Anda di halaman 1dari 3

RINGKASAN BIOSENSOR HIV/AIDS

Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu virus yang menyebabkan penurunan daya
kekebalan tubuh. Virus ini adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentevirus. HIV
menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau
keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan)
penderita. Penyebab AIDS adalah Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Menurut Departemen Kesehatan R.I, 1997 (Nursalam dan Kurniawati, 2007) perjalanan
penyakit AIDS dibagi dalam beberapa stadium, yaitu:
a. Stadium pertama: HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya perubahan serologis ketika
antibodi terhadap virus tersebut berubah menjadi negatif menjadi positif. Rentang waktu
saat HIV masuk kedalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut
window period. Lama window period antara 1 sampai 3 bulan, bahkan ada yang dapat
berlangsung sampai 6 bulan.
b. Stadium dua: Asimptomatik (tanpa gejala).
Asimtomatik berarti di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak
menunujukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung kira-kira 5-10 tahun. Cairan
tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIV ke orang lain.
c. Stadium ketiga
Pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata (Persistent Generalized
Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat saja dan berlangsung lebih satu
bulan.
d. Stadium keempat: AIDS
Keadaan ini disertai bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional,
penyakit syaraf dan penyakit infeksi sekunder.
Diagnosis HIV/AIDS Dan beberapa gejala klinis pada stadium AIDS dibagi antara lain:
1. Tanda-tanda utama (gejala mayor)
a. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan.
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terusmenerus.
c. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan.
d. TBC
2. Tanda-tanda tambahan (gejala minor)
a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan.
b. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur Candida Albicans.
c. Pembekakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh.
d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh
Terdapat 3 cara penularan HIV, yaitu : 1) Hubungan seksual, baik secara vagina, oral,
maupun anal dengan seorang pengidap, 2) Kontak langsung dengan darah, jalur penularan ini
terutama berhubungan dengan pengguna obat suntik penderita hemofilia, dan resipien transfusi
darah dan produk darah, 3) Secara vertikal, dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik
selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan.
Tindakan pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan mencegah perilaku seks
berisko. Ada beberapa metode yang direkomendasikan oleh Kemenkes RI untuk mencegah
penularan HIV yang dikenal dengan perilaku ABCDE:
1) Abstinence : tidak melakukan hubungan seks bebas
2) Befaitful : melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti pasangan dan saling setia
pada pasangan
3) Condom : untuk melakukan hubungan seks yang mengandung resiko dianjurkan
melakukan seks aman termasuk menggunakan kondom.
4) Drugs : jauhi narkoba
5) Equpment : hindari pemakaian alat medis yang tidak steril.

Penanggulangan adalah segala upaya yang meliputi beberapa pelayanan yaitu:


a. Promotif (fungsi pemahaman): yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang membantu
konseli atau klien agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya), dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman
ini, klien diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Preventif (fungsi pencegahan): yaitu membantu individu menjaga atau mencegah
timbulnya masalah bagi dirinya.
c. Kuratif: yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
dialami.
d. Rehabilitatif: layanan ini ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan, angka
kematian, mengatasi penularan serta penyebaran penyakit agar wabah tidak meluas ke
daerah lain serta mengurangi dampak negative yang ditimbulkannya.

Biosensor adalah perangkat analitis dengan tiga modul utama: (i) bioreseptor
penginderaan; (ii) transduser; dan (iii) detektor dengan output digital. Pada prinsipnya, analit
target berinteraksi dengan bioreseptor, dan bagian komponen pendeteksi secara khusus
mengenali analit melalui reaksi, adsorpsi spesifik, atau proses lain seperti interaksi fisik / kimia.
Kemudian, transduser menerjemahkan perubahan molekuler menjadi sinyal terukur yang diukur
oleh modul detektor digital. Ada berbagai jenis biosensor termasuk optik, elektrokimia,
piezoelektrik, magnetik, mikromekanis, dan termal untuk diagnosa medis.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah anggota dari subset dari retrovirus bernama
lentivirus. Lentivirus juga berarti virus lambat; dan itu menunjukkan periode antara awal infeksi
dan munculnya gejala. HIV menginfeksi sel T CD4 + dan mulai mereplikasi dengan cepat di
belakang memasuki aliran darah. Tahap akhir infeksi yang didapat dari sindrom imunodefisiensi
(AIDS) adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menonjol.
Ada dua jenis virus HIV dan HIV-1 adalah jenis yang paling umum menyebabkan
penyakit. Ada beberapa studi penelitian terbaru tentang deteksi virus ini menggunakan biosensor.
Sebagai contoh; Babamiri et al. mengembangkan biosensor elektro-chemiluminescence berbasis
cetak untuk deteksi gen HIV-1. Biosensor DNA elektrokimia dikembangkan dengan imobilisasi
kovalen dari penyelidikan HIV untuk DNA untai tunggal (ssDNA) pada elektroda karbon kaca
yang dimodifikasi (GCE). Metode ini didasarkan pada studi tentang perilaku elektrokimia dari
aquabis (1,10-phenanthroline) tembaga (II) perklorat [Cu (H2O) (fen) (2)] pusat titik 2ClO4, di
mana fen = 1,10-fenanthroline, setelah itu mengikat DNA di GCE dan dalam larutan.
Penggunaan indikator hibridisasi elektrokimia ini dapat memberikan deteksi yang sederhana dan
cepat dan mungkin memiliki masa depan yang menjanjikan dalam transduksi hibridisasi DNA
dan untuk diagnosis HIV dan AIDS.
Pertanyaan dan Jawaban

1. Dari berbagai jenis biosensor, biosensor manakah yang mampu digunakan untuk mendeteksi
HIV/ AIDS?
Jawaban:
Biosensor Elektrokimia, biosensor Optik, dan biosensor Electro Chemiluminessence

2. Apakah yang dimaksud dengan Asimtomatik?


Jawaban:
Asimtomatik berarti di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunuj ukkan
gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung kira-kira 5-10 tahun.

3. Apa beda HIV dengan AIDS?


Jawaban:
Human Immunodeficiency Virus (HIV), yaitu virus yang menyebabkan penurunan daya
kekebalan tubuh. Virus ini adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentevirus. HIV
menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala-gejala penyakit infeksi atau
keganasan tertentu yang timbul sebagai akibat menurunnya daya tahan tubuh (kekebalan)
penderita.

4. Apakah yang dimaksud dengan infeksi oportunistik?


Jawaban:
Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan defisiensi kekebalan yang parah dikenal sebagai
“infeksi oportunistik” karena infeksi-infeksi tersebut memanfaatkan sistem kekebalan tubuh
yang melemah

5. Virus HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Sebutkan beberapa cairan yang
berpotensial mengandung virus HIV dan yang tidak!
Jawaban:
Cairan yang berpotensial mengandung virus HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina
dan air susu ibu. Sedangkan cairan yang tidak berpotensi untuk menularkan virus HIV
adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai