Anda di halaman 1dari 17

Definisi

Penyakit yang menular


melalui darah
Proses penularan
Ciri-ciri/Gejala
Pencegahan resiko
penularan
Pengobatan
IMLTD (Infeksi Menular Lewat Trasnfusi Darah)
adalah resiko infeksi penyakit melalui transfusi
darah adalah agen infeksi yang berpotensi
menimbulkan penyakit melalui perantara
transfusi darah yang biasanya memiliki karakter
fase asimptomatik dan mampu bertahan hidup
dalam darah dan menular melalui jalur
intravena. (permenkes 91, 2015)
Virus HIV ini memang Pada pendonor yang
benar dapat ditularkan menderita penyakit
salah satunya dengan hepatitis B atau menjadi
cara menerima karier hepatitits B, maka
transfusi darah dari darah yang
penderita HIV selain mengandung virus
melalui hubungan hepatitis B tersebut
intim atau dengan dapat ditularkan kepada
penggunaan jarum resipien melalui
suntik bersama. transfusi darah.
Hepatitis C terjadi Meskipun penularan
ketika organ hati utamanya terjadi melalui
mengalami peradangan kontak seksual antar
akibat infeksi virus. orang, sifilis dapat
Hepatitis C dapat ditularkan melalui
menular melalui darah, transfusi darah dan
sehingga jika ingin komponen darah yang
mendonorkan darah, disumbangkan oleh
kamu harus memastikan donor tanpa gejala yang
tidak sedang mengidap mengandung penyakit
penyakit ini. tersebut.
HIV: Hubungan Seks Tanpa Alat Pengaman (Kondom), Berbagi Alat Suntik
dengan Orang yang positif Mengidap HIV, Melalui Transfusi darah
Hepatitis B: ditularkan melalui kontak dengan cairan tubuh pasien, seperti
darah dan produk darah, air liur, cairan vagina, cairan sperma, dan cairan
tubuh lainnya.
Hepatitis C: menular akibat adanya kontak darah dengan penderita yang
tidak disaring dan suntikan yang tidak steril.
Sifilis: Melalui Hubungan Seksual, Melalui Transplasenta, Melalui Transfusi
Darah atau Donor Organ
HIV
Memiliki tiga tahapan yaitu:
1. Tahap Pertama
Gejala awal HIV mirip dengan penyakit flu, seperti sakit
tenggorokan, demam, muncul ruam pada tubuh,
pembengkakan noda limfa, penurunan berat badan, diare,
mudah lelah, tulang yang terasa nyeri, dan nyeri otot.
2. Tahap kedua
Periode ini disebut juga dengan masa inkubasi saat virus
yang berada di dalam tubuh terus menyebar dan merusak
sistem kekebalan tubuh.
3. Tahap ketiga
penurunan berat badan yang cepat, kelelahan ekstrem
tanpa sebab, pneumonia, dan diare yang terjadi lebih dari
seminggu.
Hepatitis B:
• menguningnya kulit dan mata ( penyakit kuning )
• urin berwarna gelap
• kelelahan yang ekstrim
• mual dan muntah
• nyeri otot dan sendi
• sakit perut
• kehilangan selera makan
• ruam
• nyeri di perut sebelah kanan
• demam
Hepatitis C:
Setelah infeksi awal, sekitar 80% orang tidak
menunjukkan gejala apa pun kecuali ada kerusakan hati,
Orang-orang yang memiliki gejala akut mungkin
menunjukkan demam, kelelahan, penyakit mirip flu yang
singkat, penurunan nafsu makan, mual, muntah, sakit
perut, urin berwarna gelap, tinja berwarna abu-abu, nyeri
sendi dan penyakit kuning (kulit dan bagian putih
menguning). mata). Sekitar satu dari empat orang mampu
mengatasi virus dan menghilangkannya, namun mereka
masih memiliki antibodi yang terdeteksi dalam darahnya.
Sifilis:
Pada orang dewasa, pada fase akut, sifilis menyebabkan
luka, biasanya pada alat kelamin, dalam tiga bulan
pertama setelah terinfeksi. Luka ini adalah bisul kecil
yang kemudian sembuh, sering kali membuat orang
tersebut percaya bahwa masalahnya telah hilang. Segera
setelah bisul hilang, orang tersebut mungkin merasakan
pembesaran kelenjar dan ruam kulit, sering kali pada
telapak tangan, telapak kaki dan badan, dan mungkin
sakit tenggorokan. Gejala-gejala ini juga hilang. Jika tidak
diobati, infeksi dapat berlanjut ke fase kronis dan
menyebabkan masalah kesehatan parah yang melibatkan
jantung dan otak. Sesaat setelah infeksi terjadi, tubuh
memproduksi antibodi sifilis yang dapat dideteksi melalui
tes darah.
HIV:
1. Setia dan menghindari berganti-ganti pasangan.

1 2. Hindari penggunaan segala jenis narkotika, terutama yang


melalui jarum suntik.
3. Melakukan edukasi terkait penularan hingga pengobatan
HIV/AIDS kepada masyarakat

Hepatitis B:
pemberian vaksin, menerapkan pola hidup sehat, menjaga
2 kebersihan diri, serta menghindari perilaku seks yang tidak
sehat.
Hepatitis C:
• Tes darah yang akan di donasi (screening)
3 • Menyediakan alat-alat suntikan yang steril dan pendidikan
bagi pemakai suntikan narkoba ( mengurangi resiko).
• Praktek medis umum dan traditional yang steril.

Sifilis:
• Menghindari alkohol dan obat-obat terlarang.

4 • Memiliki satu pasangan tetap untuk melakukan hubungan


seksual.
• Berhenti untuk melakukan kontak seksual dalam jangka waktu
lama.
HIV:
pengobatan berupa antiretroviral (ARV)
yang bekerja untuk mencegah virus HIV
menggandakan diri dan menghancurkan sel
CD4. Pengobatan ini dapat digunakan untuk
ibu hamil agar mencegah penularan HIV ke
janin. Namun perlu diingat bahwa
pengobatan ini harus dilakukan rutin dan
diminum sesuai jadwal.
Hepatitis B:
Mereka yang sudah mengalami kerusakan hati
harus mendapatkan pengawasan medis yang
ketat dan mungkin memerlukan obat antivirus,
pemantauan rutin, dan pemeriksaan kanker hati.
Antivirus membantu mengurangi risiko terkena
penyakit hati dalam jangka panjang. Jika Anda
menderita hepatitis B, sebaiknya minum banyak
cairan, makan makanan sehat seimbang, istirahat
yang cukup, dan hindari alkohol.
Hepatitis C:
Hepatitis C akut biasanya bisa sembuh
tanpa penanganan khusus. Sementara
pengidap hepatitis C kronis membutuhkan
langkah penanganan melalui obat-obatan
antivirus. Jika hepatitis C menyebabkan
gagal hati atau kanker hati, transplantasi
hati mungkin perlu dilakukan.
Sifilis:
Bagi primer dan sekunder, pengobatan dapat
dilakukan dengan antibiotik melalui pemberian
suntikan dengan biasanya bisa dilakukan selama
kurang lebih 14 hari.
Untuk sifilis tersier dan pada wanita hamil, waktu
pengobatan akan lebih lama dan menggunakan
antibiotik yang dokter berikan melalui infus.
Pengidapnya akan menjalani tes darah untuk
memastikan agar infeksi telah sembuh dengan
total, setelah menjalani pengobatan antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai