Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hepatitis virus masih menjadi masalah serius di beberapa negara.Hepatitis
virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang hati Telah ditemukan 6
atau 7 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (VHA),Virus
Hepatitis B (VHB),Virus Hepatitis C (VHC),Virus Hepatitis D (VHD),Virus Hepatitis E
(VHE),Virus Hepatitis F (VHF), Dan Virus Hepatitis G (VHG).Bentuk hepatitis yang
paling dikenal adalah VHA dan VHB.
Virus Hepatitis B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia dan sekitar 240
juta merupakan pengidap Virus Hepatitis B kronis.Indonesia merupakan negara dengan
pengidap Hepatitis B nomor 2 terbesar sesudah Myanmar diantara negara-negara anggota
WHO SEAR (World Health Organization South East Asian Region).Penduduk Indonesia
yang telah terinfeksi Hepatitis B sekitar 23 juta orang.berdasarkan hasil riset kesehatan
dasar, prevalensi hepatitis di indonesia tahun 2013 adalah 1,2%, dua kali lebih tinggi
dibandingkan tahun 2007.prevalensi hepatitis di provinsi lampung meningkat dari tahun
2007 yaitu 0,3% menjadi 1% pada tahun 2013 (kemenkes, 2013).
Masa inkubasi Hepatitis B berkisar antara 15-180 hari dengan rata-rata 6090 hari.
Penderita Hepatitis B akut akan mengalami gejala prodromal yang sama dengan hepatitis
akut umumnya,yaitu kelelahan,kurangnya nafsu makan,mual,muntah,dan nyeri sendi.
Gejala-gejala prodromal akan membaik ketika peradangan hati yang umumnya ditandai
dengan gejala kuning,walaupun begitu 70% penderita hepatitis akut ternyata tida
mengalami kuning.Sebagian dari penderita Hepatitis B akut lalu akan mengalami
kesembuhan spontan, sementara sebagian lagi akan berkembang menjadi Hepatitis B
kronik.
Virus Hepatitis B menyebabkan hepatitis akut dengan pemulihan dan hilangnya virus,
hepatitis kronis nonprogresif,penyakit kronis progresif yang berakhir dengan
sirosis,hepatitis fulminan dengan nekrosis hati masif,keadaan pembawa
asimtomatik,dengan atau tanpa penyakit subklinis progresif.Virus ini juga berperan
penting dalam terjadinya karsinoma hepatoselular.
Diagnosis Hepatitis B ditegakkan dengan anamnesis,pemeriksaan fisik,dan
pemeriksaan penunjang.Anamnesis umumnya tanpa keluhan, perlu digali riwayat
transmisi seperti pernah transfusi,seks bebas,riwayat sakit kuning
sebelumnya.Pemeriksaan fisik didapatkan hepatomegali Pemeriksaan penunjang terdiri
dari pemeriksaan laboratorium,ultrasonografi (USG) abdomen,dan biopsi hepar (Mustofa
&Kurniawaty, 2013).
Pemeriksaan laboratorium VHB terdiri dari pemeriksaan biokimia,penanda serologis,
dan pemeriksaan molekuler.Pemeriksaan biokimia didapatkan Aspartate transferase
(AST), Alanine aminotransferase (ALT),Alkali fosfatase (ALP),dan Gamma-glutamyl
transferase (GGT)mengalami peningkatan saat stadium akut. Penanda serologis VHB
adalah Hepatitis B surface Antigen (HBsAg),Antibodi Hepatitis B surface (Anti
HBs),Hepatitis B core Antigen (HBcAg),Antibodi Hepatitis B core (Anti HBc), dan
Hepatitis B envelope Antigen (HBeAg).
Pemeriksaan molekuler untuk deteksi VHB DNA dalam serum atau plasma menjadi
standar pendekatan secara laboratorium untuk diagnosis infeksi VHB. Metode
pemeriksaan VHB DNA antara lain adalah Radioimmunoassay (RIA),Hybrid Capture
Chemiluminescence (HCC),amplifikasi signal (metode branched DNA/bDNA),dan
amplifikasi target (metode Polymerase Chain Reaction/PCR).

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang masalah diatas,maka rumusan masalah sebagai berikut:
1) Apakah definisi penyakit hepatitis?
2) Apakah etiologi penyakit hepatitis?
3) Apakah manifestasi penyakit hepatitis?
4) Bagaimana patofisiologi penyakit hepatitis?
5) Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit hepatitis?
6) Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien penyakit hepatitis?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit hepatitis?
2. Mengetahui etiologi penyakit hepatitis?
3. Mengetahui manifestasi penyakit hepatitis?
4. Mengetahui patofisiologi penyakit hepatitis?
5. Mengetahuui penatalaksanaan pada pasien dengan penyakit hepatitis?
6. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien penyakit hepatitis?
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep Medik
1. Definisi
Hepatitis merupakan suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan
serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan
klinis,biokimia serta seluler khas . (Smeltzer).
Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati. Peradangan ini
ditandai dengan meningakatan kadar enzim hati. Peningkatan ini disebabkan
adanya gangguan atau kerusakan membran hati. Ada dua faktor penyebabnya yaitu
faktor infeksi dan faktor non infeksi. Faktor penyebab infeksi antara lain virus
hepatitis dan bakteri. Selain karena virus Hepatitis A, B,C,D,E dan G masih banyak
virus lain yang berpotensi menyebabkan hepatitis misalnya adenoviruses , CMV ,
Herpes simplex , HIV , rubella ,varicella dan lain-lain. Sedangkan bakteri yang
menyebabkan hepatitis antara lain misalnya bakteri Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi , tuberkulosis , leptosvera. Faktor non-infeksi misalnya karena obat. Obet
tertentu dapat mengganggu fungsi hati dan menyebabkan hepatitis.
Menurut Williams & Wilkins (2012) hepatitis adalah infeksi dan inflamasi
yang disebabkan oleh virus.Dari beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan
bahwa hepatitis (liver) adalah peradangan atau infeksi yang terutama terjadi pada
hati dan bisa disebabkan oleh virus, bakteri, cedera atau toksik serta dapat menular.
2. Etiologi
Hepatitis disebabkan oleh :
a) Hepatitis A

Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis A yang dapat menyebar

dengan sangat mudah. Sebagian besar kasus hepatitis A di Indonesia

disebabkan oleh konsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh tinja

penderita hepatitis A akibat kebersihan yang kurang terjaga. Maka penting


bagi kita, terutama anak-anak, untuk selalu teratur mencuci tangan dan

tidak jajan di tempat yang kebersihannya diragukan.

b) Hepatitis B

Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa

menyebabkan kondisi akut dan kronis pada pasien. Hepatitis B termasuk

penyakit yang sangat mudah menular. Penularan hepatitis B dapat melalui

kontak dengan darah atau cairan tubuh lain penderita. Risiko Anda akan

makin tinggi jika Anda tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit

ini.

c) Hepatitis C

Virus hepatitis C berkembang dalam darah. Karena itu, kita akan

tertular hepatitis C jika mengalami kontak dengan darah penderita. Virus

ini juga diperkirakan dapat bertahan di luar tubuh pada suhu ruangan

selama beberapa minggu, misalnya dalam ceceran darah.

d) Hepatitis D

Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV) yang

dapat menyebar melalui cairan tubuh atau kontak langsung dengan

penderita. HDV dapat ditularkan melalui:Urine,Kehamilan (dari ibu ke

janin),Persalinan (dari ibu ke bayi), Cairan sperma, Cairan vagina,Darah.

e) Hepatitis E

Mirip dengan hepatitis A, virus hepatitis E biasanya ditularkan ketika

seseorang mengonsumsi air atau makanan yang telah terkontaminasi feses

orang lain yang terinfeksi virus ini. Penularan bahkan tetap bisa terjadi

jika Anda hanya menelan sedikit saja.


Risiko Anda untuk terinfeksi HEV bisa meningkat jika Anda tinggal atau

bepergian ke negara dengan kulaitas kebersihan yang buruk, terutama di wilayah

yang sangat padat penduduk. Selain itu, penyakit ini bisa ditularkan melalui

transfusi darah. Ibu hamil yang terinfeki juga bisa menularkan virus ke janinnya.

Yang lebih langka, hepatitis E bisa menular dari hewan yang terinfeksi.

3. Manifestasi Klinis
Beberapa gejala umum yang muncul pada penderita hepatitis, antara lain
adalah :
a) Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas
b) Feses berwarna pucat
c) Mata dan kulit berubah warna kekuningan (jaundice)
d) Nyeri perut
e) Berat badan turun
f) Urine menjadi warna gelap seperti the
g) Kehilangan nafsu makan (dr. Marianti, 2017)

4. Patofisiologi

HAV, HBV, dan HCV menyerang sel hati – atau hepatosit – yang menjadi
tempat yang bersahabat bagi virus untuk berkembang biak. Sebagai reaksi terhadap
infeksi, sistem kekebalan tubuh memberikan perlawanan dan menyebabkan
peradangan hati (hepatitis). Bila hepatitisnya akut (yang dapat terjadi dengan HAV
dan HBV) atau menjadi kronis (yang dapat terjadi dengan HBV dan HCV) maka
dapat bekembang menjadi jaringan parut di hati, sebuah kondisi yang disebut
fibrosis.
Lambat laun, semakin banyak jaringan hati diganti dengan jaringan parut
seperti bekas luka, yang dapat menghalangi aliran darah yang normal melalui hati
dan sangat mempengaruhi bentuk dan kemampuannya untuk berfungsi
sebagaimana mestinya. Ini disebut sebagai sirosis. Bila hati rusak berat,
mengakibatkan bendungan di limpa dan kerongkongan bagian bawah akibat
tekanan di organ yang tinggi. Dampak dari kondisi ini – yang disebut sebagai
hipertensi portal termasuk pendarahan saluran cerna atas dan cairan dalam perut
(asites). Kerusakan pada hati juga dapat mengurangi pembuatan cairan empedu
yang dibutuhkan untuk pencernaan yang baik dan mengurangi kemampuan hati
untuk menyimpan dan menguraikan bahan nutrisi yang dibutuhkan untuk hidup.
Dampak lain dari hati yang rusak termasuk ketidakmampuan untuk menyaring
racun dari aliran darah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan
kesadaran dan bahkan koma.
Ada lima virus yang diketahui mempengaruhi hati dan menyebabkan
hepatitis: HAV, HBV, HCV, virus hepatis delta (HDV, yang hanya menyebabkan
masalah pada orang yang terinfeksi HBV), dan virus hepatitis E (HEV). Tidak ada
virus hepatitis F. Virus hepatitis G (HGV) pada awal diperkirakan dapat
menyebabkan kerusakan pada hati, tetapi ternyata diketahui sebagai virus yang
tidak menyebabkan masalah kesehatan, dan virus ini sekarang diberi nama baru
sebagai virus GB-C (GBVC).
5. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
Pada pasien yang diidentifikasi sebagai kandidat yang seusai untuk
mendapatkan terapi anti virus, tujuan terapi adalah untuk menekan replikasi hbv
dan mencegah progresif penyaktit hati. Respon terapi anti virus dapat
diklasifikasikan menjadi bikomia (menormalkan alt),virologis (pembersihan
DNA HBV),serologis(menghilankan HbeAG).Serokonversi HbeAG
menghilangkan HbsAG atau histologis ( perbaikan histologi hati).Penting untuk
menilai respon firologis tidak saja selama terapi anti virus namun juga setelah
terapi di hentikan dan menilai apakah muncul resistensi pada pasien yang
melanjutkan terapi yang jangka panjang .
a) Interferon
IFN merupakan sitokin yang memiliki anti virus , anti proliferativ dan imuno
modulator . pemberian IFN memerlukan frekuensi pemeberian 3kali
seminggu , sehingga digantikan oleh pegylated – IFN ( PEG-IFN )
dikarenakan PEG – IFN memilik waktu paru yang lebih panjang dari pada
IFN dan dapt diberikan 1 kali seminggu.
Efek samping : kelelahan , demam , sakit kepala , mual , tidak nafsu makan ,
mialgia , artalgia, nyeri muskuloskelatal, insomnia, dan depresi.
b) Lamivudin
Lamivudin adalah obat anti virus pertama yang di label untuk terapi infeksi
HBV kronis USA untuk pasien dewasa, juga diindikasikan untuk anak – anak
yang terinfeksi HBV dan HIV . lamivudin efektif menekan DNA HBV pada
pasien HBAeg positif dan negatif, dan dapat mensabilkan atau memeperbaiki
fungsih hati pada pasien dengan penyakit haty tingkat lanjut termasuk
sirosisterdekonpesasi . manfaat lamivudin antara lain pemebrian per oral
yang nyaman , relatif murah dibandingkan obat lain dan ditoleransi dengan
sangat baik serta aman. Namun manfaat lamivudin sebagai monoterapi
untuk infeksi HBV kronis sangat terbatasi oleh tingginya angka resistensi .
resistensi lamivudin meningkat seiring dengan durasi terapi dan dilaporkan
terjadi pada sekitar 16-32%, 42% dan 60-70% pasien setelah 1 2 dan 5 tahun
terapi. Lamivudin monoterapi tidak lazim menjadi pilihan pasien untuk
pasien dengan infeksi HBV kronis yang memerlukan terapi jangka panjang .
c) Adefovir dipivoxil
Adefovir dipivoxil, pro-drug adefovir diindikasikan untuk untuk terapi
infeksi HBV kronis pada pasien dewasa dan remaja usia paling sedikit 12
tahun. Adefovir efektiv menekan DNA HBV dan lebih baiki dibandingkan
lamivudin. Resistensi terjadi lebih lambat selama terapi abifovir dipovoxil ,
angka resistensi berkisar 0%, 3% dan 30% setelah penggunaan 48 minggu,
96 minggu dan 240 minggu.
d) Entecavir
Entecavir diindikasikan sebagai terapi HBV kronis pada dewasa dan remaja
usia minimum 16 tahun, termasuk pasien yang terbukti terinfeksi HBV
resisten lamivudin.
2. Non Farmakologi
Pasien hepatitis harus menghindari kontak sesual sampai antigenemia
hilang . menghindari semua hepatitisatotoksin,terutama alkohol. Pengaturan diet
yang tepat dapa mempercepat pemulihan fungsih haty.pemberian protein
bermutu tinggi dan vitamin dapat memepercepat pemulihan dari sel- sel haty
yang mengalami kerusakan seperti aminoleban mengandung AARC/BCAA
memiliki kadar tinggi serta diperkaya asam amino penting lain seprti arginin
histidin vitamin dan mineral.Nutrisi khusus hati akan menjaga kecukupan
kebutuhan protein dan mempertahankan kadar albumin darah tanpa
meningkatkan resiko terjadinya hoperamonia. Dosis dewasa 500-1000 mil/dosis
dengan infus intrafena 25-40 tetes/menit.
Tujuan pengaturan diet pada penderita haty adalah meberikan makanan cukup
untuk mempercepat perbaikan fungsih tanpa maperberat kerja haty. Syaratnya
adalah sebagai berikut:
a) Kalori tinggi, kandungan karbohidrat tinggi lemak sedang dan protein
disesuaikan dengan keadaan penderita
b) Diet secara berlangsung , disesuaikan dengan nafsu makan dan toleransi
penderita
c) Cukup vitamin dan mineral
d) Rendah garam atau cairan dibatasi bila terjafi penimbunan atau air
e) Mudah dicrna atau tidak di rangsang
f) Bahan makanan yang mengandung gas dihindarkan
1. Macam – macam diet untuk penderita penyakit hati
a) Diet 1
Untuk penderita sirosis haty yang berat dan hepatitis akut precoma.
Biasanya diberikan makanan berupa cairan yang mengandung karbohdrat
sederhana misalnya sari buah, sirup, teh manis. Pemberianprotein
sebaiknya dihhindarkan. Bila terjadi penimbulan caira atau sulit kencing
maka pemberian maksimum satu iter perhrari, die iini sebaiknya diberikan
lebih dari 3 hari
b) Diet 2
Diberikan bila keadaan akut atau perkoma sudah dapat diatasi dan mulai
timbul nafsu makan. Diet berbentuk lunak atau dicincang, tergantung
keadaan penderita. Asupan protein dibatasi hingga 30gr perhari, dan
lemak diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.
c) Diet 3
Untuk penderita yang nafsunya cukup baik bentuk makanan lunak atau
biasa, tergantung keadaan penderita. Kandungan protein bias sampai
1gr/kg berat badan, lemak sedang dalam bentuk yang mudah dicerna.
d) Diet 4
Untuk penderita yang nafsu makannya telah membaik, dapat menerima
protein dan tidak menunjukan sirosis aktif. Bentuk makanan lunak atau
biasa, tergantung kesanggupan penderita kalori, kandungan protein dan
hidrat arang tinggi, lemak, dan vitamin mineral cukup.
2. Kelompok makanan sehari-hari
Secara praktis, makanan sehari – hari dapat dibagi menjadi 3
kelompok:
1. Kelompok kuning
Makanan yang digunakan sebagai sumber energi seperti nasi, kentang,
minyak, gula, dan kue. Asupan makanan dari kelompok ini harus
ditetapkan jumlahnya perhari.
2. Kelompok hijau
Kelompok makanan yang harus dimakan sesuai kebutuhan. Contohnya
sayur- sayuran dan buah-buahan. Karena mengandung serat, makanan ini
bisa mencegah sembelit. Makanan ini mengandung pula vitamin dan
mineral.
3. Kelompok merah
Terdiri dari atas makanan banyak protein misalnya daging, telur, ikan dan
lain-lain. Konsumsi makanan kelompok ini harus berhati- hati karena bila
dikonsumsi dalam jumlah berlebih akan mengakibatkan peningkatan
kadar ammonia dalam darah.
3. Pemilhan bahan makanan bagi penderita hepatitis.
1. Hindari makanan yang dapat meimbulkan gas, seperti umi, singkong,
kacang merah, kol, sawi , lobak, nangka, durian dan lain-lain.
2. Hindari makanan yang mengandung pengawet seperti sosis , ikan
asin,kornet, dan lain-lain.
3. Pililah bahan makanan yang kandungannya lemak tidak banyak seperti
daging yang tidak berlemak, ikan segar, ayam tanpa kulit.
4. Sebaiknya pilih sayur-sayuran yang sedikit meengandung serat seperti
bayam, wortel , bit, labu siam, kacang Panjang muda, buncis muda, daun
kangkong dan sebagainya.
5. Bumbu-bumbu jangan terlalu merangsang. Salam, laos, kunyit, bawang
merah, bawang putih, dan ketumbar. Boeh di pakai tetapi jangan terlalu
banyak.
6. Hindarkan makanan yangterlalu berlemak seperti daging babi, usus, babat,
otak, sum-sum, dan santan kental.
Bagi penderita hepatitis terapi diet sngat penting untuk dilakukan kandungan
gizi pada terapi diet penderita hepatitis berbeda-beda tergantung pada kondisi
penderita . total kalori yang diberikan juga berbeda tergantung besar badan
dan aktivitas penderita. Selain itu , pada umumnya kurang baik jika terlalu
banyak menguragi lemak kecuali bila ada gejala kuning pada mata atau kulit.
Lemak yang mengandung banyak asam lemak esensial seperti minyak nabati
atau muniyak ikan boleh diberikan seperti biasa.

6. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan
penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal sebagai
hepatitis kronis persisten. Sekitar 5% dari pasien hepatitis virus akan mengalami
kekambuhan setelah serangan awal yang dapat dihubungkan dengan alkohol atau
aktifitas fisik yang berlebihan setelah hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien
akan mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati
seperti digeroti (picce meal).Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis yang
cukup bermakna adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
Penyakit hepatitis kadang-kadang dapat timbul sebagai komplikasi
leptospirosis, sifilis,tuberculosis, toksoplasmosis,dan amebiasis, yang kesemuanya
peka terhadap pengobatan khusus.penyakit noninfeksiosa meliputi penyumbatan
empedu,sirosis empedu primer,keracunan obat,dan reaksi hipersensitivitas obat.
Komplikasi akibat hepatitis A hampir tidak ada,kecuali pada para lansia atau
seseorang yang memang sudah mengidap penyakit kronis hati atau sirosis.
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati besar yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksis merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatic.kerusakan jaringan parenkim hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis,penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Subjektif Pada Pasien Hepatitis
Kategori Pertanyaan Untuk Rasional
Riwayat Kesehatan
Data Demografi - Berapa umur infeksi sering terjadi pada usia yang
klien ? lebih tua, di tularkan secara
horizontal pada masa anak-anak
dengan kontak erat penggunaan sikat
gigi, pisau cukur atau berciuman dan
kntak seksual pada dewasa muda
(juffri, 2012).

Pada penyakit hepatitis B banyak di


- Apa jenis kelamin alami oleh laki-laki di bandingkan
klien ? dengan perempuan karena terkait
dengan beberapa faktor penyebab,
penggunaan obat suntikan,
homoseksual, heteroseksual, dan
orang-orang yang terkait dengan
hepatitis B (Muttaqin, 2013).

pada daerah endemitas tinggi dan


- Bagaimana sebaliknya pada daerah dengan
lingkungan pravelensi rendah, penularan secara
klien? horizontal telah terjadi oleh
penyalagunaan obat, penggunaan
instrument yang tidak steril, tertusuk
jarum atau tindik (Juffri, 2012).
Riwayat Kesehatan Klien merasa mual muntah, ikterus
- Apa Keluhan pada daerah mata dan kulit, dan nyeri
utama klien ? abdomen kanan atas (Mutaqin, 2013).

klien merasakan mual muntah,


keluhan nyeri pada abdomen dan
- Riwayat terjadi kelelahan dalam melakukan
Kesehatan aktivitas (Mutaqin, 2013).
Sekarang?

