Anda di halaman 1dari 8

INFEKSI VIRUS

1. Definisi
2. Etiologi
3. Epidemilogi
4. Mode penularan/transmisi
5. Risk factor
6. Pathogenesis
7. Manifestasi klinis
8. Management/penatalaksanaan
9. Symptoms/gejala
Gejala infeksi virus sangat bervariasi, tergantung kepada organ yang terkena, antara
lain:
- Demam
- Batuk
- Pilek
- Bersin-bersin
- Sakit kepala
- Nyeri otot dan sendi
- Diare
- Kram perut
- Mual dan muntah
- Nafsu makan menurun
- Berat badan turun tanpa sebab
- Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning
- Urine berwarna gelap
- Ruam
- Benjolan di atas kulit
- Perdarahan
10. Prevention
Beberapa infeksi virus dapat dicegah dengan mendapatkan vaksin yang berfungsi
merangsang sistem kekebalan tubuh seseorang. Vaksin diberikan melalui suntikan
pada usia tertentu, sebelum seseorang terinfeksi virus. Selain pemberian vaksin,
dokter juga dapat memberikan immunoglobulin, bagian dari plasma darah yang
mengandung antibodi untuk melawan penyakit. Terapi ini berguna bagi pasien yang
mengalami gangguan kekebalan tubuh. Sejumlah infeksi virus yang dapat dicegah
dengan pemberian immunoglobulin, antara lain adalah HIV, hepatitis A, hepatitis B,
hepatitis C, influenza, rabies, dan infeksi Varicella zoster.

Langkah lain untuk mencegah infeksi virus, di antaranya adalah:


o Selalu mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum atau setelah beraktivitas
o Mengonsumsi makanan yang sudah dimasak hingga matang
o Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi dan benda yang
terkontaminasi virus
o Menghindari gigitan serangga, seperti nyamuk
o Menutup mulut dan hidung dengan tangan atau tisu bila batuk atau bersin
o Melakukan hubungan seks yang aman, misalnya dengan mengenakan kondom
dan setia terhadap satu pasangan.

11. Treatment
- Antiemetik, untuk mengatasi mual dan muntah
- Dekongestan, untuk mengobati pilek atau hidung tersumbat
- Loperamide, untuk menangani diare
- Paracetamol dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), untuk menurunkan
demam dan mengurangi nyeri.

12. Diagnosis
 Hitung darah lengkap. Hitung darah lengkap dilakukan untuk mengetahui
jumlah sel darah putih. Hal ini karena jumlah sel darah putih dapat
meningkat atau menurun akibat infeksi virus.
 Tes C-reactive protein (CRP). Tes CRP bertujuan untuk mengukur kadar
protein C reaktif yang diproduksi di hati. Pada umumnya, level CRP pada
seseorang yang terinfeksi virus akan meningkat, namun tidak lebih dari 50
mg/L.
 Enzyme-liked immunosorbent assay (ELISA). Tes ini bertujuan untuk
mendeteksi antibodi dalam darah yang terkait dengan infeksi virus. Tes ELISA
digunakan untuk mendeteksi antibodi yang terkait virus varicella zoster, virus
HIV, serta virus hepatitis B dan C.
 Polymerase chain reaction (PCR). Tes PCR bertujuan memisahkan dan
menggandakan DNA virus, sehingga tipe virus yang menginfeksi dapat
diketahui lebih cepat dan lebih tepat. Tes PCR dapat digunakan untuk
mendeteksi infeksi akibat virus herpes simplex dan varicella zoster.
 Pemindaian dengan mikroskop elektron. Mikroskop elektron digunakan
untuk memindai sampel darah atau jaringan tubuh pasien. Dengan
menggunakan mikroskop elektron, gambar yang dihasilkan akan lebih jelas
dari mikroskop biasa.
Infeksi virus kadang sulit dibedakan dengan infeksi bakteri. Bila kondisi
tersebut terjadi, dokter dapat menjalankan kultur, yaitu pengambilan sampel
darah atau urine pasien, guna diperiksa di laboratorium. Pada beberapa
kasus, dokter juga dapat menjalankan biopsi, yaitu pengambilan sampel
jaringan tubuh yang terinfeksi untuk diteliti di bawah mikroskop.

