Anda di halaman 1dari 4

Hepatitis A

Jenis ini adalah yang paling ringan dibanding dengan jenis hepatitis yang lain, dan
dapat sembuh dengan sendirinya bahkan tanpa meninggalkan bekas/jejak.

Hepatitis A dapat menyebabkan pembengkakan hati, tetapi jarang menyebabkan


kerusakan permanen. Anda mungkin merasa seperti terkena flu, mual, lemas,
kehilangan nafsu makan, nyeri perut dan ikterik (mata/kulit berwarna kuning, tinja
berwarna pucat dan urin berwarna gelap) atau mungkin tidak merasakan gejala
sama sekali.

Kebersihan yang buruk pada saat menyiapkan dan menyantap makanan


memudahkan penularan virus ini. Karena itu, penyakit ini hanya berjangkit di
masyarakat yang kesadaran kebersihannya rendah. Penyebaran/ penularan
penyakit ini bisa melalui kotoran/tinja penderita; biasanya melalui makanan (fecal -
oral), bukan melalui aktivitas seksual atau melalui darah.

Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:

Kelelahan, Mual, dan muntah

Nyeri perut atau rasa tidak nyaman, terutama di daerah hati (pada sisi kanan bawah
tulang rusuk)

Kehilangan nafsu makan

Demam

Urin berwarna gelap

Nyeri otot

Menguningnya kulit dan mata (jaundice).

Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh "Virus Hepatitis B"
(VHB)/ hepatitis serum, suatu anggota famili Hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus
dapat berlanjut menjadi sirosi hati atau kanker hati. 

Pada meraka yang terinfeksi VHB akut, 90% pada anak-anak dan 70% pada
dewasa tidak menampakkan gejala sama sekali. Hanya sepertiga dari yang
terinfeksi memperlihatkan keluhan, terutama mata kuning. Gejala mirip hepatitis A,
mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan
muntah serta demam.

Gambar penderita hepatitis


B
Secara vertikal cara penularan Hepatitis B dapat melalui darah, khususnya dari ibu
ke bayi. Secara horisontal dapat terjadi akibat penggunaan alat suntik yang
tercemar, tindik telinga, tusuk jarum, transfusi darah, penggunaan pisau cukur dan
sikat gigi secara bersama-sama (Hanya jika penderita memiliki penyakit mulut,
sariawan, gusi berdarah,dll), lendir (berciuman) atau luka yang mengeluarkan darah
serta hubungan seksual dengan penderita.

Hepatitis C

Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati. Penyakit ini


disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C seringkali tidak memberikan
gejala, namun infeksi kronis dapat menyebabkan parut (eskar) pada hati, dan
setelah menahun menyebabkan sirosis (pengerasan hati),stadium akhir penyakit hati
dan kanker hati.

Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga mengalami

gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat membengkak di esofagus dan
lambung, yang dapat mengakibatkan perdarahan hingga kematian

Hepatitis C menular terutama melalui darah. Sebelumnya, transfusi darah


bertanggung jawab atas 80% kasus hepatitis C. Kini hal tersebut tidak lagi terjadi
berkat kontrol yang lebih ketat dalam proses donor dan transfusi darah. Virus
ditularkan terutama melalui penggunaan jarum suntik untuk menyuntikkan obat-
obatan, pembuatan tato dan body piercing yang dilakukan dalam kondisi tidak
higienis.

Gejala hepatitis C sama dengan hepatitis B. Namun, hepatitis C lebih berbahaya


karena virusnya sulit menghilang. Pada sebagian besar pasien (70% lebih), virus
HCV terus bertahan di dalam tubuh sehingga mengganggu fungsi liver.

Peginterferon dan ribavirin merupakan obat-obatan standar untuk HCV. Antara 50-
80% pasien yang diobati sembuh. Pasien dengan sirosis atau kanker hati mungkin
memerlukan transplantasi hati, namun biasanya virus muncul kembali setelah
transplantasi.

 Tidak ada vaksin untuk hepatitis C.

Hepatitis D

Hepatitis D (virus delta), adalah virus cacat yang memerlukan pertolongan virus


hepatitis B untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan hanya pada orang
yang terinfeksi hepatitis B. Virus hepatitis D (HDV) adalah yang paling jarang tapi
paling berbahaya dari semua virus hepatitis.
Pola penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B. Diperkirakan sekitar 15 juta
orang di dunia yang terkena hepatitis B (HBsAg +) juga terinfeksi hepatitis D. Infeksi
hepatitis D dapat terjadi bersamaan (koinfeksi) atau setelah seseorang terkena
hepatitis B kronis (superinfeksi).

Orang yang terkena koinfeksi hepatitis B dan hepatitis D mungkin mengalami


penyakit akut serius dan berisiko tinggi mengalami gagal hati akut. Orang yang
terkena superinfeksi hepatitis D biasanya mengembangkan infeksi hepatitis D kronis
yang berpeluang besar (70% d- 80%) menjadi sirosis.

Tidak ada vaksin hepatitis D, namun dengan mendapatkan vaksinasi hepatitis B


maka otomatis Anda akan terlindungi dari virus ini karena HDV tidak mungkin hidup
tanpa HBV.

Penularan hepatitis D dapat melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi
darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang
ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.

Hepatitis E

Hepatitis E adalah suatu penyakit yang menyerang hati (liver) yang disebabkan


oleh Virus Hepatitis E. Penyebarannya melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi oleh virus ini. Virus ini menurut lebih mudah menyebar pada daerah
yang memiliki sanitasi yang buruk.

Hepatitis E menyebabkan penyakit akut tetapi tidak menyebabkan infeksi


kronis. Secara umum, penderita hepatitis E sembuh tanpa penyakit jangka
panjangkeculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan.

Pada sebagian sangat kecil pasien (1-4%), terutama pada ibu hamil, hepatitis E
menyebabkan gagal hati akut yang berbahaya. Saat ini belum ada vaksin hepatitis E
yang tersedia secara komersial. Anda hanya dapat mencegahnya melalui penerapan
standar kebersihan yang baik.

Hepatitis F

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis
F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.

Hepatitis G

Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau


C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan
melalui transfusi darah jarum suntik.
Tips mencegah hepatitis

1. Menjaga kebersihan makanan, lingkungan hidup.


2. Menggunakan tusuk jarum, termasuk transfusi darah yang steril.
3. Tidak melakukan seks bebas, terlebih seks bebas terhadap seorang pengidap
hepatitis.
4. Tidak menggunakan narkoba, terlebih yang menggunakan jarum suntik dalam
proses penggunaannya.
5. Istirahat yang cukup.
6. Olah raga teratur.
7. Khusus untuk bayi agar diberikan imunisasi lengkap.

Anda mungkin juga menyukai