Lantas, mengapa penyakit ini disebut sebagai hepatitis akut yang tidak
diketahui etiologinya/hepatitis akut misterius? Menurut Prof. dr. Zubairi Djoerban,
Sp.PD-KHOM selaku Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
memaparkan di akun instagram pribadinya bahwa penyebab hepatitis ini bukan dari
virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E yang dikenal, mengancam nyawa bahkan
beberapa kasus dilakukan cangkok hati, serta anak-anak yang notabenenya
mempunyai imunitas yang bagus. Diduga penyakit ini disebabkan oleh Adenovirus
41 yang sebelumnya tidak pernah merusak liver kecuali mempunyai imunitas yang
buruk. Selain dugaan penyebabnya dari Adenovirus 41, ada juga sebagian yang
menemukan penyebabnya adalah SARS-CoV2, bahkan sebagian lagi sebagai
kombinasi dua virus tersebut serta masih mungkin dipicu oleh penyebab lain.
Akan tetapi, sampai saat ini Adenovirus masih dijadikan sebagai tersangka
utama terjadinya kasus hepatitis akut misterius ini. Seperti yang dituliskan oleh
WHO per tanggal 23 April 2022 yang menjelaskan bahwa Adenovirus telah
terdeteksi dalam setidaknya 74 kasus dan dari jumlah kasus dengan informasi
pengujian molekuler, 18 telah diidentifikasi sebagai tipe F41. SARS-CoV-2
diidentifikasi dalam 20 kasus yang diuji. Selanjutnya, 19 terdeteksi dengan
koinfeksi SARS-CoV-2 dan Adenovirus. Pada dasarnya, Kementerian Kesehatan
pun sampai saat ini masih melakukan investigasi melalui pemeriksaan panel virus
lengkap dan penyelidikan epidemiologi untuk mengetahui lebih lanjut penyebab
dari penyakit ini. Virus ini utamanya menyerang saluran cerna dan saluran
pernapasan. Cara menularnya diduga dari droplet, air yang tercemar dan transmisi
kontak.
a. Anamnesis
Dalam menggali informasi, kita dapat menanyakan keluhan dan
gejala-gejala yang dialami penderita hepatitis akut misterius ini seperti
dibawah ini.
1. Gejala awal
➢ Mual
➢ Muntah
➢ Diare berat
➢ Demam ringan
➢ Urin berwarna pekat
➢ Kelelahan ekstrem
➢ Nyeri abdomen
2. Gejala lanjut
b. Pemeriksaan fisik
Pada saat pemeriksaan fisik dilakukan, kita dapat menemukan
tanda-tanda dari penderita hepatitis akut yang mungkin terjadi, seperti:
1. Kulit dan mata berwarna kuning (jaundice)
2. Suhu tubuh meningkat (demam)
3. Adanya nyeri abdomen
4. Kejang
5. Kesadaran menurun
c. Pemeriksaan penunjang
Peneliti Kelompok Riset Hepatitis, Pusat Riset Biologi Molekuler
Eijkman, Korri El Khobar menjelaskan bahwa dalam penegakan
diagnosis, deteksi virus penyebab hepatitis dapat dilakukan secara
serologi dan molekuler.
1. Deteksi secara serologi
2. Deteksi molekuler
Terkait dengan tata laksana dan terapi dari hepatitis akut misterius ini. Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan rekomendasi terkait alur
penatalaksanaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini. Namun,
sesuai dengan perhatian yang telah tertulis, rekomendasi tersebut bersifat dinamis
dan dapat terus berubah sesuai dengan perkembangan bukti-bukti ilmiah terbaru.
Adapun alur penatalaksanaannya sebagai berikut.
1. Perawatan Umum
➢ Rawat ruang isolasi untuk mencegah penularan ke orang lain.
➢ Tirah baring terutama pada fase akut.
➢ Monitoring perjalanan klinis (terutama kesadaran) dan laboratorium
(terutama PT/INR dan albumin).
➢ Pengenalan gejala dan tanda hepatitis fulminan.
2. PT/INR dipantau secara berkala. Bila ada kecenderungan peningkatan
nilai PT/INR, pasien perlu mendapatkan perawatan di ruang rawat
intensif, karena dikhawatirkan akan berlanjut menjadi hepatitis
fulminan.
3. Pasien mengalami hepatitis fulminan bila didapatkan tanda koagulopati
dengan INR > 2 yang tidak dapat dikoreksi dengan vitamin K (gangguan
fase akut fungsi hepatoselular), atau terdapat penurunan kesadaran
(ensefalopati) yang disertai koagulopati dengan INR > 1,5.
4. Kortikosteroid hanya diberikan pada kecurigaan hepatitis autoimun.
5. Jika dicurigai terkait MISC maka tata laksana mengikuti panduan IDAI
sebelumnya.
d. Tata Laksana Gagal Hati Akut (Hepatitis Fulminan)
1. Perawatan umum
➢ Pasien dirawat di ruang rawat intensif untuk pemantauan secara
ketat terus-menerus.
➢ Pasien dirawat di dalam ruangan yang tenang dengan seminimal
mungkin stimulasi untuk mengurangi peningkatan tekanan
intrakranial mendadak.
➢ Kebutuhan total cairan direstriksi menjadi 85-90% rumatan, untuk
mengurangi risiko edema serebri. Keadaan hipovolemia/dehidrasi
harus segera dikoreksi.
➢ Kebutuhan kalori dapat dipenuhi dengan pemberian nutrisi melalui
NGT.
➢ Pemantauan pasien, mencakup:
- Saturasi oksigen.
- Urine output tiap 6 jam.
- Tanda vital tiap 6 jam, termasuk tekanan darah, observasi
neurologis, pemeriksaan gula darah.
- Elektrolit dan PT/INR tiap 12 jam.
- Pemeriksaan darah perifer lengkap tiap hari.
- Kultur darah dan urin saat awal perawatan dan diulang sesuai
perkembangan klinis.
➢ Obat:
- Hipoglikemia diatasi dengan pemberian dekstrosa intravena.
- Antibiotik sistemik dan antijamur oral profilaksis untuk
menurunkan risiko infeksi bakteri dan infeksi jamur.
- Pada neonatus dapat diberikan asiklovir intravena sampai infeksi
HSV dapat disingkirkan.
- N-asetilsistein (NAC) intravena dapat diberikan melalui infus
kontinyu 100 mg/kg/24 jam sampai INR nnormal.
- Sedasi tidak diberikan pada gagal hati akut kecuali pasien
memerlukan ventilasi mekanik.
2. Manajemen Komplikasi
➢ Ensefalopati Hepatik
- Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial (hipertensi
disertai bradikaradia dan/atau pola napas sentral, edema papil),
dapat diberikan:
a) Manitol 20% 0,5 gram/kg intravena sdalam waktu 30 menit.
Dosis ini dapat diulang etiap 8 jam bila osmolalitas serum
kurang dari 320 mOsm/L, hemodinamik stabil, dan tidak
terdapat gangguan elektrolit ATAU
b) Salin hipertonik (NaCl 3%) 3 mL/kg intravena dalam waktu
1 jam; pantau kadar natrium setiap 24 jam. Ini adalah dosis
untuk indikasi penurunan tekanan intrakranial dan bukan
untuk koreksi hiponatremia. Apabila terdapat imbalans
elektrolit, maka imbalans elektrolit perlu dikoreksi terlebih
dahulu sebelum pemberian manitol atau salin hipertonik.
- Bila terjadi kejang dapat diberikan tata laksana sesuai dengan
Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus IDAI (2016).
- Pada pasien dengan koma hepatikum dapat diperlukan
pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) untuk menentukan
prognosis.
➢ Hemodinamik Tidak Stabil
Tata laksana dan pemantauan gangguan hemodinamik sesuai klinis.
➢ Gagal Ginjal
Bila terjadi gangguan ginjal akut (AKI) perlu dikonsulkan ke
nefrologi anak.
➢ Koagulopati
- Koagulopati digunakan untuk menilai prognosis dan
pemantauan progresivitas penyakit.
- FFP tidak diberikan untuk memperbaiki koagulopati, kecuali
pada pasien yang disiapkan untuk transplantasi, akan menjalani
prosedur invasif atau terdapat perdarahan.
- Trombosit dipertahankan di atas 50.000/µL.
- Ranitidin atau proton pump inhibitor (PPI) dapat diberikan untuk
mencegah perdarahan lambung.
- Apabila terdapat gejala neurologis (penurunan kesadaran,
kejang, dan/atau defisit neurologis fokal) pada pasien dengan
koagulopati, perlu dipikirkan perdarahan intrakranial (pada
keadaan hipokoagulabilitas) atau iskemik (pada keadaan
hiperkoagulabilitas) sehingga perlu dilakukan CT scan kepala
tanpa kontras.
Bagian 5: Menjadi Tahu!
Referensi
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Kenali Hepatitis Akut Unknown
Aetiology. Diakses pada Mei 24, 2022, dari https://www.brin.go.id/kenali-
hepatitis-akut-unknown-aetiology/
Cevik, M., Rasmussen, A. L., Bogoch, I. I., & Kindrachuk, J. (2022). Acute
hepatitis of unknown origin in children. BMJ (Clinical Research Ed.),
377(April-May), o1197. https://doi.org/10.1136/bmj.o1197
European Centre for Disease Prevention and Control. Increase in Severe Acute
Hepatitis Cases of Unknown Aetiology in Children. Diakses Mei 25, 2022,
dari https://www.ecdc.europa.eu/en/increase-severe-acute-hepatitis-cases-
unknown-aetiology-children
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
Hepatitis Akut Pada Anak yang Belum Diketahui Sebabnya. Diakses Mei
26, 2022, dari https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-
idai/rekomendasi-ikatan-dokter-anak-indonesia-hepatitis-akut-pada-anak-
yang-belum-diketahui-sebabnya
Kemenkes RI. 6 Dugaan Penyebab Hepatitis Akut. Diakses Mei 25, 2022, dari
https://www.kemkes.go.id/article/view/22052500003/6-dugaan-penyebab-
hepatitis-akut.html