Anda di halaman 1dari 16

HEPATITIS

PEMBIMBING

Haris Fadillah, S.Farm.,Apt

Disusun oleh

Gusti Rara Dian Rilisa

XI FARMASI 2 SMKn 1 Murung Pudak


BAB I

Pendahuluan

1. Latar belakang

Hepatitis adalah salah satu penyakit yang cukup ditakuti oleh masyarakat.
Meski demikian, tidak semua masyarakat mengenal penyakit hepatitis
secara menyeluruh. Sebagian besar masyarakat mungkin hanya mengetahui
bahwa hepatitis berkaitan dengan gangguan pada organ hati dan memiliki
berbagai tipe. Namun, apa yang menyebabkan hepatitis menjadi penyakit
yang sangat berbahaya?

Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang umumnya terjadi karena


infeksi virus. Namun, hepatitis juga bisa disebabkan oleh autoimun, yang
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang balik sel-sel hati yang
sehat. Penyakit hepatitis sangat beragam. Mulai dari hepatitis A sampai
hepatitis E yang berbeda-beda obatnya.

Tingkat berbahaya dari penyakit hepatitis juga berbeda-beda, ada yang


ringan sampai yang harus dapat penanganan serius. Seperti contohnya
hepatitis A Tipe ini biasanya tidak membutuhkan pengobatan, karena
umumnya dapat sembuh dengan sendirinya dan hanya berlangsung sesaat.
Istirahat dianjurkan jika gejala menyebabkan ketidaknyaman.

Masyarakat harus mengetahui berbagai macam-macam tipe hepatitis, selain


untuk mencegahnya juga dapat mengobati penyakitnya jika sudah terlanjur kena.
Penularan penyakit hepatitis sangat mudah, yaitu melalui melalui air minum,
makanan, atau sanitasi yang buruk. Bahkan ibu hamil yang mengidap hepatitis
bayi yang dikandungnya juga dapat terkena penyakit tersebut.
BAB II
DASAR TEORI
1. Pengertian hepatitis
Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang umumnya terjadi karena
infeksi virus. Namun, hepatitis juga bisa disebabkan oleh autoimun, yang
terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang balik sel-sel hati yang
sehat. Selain itu, ada hepatitis yang diakibatkan oleh alkohol, obat -obatan
medis, penyalahgunaan obat terlarang, dan toksin.
Beberapa tipe hepatitis dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
mengakibatkan kondisi yang lebih serius. Meski demikian, ada tipe
hepatitis lain yang membutuhkan pengobatan segera. Sebab tanpa
pengobatan segera, hepatitis tersebut bisa menyebabkan jaringan parut
pada hati (sirosis hati), yang akan berakhir dengan gagal hati atau dalam
beberapa kasus, menjadi kanker hati.
https://www.sehatq.com/penyakit/hepatitis?utm_source=artikel&utm_medium=arti
kel&utm_campaign=internallink

2. Tipe-tipe hepatitis
a. Hepatitis A

Hepatitis A adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh infeksi virus
hepatitis A. Infeksi yang akan mengganggu kerja organ hati ini dapat menular
dengan mudah, melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi virus.
Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis A. Virus ini dapat menyebar dengan
mudah melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja
penderita hepatitis A.
Gejala Hepatitis A

Gejala hepatitis A muncul beberapa minggu setelah penderita tertular virus


tersebut. Gejala yang paling disadari oleh penderita hepatitis A adalah
perubahan warna mata dan kulit menjadi kuning. Tetapi sebelum
timbulnya penyakit kuning, penderita dapat mengalami:

 Demam
 Lemas
 Mual dan muntah
 Warna urine menjadi gelap
 Warna tinja menjadi pucat

Pencegahan Hepatitis A

Hepatitis A dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:

 Melakukan vaksinasi hepatitis A


 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
 Menghindari konsumsi makanan mentah atau setengah matang
https://www.alodokter.com/hepatitis-a

b. Heapatitis B
Hepatitis B adalah peradangan organ hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Virus ini dapat menular melalui hubungan seksual atau berbagi jarum suntik.
Infeksi hepatitis B merupakan penyakit yang tidak bertahan lama dalam tubuh
penderita dan akan sembuh sendiri tanpa pengobatan khusus. Kondisi ini disebut
infeksi hepatitis B akut. Akan tetapi, infeksi hepatitis B juga dapat menetap dan
bertahan dalam tubuh seseorang.
Infeksi hepatitis B kronis ini dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan nyawa, yaitu sirosis dan kanker hati. Oleh karena itu, penderita
hepatitis B kronis perlu melakukan kontrol secara berkala ke dokter untuk
mendapatkan penanganan dan deteksi dini bila terjadi komplikasi. Perlu
diketahui, hepatitis B dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi hepatitis B.

Gejala Hepatitis B

Hepatitis B sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga penderitanya tidak


menyadari bahwa dia telah terinfeksi. Meski demikian, gejala tetap dapat muncul
setelah 1-5 bulan sejak pertama kali terpapar virus. Gejala yang dapat muncul
adalah demam, sakit kepala, mual, muntah, lemas, serta penyakit kuning.

Penyebab Hepatitis B

Hepatitis B tidak akan menular bila hanya berbagi alat makan atau berpelukan
dengan penderitanya. Penularan virus ini terjadi melalui hubungan seksual tanpa
kondom dan berbagi jarum suntik dengan penderita hepatitis B. Hal ini karena
virus hepatitis B berada di dalam darah dan cairan tubuh, seperti sperma dan
cairan vagina. Selain itu, hepatitis B juga dapat ditularkan dari wanita yang
sedang hamil kepada bayi dalam kandungannya.

c. Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati. Penyakit ini
disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV).[1] Hepatitis C sering kali tidak
memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat menyebabkan parut (eskar) pada
hati, dan setelah menahun menyebabkan sirosis. Dalam beberapa kasus, orang
yang mengalami sirosis juga mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh
yang sangat membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan
perdarahan hingga kematian. https://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_C
Gejala Hepatitis C

Sebagian besar penderita hepatitis C tidak mengalami gejala pada tahap awal.
Hal ini mengakibatkan penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita
hepatitis C hingga kondisi penyakitnya sudah kronis.

Meski demikian, tidak semua hepatitis C berkembang menjadi kronis. Hampir


setengah penderita hepatitis C akan sembuh dengan sendirinya.

Gejala biasanya muncul bila infeksi kronis dari hepatitis sudah menimbulkan
kerusakan pada hati. Gejala yang dapat ditimbulkan adalah lemas, tidak nafsu
makan, dan penyakit kuning. https://www.alodokter.com/hepatitis-c

Hepatitis C menunjukkan gejala akut hanya pada 15% kasus. Gejalanya sering
kali ringan dan tidak kentara, termasuk penurunan nafsu makan, sakit kepala,
letih, nyeri otot atau nyeri sendi, dan menurunnya berat badan. Hanya sedikit
kasus infeksi akut yang terkait dengan ikterus. Infeksi ini dapat sembuh sendiri
tanpa diobati pada 10-50% penderita, dan lebih sering menyerang perempuan
usia muda dibandingkan dengan kelompok lain.
https://id.wikipedia.org/wiki/Hepatitis_C

d. Hepatitis D
Hepatitis D adalah peradangan hati akibat infeksi virus hepatitis delta (HDV).
Penyakit ini hanya bisa terjadi pada seseorang yang juga terinfeksi oleh virus hepatitis
b (HBV).
Hepatitis D adalah jenis hepatitis yang tidak biasa. Hal ini karena infeksi virus
ini hanya bisa terjadi jika seseorang sudah terinfeksi hepatitis B sebelumnya.
Hepatitis D dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang bisa menderita
hepatitis D bersamaan dengan hepatitis B, atau bila ia sudah menderita hepatitis
B dalam jangka panjang (kronis).
Penyebab Hepatitis D

Hepatitis D disebabkan oleh infeksi hepatitis delta virus (HDV). Virus ini
adalah jenis virus yang tidak lengkap dan membutuhkan bantuan virus hepatitis
B untuk berkembang. Infeksi virus ini akan menyebabkan peradangan dan
kerusakan hati.

Hati berfungsi penting dalam metabolisme dan menyaring zat beracun dari
dalam tubuh. Peradangan hati akan mengganggu fungsinya dan menyebabkan
munculnya beragam keluhan atau gejala.

Gejala Hepatitis D

Sebagian besar kasus hepatitis D tidak menimbulkan gejala. Bila muncul gejala,
gejalanya serupa dengan hepatitis B sehingga keduanya sulit dibedakan. Gejala-
gejala tersebut dapat berupa:

 Kulit dan bagian putih mata menjadi kuning (jaundice)


 Nyeri sendi
 Nyeri perut
 Mual dan muntah
 Nafsu makan menurun
 Warna urine menjadi lebih gelap
 Warna feses menjadi lebih cerah
 Kelelahan yang tidak diketahui sebabnya

Pada beberapa kasus yang langka, penderita juga bisa menjadi linglung dan
mudah memar. Gejala-gejala di atas umumnya baru muncul 21–45 hari setelah
seseorang terinfeksi hepatitis D. https://www.alodokter.com/hepatitis-d
e. Hepatitis E

Pengertian Hepatitis E

Hepatitis E termasuk salah satu jenis penyakit hepatitis. Penyakit ini adalah
infeksi hati akut berpotensi serius yang disebabkan oleh virus HEV. Berbeda
dengan jenis hepatitis lain, penyebaran virus hepatitis E terjadi saat seseorang
mengonsumsi air atau yang terkontaminasi virus HEV. Penularan Hepatitis E
juga dapat terjadi melalui transfusi darah, ibu hamil ke janin, serta hewan yang
terinfeksi virus HEV.

Penyebab Terjadinya Hepatitis E

Infeksi dan gejala dari penyakit ini disebabkan oleh HEV (Hepatitis E Virus)
dan bisa ditularkan melalui makanan atau air yang sudah terkontaminasi oleh
feses pengidap hepatitis E. Selain dari makanan dan minuman, penularan
hepatitis E juga bisa terjadi lewat transfusi darah, antara ibu dengan janin jika si
ibu terinfeksi, serta hubungan intim tanpa pengaman. Jika seseorang terjangkit
hepatitis E, orang tersebut akan mengalami infeksi hati akut.

Gejala Hepatitis E

Pada umumnya, gejala HEV muncul sekitar 2–7 minggu setelah terpapar virus,
dan biasanya berlangsung selama sekitar 2 bulan. Berikut ini gejala umum
hepatitis E:

 Menguningnya warna kulit dan mata.

 Urine berwarna gelap seperti teh.


 Nyeri sendi dan perut.

 Hilang nafsu makan.

 Pembengkakan hati.

 Gagal hati akut.

 Mual dan muntah.

 Sering merasa lelah.

 Demam.
BAB III

ISI

Penggolongan obat-obatan dan mekanisme kerja

1. Hepatitis A

Hepatitis A akan sembuh dengan sendirinya karena sistem kekebalan tubuh


penderita dapat membasmi virus tersebut. Pengobatan yang diberikan hanya
untuk meringankan gejala-gejala yang dialami penderitanya, sambil menunggu
penyakit sembuh.

Selain itu, penting bagi penderita untuk menjaga kebersihan untuk mencegah
penularan ke orang lain. Penderita yang sembuh akan memiliki kekebalan tubuh
terhadap penyakit ini.

2. Hepatitis B

Tidak ada langkah penanganan khusus untuk kondisi hepatitis B akut. Infeksi
akan sembuh sendiri tanpa memerlukan pengobatan khusus. Penanganan hanya
bertujuan untuk meredakan gejala yang muncul. Akan tetapi, sebagian infeksi
hepatitis B akut akan menjadi kronis.

Salah satu langkah pengobatan untuk penderita hepatitis B kronis adalah


dengan mengonsumsi obat antivirus. Pemberian obat antivirus bertujuan untuk
mencegah perkembangan virus, bukan untuk menghilangkan virus dari tubuh
penderitanya secara tuntas.

Pengobatan hepatitis B kronis membutuhkan kepatuhan penderitanya untuk


kontrol secara berkala ke dokter untuk melihat perkembangan penyakit dan
mengevaluasi pengobatan. Hal tersebut karena hepatitis B kronis dapat
menyebabkan kerusakan organ hati. Jika kerusakan hati cukup parah, dokter
mungkin akan menganjurkan prosedur transplantasi hati
Langkah Pengobatan Hepatitis B Kronis

Penderita hepatitis B kronis akan diberikan obat antivirus guna melawan virus,
menurunkan risiko kerusakan hati, dan mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
Obat antivirus yang dapat diberikan untuk melawan virus hepatitis B adalah:

 Entecavir

Entecavir adalah obat golongan antivirus yang digunakan untuk mengatasi


hepatitis B kronis. Hepatitis B sendiri adalah infeksi pada organ hati yang
disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi menahun dari hepatitis B berisiko
menyebabkan sirosis atau kanker hati.

Cara kerja obat:

Entecavir bekerja dengan cara mencegah perkembangan dan menurunkan


jumlah virus hepatitis B dalam tubuh. Obat ini tidak dapat digunakan untuk
menyembuhkan hepatitis B, melainkan hanya mencegah virus berkembang biak

 Tenofovir

Tenofovir (Viread) adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi
antiretroviral (ART). Obat ini dibuat oleh Gilead Sciences. Sekarang juga
disetujui versi tenofovir generik dibuat oleh Mylan di India.

Cara kerja obat:

tenofovir termasuk golongan analog nukleotida atau nucleotide reverse


transcriptase inhibitor (NtRTI). Obat golongan ini menghambat enzim reverse
transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik (RNA) HIV menjadikannya
bentuk DNA. Ini harus terjadi sebelum kode genetik HIV dapat dimasukkan ke
kode genetik sel yang terinfeksi HIV. http://spiritia.or.id/artikel/detail/36
 Lamivudine

Lamivudine adalah obat antiviral yang digunakan berdasarkan petunjuk resep


dokter untuk membantu mengobati infeksi virus, terutama infeksi virus hepatitis
B. Selain untuk mengobati infeksi hepatitis B, lamivudine juga dapat digunakan
untuk mengobati infeksi virus HIV, dengan dikombinasikan bersama obat lain.

Cara kerja obat:

Lamivudine bekerja menghambat virus untuk berkembang biak di dalam tubuh


dengan cara mencegah enzim yang berperan dalam perkembangbiakan virus di
dalam tubuh. https://www.alodokter.com/lamivudine

 Telbivudine
Telbivudine adalah obat untuk mengobati infeksi jangka panjang hepatitis B.
Hepatitis B adalah infeksi hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Infeksi
persisten dapat menyebabkan kerusakan hati, kanker hati langka, dan gagal hati.

Cara kerja obat:


Telbivudine membantu untuk mengurangi jumlah virus hepatitis B dalam tubuh
Anda. Obat ini adalah antivirus yang termasuk dalam kelas obat yang dikenal
sebagai virus hepatitis B nucleoside reverse transcriptase inhibitor. Telbivudine
bukanlah obat untuk infeksi hepatitis B, dan tidak dapat mencegah penyebaran
virus ke orang lain melalui kontak seksual atau kontaminasi darah (seperti
penggunaan jarum suntik yang bergilir). https://hellosehat.com/obatan-
suplemen/obat/telbivudine/

3. hepatitis C

Hepatitis C tidak selalu harus diobati. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya,
hampir 50% penderita hepatitis C akan sembuh sendiri akibat sistem kekebalan
tubuh yang baik.
Begitu juga bila infeksi sudah menjadi kronis, tidak semua hepatitis C akan
mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu, dokter gastroenterologi akan
menentukan perlu atau tidaknya pengobatan.

Bila dokter menentukan diperlukan pengobatan, target dari pengobatan tersebut


adalah sembuh, bukan sekadar menekan pertumbuhan virus. Dengan pengobatan
terkini, lebih dari 90% penderita dapat sembuh dari hepatitis C.

Selain mendapat pengobatan, pasien hepatitis C akan dianjurkan dokter untuk


melakukan perubahan gaya hidup, seperti:

 Berolahraga secara teratur


 Berhenti merokok
 Tidak minum alkohol lagi
 Makan makanan dengan gizi seimbang
 Tidak berbagi penggunaan barang pribadi, seperti sikat gigi dan alat
cukur
 Menghindari konsumsi obat tanpa anjuran dokter

https://www.alodokter.com/hepatitis-c/pengobatan

antivirus
Obat ini umumnya perlu dikonsumsi 12 minggu, tergantung kondisi pasien. Jika
diperlukan, dokter bisa memberikan beberapa jenis obat antivirus. Obat
antivirus yang dapat mengobati hepatitis C antara lain adalah sofosbuvir,
simeprevir, dan ritonavir.

I. Sofosbuvir
Sofosbuvir, dijual di pasar di antaranya sebagai sovaldi, adalah obat yang
digunakan untuk pengobatan hepatitis C. Hanya dianjurkan dengan beberapa
kombinasi ribavirin, peginterferon-alfa, simeprevir, ledipasvir, atau daclatasvir.
Tingkat kesembuhan 30 sampai 97%, bergantung pada jenis virus hepatitis C
yang terlibat. Keamanan selama kehamilan tidak jelas; sementara, beberapa obat
yang digunakan dalam kombinasi dapat mengakibatkan bahaya untuk bayi.
Dikonsumsi secara oral

Cara kerja obat:

Sofosbuvir menghambat protein NS5B virus hepatitis C. Sofosbuvir tampak


memiliki penghalang yang tinggi untuk pengembangan resistansi. Sofosbuvir
adalah prodrug. Ia dimetabolisme menjadi agen antivirus aktif GS-461203 (2'-
deoksi-2'-α-fluoro-β-C-metiluridin-5'-trifosfat). GS-461203 berfungsi sebagai
substrat defektif protein NS5B, polimerase virus RNA, sehingga bertindak
sebagai inhibitor sintesis viral RNA.

Meskipun sofosbuvir memiliki gugus 3' hidroksil yang bertindak sebagai


nukleofil untuk NTP yang masuk, nukleotida analog yang mirip, 2'-deoksi-2'-α-
fluoro-β-C-metilcitidin, diajukan agar bertindak sebagai rantai terminator karena
gugus 2' metil dari analog nukleotidanya menyebabkan bentrokan sterik dengan
NTP yang masuk. Sobosbuvir akan bertindak dalam cara yang sama.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sofosbuvir

II. Simeprevir
Simeprevir adalah obat yang dipakai sebagai bagian dari terapi antiviral
terhadap virus hepatitis C (HCV). Nama merek di Amerika Utara adalah Olysio.
Waktu dalam perkembangan, obat ini disebut sebagai TMC435. Obat ini dibuat
oleh Janssen Pharmaceuticals.
Simeprevir adalah protease inhibitor HCV. Obat golongan ini menghambat
pekerjaan enzim protease. Dengan ini, replikasi virus menjadi lebih sulit. Lihat
langkah 6 dalam siklus hidup HCV pada Lembaran Informasi (LI) 670.

Cara kerja obat:


Simeprevir menghambat siklus hidup HCV secara
langsung. http://spiritia.or.id/informasi/detail/49
III. ritonavir.

Cara kerja obat:


Mekanisme utama ritonavir sebagai terapi HIV adalah melalui inhibisi protease
sel. Obat akan menduduki protease apartil HIV dengan membentuk
poliprotein gag-pro yang menyerupai poliprotein milik HIV.
Selain menekan produksi virus infeksius, ritonavir juga dapat berperan
sebagai booster obat inhibitor protease lain dengan mengurangi produksi enzim
CYP3A4. Enzim CYP3A4 adalah enzim yang berada di hepar dan berfungsi
sebagai katalisator obat inhibitor protease. Inhibisi enzim tersebut akan
mengurangi metabolisme obat di hepar sehingga meningkatkan efek dari obat
inhibitor protease.
https://www.alomedika.com/obat/antiinfeksi/antivirus/ritonavir/farmakologi

4. Hepatitis D

Pengobatan hepatitis D bertujuan untuk menghambat perkembangbiakan virus


hepatitis D (HDV), yaitu dengan:

- Pemberian interferon

Interferon adalah obat yang berasal dari sejenis protein yang bisa menghentikan
penyebaran virus dan mencegahnya kembali muncul di kemudian hari. Obat ini
biasanya diberikan melalui infus setiap minggu selama 1 tahun.

Cara kerja obat:

bekerja dengan meningkatkan respon kekebalan tubuh dan menghambat


pertumbuhan virus, bakteri, atau kanker. https://www.alodokter.com/interferon
- Pemberian obat antivirus

Obat-obatan antivirus yang diberikan meliputi entecavir, tenofovir,


dan lamivudine. Obat-obatan ini dapat meningkatkan sistem imun untuk
melawan virus dan menghambat kemampuan virus untuk merusak hati.

Pengobatan Hepatitis E

Untuk langkah pertama mengobati hepatitis E, dokter biasanya


menggunakan terapi imunosupresi. Hasilnya, viral load (jumlah virus dalam
darah) HEV dapat berkurang hingga 30 persen pada pasien. Bagi pasien yang
terapi imunosupresinya tidak dapat dikurangi dan bagi mereka yang virusnya
tidak berkurang setelah menggunakan imunosupresi, maka dianjurkan untuk
menggunakan terapi antivirus.

Hepatitis E juga bisa diobati dengan melakukan prosedur transplantasi hati pada
kasus tertentu. Penanganan ini biasanya dilakukan jika hepatitis E sudah masuk
ke tahap kronis. Pengidap yang terinfeksi HEV kronis dan yang menjalani
transplantasi hati biasanya dianjurkan terapi interferon alfa pegilasi selama 3–12
bulan. Namun, pengobatan ini memicu efek samping yang signifikan dan
penolakan organ pada penerima transplan, terutama cangkok jantung atau ginjal.

Anda mungkin juga menyukai