Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kejadian infeksi hepatitis merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia.


Hepatitis dapat berlangsung singkat (akut) kemudian sembuh total atau malah berkembang
menjadi menahun (kronis). Tingkatan keparahan hepatitis bervariasi, mulai dari kondisi yang
dapat sembuh sendiri (self limited) dengan penyembuhan total, kondisi yang mengancam
jiwa, menjadi penyakit menahun, hingga kondisi organ hati yang tidak berfungsi lagi (yang
disebut kegagalan fungsi hati). Jika kondisi terakhir ini terjadi maka untuk penanganannya
membutuhkan transplantasi hati.

Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis biasanya terjadi karena
virus yang berada dalam cairan tubuh manusia yang sewaktu-waktu bisa ditularkan ke orang
lain. Terdapat lima jenis virus hepatitis yaitu A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi
karena infeksi virus lainnya, seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi
sitomegalovirus. Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan

Perempuan hamil yang terinfeksi hepatitis B (HBV) juga dapat menularkan virusnya pada
bayi pada saat melahirkan. Jumlah virus (viral load) HBV dalam darah jauh lebih tinggi
daripada HIV atau virus hepatitis C, jadi HBV jauh lebih mudah menular dalam keadaan
tertentu. Hepatitis B dapat menyebabkan hepatitis akut bergejala. Tetapi berbeda dengan
hepatitis A, hepatitis B dapat menjadi infeksi kronis

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan pemyuluhan hepatitis yang baik dan benar kepada ibu hamil?

1.3 Tujuan

Selain untuk menyelesaikan tugas praktek belajar lapangan yang diberikan oleh dosen, hal ini
juga menambah wawasan tentang tata cara melakukan penyuluhan hepatitis yang benar
kepada ibu hamil.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Pelaksanaan


2.1.1 Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan pertama-tama melakukan survei dan observasi terkait pengetahuan Ibu
hamil tentang bahaya hepatitis. Adapun persiapan yang dilakukan adalah :

1. Mendatangi puskesmas setempat untuk bekerja sama sekaligus meminta data ibu
hamil di sekitar lokasi penyuluhan.
2. Mengundang para ibu hamil untuk datang ke lokasi penyuluhan pada tanggal yang
telah ditentukan.
3. Mempersiapkan materi penyuluhan.
4. Mempersiapkan alat dan bahan untuk perlengkapan penyuluhan.
5. Meminta izin kepada pemerintah setempat.
2.1.2 Kerangka Kegiatan

Kegiatan dilakukan di Balai Desa Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli pada hari sabtu
pukul 10.00 WIB s.d Pukul 12.00 WIB. Peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan adalah
para Ibu Hamil yang tinggal di sekitaran Kantor Kelurahan Mabar, sekaligus seluruh kader
posyandu yang ada di kelurhan Mabar.

2.2 Materi Penyuluhan


2.2.1 Pengertian Hepatitis

Secara definisi, penyakit hepatitis merupakan suatu penyakit radang pada organ hati manusia
yang dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satu yang terbanyak adalah infeksi virus.
adanya virus yang berkembang biak. Menurut World Health Organization (WHO), terdapat 2
milyar penduduk dunia yang mengidap penyakit hepatitis dan 1,4 juta diantaranya mengalami
kematian. Sehingga, penyakit ini dapat dikategorikan sebagai penyakit menular berbahaya.

Virus yang yang dapat menyebabkan hepatitis terdiri dari virus hepatitis A (HAV), virus
hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV), virus hepatitis D (HDV) dan virus hepatitis E
(HEV). Setiap jenis virus berasal dari famili yang berbeda serta memiliki tingkat
keganasannya masing-masing ketika masuk dan berkembangbiak pada tubuh manusia.

2.2.2 Jenis-jenis hepatitis dan gejalanya

1. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) A

Virus hepatitis A (HAV) adalah penyebab penyakit hepatitis A. Virus dengan genom RNA
ini berukuran 27 nanometer dengan partikel bulat (genus hepatovirus dikenal sebagai
enterovirus 72). Selain itu, virus ini beruntai tunggal dan linier dengan ukuran 7.8 kb, tidak

2
memiliki selubung, memiliki satu serotipe dan empat genotipe. Penyakit ini ditularkan
melalui makanan yang terkontaminasi oleh virus Hepatitis A.

Manifestasi gejala infeksi Hepatitis A biasanya berupa :

 Pusing kepala
 Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)
 Mual dan muntah
 Sakit tenggorokan
 Diare
 Tidak nafsu makan

2. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) B

Virus Hepatitis B (HBV) adalah penyebab penyakit hepatitis B. Virus ini adalah virus DNA
dari keluarga Hepadnaviridae dengan struktur virus berbentuk sirkuler dan terdiri dari 3200
pasang basa (partikel bulat 42 nm) atau partikel Dane dengan lapisan fosfolipid (HbsAg)
(2.5). Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita Hepatitis B, dapat terjadi secara
vertikal, yaitu dari ibu yang menderita Hepatitis B kepada bayi yang dilahirkannya.

Penyakit ini juga dapat terjadi secara horizontal melalui transfusi darah, jarum suntik yang
tercemar, pisau cukur, tatto, atau transplantasi organ. Pajanan virus ini akan menyebabkan
hepatitis akut yang dapat sembuh spontan dan memberikan kekebalan terhadap penyakit ini,
atau dapat berkembang menjadi hepatitis kronik.

Gejala hepatitis B akut diantaranya:

 Kehilangan nafsu makan


 Mual dan muntah.
 Gejala yang menyerupai flu seperti lelah, nyeri pada tubuh, sakit kepala, dan demam
tinggi.
 Nyeri perut.
 Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Sebagian besar pasien dengan hepatitis B kronik tidak menunjukkan gejala. Sebagian dapat
merasakan kelemahan dan tidak nyaman pada perut bagian kanan atas. Hepatitis kronik dapat
berkembang menjadi fibrosis hati atau sirosis hati yang ditandai dengan adanya jaringan luka
yang menyelimuti hati, sehingga fungsi hati tidak dapat berjalan secara optimal dan dapat
terjadi gejala gagal hati seperti ikterus (penyakit kuning), bengkak pada kedua tungkai, cairan
di perut (asites), dan gangguan kesadaran.

3. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) C

Hepatitis C disebabkan oleh virus Hepatitis C (HCV), yang merupakan virus RNA dari
keluarga Flaviviridae. Virus ini memiliki partikel untuk menyelimuti untaian RNA yang

3
panjangnya 9.600 basa nukleotida. Penyakit ini ditularkan melalui paparan darah dan cairan
tubuh yang terkontaminasi virus Hepatitis C. Sama seperti Hepatitis B, penyakit ini dapat
ditularkan secara vertikal maupun horizontal. Berikut merupakan gejala yang dapat
ditimbulkan :

 Tidak nafsu makan.


 Mual dan muntah
 Letih
 Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Hampir 80% pasien yang terinfeksi Hepatitis C akan menetap menjadi hepatitis C kronik.
Perkembangan penyakit hepatitis C kronik berjalan lambat, 10-20% diantaranya akan
menjadi sirosis hati dalam waktu 15 - 20 tahun.

Setelah menjadi sirosis hati, sekitar 1-5% per tahun akan berkembang menjadi kanker hati.
Penyakit hepatitis D disebabkan oleh Virus Hepatitis Delta (HDV). Ditemukan pada tahun
1977, virus ini berukuran 35-37 nm dan memiliki antigen internal yang unik, yaitu antigen
delta. Infeksi virus hepatitis D biasanya ditemukan bersama-sama dengan infeksi virus
hepatitis B, karena virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk dapat berkembang di tubuh
manusia. Oleh karenanya, penularannya sama dengan penularan hepatitis B.

Sebagian besar penderita hepatitis D tidak menunjukkan gejala, namun dapat juga
menimbulkan gejala seperti berikut:

 Nyeri otot dan sendi


 Sakit perut
 Mual dan muntah
 Demam
 Tidak nafsu makan
 Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Selain itu, virus ini mampu mempercepat proses fibrosis hati sehingga mempercepat
terjadinya sirosis hati dan meningkatkan risiko kanker hati.

4. Penyakit Hepatitis (Hepatitides) E

Virus hepatitis E (VEH) menyebabkan penyakit hepatitis E. Sebuah virus RNA berbentuk
sferis dan merupakan anggota dari famili Hepeviridiea dan genus Hepevirus.

4
Gejala infeksi virus hepatitis E sama seperti gejala hepatitis A. Virus ini terdapat pada feses
pasien yang menderita hepatitis E dan ditularkan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi virus tersebut.

Gejala yang ditimbulkan dapat berupa:

 Demam ringan
 Tidak nafsu makan
 Mual, muntah
 Nyeri perut
 Mata dan kulit menjadi kuning (jaundice)

Sebagian kecil pasien yang terinfeksi hepatitis E dapat menjadi hepatitis kronik, terutama
pada pasien dengan kondisi imunitas yang menurun.Pada beberapa kasus, meskipun jarang,
dapat menimbulkan gejala hepatitis akut yang berat hingga gagal hati yang menyebabkan
kematian.

2.2.3 Dampak hepatitis pada ibu hamil dan janin

Hepatitis B pada ibu hamil dapat memicu timbulnya komplikasi kesehatan seperti mengidap
diabetes gestasional, ketuban pecah sebelum waktunya, memiliki faktor risiko lebih tinggi
mengalami perdarahan saat kehamilan, serta mengidap batu empedu.

Hepatitis B saat hamil akan berisiko menularkan ke bayi saat proses persalinan berlangsung.
Maka, Mommil harus mengetahui status hepatitis B dengan pemeriksaan HBsAg pada ibu
hamil guna mencegah penularan virus ke bayi baru lahir selama persalinan. Apabila bayi
terinfeksi, maka lebih dari 90 persen berisiko mengalami penyakit hepatitis B kronis.

Risiko tertularnya hepatitis B pada bayi pun meningkat jika bayi mengalami kondisi tertentu,
seperti:

 Bayi lahir prematur


 Bayi lahir dengan berat rendah (BBLR)
 Terdapat kelainan anatomi dan fungsi tubuh bayi.

2.2.4 Cara mencegah hepatitis pada ibu hamil

Saat hasil testpack menunjukkan positif hamil, ibu wajib memeriksakan kandungan ke
dokter. Biasanya, ibu hamil akan disarankan untuk menjalani serangkaian pemeriksaan darah,
termasuk pemeriksaan virus hepatitis B. Jika ibu hamil dinyatakan negatif virus hepatitis B,

5
maka dokter akan melakukan imunisasi. Terutama pada ibu hamil yang berisiko tinggi
mengidap penyakit ini.

Jika saat melakukan pemeriksaan dinyatakan positif virus hepatitis B, biasanya ibu akan
diberikan vaksin yang memperkuat sistem imunitas tubuh guna mencegah perkembangan
virus dalam tubuh. Vaksin ini aman diberikan pada ibu hamil dan bayi di dalam kandungan.
Namun dalam kasus yang lebih parah, biasanya dokter akan memberikan obat antivirus guna
mencegah perkembangan virus hepatitis B pada janin.

Ini penting dilakukan karena hepatitis B yang dialami ibu hamil dapat memicu timbulnya
komplikasi kesehatan lainnya. Misalnya seperti munculnya diabetes gestasional, ketuban
pecah sebelum waktunya, perdarahan saat kehamilan, serta mengalami batu empedu.

2.2.5 Proses penularan

Hepatitis B menyebar dengan cepat melalui darah dan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti air
mani atau cairan vagina. Hal tersebut dapat terjadi saat seseorang melakukan hubungan seks
yang tidak sehat oleh orang yang terinfeksi, atau dengan memakai jarum suntik bekas pakai
orang yang terinfeksi.

Pada ibu hamil, gejala hepatitis B akan ditandai dengan mual, muntah, selalu merasa lelah,
mengalami penurunan nafsu makan, demam, sakit perut, nyeri otot dan persendian, serta
jaundice atau penyakit kuning.

Namun masalahnya, gejala bisa saja tidak tampak selama berbulan-bulan lamanya setelah
pengidap terinfeksi. Hal tersebut yang membuat hepatitis ditemui dalam kondisi yang sudah
terlanjur parah.

2.2.6 Cara pengobatan

Pengobatan hepatitis pada umumnya bersifat suportif berupa pemberian cairan dan diet yang
adekuat serta pengawasan ketat adanya tanda kegagalan hati akut.

Pengobatan hepatitis akut yang disebabkan oleh infeksi hepatitis A bersifat suportif karena
tidak ada antivirus khusus hepatitis A.

Perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan pada pasien dengan mual muntah hebat yang
beresiko mengalami dehidrasi. Hal ini juga berlaku pada infeksi hepatitis D dan E.

Berbeda dengan hepatitis B dan C, dimana terdapat antivirus spesifik yang dapat diberikan
untuk mencegah virus berkembang biak dan mencegah perjalanan penyakit menjadi lebih
berat

1. Pengobatan Hepatitis B

6
Tidak semua penderita hepatitis B kronik perlu diobati, sehingga keputusan pengobatannya
tergantung pada hasil evaluasi dokter. Penderita perlu menjalani serangkaian pemeriksaan
terlebih dahulu.

Apabila diputuskan untuk diberikan obat-obatan, saat ini ada 2 pilihan obat yang dapat
diberikan kepada penderita Hepatitis b, yaitu golongan nukleosida analog dan golongan
interferon.

- Obat Oral dari Golongan Nukleosida Analog

Obat ini diberikan per oral (diminum) dan dapat diberikan seumur hidup.

Ada beberapa jenis nukleosida analog yang tersedia di Indonesia, diantaranya Lamivudine,
Telbivudine, Entecavir, Adefovir, dan Tenofovir.

- Obat Injeksi (Suntikan) dari Golongan Pegylated-Interferon

Interferon merupakan zat yang memediasi respon peradangan dalam tubuh sebagai
mekanisme pertahanan terhadap virus.

Obat ini memiliki efek antivirus dan meningkatkan sistem imun tubuh. Terdapat 2 jenis peg-
interferon, yaitu pegylated-interferon α-2a (peg-IFN α-2a) dan pegylated-interferon α-2b
(peg-IFN α-2b). Keduanya diberikan melalui suntikan subkutan.

2. Pengobatan Hepatitis C

Pengobatan Hepatitis C diberikan pada Hepatitis C kronik karena seringkali pasien datang ke
pusat layanan kesehatan dalam fase kronik.

Pemberian antivirus pada pasien dengan hepatitis c kronik juga harus atas pertimbangan
dokter setelah melakukan serangkaian pemeriksaan.

Pilihan terapi yang terbaru dan yang menjadi tulang punggung dalam terapi Hepatitis C
kronik adalah agen direct acting antivirus (DAA).

DAA yang tersedia di Indonesia saat ini adalah sofosbuvir, ledipasvir/ sofosbuvir, simeprevir,
daclatasvir, elbasvir/grazoprevir, dan velpatasvir/sofosbuvir.

Apabila DAA belum tersedia, dapat diberikan kombinasi obat injeksi peg-interferon dan
ribavirin.

2.3 Prosedur kerja dan Hasil Kegiatan


2.3.1 Langkah-Langkah Pelaksanaan

Kegiatan dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB hingga pukul 12.00 wib di Aula Kelurahan
Mabar Kecamatan Medan Deli.

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan adalah sebagai berikut :

1. Pukul 09.00 s/d 10.00 Sosialisasi tentang bahaya Hepatitis pada ibu hamil

7
2. Pukul 10.00 s/d 10. 30 Diskusi bersama kader Posyandu dan Pihak Puskesmas
3. Pukul 10.30- 11.00 sesi tanya jawab.
4. Pukul.11.00 – 11.45.00 skrining Hepatitis kepada 20 orang responden
5. 11.45 acara penutup.

2.3.2 Hasil Kegiatan

Responden dalam Praktek Belajar Lapangan ini adalah ibu-ibu hamil yang berada di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Medan Deli. Jumlah ibu hamil yang menjadi responden adalah
sebanyak 100 orang.
Karakteristik responden berdasarkan umur, terbanyak ibu hamil di Puskesmas Kediri berusia
26 – 30 tahun yaitu 32 orang (32%). Sebanyak 3 orang (3%) berumur dibawah 20 tahun dan diatas
40 tahun. Lebih jelasnya, disribusi umur ibu hamil dapat dilihat pada tabel 1.
. Setelah diberikan penyuluhan tentang Penyakit Hepatitis B, terjadi peningkatan
pengetahuan tentang penyakit Hepatitis B yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil post test
yang dilakukan. Sebanyak 92% pngetahuannya dalam katagori baik, bahkan tidak ada responden
yang hasil post tesnya katagori kurang.
Hasil pemeriksaan HbsAg, ditemukan 2 orang (3%) hasilnya reaktif. Hal ini menunjukkan
bahwa responden tersebut sedang terinfksi oleh HBV. HBsAg (Hepatitis B surface antigen) adalah
suatu protein antigen yang dihasilkan oleh HBV. Antigen ini adalah indikator awal dari hepatitis B
akut dan sering kali (digunakan untuk) mengidentifikasi orang- orang yang terinfeksi sebelum
gejala-gejala muncul. HBsAg menghilang dari darah selama masa pemulihan. Pada beberapa
orang (khususnya mereka yang terinfeksi adalah anak-anak atau mereka yang memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita AIDS), infeksi kronis dengan HBV dapat
terjadi dan HBsAg tetap reaktif. Terkadang, HBV memilih “bersembunyi” di dalam hati (lever)
dan sel-sel lain dan tidak memproduksi virus-virus baru yang bisa menginfeksi orang lain, atau
memproduksi dalam jumlah yang kecil sedemikian hingga tidak bisa ditemukan di dalam darah.
Orang-orang dengan kondisi seperti ini disebut sebagai karier (carriers). Pada kasus yang lain,
virus di dalam tubuh terus menerus bereplikasi yang dapat selanjutnya menginfeksi hati dan
menular pada orang lain. Pada kedua kasus ini, HbsAg akan tetap reaktif. Responden yang hasil
HbsAg reaktif, tidak menunjukkan gejala sakit apapun.
Seluruh responden hasil pemeriksaan HbsAg non reaktif. Hasil HbsAg yang non reaktif
mengindikasikan orang tersebut belum pernah terpapar terhadap virus atau tengah pulih dari
infeksi hepatitis akut dan telah berhasil bebas dari virus (atau jika ada maka itu infeksi yang
tersembunyi). Nilai reaktif (reaktif) mengindikasikan sebuah infeksi aktif namun tidak
mengindikasikan apakah virus itu bisa ditularkan atau tidak.

8
Hasil pemeriksaan anti-HBs, sebanyak 6 orang (6%) ditemukan reaktif. Anti- HBs
(Hepatitis B surface antibody) adalah tes yang paling umum. Keberadaannya mengindikasikan
adanya paparan terhadap HBV sebelumnya, namun virus tidak lagi ada dan seseorang tidak dapat
menularkan virus pada orang lainnya. Antibodi juga melindungi tubuh dari serangan infeksi HBV
di kemudian hari. Selain dari paparan langsung terhadap HBV, antibodi-antibodi juga dapat
diperoleh dari vaksinasi yang sukses. Tes ini dilakukan untuk menentukan perlunya suatu
vaksinasi (jika anti-HBs tidak ada), atau sebagai tindak lanjut pasca vaksinasi terhadap penyakit
tersebut, atau pasca suatu infeksi aktif. Enam orang responden yang hasil Anti- HBs reaktif,
hanya satu orang yang pernah melakukan vaksinasi Hepatitis B. Jadi responden tersebut telah
memiliki kekebalan terhadap HBV melalui proses vaksinasi. Sedangkan lima orang lainnya belum
pernah melakukan vaksinasi Hepatitis B, sehingga antibodi yang dimilikinya terhadap HBV secara
alami, kemungkinan responden pernah terpapar oleh HBV tetapi tidak mengetahui karena tidak
ada responden yang mengatakan pernah mengalami sakit Hepatitis dan tubuhnya secara alami
dapat membentuk antibodi.
Responden yang hasil pemeriksaan HbsAg dan Anti-HBs yang non reaktif menunjukkan tidak
terinfeksi Virus Hepatitis B dan belum memiliki antibodi terhadap Hepatitis B. Responden
tersebut perlu mengikuti Vaksinasi Hepatitis B

9
BAB III

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari Praktek Belajar Lapangan ini dapat disimpulkan bahwa: Karakteristik
umur ibu hamil terbanyak adalah umur 26 – 30 tahun yaitu 32%. Umur kehamilan terbanyak
adalah 7 bulan yaitu 21%. Jumlah Gravida terbanyak adalah gravida ke 2 yaitu 47%.

Terdapat peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang penyakit Hepatitis B, sebanyak 92%
pengetahuan dengan katagori baik setelah diberikan penyuluhan. Terdapat (6%) ibu hamil
yang pernah terinfeksi HBV. Minat ibu hamil untuk ikut memeriksakan diri tinggi.

3.2 Saran

Saran kepada petugas kesehatan khususnya petugas puskesmas agar meningkakan promosi
kesehatan tentang penyakit Hepatitis untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama
ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan dini agar terhindar dari penyakit-penyakit yang
dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin.

10
Daftar Pustaka

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/3330/1

https://www.researchgate.net/publication/338988904

https://dinkes.surakarta.go.id/deteksi-dini-hepatitis-b-pada-ibu-hamil/

11

Anda mungkin juga menyukai