TENTANG HEPATITIS
DI RUANG PENYAKIT DALAM
BANYUWANGI
2019-2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
TENTANG HEPATITIS
DI RUANG PENYAKIT DALAM
DIUSUSUN OLEH
MENGETAHUI
KEPALA RUANGAN
LAPORAN PENDAHULUAN
HEPATITIS
1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima agen virus
yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan sampai kronis dan vatal).
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat,
atau alkohol (Dr. Jan Tambayong,2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan.page 145)
Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi sebagai reaksi yang disebabkan agen virus, obat, atau
alcohol.
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (FKAUI, 2006). Hepatitis adalah infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Wening Sari, 2008).
Hepatitis merupakan suatu peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau
oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada kanker hati (Corwn Elizabeth J, 2001).
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan inflamasi pada
sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas.
Hepatitis virus yang sudah teridentifikasi secara pasti adalah hepatitis A, B, C, D dan E.
Hepatitis A dan E mempunyai cara penularan yang serupa (jalur vekal-oral) sedangkan
hepatitis B, C dan D mempunyai banyak karakteristik yang sama (Smeltzer Suzanne C
2002).
2. Etiologi
Virus
Type A Type B Type C Type D Type E Type G
Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral, Parenteral Fekal- Tranfusi
transmi melalui orang seksual, jarang perinatal, oral darah,
si lain perinatal seksual, memerlukan jarum
orang ke koinfeksi suntik
orang, dengan type B
perinatal
Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.
Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan
hepatitis akut.
3. Klasifikasi
1. Hepatitis A
2. Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa
lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik
atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia. Pengobatan
dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang
lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang
yang mempunyai banyak pasangan seksual. Mengenai hepatitis C akan kita bahas
pada kesempatan lain.
3. Hepatitis C
Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan paling sering
ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor asimtomatik, berbagi jarum dengan
pengguna obat intra vena dan cairan tubuh atau didapat dari tato.
4. Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak
lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan
melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit
hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau
amat progresif.
5. Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit
perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada
kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang
terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F
merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B atau C. Tidak
menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi
darah jarum. Hepatitis B , dapat terjadi tanpa gejala. Namun dapat juga terjadi artalgia
dan ruam pada kulit.
5. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh reaksi toksik
terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus melalui cairan tubuh seperti
darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah virus hepatitis sampai di tubuh melalui
peredaran darah akan menyerang hati dan akan menyebabkan peradangan atau inflamasi
pada hepar sehingga menyebabkan kerusakan hati di lobulus dan generasi sel, nekrosis
parenkim hati dan menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga mempengaruhi
kekebalan tubuh, adanya reaksi antara antigen antibodi menimbulkan respon imun seperti
demam sehingga timbul hipertermi, respon imun yang timbul kemudian mendukung respon
peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung terhadap
antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi sehingga hati menjadi
edematosa (hepatomegali). Terjadinya hepatomegali menimbulkan keluhan seperti nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri pada epigastrium, nyeri di hulu hati sehingga
menimbulkan perubahan kenyamanan dan perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat dan disertai dengan hipermetabolik
sehingga akan menimbulkan keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang menyebabkan
stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin, tetapi bilirubin tidak dapat
mencapai usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan ekskresi urobilinogen di
tinja sehingga tinja berwarna gelap. Bilirubin terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran
darah sehingga terjadi kelebihan bilirubin dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya
ikterus pada sclera mata, kulit dan membran mukosa lainnya sehingga menimbulkan
kerusakan integritas jaringan. Pada kulit biasanya menyebabkan terjadinya pruritus yang
akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit sebagian besar dari bilirubin
terkonjugasi tersebut akan diekresikan melalui ginjal sehinga warana urin menjadi berwarna
sangat gelap.
6. KOMPLIKASI
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi
amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis,
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh
jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin beras jaringan parut yang
terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat
4. Hepatoma
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pencegahan
1) Hepatitis virus B. penderita hepatitis sampai enam bulan sebaiknya tidak menjadi
donor darah karena dapat menular melalui darah dan produk darah.
2) pemberian imonoglubin dalam pencegahan hepatitis infeksiosa memberi pengaruh
yang baik. Diberikan dalam dosis 0,02ml / kg BB, intramuskular.
b. Obat-obatan
1) Kortikosteroid. Pemberian bila untuk penyelamatan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
2) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
3) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
4) Vitamin K dengan kasus kecenderungan perdarahan 10 mg/ hr intravena.
5) Roboransia.
6) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
7) Sulfas magnesikus 15 gr dalam 400 ml air.
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
c. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
d. Jika penderita tidak napsu makan atau muntah – muntah sebaiknya di berikan infus
glukosa. Jika napsu makan telah kembali diberikan makanan yang cukup
e. Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obat – obatan yang mengubah
susunan feora usus, isalnya neomisin ataukanamycin samapi dosis total 4-6 mg / hr.
laktosa dapat diberikan peroral, dengan pegangan bahwa harus sedemikian banyak
sehingga Ph feces berubah menjadi asam.
8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Tirah baring dan selanjutnya aktivitas pasien dibatasi sampai gejala pembesaran hati
kenaikan bilirubin kembali normal.
b. Nutrisi yang adekuat
c. Pertimbangan psikososial akibat pengisolasian dan pemisahan dari keluarga sehingga
diperlukan perencanaan khusus untuk meminimalkan perubahan dalam persepsi sensori.
d. Pengendalian dan pencegahan
9. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000.
Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat meningkat 1-2
minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat )
Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml prognosis
buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM
(gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada kandung empedu,
pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, status
perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2. Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, serta
hubungan dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut kembung,diare dan nafsu makan
menurun.
Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis, apakah tidak pernah,
apakah menderita penyakit lain.
Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada perut bagian atas,
perut kembung, nafsu makan menurun dan diare.
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita hepatitis atau sakit lain
Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota keluarga dari atas
hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan
keterangan manakah symbol pria, wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah
meninggal dunia serta pasien yang sakit.
4. Pengkajian 11 Pola Gordon
Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
Mual
DO:
Kekurangan volume
1. Penurunan turgor cairan
kulit
2. Mukosa mulut
kering
3. Kulit kering
2 DS : Peradangan pada sel-sel hati Ketidakseimbangan nutrisi
1. Pasien mengeluh kurang dari kebutuhan
nafsu makannya tubuh
menurun
Peradangan meluas,
2. Pasien mengeluh
nekrosis dan regenerasi sel-
jika makan nyeri sel hati
di uluhati
makanan merasa
mual
DO :
1. Pasien tampak
meringis
2. Nadi meningkat
3. Respirasi
meningkat
5. Pemberian terapi
5. Berikan terapi
intravena
intravena secara
membantu
tepat
memenuhi
kebutuhan cairan
pasien.
6. Berikan cairan 6. Selain dengan
secara tepat. pemberian terapi
intravena,
pemberian cairan
juga dilakukan
secara oral agar
dapat memenuhi
kebutuhan cairan
tubuh dengan
cepat
2 Ketidakseimban NOC : Nutritional NIC : Nutrition
gan nutrisi Status Management
kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat intake 1. Untuk mengetahui
kebutuhan asuhan keperawatan makanan. status nutrisi klien.
tubuh selama …x 20
berhubungan menit klien
dengan factor menunjukkan 2. Kaji perubahan 2. Untuk mengetahui
biologis dan keseimbangan nafsu makan dan penyebab
ketidakmampua nutrisi dengan akibatnya. penurunan nafsu
n untuk kriteria hasil : makan.
mencerna 1. Intake nutrisi
makanan di (kalori, 3. Untuk mengetahui
tandai dengan karbohidrat, 3. Kaji tinggi badan, berat badan ideal
nyeri abdomen protein dan berat badan dan klien.
dan sebagainya) bandingkan dengan
ketidakmampua klien baik nilai normal. 4. Untuk
n memakan 2. Klien menyesuaikan pola
makanan melaporkan 4. Atur pola makan makan fan pola
adanya nafsu sesuai dengan pola hidup klien.
makan hidup pasien dengan
3. Makanan yang tepat. 5. Perlu bantuan
diberikan dalam perencanaan
5. Kolaborasi dengan
dihabiskan oleh diet yang
ahli nutrisi untuk
klien memenuhi
jumlah kalori dan
4. Kenaikan berat kebutuhan nutrisi
tipe nutrisi yang
badan yang klien.
dibutuhkan untuk
normal
pemenuhan nutrisi.
6. Untuk
menyeimbangkan
6. Monitor intake intake nutrisi yang
nutrisi klien. adekuat.
8. Untuk memberikan
pengetahuan
8. Edukasi klien kepada klien.
pentingnya
pemenuhan nutrisi.
3 Nyeri akut Noc label: Nic label:
berhubungan Pain level Analgesic
dengan agens Setelah diberikan administration
cedera biologis askep selama ....x 1. Catat keluhan nyeri, 1. Nyeri tidak selalu
ditandai dengan 20 menit lokasi, lamanya, ada tapi bila ada
melaporkan diharapkan pasien intensitas dan harus
nyeri secara dapat mentoleransi kerakteristik nyeri dibandingkan
verbal, nyerinya dengan gejala
perubahan Dengan kriteria: nyeri pasien
selera makan 1. Pasien sebelumnya
dan gangguan melaporkan nyeri dimana dapat
tidur. berkurang secara membantu
verbal diagnose etiologi
2. Pasien tampak perdarahan dan
rileks dan tenang terjadinya
kompilkasi
2. Membantu dalam
2. Kaji ulang factor membuat diagnosa
yang meningkatkan dan kebutuhan
atau menurunkan terapi
nyeri
3. Dapat menurunkan
3. Diskusikan dan nyeri yang
ajarkan tindakan dirasakan pasien
alternatif penghilang
rasa nyeri tanpa
menggunakan obat
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan interpensi yang direncanakan sebelumnya
5. Evaluasi
No
Diagnosa
. Evaluasi
Keperawatan
Dx
1. Kekurangan volume S : pasien mengatakan konsentrasi bab pasien sudah
cairan berhubungan tidak lembek lagi
dengan kehilangan
O : bab pasien terlihat tidaklembek lagi
cairan aktif ditandai
dengan penurunan A : Intervensi tercapai
turgor kulit, P : pertahankan intervensi (nic lebel fluid
membrane mukosa management no 1 )
kering dan kulit
kering
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2. (edisi
Delapan). Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan. (Edisi dua). Jakarta :
EGC.
Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal Medicine
Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill Company,1932-1948.
Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.
NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :EGC