Sasaran Pembelajaran:
Di akhir modul, mahasiswa akan dapat memahami: Referensi:
1. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien 1. Sherwood, L. (2012). Human physiology: From
HIV-AIDS cells to systems, (8th ed.). California:
2. Memahami pemeriksaan diagnostic pada Thomson Learning.
pasien HIV-AIDS 2. Tortora, G.J. & Derrickson, B.H. (2011).
Principles of anatomy and physiology. New
York: Harper Collins Publisher Inc.
3. Kummar, V., Abbas, AK., Aster JC (2015)
Robbins and Cotran; Pathologic Basic of
1. Disease Ninth edition Philadelphia : Saunders
Elsevier.
4. https://www.slideshare.net/EkaNurulSiam/pem
eriksaanfisikhivaids
Pada modul ini kita akan mempelajari topik mengenai Patofisiologi HIV-AIDS
Sementara, jumlah kasus acquired immune deficiency syndrome (AIDS) cenderung fluktuatif
mengarah ke penurunan. Bahkan, Kemenkes mencatat kasus AIDS berkurang 30,95% menjadi
7.036 kasus pada 2019. Jumlah tersebut menjadi yang terendah sejak 2010.
Berdasarkan provinsi, HIV paling banyak terjadi Jawa Timur, yakni 8.935 kasus. Sedangkan,
AIDS paling banyak terjadi di Jawa Tengah, yakni 1.613 kasus.
Tingginya kasus HIV di Indonesia salah satunya disebabkan oleh perilaku seks bebas. Selain itu,
hal tersebut karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku seksual berisiko,
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, serta penyakit menular seksual.
A. Pengertian
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
retrovirus HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan ditandai oleh suatu kondisi imunosupresi yang
memicu infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis (Kummar, et al. 2015).
AIDS adalah penurunan sistem imunitas secara progresif sehingga infeksi oportunistik dapat muncul
dan berakhir pada kematian. Infeksi oportunistik muncul dengan bentuk infeksi baru oleh
mikroorganisme lain (bakteri, fungi dan virus) atau reaktivasi infeksi laten yang dalam kondisi normal
dapat dikontrol oleh sistem imun sehingga tidak menimbulkan manifestasi. Munculnya infeksi
oportunistik mengindikasikan adanya efek pada imunitas yang dimediasi sel akibat imunodefisiensi
dan berhubungan dengan jumlah sel T CD4+ dan mekanisme lainnya (Pohan, 2006).
b. Berat Bedan
Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan. Kehilangan 10% atau lebih
dari berat badan Anda mungkin akibat dari sindrom wasting, yang merupakan salah satu tanda-
tanda AIDS , dan yang paling parah Tahap terakhir infeksi HIV. Diperlukan bantuan tambahan
gizi yang cukup jika Anda telah kehilangan berat badan.
c. Mata
Cytomegalovirus (CMV) retinitis adalah komplikasi umum AIDS. Hal ini terjadi lebih sering
pada orang yang memiliki CD4 jumlah kurang dari 100 sel per mikroliter (MCL). Termasuk gejala
floaters, penglihatan kabur, atau kehilangan penglihatan. Jika terdapat gejala retinitis CMV,
diharuskan memeriksakan diri ke dokter mata sesegera mungkin. Beberapa dokter
Bentuk pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan HIV dan AIDS, meliputi pemeriksaan
sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Laboratorium
Test dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosa HIV dan memantau
perkembangan penyakit serta responya terhadap terapi HIV. Test laboratprium ini terdiri dari :
a. Serologi
a) Test antiboby serum : Skrining HIV dan Elisa. Hasil test positif, tapi bukan merupakan
Diagnosa
b) Test blot western : Mengkonfirmasi diagnose HIV
D. PENUTUP PEMBELAJARAN
LESSON WRAP-UP
You are done with this session! Let’s track your progress. Shade the session number you just
completed.
Teori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Praktikum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
2.
3.
Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1.
2.
Pada modul ini kita akan mempelajari topik mengenai Patofisiologi HIV-AIDS
Sementara, jumlah kasus acquired immune deficiency syndrome (AIDS) cenderung fluktuatif
mengarah ke penurunan. Bahkan, Kemenkes mencatat kasus AIDS berkurang 30,95% menjadi
7.036 kasus pada 2019. Jumlah tersebut menjadi yang terendah sejak 2010.
Berdasarkan provinsi, HIV paling banyak terjadi Jawa Timur, yakni 8.935 kasus. Sedangkan,
AIDS paling banyak terjadi di Jawa Tengah, yakni 1.613 kasus.
Tingginya kasus HIV di Indonesia salah satunya disebabkan oleh perilaku seks bebas. Selain itu,
hal tersebut karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang perilaku seksual berisiko,
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan, serta penyakit menular seksual.
1. Pengkajian Keperawatan
b. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui keluhan utama sesak
nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan
(lebih dari 3 bulan), diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan
berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada mulut dan tenggorokan
disebabkan oleh jamur Candida Albicans, pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh,
munculnya Harpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.
d. Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.
Pemeriksaan Fisik
c. Tanda-tanda vital :
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan : Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan meningkat
Suhu : Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena demam.
d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB) TB : Biasanya tidak mengalami
peningkatan (tinggi badan tetap)
f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik, pupil isokor, reflek pupil
terganggu,
h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak putih seperti krim yang
menunjukkan kandidiasi.
i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur Cryptococcus neoformans),
biasanya ada pembesaran kelenjer getah bening,
k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada pada pasien AIDS yang
disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul), sesak nafas (dipsnea).
m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda lesi (lesi sarkoma kaposi).
n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral dingin.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
non opportunistik yang dapat ditransmisikan.
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
e. Diare berhubungan dengan infeksi GI
f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
3. Intervensi Keperawatan