Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima
agen virus yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan sampai
kronis dan vatal (Carpenito L. J, 1996 page 1332). Hepatitis adalah keadaan
radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau alkohol
(Dr. Jan Tambayong,2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.page 145)
Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi sebagai reaksi yang disebabkan agen
virus, obat, atau alkohol.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa definisi dari hepatitis?
2) Apasaja etiologi dari hepatitis?
3) Apa manifestasi klinis dari hepatitis?
4) Bagaimana patofisiologi dari hepatitis?
5) Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien dengan hepatitis?
6) Bagaimana penatalaksanaan klien dengan hepatitis?
7) Komplikasi apa yang dapat terjadi pada hepatitis?
8) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menjelaskan konsep patologis penyakit hepatitis dan menyusun
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami hepatitis
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Dapat mengetahui konsep anatomi dari kelenjar adrenal
b. Dapat mengetahui proses terjadinya dari hepatitis
c. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala hepatitis
d. Mampu memahami masalah keperawatan yang sedang terjadi pada
klien dengan hepatitis

1
e. Dapat merumuskan asuhan keperawatan dari hepatitis
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi individu
Laporan ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan oleh siswa
khususnya keperawatan sebagai informasi mengenai konsep penyakit
sindrom cushing dan penyusunan asuhan keperawatan pada klien dengan
sindrom cushing yang tepat sehingga dapat meminimalisir angka kejadian
cushing sindrom.
1.4.2 Bagi sekolah
Untuk memperbanyak dan memperluas informasi mengenai hepatitis dan
menjadi sumber belajar bagi siswa yang ingin melanjutkan Pendidikan di
bidang keperawatan.
1.4.3 Bagi masyarakat
Menambah informasi mengenai sindrom chusing guna meminimalisir
angka kejadian shusing sindrom.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima
agen virus yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan sampai
kronis dan vatal (Carpenito L. J, 1996 page 1332). Hepatitis adalah keadaan
radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau alkohol
(Dr. Jan Tambayong,2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.page 145)
Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi sebagai reaksi yang disebabkan agen virus,
obat, atau alkohol.
2.2 Anatomi fisiologi
Kita mengenal beberapa macam hepatitis viral akut, dari hepatitis A sampai
dengan hepatitis C. berhubungan dengan cepatnya perkembangan teknologi
kedokteran terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan bahwa akibat hepatitis
akan segera bertambah. Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
penting bukan hanya di amerika tetapi di seluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus
dilaporkan ke pusat pengawasan kesehatan di amerika dan setiap tahun jumlahnya
secara bertahap.
Walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah,morbiditas dan
kerugian ekonomi yang besar dihubungkan dengan penyakit ini (pince,1995) 60-
90% dari kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan.
Keadaan kasus subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan
dan kesalahan diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang
kurang lebih 50% orang dewasa di amerika telah memiliki antibody terhadap
virus hepatitis A, banyak orang tidak dapat mengingat kembali episode atau
kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis (brunner,dkk, 2002)

3
1.3 Etiologi
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit. page 485-488) :
1. Virus

Type A Type B Type C Type D Type E


Metode Fekal- Parenteral Parenteral, Parenteral Fekal-oral
transmisi oral seksual, jarang perinatal,
melalui perinatal seksual, memerluka
orang orang ke n koinfeksi
lain orang, dengan
perinatal type B

Keparah Tak Parah Menyebar Peningkata Sama


an ikterik luas, dapat n insiden dengan D
dan berkemban kronis dan
asimto- g sampai gagal hepar
matik kronis akut

Sumber Darah, Darah, Terutama Melalui Darah,


virus feces, saliva, melalui darah feces,
saliva semen, darah saliva
sekresi
vagina

4
2. Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
3. Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik
dan hepatitis akut.
2.4 Klasifikasi
1. Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,
sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah,
demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu makan.
Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang terinfeksi
hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B
dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak
dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengan es batu
yang prosesnyaterkontaminasi. Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A,
memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama, untuk
kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu
narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko
tinggi tertular hepatitis A.
2. Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual,
muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat
melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan
gigitan manusia. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta
imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap hepatitis-B yang
diberikan
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak
beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah

5
pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Mengenai hepatitis C akan kita bahas pada kesempatan lain.
3. Hepatitis C
Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan
paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor asimtomatik,
berbagi jarum dengan pengguna obat intra vena dan cairan tubuh atau didapat
dari tato.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik,
yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis
B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah.
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang
ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan
dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai
bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.
Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum
sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan
hepatitis B atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis
kronik. Penularan melalui transfusi darah jarum. Hepatitis B , dapat terjadi
tanpa gejala. Namun dapat juga terjadi artalgia dan ruam pada kulit.

6
2.5 Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus
melalui cairan tubuh seperti darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah
virus hepatitis sampai di tubuh melalui peredaran darah akan menyerang hati
dan akan menyebabkan peradangan atau inflamasi pada hepar sehingga
menyebabkan kerusakan hati di lobulus dan generasi sel, nekrosis parenkim hati
dan menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga mempengaruhi kekebalan
tubuh, adanya reaksi antara antigen antibodi menimbulkan respon imun seperti
demam sehingga timbul hipertermi, respon imun yang timbul kemudian
mendukung respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung
terhadap antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi
sehingga hati menjadi edematosa (hepatomegali). Terjadinya hepatomegali
menimbulkan keluhan seperti nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri
pada epigastrium, nyeri di hulu hati sehingga menimbulkan perubahan
kenyamanan dan perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan,
pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat dan disertai dengan hipermetabolik
sehingga akan menimbulkan keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang
menyebabkan stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin,
tetapi bilirubin tidak dapat mencapai usus halus sehingga mengakibatkan
terjadinya penurunan ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja berwarna
gelap.
Bilirubin terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran darah sehingga
terjadi kelebihan bilirubin dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya
ikterus pada sclera mata, kulit dan membran mukosa lainnya sehingga
menimbulkan kerusakan integritas jaringan. Pada kulit biasanya menyebabkan
terjadinya pruritus yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit

7
sebagian besar dari bilirubin terkonjugasi tersebut akan diekresikan melalui
ginjal sehinga warana urin menjadi berwarna sangat gelap.
PATHWAY

Pengaruh alcohol, virus hepatitis, toksin

HIPERTERMI Inflmasi pada hepar

Peregangan kopsula hati

Hepatomegali

Perut kuadran kanan atas terasa nyeri tidak


nyaman

NYERI Anoreksia

KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI :
KURANG DARI KEBUTUHAN

8
2.6 Manifestasi klinis
a) Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit
seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah,
pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah
demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitupada
demam berdarah, tbc, thypus, dll.
b) Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut
adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang
putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak
tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi
lebih beresiko.
c) Gejala Hepatitis C
Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C
tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun
lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah,
Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap. Pada beberapa kasus
dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun
demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi
bahkan normal.
2.7 Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000.
Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
1. AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat meningkat
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.

9
2. Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat
3. Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
2.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b. Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol/obat lain
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra sehubungan dan anggota
keluarga
2. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik terhadap HAV/HBV
pada keluarga pasien hepatitis yang dapat memberikan imunitas pasif
terhadap infeksi, imunitas ini bersifat sementara.

10
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat menular dan
berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua
individu yang termasuk kelompok berisiko tinggi, termasuk pekerja
kesehatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah, divaksinasi.
Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-orang yang beresiko
terinfeksi virus termasuk homosek atau heterosek yang aktif secara
seksual, pecandu obat bius dan bayi.
c. Medikametosa
 Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat penurunan bilirubin
darah, kortikosreroid dapat digunakan pada kolestasis.
 Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali
normal tetapi bilirubin masih tinggi.
 Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
 Antibiotik jika diperlukan.
 Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.

2.9 Pencegahan

a. Hepatitis A
Jika Anda menderita hepatitis A, biasanya Anda akan disarankan
untuk istirahat total dan mengonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi serta
obat-obatan untuk menghindari dehidrasi. Vaksin hepatitis A tersedia untuk
mencegah infeksi ini. Kebanyakan anak mulai vaksinasi antara usia 12 dan 18
bulan. Ini adalah rangkaian dari dua vaksin. Vaksinasi hepatitis A juga
tersedia untuk orang dewasa dan dapat digabungkan dengan vaksin hepatitis
B.
b. Hepatitis B
Penderita hepatitis akut tidak memerlukan pengobatan khusus.
Sedangkan untuk penderita hepatitis kronis, perlu diobati dengan obat
antivirus. Bentuk pengobatan ini biasanya dilakukan secara berkelanjutan

11
sampai hitungan bulan dan tahun. Perawatan untuk hepatitis B kronis juga
memerlukan evaluasi medis dan pemantauan rutin untuk menentukan apakah
virus merespons pengobatan.

c. Hepatitis C
Penderita hepatitis C akut dan kronis diobati dengan antivirus. Orang
yang terkena hepatitis C kronis biasanya diobati dengan kombinasi terapi obat
antivirus. Selain itu, mereka juga memperoleh uji coba kesehatan lebih lanjut,
guna menentukan jenis pengobatan terbaik. Orang yang mengembangkan
sirosis (jaringan parut pada hati) atau penyakit hati akibat hepatitis C kronis
mungkin menjadi kandidat untuk transplantasi hati. Untuk vaksin sendiri,
sayangnya sampai saat ini belum ada vaksin khusus hepatitis C.

2.10 Komplikasi
a. Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan,
hipoglikemi, hipotensi dan sepsis
b. Sindroma Guilain Baire
c. Hepatitis kronik persisten
d. Hepatitis agresif
e. Perkembangan karsinoma hepato seluler

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
b. Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut kembung,diare
dan nafsu makan menurun.
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis, apakah
tidak pernah, apakah menderita penyakit lain.
d. Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada perut
bagian atas, perut kembung, nafsu makan menurun dan diare.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita hepatitis
atau sakit lain. Genogram adalah gambar bagan riwayat keturunan atau
struktur anggota keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas
tiga generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah symbol pria,
wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia serta
pasien yang sakit.
f. Riwayat Bio-psiko-sosial-spiritual

13
Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan


1. Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan persepsi
terhadap kesehatan?
2. Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami
gangguan ini?
b. Nutrisi/ metabolic
1. Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
2. Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
1. Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan mulai terasa?
2. Apa konstipasi zatau diare?
3. Bagaimana pola BAK klien?
4. Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing, sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kmampuan ADL sepertii makan minum, mandi,
toileting, mobilisasi di tempat tidur, kemampuan berpindah, serta
ambulasi ROM apakah pasien melakukannya secara mandiri atau
dengan bantuan orang lain atau bantuan alat. Adapaun skor yang dapat
diberikan berkaitan dengan pola akivitas dan latihan seperti: 0:
mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
1. Bagaimana pola tidur klien, apakah mengalami perubahan?
2. Bagaimana istirahanya, dapatkah klien beristirahat dengan tenang?
f. Pola kognitif-perseptual
1. Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?Apakah klien
menggunakan alat bantu?
g. Pola persepsi diri/konsep diri

14
1. Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
1. Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?
2. Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan
seksual? (jika sudah menikah)
i. Pola peran-hubungan
1. Apakah setelah sakit, peran klien di keluarga berubah?
2. Bagaimana hubungan klien dengan orang sekitar setelah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
1. Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?
k. Pola keyakinan-nilai
1. Apakah klien selalu rajin sembahyang?
2. Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah salah satu prosedur yang biasa dilakukan
dokter untuk mendiagnosis penyakit. Hasil pemeriksaan ini kemudian
digunakan untuk merencanakan perawatan lanjutan.
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan secara sistematis. Mulai dari
kepala hingga kaki (head to toe) yang dilakukan dengan empat cara, yaitu
inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
Pemeriksaan Fisik Head To Toe :
1. Kepala
Mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit dan mengetahui
adanya lesi atau bekas luka.
 Inspeksi : lihat ada atau tidak adanya lesi, warna kehitaman
atau kecoklatan, edema, dan distribusi rambut kulit.
 Palpasi : diraba dan tentukan turgor kulit elastik atau tidak,
tekstur kepala kasar atau halus, akral dingin atau hangat.
2. Rambut

15
Mengetahui warna, tekstur dan percabangan pada rambut dan
untuk mengetahui mudah rontok dan kotor.
 Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak,
bercabang atau tidak.
 Palpasi : mudah rontok atau tidak, tektur kasar atau halus.
3. Wajah

Mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan untuk mengetahui


luka dan kelainan pada kepala
 Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah jika muka kanan dan kiri
berbeda atau missal lebih condong ke kanan atau ke kiri, itu
menunjukkan ada parase/kelumpuhan.
4. Mata
Mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan penglihatan visus
dan otot-otot mata), dan juga untuk mengetahui adanya kelainan
atau pandagan pada mata. Bila terjadi hematuria, kemungkinan
konjungtiva anemis.
 Inspeksi : kelopak mata ada lubang atau tidak, reflek kedip
baik/tidak, konjungtiva dan sclera : merah atau konjungtivitis,
ikterik/indikasi hiperbilirubin atau gangguan pada hepar,
pupil : isokor, miosis atau medriasis.
 Palpasi : tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO
(tekanan intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba keras
(pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus) kaji adanya nyeri
tekan.
5. Telinga
Mengetahui kedalaman telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga.
 Inspeksi : daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran
bentuk, kebersihan, lesi.

16
 Palpasi : tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan
kelenturan kartilago.
6. Hidung
Mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan mengetahui adanya
inflamasi atau sinusitis.
7. Mulut dan gigi
Mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut, dan untuk
mengetahui kebersihan mulut dan gigi.
8. Leher
Menentukan struktur imtegritas leher untuk mengetahui bentuk
dan organ yang berkaitan dan untuk memeriksa system limfatik.
 Inspeksi : amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut,
amati adanya pembengkakan kelenjar tiroid, amati
kesimetrisan leher dari depan belakan dan samping.
 Palpasi : letakkan telapak tangan pada leher klien, minta pasien
menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid.
9. Abdomen
Mengetahui bentuk dan gerakan perut , mendengarkan bunyi
peristaltik usus, dan mengetahui respon nyeri tekan pada organ
dalam abdomen.
 Inspeksi : amati bentuk perut secara umum, warna kulit,
adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya
asites.
 Palpasi : adanya massa dan respon nyeri tekan.
 Auskultasi : bising usus normal 10-12x/menit.
 Perkusi : apakah perut terdapat kembung/meteorismus.
10. Dada
Mengetahui bentuk kesimetrisan, frekuensi, irama pernafasan,
adanya nyeri tekan, dan untuk mendengarkan bunyi paru.

17
 Inspeksi : amati kesimetrisan dada kanan kiri, amati adanya
retraksi interkosta, amati pergerakan paru.
 Palpasi : adakah nyeri tekan , adakah benjolan
 Perkusi : untuk menentukan batas normal paru.
 Auskultasi : untuk mengetahui bunyi nafas, vesikuler,
wheezing/crecles.

11. Ekstremitas atas dan bawah


Mengetahui mobilitas kekuatan otot dan gangguan-gangguan
pada ektremitas atas dan bawah. Lakukan inspeksi identifikasi
mengenai ukuran dan adanya atrofil dan hipertrofil, amati kekuatan
otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas dan
bawah.
12. Kulit
Mengetahui adanya lesi atau gangguan pada kulit klien.
Lakukan inspeksi dan palpasi pada kulit dengan mengkaji kulit
kering/lembab, dan apakah terdapat oedem.
h. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
1. AST (SGOT)/ ALT (SGPT)
2. Alkali Fospatase
3. Bilirubin serum
Darah lengkap :
a. Leukemia
b. Feses
c. Albumin serum menurun.
d. Anti-HAVIgM
e. HbsAG

18
f. Urinalisa
g. Tes ekskresi BSP
2. Radiologi
1. Foto polos abdomen
2. Skan hati

3.2 Diagnosa
Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hepatitis
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (inflamasi pada kelenjar
getah bening) dan dengan suhu tubuh di atas normal
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan factor biologis dan ketidakmampuan untuk mencerna makanan di
tandai dengan nyeri abdomen dan ketidakmampuan memakan makanan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai dengan
melaporkan nyeri secara verbal, perubahan selera makan dan gangguan tidur.
3.3 Intervensi
No Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
1 Hipertermi b.d Setelah Manajemen 1. mengetahui
proses penyakit dilakukan Hipertermi : da
(inflamasi pada tindakan 1. Monitor memonitor
kelenjar getah keperawatan ttv ttv
bening) dan selama 3x24 jam 2. Berikan 2.menyeimbang
dengan suhu diharapkan cairan oral kan kebutuhan
tubuh di atas masalah 3. Lakukan cairan klien
nilai normal keperawatan pendingin
3.menurunkan
hipertermi dapat an
suhu dengan
teratasi dengan eksternal

19
kriterian hasil : (kompres) teknik non
1. Kulit farmakologis
merah
tidak ada
2. Nadi 60-
100x
/menit
3. RR 15-
20x
/menit
2 Ketidakseimban Setelah 1. Beri porsi 1. Untuk
gan nutrisi dilakukan makan mengetah
kurang dari asuhan sedikit ui status
kebutuhan tubuh keperawatan tapi sering nutrisi
berhubungan selama …x 20 2. Membiark klien.
dengan factor menit klien an pasien 2. Untuk
biologis dan menunjukkan memakan mengetah
ketidakmampua keseimbangan makanan ui
n untuk nutrisi dengan kesukaann penyebab
mencerna kriteria hasil : ya penuruna
makanan di 1. Nafsu 3. Mengkaji n nafsu
tandai dengan makan adanya makan.
nyeri abdomen meningkat alergi 3. Untuk
dan 2. Pola makan makan mengetah
ketidakmampua teratur ui berat
nzmemakan 3. Intake dan badan
makanan aoutput ideal
nutrisi klien
seimbang

20
3 Nyeri akut Setelah 1. Catat keluhan 1. Nyeri tidak
berhubungan diberikan askep nyeri, lokasi, selalu ada
dengan agens selama ....x 20 lamanya, tapi bila ada
cedera biologis menit intensitas dan harus
ditandai dengan diharapkan kerakteristik dibandingka
melaporkan pasien dapat nyeri n dengan
nyeri secara mentoleransi 2. Kaji ulang gejala nyeri
verbal, nyerinya factor yang pasien
perubahan selera Dengan kriteria: meningkatkan sebelumnya
makan dan 1. Pasien atau dimana dapat
gangguan tidur. melaporkan menurunkan membantu
nyeri nyeri diagnose
berkurang 3. Diskusikan etiologi
secara verbal dan ajarkan perdarahan
2. Pasien tindakan dan
tampak rileks alternatif terjadinya
dan tenang penghilang kompilkasi
rasa nyeri 2. Membantu
tanpa dalam
menggunakan membuat
obat diagnosa dan
kebutuhan
terapi
3. Dapat
menurunkan
nyeri yang
dirasakan
pasien

21
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari
lima agen virus yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan
sampai kronis dan vatal (Carpetino L. J, 1996 1332). Hepatitis adalah keadaan
radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau alcohol
( Dr. Jan Tambayong, 200 ). Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi sebagai
reaksi yang disebabkan agen virus, obat, atau alcohol.
5.2 Saran
Untuk menghadapi penyakit yang belum ditemukan obatnya seperti
hepatitis ini, tindakan pencegahan adalah tindakan utama kita. Setelah membaca
dan mengetahui cara penularannya. Sebetulnya kita sudah mengerti apa
yangharus kita kerjakan supaya terhindar dari penyakit ini. Dan yang paling
penting adalah melakukan vaksinasi, vaksn merupkan suatu zat (antigen) yang
disuntikkan ke dalam tubuh kita dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk
meghasilkan zan anti (antibody) terhadap antigen tersebut.
Sebaiknya bagi penderita hepatitis segera mendapatkan perawatan
secepatnya agar tidak bertambah parah hingga menyebabkan kanker hati. Dan
perawat harus memberikan pendidikn kepada klien dan keluarga klien yang
belum mengetahui bahaya dan cara pencegahan hepatitis sedini mungkin.

22
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta :


Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2.
(edisi Delapan). Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan.


(Edisi dua). Jakarta : EGC.

Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of


Internal Medicine Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill Company,1932-1948.
Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999.
Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI
NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011.
Jakarta : EGC
NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta :EGC
Tambayong, Jan.(2000). Patifisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

23
24

Anda mungkin juga menyukai