13. How to immune respond to viruses


HEPATITIS
1. Definisi
- Hepatitis dapat didefinisikan sebagai suatu proses nekroinflamatorik yang
mengenai sel-sel hati
2. Etiologi
o Hepatitis A.Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A
biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi feses
dari penderita yang mengandung virus hepatitis A.
o Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis
Bdapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi. Cairan tubuh yang dapat
menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani.
Karena itu, memakai jarum suntik bergantian dan berhubungan seksual tanpa
kondom dengan penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular
penyakit ini.
o Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C
dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama melalui berbagi jarum suntik
dan hubungan seksual tanpa kondom.
o Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D
merupakan penyakit yang jarang terjadi namun bersifat serius. Virus ini tidak
bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya hepatitis B.
Hepatitis Dditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
o Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E
mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang baik akibat
kontaminasi virus ini pada sumber air.

- Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan pada
hati oleh senyawa kimia terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan
merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati
atau sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga
dapat menyebabkan hepatitis. Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena
kondisi autoimun pada tubuh. Pada hepatitis yang disebabkan oleh autoimun,
sistem imun tubuh justru menyerang dan merusak sel dan jaringan tubuh
sendiri. Dalam hal ini adalah sel-sel hati sehingga menyebabkan peradangan.
Peradangan yang terjadi dapat bervariasi mulai dari yang ringan hingga berat.
Hepatitis autoimun lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.
3. Epidemilogi
4. Mode penularan/transmisi
5. Risk factor
Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah terkena
hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis yang dapat
menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan hepatitis E lebih
berisiko pada pekerja pengolahan air atau pengolahan limbah. Sementara hepatitis
non infeksi lebih berisiko pada seseorang yang kecanduan alkohol.
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C, dan D
lebih berisiko pada petugas medis, pengguna NAPZA dengan jarum suntik, berganti-
ganti pasangan seksual, orang yang sering menerima transfusi darah.Namun saat ini
sudah jarang orang yang tertular hepatitis melalui transfusi darah, karena setiap
darah yang didonorkan terlebih dulu melewati pemeriksaan untuk penyakit-penyakit
yang dapat ditularkan melalui darah.
6. Pathogenesis
7. Manifestasi klinis
8. Management/penatalaksanaan
9. Symptoms/gejala
Sebelum menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu virus ini akan
melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda.
HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV sekitar 45-160 hari, dan
HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis antara lain
adalahmengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas,
feses berwarna pucat, mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice), nyeri
perut, berat badan turun, urin menjadi gelap seperti teh, kehilangan nafsu makan.
Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik seperti
hepatitis B dan C mungkin Anda tidak mengalami gejala tersebut pada awalnya,
sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek terhadap fungsi hati, sehingga
diagnosisnya menjadi terlambat.
10. Prevention
Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan
sehat. Misalnya denganmenjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi
virus hepatitis,mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan
tiram, sayuran, serta buah-buahan, tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau
jarum suntik dengan orang lain, tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung
tangan pelindung, melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan
menggunakan kondom, atau tidak berganti-ganti pasangan, dan kurangi konsumsi
alkohol.
Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa dicegah
secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E hingga saat ini
masih dalam tahap pengembangan. Namun di beberapa negara vaksin hepatitis C
sudah tersedia dan bisa digunakan.
11. Treatment
12. Diagnosis
Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat timbulnya
gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu dilakukan pemeriksaan fisik
untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul pada pasien seperti
dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati sebagai tanda hepatitis dan
memeriksa kulit serta mata untuk melihat perubahan warna menjadi kuning.
13. How to immune respond to viruses
HEPATITIS B
1. definition
- Hepatitis B adalah peradangan hepar disebabkan virus hepatitis B. Hepatitis akut
apabila inflamasi hepar akibat infeksi virus hepatitis setelah masa inkubasi virus 30-
180 hari atau 8 – 12 minggu; disebut hepatitis kronik apabila telah lebih dari 6 bulan.
2. etiology
- Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). HBV
merupakan famili Hepanadviridae yang dapat menginfeksi manusia.28 Virus ini
mengandung DNA yang mempunyai empat open reading frame: core (C), surface (S),
polymerase (P), dan X. Gen C mengkode protein nukleokapsid yang penting dalam
membungkus virus dan HBeAg. Gen S mengkode protein envelope. Gen X penting
dalam proses karsiogenesis. Genotip virus hepatitis B: genotip A, B, C, D, E, F, G, H.
- Virus hepatitis B adalah virus DNA berselubung ganda berukuran 42 nm memiliki
lapisan permukaan dan bagian inti dengan masa inkubasi sekitar 60 sampai 90 hari.
Terdapat 3 jenis partikel virus yaitu : (1) Sferis dengan diameter 17 – 25 nm dan
terdiri dari komponen selubung saja dan jumlahnya lebih banyak dari partikel lain.
(2) Tubular atau filamen, dengan diameter 22 – 220 nm dan terdiri dari komponen
selubung. (3) Partikel virion lengkap atau partikel Dane terdiri dari genom HBV dan
berselubung, diameter 42 nm.
3. epidemiologic
- Virus Hepatitis B tersebar di seluruh dunia. Terdapat lebih dari 250 juta karier, 25%
karier mengalami hepatitis aktif kronis. Di seluruh dunia, 1 juta kematian per tahun
akibat penyakit hati karena HBV dan karsinoma hepatoseluler. Wilayah dengan
kepadatan penduduk tinggi dan sedang berkembang seperti Asia Tenggara, Cina,
Sub-Sahara Afrika, dan Amazon basin (bagian dari Amerika Selatan) merupakan
endemis tinggi hepatitis B. Dari populasi daerah tersebut didapatkan 70-95% telah
atau sedang terinfeksi HBV dan 8% carrier kronis HBV. Wilayah endemis sedang
meliputi Eropa Timur dan Selatan, Timur Tengah, Jepang, dan sebagian Amerika
Selatan, 10-60% populasi terinfeksi dan 2-7% carrier kronis.Amerika Utara, Eropa
Utara dan Barat, Australia termasuk low endemis, 5-7% populasi terinfeksi dan
hanya 0.5-2% carrier kronis.
- Manifestasi infeksi Hepatitis B adalah peradangan kronik pada hati. Virus hepatitis B
termasuk yang paling sering ditemui. Distribusinya tersebar diseluruh dunia, dengan
prevalensi karier di USA <1%, sedangkan di Asia 5 –15%. Masa inkubasi berkisar 15–
180 hari, (rata-rata 60–90 hari). Viremia berlangsung selama beberapa minggu
sampai bulan setelah i nfeksi akut.
4. mode of transmission
- Hepatitis B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui darah (penerima produk
darah, pasien hemodialisa, pekerja kesehatan atau terpapar darah). Virus hepatiitis
B ditemukan di cairan tubuh yang memiliki konsentrasi virus hepatitis B yang tinggi
seperti semen, sekret servikovaginal, saliva, dan cairan tubuh lainnya sehingga cara
transmisi hepatitis B yaitu transmisi seksual. Cara transmisi lainnya melalui penetrasi
jaringan (perkutan) atau permukosa yaitu alat-alat yang tercemar virus hepatitis B
seperti sisir, pisau cukur, alat makan, sikat gigi, tato, akupuntur, tindik, alat
kedokteran, dan lain-lain. Cara transmisi lainnya yaitu transmisi maternal-neonatal,
maternal-infant, akan tetapi tidak ada bukti penyebaran fekal-oral.
-
5. risk factors
- Faktor-faktor yang mepengaruhi hep B: - Mutasi gen - Usia - Status gizi - Merokok -
Penyakit kronis
- Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual.
6. pathogenesis
- Virus hepatitis B memiliki masa inkubasi yang lama mencapai enam bulan hingga
menimbulkan gejala akut.39 Virus mulai bereplikasi di hepar tiga hari setelah
paparan, lamanya timbul gejala dan tanda tergantung pada jumlah dan penyebaran
pathogen serta imunitas dari orang tersebut. Infeksi terjadi dalam waktu cukup lama
tanpa adanya gejala dan kerusakan hepar yang nyata. Pada saat ini genom dari HBV
sudah terintegrasi dengan kromatin dari sel hepatosit. HBsAg akan menumpuk di
dalam intraseluler dan membentuk gambaran khas ground glass yang akan
menginduksi imunitas seluler untuk mengeliminasi sel hepatosit terinfeksi sehingga
menyebabkan munculnya gejala dan tanda pada infeksi HBV.
7. clinical manifestations
- Gejala klinis hepatitis B akut seperti mual, muntah, nyeri kepala, dan malaise diikuti
jaundice muncul setelah 1–2 minggu. Saat timbul ikterus, umumnya gejala klinis
membaik. Pada hepatitis B akut, 90% mengalami resolusi dan 10% menjadi hepatitis
B kronik.9 Hepatitis B kronik umumnya asimptomatik, gejala klinis yang mungkin
timbul adalah anoreksia menetap, penurunan berat badan, fatigue,
hepatosplenomegali, artritis, vaskulitis, glomerulonefritis, miokarditis, myelitis
transversa, dan neuropatiperifer.9
8. management (penatalaksanaan)
- sumber 1:
 Evaluasi untuk terapi
Evaluasi awal pasien dengan infeksi VHB meliputi anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dengan penekanan khusus pada faktor-faktor risiko
terjadinya infeksi gabungan, penggunaan alcohol, riwayat keluar ga dengan
infeksi VHB, dan kanker hati. Pemeriksaan laboratorium harus mencakup
pemeriksaan fungsi hati ,pemeriksaan darah lengkap. Tes replikasi VHB
seperti HBsAg HBeAg/anti-HBe dan HBV DNA.
 Pemantauan
Apabila seseorang mengalami infeksi HBV, tidak selalu perlu diterapi akan
tetapi cukup dilakukan saja pemantauan untuk menilai apakah perlu
dilakukan intervensi dengan antiviral sewaktu.
- The American Congress of Obstetrics and Gynecology (ACOG) merekomendasikan
skrining VHB pada wanita hamil.11 Nilai HBsAg dan antibodi harus diperiksa pada
pemeriksaan prenatal. Apabila HBsAg dan anti-HBsAg negatif, vaksin VHB dapat
diberikan pada pasien risiko tinggi. Jika hasil pemeriksaan HBsAg positif, maka harus
dilakukan pemeriksaan VHB DNA kuantitatif pada minggu ke-28. ACOG
merekomendasikan untuk merujuk pasien jika titer virus >20.000 IU/mL, ALT > 19
IU/mL, atau HbeAg positif. Apabila DNA VHB lebih dari 1 juta kopi (200.000 IU/mL),
terapi antiviral direkomendasikan pada usia kehamilan 28 – 32 minggu. Apabila titer
virus <200.000 IU/mL, terapi antiviral dapat diberikan jika memiliki gejala hepatitis B
virus aktif dan sirosis
9. symptoms
- Gejala hepatitis B adalah lemah, lesu, sakit otot, mual dan muntah, kadang-kadang
timbul gejala flu, faringitis, batuk, fotofobia, kurang nafsu makan, mata dan kulit
kuning yang didahului dengan urin berwarna gelap. Gatal-gatal di kulit, biasanya
ringan dan sementara. Jarang ditemukan demam.
- Bervariasi dari tanpa gejala sampai gejala yang berat seperti muntah darah dan
koma. Pada hepatitis akut gejala amat ringan dan apabila ada gejala, maka gejala itu
seperti gejala influenza. Gejala itu berupa demam ringan, mual, lemas, hilang nafsu
makan, mata jadi kuning, kencing berwarna gelap, diare dan nyeri otot. Pada
sebagian kecil gejala dapat menjadi berat dan terjadi fulminan hepatitis yang
mengakibatkan kematian. Apabila seorang terinfeksi hepatitis B pada usia yang lebih
lanjut biasanya gejala peradangannya singkat dan gejala penyakit tidak berat. Pada
fase nonreplikatif masih dapat ditemukan replikasi virus hepatitis B akan tetapi
sangat sedikit sekali karena ditekan oleh respons imun penderita. Sebagian pasien
dengan antigen negative dapat menjadi aktif kembali akan tetapi dengan e antigen
tetap negatif.
10. prevention
- Untuk mencegah penularan hepatitis B adalah dengan imunisasi hepatitis B
terhadap bayi yang baru lahir, menghindari hubungan badan dengan orang yang
terinfeksi, hindari penyalahgunaan obat dan pemakaian bersama jarum suntik.
Menghindari pemakaian bersama sikat gigi atau alat cukur, dan memastikan alat suci
hama bila ingin bertato melubangi telinga atau tusuk jarum.
- Pencegahan umum hepatitis B berupa uji tapis donor darah dengan uji diagnosis
yang sensitif, sterilisasi instrumen secara adekuat-akurat. Alat dialisis digunakan
secara individual, dan untuk pasien dengan HVB disediakan mesin tersendiri. Jarum
disposable dibuang ke tempat khusus yang tidak tembus jarum. Pencegahan untuk
tenaga medis yaitu senantiasa menggunakan sarung tangan. Dilakukan penyuluhan
agar para penyalah guna obat tidak memakai jarum secara bergantian, perilaku
seksual yang aman. Mencegah kontak mikrolesi, menghindari pemakaian alat yang
dapat menularkan HVB (sikat gigi, sisir), dan berhati-hati dalam menangani luka
terbuka. Melakukan skrining ibu hamil pada awal dan pada trimester ketiga
kehamilan, terutama ibu yang berisiko tinggi terinfeksi HVB. Ibu hamil dengan HVB
(+) ditangani terpadu. Segera setelah lahir, bayi diimunisasi aktif dan pasif terhada
HVB. Melakukan skrining pada populasi risiko tinggi tertular HVB (lahir di daerah
hiperendemis, homoseksual, heteroseksual, pasangan seks berganti-ganti, tenaga
medis, pasien dialisis, keluarga dari pasien HVB kronis, dan yang berkontak seksual
dengan pasien HVB).
11. treatment
- Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta immunoglobulin yang
mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang
lalu.
12. Diagnosis
- Diagnosis hepatitis B ditegakkan dengan pemeriksaan biokimia dan serologic dan
apabila diperlukan dengan pemeriksaan histopatologik. Pada hepatitis B akut akan
ditemukan peningkatan ALT yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan AST
dengan kadar ALT nya 20-50 kali normal. Ditemukan pula IgM anti HBc di dalam
darah selain HBsAg, HBeAg dan HBV DNA. Pada hepatitis kronik peninggian ALT
adalah sekitar 10-20 Batas Atas Nilai Normal (BANN) dengan ratio de Ritis (ALT/AST)
sekitar 1 atau lebih. Disamping itu IgM anti-HBc juga negative. Diagnosis hepatitis B
kronik dipastikan dengan pemeriksaan patologi anatomik, disamping mungkin pula
dengan pemeriksaan fibrotest. Pencitraan dengan USG atau CT scan dapat
membantu bila proses sudah lanjut.

13. How to immune respond to viruses

Anda mungkin juga menyukai