
(Asmadi, 2008)

25
Evaluasi keperawatan terhadap anak asma dengan bersihan jalan napas tidak
efektif yang diharapkan adalah (Moorhead, Johnson, L. Maas, & Swanson,
2013).
1. Frekuensi pernapasan normal pada anak 20-30x/menit, anak usia dibawah
2 tahun 25-32x/menit, bayi kurang dari 6 bulan 30-50x/menit
2. Irama pernapasan teratur
3. Kedalaman inspirasi normal
4. Suara auskultasi napas normal (vesikuler)
5. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
6. Tidak ada pernapasan cuping hidung
7. Tidak ada batuk
8. Tidak terdapat akumulasi sputum
Evaluasi keperawatan terhadap anak asma dengan ansietas yang diharapkan
adalah (Moorhead, Johnson, L. Maas, & Swanson, 2013).

1. Tidak ada perasaan gelisah


2. Tidak ada gangguan tidur

26
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsang tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara. Asma umumnya
terjadi pada anak-anak usia dibawah 5 tahun, dan pada orang deasa usia sekitar
30 tahun. Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu ekstrinsik ( alergik ). Intrinsic ( non alergik ), dan asma gabungan.
Manifestasi klinis dari asma dapat digolongkan menjadi beberapa tingkat,
diantaranya yaitu asma tingkat I, asma tingkat II, asma tingkat III, asma tingkat
IV, dan asma tingkat V. komplikasi pada asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas, chronic persistent
bronchitis, pneumonia, dan emphysema. Diagnose keperawatan yang mungkin
terjadi menurut SDKI adalah bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan secret yang tertahan dan ansietas berhubungan dengan krisis situasional.
B. Saran
Selain menarik kesimpulan di atas, penulis juga memberikan saran sebagai
berikut :
1. Adanya makalah ini diharapkan pembaca agar mempelajari isi dari
makalah tersebut.
2. Agar lebih meningkatkan wawasan dan pengetahuan mengenai kasus
asuhan keperawatan bayi/anak asma.

27
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.G DENGAN ASMA BRONKIAL DI
RUANG DURIAN RSUD KLUNGKUNG TANGGAL 5 MARET 2019

A. IDENTITAS
1. Anak
a. Nama : An. G
b. Anak yang ke :2
c. Tanggal lahir/umur : 29 Februari 2016
d. Jenis kelamin : Perempuan
e. Agama : Hindu
2. Orang tua
a. Ayah
1) Nama : Tn.P (kandung/tiri)
2) Umur : 35 tahun
3) Pekerjaan : Petani
4) Pendidikan : SMA
5) Agama : Hindu
6) Alamat : Br. Sidayu Desa Takmung, Klungkung
b. Ibu
1) Nama : Ny.P (kandung/tiri)
2) Umur : 32 tahun
3) Pekerjaan : Ibu rumah tangga
4) Pendidikan : SMA
5) Agama : Hindu
6) Alamat : Br. Sidayu Desa Takmung, Klungkung

28
B. GENOGRAM

Keterangan :
Anak G (Pasien)
Perempuan sehat
Laki-laki sakit asma
Laki-laki sehat

C. ALASAN DIRAWAT
1. Keluhan Utama : ibu mengatakan anaknya sesak sejak 3 hari yang lalu.
2. Riwayat Kesehatan :
a) Riwayat kesehatan dahulu
Ibu mengatakan bahwa jika udara dingin anaknya merasa sesak tetapi
sesaknya ringan tidak separah ini. Anak belum pernah dirawat di rumah
sakit..
b) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya batuk pilek disertai sesak dan dibawa ke
puskesmas. Setelah diterima di puskesmas, ibu disarankan membawa
anaknya ke UGD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Saat dikaji
pada tanggal 5 Maret 2019 pukul 13.00 WITA Ibu mengatakan anaknya
sesak sejak 3 hari, batuk, serta pilek, terdapat tarikan dinding dada ke
dalam, dan terdengar bunyi napas tambahan wheezing saat bernapas.
Anak tampak pucat dan nafsu makan menurun. Anak tampak gelisah
dan cemas.

29
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dikeluarganya memiliki riwayat penyakit asma.

D. RIWAYAT ANAK (0 – 6 TAHUN)


1. Perawatan dalam masa kandungan :
Ibu mengatakan saat hamil rutin memeriksakan kehamilannya setiap bulan
selama 9 bulan di klinik bidan. Obat-obat yang telah diminum saat hamil
adalah vitamin (As. Folat, Kalsium). Ibu mangatakan saat hamil
mendapatkan imunisasi lengkap.
2. Perawatan pada waktu kelahiran :
Ibu mengatakan anaknya lahir pada kehamilan 38 minggu dilahirkan di
klinik bidan. Kelahiran berlangsung normal selama 4 jam. Saat lahir berat
badan bayi 3 kg dengan panjang 49 cm dan lingkar kepala 35,2 cm.

E. KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL DALAM KEHIDUPAN


SEHARI-HARI
1. Bernafas
Ibu mengatakan anaknya sesak. Anak tampak gelisah dan terdengar suara
napas tambahan wheezing saat anak bernapas. Respirasi anak 48x/menit.
2. Makan dan minum
Keadaan sebelum sakit
Ibu mengatakan bahwa anaknya makan 3 kali dalam sehari, suka makan nasi
dengan lauk ayam dan sedikit sayur hijau namun tidak suka makan buah.
Keaadan saat sakit
Ibu mengatakan anaknya tidak nafsu makan, makanan habis ¼ porsi sekali
makan, hanya minum sedikit, frekuensi 3-4 gelas sehari.
3. Eliminasi (BAB/BAK)
Ibu mengatakan bahwa anaknya sulit BAB sejak 3 hari yang lalu.

30
4. Aktifitas
Ibu mengatakan anaknya suka bermain masak-masakan bersama teman
seumurannya. Tetapi semenjak sakit aktivitas anak berkurang karena lemas.
5. Rekreasi
Ibu mengatakan bahwa anaknya sebelum sakit sering diajak jalan-jalan di
taman bermain dekat rumah.
6. Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan bahwa kebiasaan anaknya sebelum tidur adalah kencing.
Tidur malam mulai pukul 07.30 dan bangun pagi biasanya pukul 06.30,
tidur ditemani kedua orang tua. Anak juga biasa tidur siang selama 2-3 jam.
Tetapi semenjak sakit pasien tidur ± 1 jam pada siang hari dan di malam hari
tidur ± 6 jam. Ibu juga mengatakan bahwa anaknya sering terbangun di
malam hari karena sesak dan gelisah.
7. Kebersihan diri
Ibu mengatakan bahwa anaknya mandi 2 kali sehari dibantu oleh ibu atau
ayahnya dan dikeringkan dengan handuk. Menggosok gigi setiap mandi,
anak mampu gosok gigi sendiri menggunakan pasta gigi. Saat pengkajian
kondisi anak bersih karena selalu dibantu ibunya untuk mandi dan
menggunakan pakaian.
8. Pengaturan suhu tubuh :
Suhu tubuh anak 36°C
9. Rasa nyaman :
Anak tampak tidak nyaman dengan kondisinya saat ini karena keadaan sulit
bernapas (sesak).
10. Rasa aman :
Pasien agak takut ketika akan diperiksa oleh petugas kesehatan.

11. Belajar (anak dan orangtua)

31
Keluarga mengatakan bahwa anaknya belum bisa belajar secara efektif
karena masih kecil, tapi sudah mampu mewarnai, mengeja dan mengitung 1-
10.
12. Prestasi
Ibu mengatakan bahwa anaknya bisa menghitung 1-10 dengan bahasa
inggris.
13. Hubungan sosial anak
Keluarga mengatakan hubungan sosial anak dengan orang tuanya sangat
baik dan menurut ibunya hubungan anaknya dengan teman sebayanya juga
baik. Anak mudah berinteraksi dengan teman sebayanya.
14. Melaksanakan ibadah
Keluarga mengatakn sering mengajak anaknya beribadah ke pura dan
khususnya pada hari raya keagamaan.

F. PENGAWASAN KESEHATAN
Ibu mengatakan anaknya selalu diawasi saat sakit ataupun sehat. Bila sakit anak
akan dibawa ke puskesmas. Ibu mengatakan anaknya rajin diajak ke posyandu.
Imunisasi (1-5 tahun)

Jenis Tempat
No. Umur Tanggal diberikan Reaksi
imunisasi imunisasi
1. BCG 1 bulan 29 Maret 2016 - Puskesmas
2 bulan, 29 April 2016 Panas Puskesmas
DPT
2. 4 bulan, 30 Juni 2016 - Puskesmas
(I,II,III)
6 bulan 29 Agustus 2016 - Puskesmas
Baru lahir 29 Februari 2016 - Klinik
Polio
2 bulan, 29 April 2016 Panas Puskesmas
3. (I,II,III,I
4 bulan 30 Juni 2016 - Puskesmas
V)
6 bulan 29 Agustus 2016 - Puskesmas
4. Campak 9 bulan 30 November 2016 - Puskesmas

32
Baru lahir 29 Februari 2016 - Klinik
2 bulan, 29 April 2016 Panas Puskesmas
5. Hepatitis
4 bulan 30 Juni 2016 - Puskesmas
6 bulan 29 Agustus 2016 - Puskesmas

G. PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA


No Jenis Akut/Kronis Umur Lamanya Pertolongan
Penyakit /Menular/tidak saat
Sakit

1. Sesak Tidak menular 2 tahun 2 hari Dibawa ke


puskesmas

H. KESEHATANLINGKUNGAN
Keluarga mengatakan terdapat pabrik semen di lingkungan rumah sehingga udara
disekitar menjadi kotor.

I. PERKEMBANGAN ANAK (0 – 6 tahun)


(Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal sosial)
Ibu mengatakan anak dapat mengerjakan perintah sederhana, seperti mengambil
pensil dan buku gambar. Anak sudah bisa bicara lancar walaupun ada beberapa
kata yang masih kurang jelas diucapkan. Anak juga mudah beradaptasi dengan
lingkungan di sekitar. Ibu juga mengatakan anak masih ngompol dan memberi
tahu orang tua bila ingin BAK/BAB.

J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kesan umum
Kebersihan : anak tampak bersih
Penampilan/postur/bentuk tubuh : tegak

33
2. Warna kulit : sawo matang
3. Suara waktu menangis : keras dan lantang
4. Tonus otot : normal
5. Turgor kulit : normal
6. Udema : tidak
7. Kepala : bentuk normal, UUB tertutup, ketombe dan rambut rontok tidak
ada.
8. Mata : bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi,
konjungtiva pucat, sclera putih.
9. Hidung : bentuk normal, secret ada, gerakan cuping hidung ada
10. Telinga : bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen
tidak ada, kelainan tidak ada.
11. Mulut : mulut bersih, mukosa bibir pucat, stomatitis tidak ada, caries tidak
ada.
12. Leher : bentuk normal, pembesaran kelenjar tyroid tidak ada.
13. Thoraks :
Inspeksi : pergerakan dada cepat, terdapat tarikan dinding dada ke dalam
Palpasi   : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat vocal fomitus
kanan kiri
Perkusi  : sonor
Auskultasi : terdapat bunyi wheezing
14. Jantung :
Inspeksi    : tampak ictus cordis
Palpasi      : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi      : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 bunyi reguler
15. Persyarafan : normal, gerak refleks fisiologis
16. Abdomen : bentuk simetris

34
17. Ekstremitas :
Atas : terpasang infus pada ekstremitas kanan, ADL terbatas, tidak ada
edema, tidak ada laserasi.
Bawah : tidak ada edema, tidak ada varises
18. Alat kelamin : perempuan
19. Anus : bentuk normal, kebersihan cukup, haemoroid tidak ada.
20. Antropometri (ukuran pertumbuhan)
1. BB = 20 kg
2. TB = 100 cm
3. Lingkar kepala = 50,7 cm
4. Lingkar dada = 68 cm
5. Lingkar lengan = 15 cm
21. Gejala cardinal:
1. Suhu : 36oC
2. Nadi : 100 x / menit
3. Respirasi : 48 x / menit
4. Tekanan darah : -

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 5 Maret 2019 pukul 13.00 WITA

Jenis
Pemeriksaa Hasil Nilai Normal
n
Hemoglobin 10.7 gr/dl Pria : 13-18 g/dl, wanita 11.5-16.5 g/dl.
Wanita hamil: 11- 16.5 g/dl. Anak : 12-34 g/dl
Hematokrit L 31 %
Leukosit 14.5 10^3/Ul
Eritrosit 4.1 10^6 /Ul

35
Diffferent 0.10/1.40/4 Basofil : 0-2 %, eosinofil : 1-3%, netrofil
count 9.60/40.50/ batang : 1-6%, netrofil segmen: 4-6 %, limfosit
0.40 20- 40 %, monosit: 1-8%
MCV 75# 24-102#
MCH 26 Pg
MCHC 35 g/dl 20-32 g/dl

L. HASIL OBSERVASI
1. Interaksi anak dengan orang tua
Anak tampak dekat dengan ibunya, terlihat dari saat anak berbicara dengan
ibunya
2. Bentuk/arah komunikasi
Menggunakan komunikasi verbal dan komunikasi dua arah.

3. Rasa aman anak


Anak merasa aman dengan ibunya terlihat dari anak tidak menangis saat
ditemani ibunya. Saat dilepas dari gendongan ibunya untuk ditimbang anak
tetap tenang dan tidak menangis.

36
ANALISA DATA

INTERPRETASI
TGL/JAM DATA FOKUS MASALAH
/PENYEBAB

5 Maret 2019 DS : Asma Bersihan jalan


Pukul 13.30 - Ibu anaknya mengatakan napas tidak
Merangsang
sesak batuk, dan pilek respon imun efektif
DO : untuk menjadi
- RR : 48 x/menit aktif

- Terdengar suara wheezing Merangsang Ig E


- Terdapat pernafasan Menempel pada
cuping hidung sel mast
- Terdapat tarikan dinding
Pelepasan
dada ke dalam histamin,bradikina
n,dan
prostaglandin

Pembentukan
mukus

Sekret yang
tertahan

Bersihan jalan
napas tidak efektif

5 Maret 2019 DS : Asma Ansietas


Pukul 13.30 - Ibu mengatakan anaknya
Hospitalisasi
sulit tidur
- Ibu mengatakan nafsu Krisis situasional
makan anak menurun
Gelisah
DO :
- Anak tampak cemas Ansietas
gelisah

37
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

Tanggal Tanggal
No Diagnosa Keperawatan TTD
muncul teratasi

1. 5 Maret Bersihan jalan nafas tidak eektif 7 Maret


2019 berhubungan dengan secret yang tertahan 2019
ditandai dengan sesak batuk, dan pilek
respirasi 48 x/menit, terdengar suara
wheezing, terdapat pernafasan cuping
hidung, dan terdapat tarikan dinding dada
ke dalam.

2. 5 Maret Ansietas behubungan dengan krisis 7 Maret


2019 situasional ditandai dengan cemas, gelisah 2019
dan sulit tidur.

38
N. RENCANA KEPERAWATAN

Tujuan & Nama/


No Tgl Dx Intervensi Rasional
Kriteria Hasil Ttd

1 5 Maret 1 Setelah dilakukan 1) Observasi 1. Mengetahui


Asuhan keadaan umum keadaan umum
2019
Keperawatan anak. pasien
2x24 jam
2) Obsevasi 2. Mengetahui
diharapkan jalan
tanda-tanda vital sign dan
nafas pasien vital anak RR pasien
bersih dengan
kriteria hasil :
3) Berikan posisi 3. Meringankan
1. Pasien tidak
semifowler dalam bernafas
sesak

2. Tidak
terdengar suara 4) Lakukan 4. Memudahkan
fisioterapi dada merontokkan
wheezing
secret
3. Tidak ada
secret
5) Berikan HE 5. Membantu
4. RR : 30-40 x/m kepada untuk
keluarga pasien mengeluarkan
tentang batuk dahak
efektif

6) Delegatif 6. Membantu
pemberian mengencerkan
Ventolin dahak
2 5 Maret 2 Setelah dilakukan 1) Kaji tingkat 1. Untuk
2019 tindakan kecemasan mengetahui
keperawatan (ringan, tingkat
selama 2x24 jam sedang, berat) kecemasan
diharapkan klien yang dirasakan
mampu: oleh anak.
1. Postur tubuh,

39
ekspresi wajah, 2. Bermain
bahasa tubuh mampu
dan tingkat 2) Libatkan anak mengurangi
aktivfitas dalam bermain tingkat
menunjukkan kecemasan
berkurangnya anak.
kecemasan.
2. Anak mampu 3. Untuk
tidur mengurasi rasa
3) Beri dorongan cemas yang
mengungkapka dirasakan anak
n
ketakutan/masa
lah
4. Peran keluarga

4) Libatkan sangat penting

keluarga untuk dalam

menenangkan mengatasi rasa

anak cemas anak

40
O. IMPLEMENTASI

No
Tanggal Nama/
No . Implementasi Evaluasi
dan jam TTD
Dx

1 5 Maret 1 Mengobservasi DS :
2019 keadaan umum anak Ibu mengatakan anaknya
13.00 sesak batuk, dan pilek
DO :
Terdengar suara wheezing,
terdapat pernafasan cuping
hidung, terdapat tarikan
dinding dada ke dalam

2 Mengkaji tingkat DS :
kecemasan anak Ibu mengatakan anak sulit
tidur dan gelisah
DO :
Anak tampak cemas dan
gelisah

13.20 1 Mengobservasi tanda- DS : -


tanda vital anak DO :
S : 36oC
N : 100 x/menit
R : 48 x/menit

13.30 1 Memberikan posisi DS :-


semifowler DO :
Anak tampak lebih nyaman
saat bernapas

14.00 1 Melakukan fisioterapi DS :


dada Anak mengatakan lebih
nyaman saat bernapas

41
DO :
Anak mampu
mengeluarkan sedikit
putum
14.30 1 Memberikan edukasi DS :
kepada keluarga anak Keluarga memahami
tentang batuk efektif instruksi yang diberikan
DO :
Keluarga mampu
mengulangpenjelasan yang
telah diberikan

15.00 2 Melibatkan keluarga DS : -


untuk menenangkan DO :
anak Anak tampak lebih tenang
saat dekat dengan
keluarganya

17.00 2 Memberi dorongan DS : -


kepada anak untuk DO :
mengungkapkan Anak mau bercerita dengan
ketakutan perawat

18.00 1 Mendelegasi DS : -
pemberian Ventolin DO :
Anak tampak menangis

6 Maret 2 Melibatkan anak dalam DS :


2019 bermain Anak mengatakan senang
08.00 diajak bermain
DO :
Anak tampak kooperatif
saat diajak bermain

09.00 1 Mengobservasi DS :
keadaan umum dan Ibu mengatakan sesak yang
tanda-tanda vital anak dirasakan anaknya sedikit
berkurang.
DO :

42
Anak tampak tenang
S : 36oC
N : 100 x/menit
R : 42 x/menit
10.00 1 Melakukan fisioterapi DS : -
dada DO :
Anak mampu
mengeluarkan secret dan
tampak tenang saat
bernapas

17.00 2 Mengkaji tingkat DS : -


kecemasan anak DO :
Anak tampak ceria dan
tidak gelisah

18.00 1 Mendelegasi DS :
pemberian Ventolin Ibu mengatakan anaknya
tidak sesak
DO :
Anak tampak bernapas
dengan nyaman

7 Maret 1 Mengobservasi DS :
2019 keadaan umum Ibu mengatakan anaknya
08.00 tidak sesak lagi
DO :
Anak tampak ceria

08.20 1 Mengobservasi tanda- DS : -


tanda vital anak DO :
S : 36oC
N : 100 x/menit
R : 36 x/menit

10.00 2 Melibatkan anak dalam DS :


bermain Anak mengatakan senang
diajak bermain

43
DO :
Anak tampak ceria dan
aktif saat bermain

13.00 1 Mengobservasi DS :
keadaan umum dan Ibu mengatakan anak tidak
tanda-tanda vital anak sesak, pilek dan batuk
DO :
Tidak terdengar suara
napas tambahan, tidak
terdapat pernafasan cuping
hidung dan tarikan dinding
dada ke dalam. Anak
tampak nyaman dan tenang
saat bernapas.
Hasil TTV
S : 36,2oC
N : 100 x/menit
R : 35 x/menit

2 Mengobservasi tingkat DS :
kecemasan anak Ibu mengatakan anaknya
mampu tidur dengan
nyenyak dan ceria
DO :
Anak tampak ceria dan
tidak cemas serta gelisah

44
P. EVALUASI

Tanggal No. Nama/


No. Evaluasi
dan jam Dx TTD
1 7 Maret 1 S : Ibu mengatakan anak tidak sesak, pilek
2019 dan batuk
O : Tidak terdengar suara napas tambahan,
13.30
tidak terdapat pernafasan cuping hidung
dan tarikan dinding dada ke dalam. Anak
tampak nyaman dan tenang saat bernapas
Hasil TTV :
S : 36,2oC
N : 100 x/menit
R : 35 x/menit
A : Tujuan tercapai, masalah keperawatan
bersihan jalan napastidak efektif teratasi.
P : Pertahankan kondisi anak
2 7 Maret 2 S : Ibu mengatakan anaknya mampu tidur,
2019 nafsu makan bertambah dan ceria
13.30 O : Anak tampak ceria, tidak cemas serta
tidak gelisah. Anak juga tampak aktif saat
beraktivitas
A : Tujuan tercapai, masalah keperawatan
ansietas teratasi.
P : Pertahankan kondisi anak

45

Anda mungkin juga menyukai