PEMBIMBING
Disusun oleh
Pendahuluan
1. Latar belakang
Hepatitis adalah salah satu penyakit yang cukup ditakuti oleh masyarakat.
Meski demikian, tidak semua masyarakat mengenal penyakit hepatitis
secara menyeluruh. Sebagian besar masyarakat mungkin hanya mengetahui
bahwa hepatitis berkaitan dengan gangguan pada organ hati dan memiliki
berbagai tipe. Namun, apa yang menyebabkan hepatitis menjadi penyakit
yang sangat berbahaya?
2. Tipe-tipe hepatitis
a. Hepatitis A
Hepatitis A adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis A. Infeksi yang akan mengganggu kerja organ hati ini dapat menular
dengan mudah, melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus.
Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis A. Virus ini dapat menyebar dengan
mudah melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja
penderita hepatitis A.
Gejala Hepatitis A
Demam
Lemas
Mual dan muntah
Warna urine menjadi gelap
Warna tinja menjadi pucat
Pencegahan Hepatitis A
b. Heapatitis B
Hepatitis B adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Virus ini dapat menular melalui hubungan seksual atau berbagi jarum suntik.
Infeksi hepatitis B merupakan penyakit yang tidak bertahan lama dalam tubuh
penderita dan akan sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus. Kondisi ini disebut
infeksi hepatitis B akut. Akan tetapi, infeksi hepatitis B juga dapat menetap dan
bertahan dalam tubuh seseorang.
Infeksi hepatitis B kronis ini dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan nyawa, yaitu sirosis dan kanker hati. Oleh karena itu, penderita
hepatitis B kronis perlu melakukan kontrol secara berkala ke dokter untuk
mendapatkan penanganan dan deteksi dini bila terjadi komplikasi. Perlu
diketahui, hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi hepatitis B.
Gejala Hepatitis B
Penyebab Hepatitis B
Hepatitis B tidak akan menular bila hanya berbagi alat makan atau berpelukan
dengan penderitanya. Penularan virus ini terjadi melalui hubungan seksual tanpa
kondom dan berbagi jarum suntik dengan penderita hepatitis B. Hal ini karena
virus hepatitis B berada di dalam darah dan cairan tubuh, seperti sperma dan
cairan vagina. Selain itu, hepatitis B juga dapat ditularkan dari wanita yang
sedang hamil kepada bayi dalam kandungannya.
c. Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati. Penyakit ini
disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV).[1] Hepatitis C sering kali tidak
memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat menyebabkan parut (eskar) pada
hati, dan setelah menahun menyebabkan sirosis. Dalam beberapa kasus, orang
yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh
yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan
perdarahan hingga kematian. https://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_C
Gejala Hepatitis C
Sebagian besar penderita hepatitis C tidak mengalami gejala pada tahap awal.
Hal ini mengakibatkan penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
hepatitis C hingga kondisi penyakitnya sudah kronis.
Gejala biasanya muncul bila infeksi kronis dari hepatitis sudah menimbulkan
kerusakan pada hati. Gejala yang dapat ditimbulkan adalah lemas, tidak nafsu
makan, dan penyakit kuning. https://www.alodokter.com/hepatitis-c
Hepatitis C menunjukkan gejala akut hanya pada 15% kasus. Gejalanya sering
kali ringan dan tidak kentara, termasuk penurunan nafsu makan, sakit kepala,
letih, nyeri otot atau nyeri sendi, dan menurunnya berat badan. Hanya sedikit
kasus infeksi akut yang terkait dengan ikterus. Infeksi ini dapat sembuh sendiri
tanpa diobati pada 10-50% penderita, dan lebih sering menyerang perempuan
usia muda dibandingkan dengan kelompok lain.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_C
d. Hepatitis D
Hepatitis D adalah peradangan hati akibat infeksi virus hepatitis delta (HDV).
Penyakit ini hanya bisa terjadi pada seseorang yang juga terinfeksi oleh virus hepatitis
b (HBV).
Hepatitis D adalah jenis hepatitis yang tidak biasa. Hal ini karena infeksi virus
ini hanya bisa terjadi jika seseorang sudah terinfeksi hepatitis B sebelumnya.
Hepatitis D dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang bisa menderita
hepatitis D bersamaan dengan hepatitis B, atau bila ia sudah menderita hepatitis
B dalam jangka panjang (kronis).
Penyebab Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi hepatitis delta virus (HDV). Virus ini
adalah jenis virus yang tidak lengkap dan membutuhkan bantuan virus hepatitis
B untuk berkembang. Infeksi virus ini akan menyebabkan peradangan dan
kerusakan hati.
Hati berfungsi penting dalam metabolisme dan menyaring zat beracun dari
dalam tubuh. Peradangan hati akan mengganggu fungsinya dan menyebabkan
munculnya beragam keluhan atau gejala.
Gejala Hepatitis D
Sebagian besar kasus hepatitis D tidak menimbulkan gejala. Bila muncul gejala,
gejalanya serupa dengan hepatitis B sehingga keduanya sulit dibedakan. Gejala-
gejala tersebut dapat berupa:
Pada beberapa kasus yang langka, penderita juga bisa menjadi linglung dan
mudah memar. Gejala-gejala di atas umumnya baru muncul 21–45 hari setelah
seseorang terinfeksi hepatitis D. https://www.alodokter.com/hepatitis-d
e. Hepatitis E
Pengertian Hepatitis E
Hepatitis E termasuk salah satu jenis penyakit hepatitis. Penyakit ini adalah
infeksi hati akut berpotensi serius yang disebabkan oleh virus HEV. Berbeda
dengan jenis hepatitis lain, penyebaran virus hepatitis E terjadi saat seseorang
mengonsumsi air atau yang terkontaminasi virus HEV. Penularan Hepatitis E
juga dapat terjadi melalui transfusi darah, ibu hamil ke janin, serta hewan yang
terinfeksi virus HEV.
Infeksi dan gejala dari penyakit ini disebabkan oleh HEV (Hepatitis E Virus)
dan bisa ditularkan melalui makanan atau air yang sudah terkontaminasi oleh
feses pengidap hepatitis E. Selain dari makanan dan minuman, penularan
hepatitis E juga bisa terjadi lewat transfusi darah, antara ibu dengan janin jika si
ibu terinfeksi, serta hubungan intim tanpa pengaman. Jika seseorang terjangkit
hepatitis E, orang tersebut akan mengalami infeksi hati akut.
Gejala Hepatitis E
Pada umumnya, gejala HEV muncul sekitar 2–7 minggu setelah terpapar virus,
dan biasanya berlangsung selama sekitar 2 bulan. Berikut ini gejala umum
hepatitis E:
Pembengkakan hati.
Demam.
BAB III
ISI
1. Hepatitis A
Selain itu, penting bagi penderita untuk menjaga kebersihan untuk mencegah
penularan ke orang lain. Penderita yang sembuh akan memiliki kekebalan tubuh
terhadap penyakit ini.
2. Hepatitis B
Tidak ada langkah penanganan khusus untuk kondisi hepatitis B akut. Infeksi
akan sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan khusus. Penanganan hanya
bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul. Akan tetapi, sebagian infeksi
hepatitis B akut akan menjadi kronis.
Penderita hepatitis B kronis akan diberikan obat antivirus guna melawan virus,
menurunkan risiko kerusakan hati, dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Obat antivirus yang dapat diberikan untuk melawan virus hepatitis B adalah:
Entecavir
Tenofovir
Tenofovir (Viread) adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi
antiretroviral (ART). Obat ini dibuat oleh Gilead Sciences. Sekarang juga
disetujui versi tenofovir generik dibuat oleh Mylan di India.
Telbivudine
Telbivudine adalah obat untuk mengobati infeksi jangka panjang hepatitis B.
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi
persisten dapat menyebabkan kerusakan hati, kanker hati langka, dan gagal hati.
3. hepatitis C
Hepatitis C tidak selalu harus diobati. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya,
hampir 50% penderita hepatitis C akan sembuh sendiri akibat sistem kekebalan
tubuh yang baik.
Begitu juga bila infeksi sudah menjadi kronis, tidak semua hepatitis C akan
mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu, dokter gastroenterologi akan
menentukan perlu atau tidaknya pengobatan.
https://www.alodokter.com/hepatitis-c/pengobatan
antivirus
Obat ini umumnya perlu dikonsumsi 12 minggu, tergantung kondisi pasien. Jika
diperlukan, dokter bisa memberikan beberapa jenis obat antivirus. Obat
antivirus yang dapat mengobati hepatitis C antara lain adalah sofosbuvir,
simeprevir, dan ritonavir.
I. Sofosbuvir
Sofosbuvir, dijual di pasar di antaranya sebagai sovaldi, adalah obat yang
digunakan untuk pengobatan hepatitis C. Hanya dianjurkan dengan beberapa
kombinasi ribavirin, peginterferon-alfa, simeprevir, ledipasvir, atau daclatasvir.
Tingkat kesembuhan 30 sampai 97%, bergantung pada jenis virus hepatitis C
yang terlibat. Keamanan selama kehamilan tidak jelas; sementara, beberapa obat
yang digunakan dalam kombinasi dapat mengakibatkan bahaya untuk bayi.
Dikonsumsi secara oral
https://id.wikipedia.org/wiki/Sofosbuvir
II. Simeprevir
Simeprevir adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi antiviral
terhadap virus hepatitis C (HCV). Nama merek di Amerika Utara adalah Olysio.
Waktu dalam perkembangan, obat ini disebut sebagai TMC435. Obat ini dibuat
oleh Janssen Pharmaceuticals.
Simeprevir adalah protease inhibitor HCV. Obat golongan ini menghambat
pekerjaan enzim protease. Dengan ini, replikasi virus menjadi lebih sulit. Lihat
langkah 6 dalam siklus hidup HCV pada Lembaran Informasi (LI) 670.
4. Hepatitis D
- Pemberian interferon
Interferon adalah obat yang berasal dari sejenis protein yang bisa menghentikan
penyebaran virus dan mencegahnya kembali muncul di kemudian hari. Obat ini
biasanya diberikan melalui infus setiap minggu selama 1 tahun.
Pengobatan Hepatitis E
Hepatitis E juga bisa diobati dengan melakukan prosedur transplantasi hati pada
kasus tertentu. Penanganan ini biasanya dilakukan jika hepatitis E sudah masuk
ke tahap kronis. Pengidap yang terinfeksi HEV kronis dan yang menjalani
transplantasi hati biasanya dianjurkan terapi interferon alfa pegilasi selama 3–12
bulan. Namun, pengobatan ini memicu efek samping yang signifikan dan
penolakan organ pada penerima transplan, terutama cangkok jantung atau ginjal.