Menanyakan kepada klien tentang


- Riwayat anggota keluarga yang juga pernah
kesehatan mengalami penyakit hepatitis
dahulu? (Mutaqin,2013).

b. Pengkajian objektif Pada Pasien Hepatitis


1) Kepala
a) Inspeksi : muka normal, simetris kanan dan kiri, warna muka ikteri,
rambut hitam, bentuk tengkorak normal, kulit kepala normal tidak
mengalami peradangan, tumor maupun bekas luka.
b) Palpasi : Tidak terdapat massa, pembengkakan , dan nyeri tekan.
c) Perkusi : -
d) Auskultrasi : -
2) Mata
a) Inspeksi : skela mata tampak ikterik, konjungtiva merah muda, tidak
terdapat ptosis pertumbuhan rambut bulu mata dengan baik, reaksi pupil
terhadap cahaya isokor.
b) Palpasi : tidak terdapat massa, tidak terdapat edema, dan tidak terdapat
nyeri tekan.
c) Perkusi : -
d) Auskultrasi : -
3) Telinga
a) Inspeksi : bentuk normal, tidak terdapat lesi, tidak terdapat edema, tidak
terdapat serumen, kotoran maupun pendarahan.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan
c) Perkusi : -
d) Auskultrasi : -
4) Hidung
a) Inspeksi : keadaan hidung tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembengkakan,
lubang hidung simetris.
b) Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan pada hidung, pada sinus-sinus hidung
tidak mengalami nyeri tekan.
c) Perkusi : -
d) Auskultrasi : -
5) Mulut
a) Inspeksi : mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi, warna lidah pucat tidak
terdapat kelainan pada dasar mulut dan palut lidah atau kecacatan.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada lidah, tidak adanya massa atau
tumor.
c) Perkusi : -
d) Auskultrasi : -
6) Leher
a) Inspeksi : bentuk leher simetris, warna kulit leher ikterus tidak adanya
pembengkakan, tidak terdapat pembesaran tiroid.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran limfe.
c) Perkusi : -
d) Auskultrasi : -
7) Dada
a) Inspeksi : bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat edema dan
peradangan.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, massa, kesimetrisan ekspansi dada
normal.
c) Perkusi : terdapat suara paru sonor pada ics 1-5.
d) Auskultrasi : terdapat suara vesikuler.
8) Perut
a) Inspeksi : bentuk perut flat, tidak ada lesi dan edema.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
c) Perkusi : terdapat suara timpani.
d) Auskultrasi : terdapat suara bising usus 10-12 kali/menit.
9) Genetalia
a) Inspeksi : tidak terdapat lesi, peradangan dan edema, pertumbuhan rambut
pubis merata.
b) Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan dan massa.
c) Perkusi : -
d) Auskultrasi : -
10) Alat garak
a) Inspeksi : tidak terdapat atrofi maupun hipertrofi, tidak terdapat kontraktur,
tidak terjadi tremor dan tidak terdapat kelemahan (paralisi).
b) Palpasi : tidak ada edema atau nyeri tekan, tidak terdapat krepitalis.
c) Perkusi : kekuatan otot bisep dan trisep normal.
d) Auskultrasi : -

2. Diagnosa
1) Nyeri Akut (D.007)
Kategori:Psikologis
Subkategori:Nyeri Dan Kenyamanan
2) Hipetermia (D.0130)
Kategori:Lingkungan
Subkategori:Keamanan Dan Proteksi
3) Defisit Nutrisi (D.0019)
Kategori:Fisiologis
Subkategori:Nutrisi Dan Cairan
4) Gangguan Integritas Kulit (D.0129)
Kategori:Lingkungan
Subkategori:Keamanan Dan Proteksi
DAFTAR PUSTAKA

http://spiritia.or.id/dokumen/buku-hepatitis.pdf
www.alodokter.com/hepatitis
http://sir.stikom.edu/119/5/BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai