Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN


HEPATITIS
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari lima agen virus
yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat disembuhkan sampai kronis dan vatal
(Carpenito L. J, 1996 page 1332). Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada
hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat, atau alkohol (Dr. Jan Tambayong,2000.
Patofisiologi Untuk Keperawatan.page 145) Kesimpulan hepatitis adalah inflamasi
sebagai reaksi yang disebabkan agen virus, obat, atau alkohol.

2. Epidemiologi
Kita mengenal beberapa macam hepatitis viral akut, dari hepatitis A sampai
dengan hepatitis C. berhubungan dengan cepatnya perkembangan teknologi
kedokteran terutama dibidang molekuler, dapat dipastikan bahwa akibat hepatitis
akan segera bertambah. Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
penting bukan hanya di amerika tetapi di seluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus
dilaporkan ke pusat pengawasan kesehatan di amerika dan setiap tahun jumlahnya
secara bertahap.
Walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah,morbiditas dan kerugian
ekonomi yang besar dihubungkan dengan penyakit ini (pince,1995) 60-90% dari
kasus hepatitis virus diperkirakan berlangsung tanpa dilaporkan. Keadaan kasus
subklinis, ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang lebih 50%
orang dewasa di amerika telah memiliki antibody terhadap virus hepatitis A, banyak
orang tidak dapat mengingat kembali episode atau kejadian sebelumnya yang
memperlihatkan gejala hepatitis (brunner,dkk, 2002)
3. Etiologi
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit. page 485-488) :
 Virus

Type A Type B Type C Type D Type E Type G


Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral, Parenteral Fekal- Tranfusi
transmi melalui orang seksual, jarang perinatal, oral darah,
si lain perinatal seksual, memerlukan jarum
orang ke koinfeksi suntik
orang, dengan type B
perinatal
Kepara Tak ikterik Parah Menyebar Peningkatan Sama Tidak
han dan asimto- luas, dapat insiden kronis dengan D menyebab
matik berkembang dan gagal hepar kan
sampai kronis akut hepatitis
fulminan
ataupun
hepatitis
kronik.
Sumber Darah, feces, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah, Darah
virus saliva semen, melalui darah feces,
sekresi saliva
vagina

 Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol
sirosis.
 Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis
toksik dan hepatitis akut.

4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh reaksi
toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta infeksi virus melalui cairan
tubuh seperti darah, saliva, semen dan cairan vagina. Setelah virus hepatitis sampai di
tubuh melalui peredaran darah akan menyerang hati dan akan menyebabkan
peradangan atau inflamasi pada hepar sehingga menyebabkan kerusakan hati di
lobulus dan generasi sel, nekrosis parenkim hati dan menyebabkan penurunan fungsi
sel hati sehingga mempengaruhi kekebalan tubuh, adanya reaksi antara antigen
antibodi menimbulkan respon imun seperti demam sehingga timbul hipertermi,
respon imun yang timbul kemudian mendukung respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody langsung terhadap
antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-sel yang terinfeksi sehingga hati
menjadi edematosa (hepatomegali). Terjadinya hepatomegali menimbulkan keluhan
seperti nyeri abdomen pada kuadran kanan atas, nyeri pada epigastrium, nyeri di hulu
hati sehingga menimbulkan perubahan kenyamanan dan perubahan pemenuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat dan disertai
dengan hipermetabolik sehingga akan menimbulkan keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar yang
menyebabkan stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan bilirubin, tetapi
bilirubin tidak dapat mencapai usus halus sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan ekskresi urobilinogen di tinja sehingga tinja berwarna gelap. Bilirubin
terkonjugasi tersebut akan masuk kealiran darah sehingga terjadi kelebihan bilirubin
dalam darah yang akan menyebabkan terjadinya ikterus pada sclera mata, kulit dan
membran mukosa lainnya sehingga menimbulkan kerusakan integritas jaringan. Pada
kulit biasanya menyebabkan terjadinya pruritus yang akan menyebabkan terjadinya
kerusakan integritas kulit sebagian besar dari bilirubin terkonjugasi tersebut akan
diekresikan melalui ginjal sehinga warana urin menjadi berwarna sangat gelap.

5. Klasifikasi
Adapun 6 jenis hepatitis viral yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi konsep klinis
proses-proses penyakit. Page 485) :
1. Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala,


sedangkan pada orang dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah,
demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu
makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang
terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda
dengan hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis
kronik.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi feces pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang
tidak dimasak atau makan kerang yang setengah matang. Minum dengaN
es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4
minggu setelah suntikan pertama, untuk kekebalan yang panjang
diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu narkotika dan
hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular
hepatitis A.
2. Hepatitis B

Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual,
muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan
dapat melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi
darah dan gigitan manusia. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan
lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung antibodi terhadap
hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa
tahun yang lalu. Yang merupakan risiko tertular hepatitis B adalah
pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak pasangan seksual.
Mengenai hepatitis C akan kita bahas pada kesempatan lain.
3. Hepatitis C

Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus hepatitis viral dan
paling sering ditularkan melalui yang ditransfusi dari donor asimtomatik,
berbagi jarum dengan pengguna obat intra vena dan cairan tubuh atau
didapat dari tato.
4. Hepatitis D

Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang
tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis
B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi darah.
Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang
ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.
5. Hepatitis E

Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan
dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ),
keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat
mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat
hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang terpisah.
7. Hepatitis G

Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B


atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik.
Penularan melalui transfusi darah jarum. Hepatitis B , dapat terjadi tanpa
gejala. Namun dapat juga terjadi artalgia dan ruam pada kulit.

6. Tanda dan gejala


 Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit
seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-
muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang
terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang
lainnya yaitupada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
 Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut
adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang
putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung
tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang
lain
menjadi lebih beresiko.
 Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C
tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-
tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah
; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap. Pada
beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada
pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru
terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.

7. Pemeriksaaan Fisik
Difokuskan pada bagian yang terganggu :
 Mata
inspeksi : lihat perubahan sclera ikterus
 Kulit
Inspeksi : lihat perubahan kulit ikterus
 Abdomen
Inspeksi : apakah ada perubahan warna kulit dan luka
Perkusi : apakah ada massa
Palpasi : apakah ada pembesaran hepar dan nyeri tekan
Auskultasi : untuk mengetahui oeristaltik usus.

8. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E. Doenges.2000.
Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
 AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat dapat meningkat
1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
 Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat )
 Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup
SDM (gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin, protein/hematuria dapat
terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi pada kandung
empedu, pankreas, hati juga dapat menimbulkan splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis

9. Diagnosis
pada stadium pra ikterik, hepatitis dapat dikacaukan dengan penyakit infeksi akut lain
seperti appendiksitis akut/gastroenteritis akut

10. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b. Pendidikan mengenai menghindari pemakaian alkohol/obat lain
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra sehubungan dan anggota
keluarga
2. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik terhadap HAV/HBV
pada keluarga pasien hepatitis yang dapat memberikan imunitas pasif
terhadap infeksi, imunitas ini bersifat sementara.
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat menular dan
berpotensi menyebabkan kematian, maka sangat dianjurkan bahwa semua
individu yang termasuk kelompok berisiko tinggi, termasuk pekerja
kesehatan atau orang-orang yang terpajan ke produk darah, divaksinasi.
Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-orang yang beresiko
terinfeksi virus termasuk homosek atau heterosek yang aktif secara
seksual, pecandu obat bius dan bayi.
c. Medikametosa
 Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat penurunan bilirubin
darah, kortikosreroid dapat digunakan pada kolestasis.
 Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum sudah kembali
normal tetapi bilirubin masih tinggi.
 Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
 Antibiotik jika diperlukan.
 Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.

11. Komplikasi
 Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit, gangguan pernafasan,
hipoglikemi, hipotensi dan sepsis
 Sindroma Guilain Baire
 Hepatitis kronik persisten
 Hepatitis agresif
 Perkembangan karsinoma hepato seluler

12. Prognosis
Menurut Dienstag J.L (2008), 95-99% dari pasien hepatitis yang akut, sembuh
secara total. Namun prognosis penyakit hepatitis memburuk pada pasien yang
mempunyai penyakit lain. Bagi pasien yang telah didiagnosa menderita
penyakit hepatitis yang kronis, prognosisnya baik jika pasien mendapat terapi
yang baik sehingga dapat memperbaiki kondisi pasien. Perubahan dari fase
akut ke fase kronik sangat bergantung pada umur pasien dan cara terinfeksi.
Prognosis memburuk pada pasien-pasien yang menderita sirosis hati.
Karsinoma hepar merupakan komplikasi tersering bagi infeksi VHB yang
kronik.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2. Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur, pendidikan,
pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut kembung,diare
dan nafsu makan menurun.
 Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit hepatitis, apakah
tidak pernah, apakah menderita penyakit lain.
 Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah nyeri pada
perut bagian atas, perut kembung, nafsu makan menurun dan diare.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita
hepatitis atau sakit lain
 Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur anggota
keluarga dari atas hingga ke bawah yang didasarkan atas tiga
generasi sebelum pasien. Berikan keterangan manakah symbol pria,
wanita, keterangan tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia
serta pasien yang sakit.
4. Pengkajian 11 Pola Gordon
Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
 Apakah kondisi sekarang menyebabkan perubahan persepsi
terhadap kesehatan?
 Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien setelah mengalami
gangguan ini?
b. Nutrisi/ metabolic
 Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena gangguan?
 Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
 Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan mulai terasa?
 Apa konstipasi zatau diare?
 Bagaimana pola BAK klien?
 Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing, sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kmampuan ADL sepertii makan minum, mandi, toileting,
mobilisasi di tempat tidur, kemampuan berpindah, serta ambulasi
ROM apakah pasien melakukannya secara mandiri atau dengan
bantuan orang lain atau bantuan alat. Adapaun skor yang dapat
diberikan berkaitan dengan pola akivitas dan latihan seperti: 0:
mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat, 4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
 Bagaimana pola tidur klien, apakah mengalami perubahan?
 Bagaimana istirahanya, dapatkah klien beristirahat dengan
tenang?
f. Pola kognitif-perseptual
 Bagaimana perasaan klien terhadap panca indranya?
 Apakah klien menggunakan alat bantu?
g. Pola persepsi diri/konsep diri
 Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
 Apakah klien mengalami gangguan pada alat reproduksinya?
 Apakah klien mengalami gangguan saat melakukan hubungan
seksual? (jika sudah menikah)
i. Pola peran-hubungan
 Apakah setelah sakit, peran klien di keluarga berubah?
 Bagaimana hubungan klien dengan orang sekitar setelah
sakit?
j. Pola manajemen koping stress
 Apakah klien merasa depresi dengan keadaannya saat ini?
k. Pola keyakinan-nilai
 Apakah klien selalu rajin sembahyang?
 Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh gangguan ini?
2. Diagnose keperawatan
Analisa data
No Data Interpretasi Masalah keperawatan
1 DS : Peradangan pada sel-sel Kekurangan volume
1. Pasien hati cairan
mengatakan
lemas Hati membesar, mendesak
2. Pasien mengeluh dan terjadi demam
pusing

Mual
DO:
1. Penurunan
turgor kulit Kekurangan volume
2. Mukosa mulut cairan
kering
3. Kulit kering
2 DS : Peradangan pada sel-sel hati Ketidakseimbangan
1. Pasien nutrisi kurang dari
mengeluh kebutuhan tubuh
nafsu
Peradangan meluas,
makannya nekrosis dan regenerasi
menurun sel-sel hati

2. Pasien
mengeluh jika
makan nyeri
di uluhati

Kegagalan hati untuk


DO : melakukan detoksifikasi dan
1. Makanan gangguan metabolism zat gizi

yang di
berikan Anoreksia, mual muntah
Pelepasan toksin oleh hati
kepada pasien yang rusak
tampak masih
Ketidakseimbangan
banyak tersisa nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2. Pasien tampak
lemas
3. Pasien tampak
setelah di
berikan
makanan
merasa mual
3 DS : Nyeri akut
1. Pasien
mengeluh
nyeri di Hati membesar,
bagian perut mendesak dan terjadi
demam
kanan
Perut kuadran kanan atas
2. P = pasien terasa nyeri, tidak
mengeluh nyaman
nyeri timbul
jika perut
kuadran atas Nyeri akut
di sentuh
Q = seperti
tertusuk-tusuk
R = terjadi di
perut bagian
atas
S = dengan
skala 7 dari 10
T = setiap saat

DO :
1. Pasien tampak
meringis
2. Nadi
meningkat
3. Respirasi
meningkat

Peradangan pada sel-sel hati

Diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan hepatitis


1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandai dengan penurunan turgor kulit, membrane mukosa
kering dan kulit kering
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan factor biologis dan ketidakmampuan untuk
mencerna makanan di tandai dengan nyeri abdomen dan
ketidakmampuan memakan makanan
3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis ditandai
dengan melaporkan nyeri secara verbal, perubahan selera makan
dan gangguan tidur.

3. Rencana asuhan keperawatan


No Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC) Rasional
keperawatan hasil (NOC)
1 Kekurangan Setelah diberikan NIC Label : Fluid
volume cairan asuhan keperawatan Management
berhubungan selama 1 x 20 1. Pertahankan  1. Mewaspadai
dengan menit, record atau adanya intake dan
kehilangan diharapkan pasien pendataan mengenai output cairan yang
cairan aktif tidak mengalami intake dan output tidak seimbang.
ditandai dengan kekurangan volume cairan.
penurunan cairan. Dengan 2. Status hidrasi yang
turgor kulit, kriteria hasil: 2. Monitor status menurun dapat
membrane hidrasi pasien menimbulkan
mukosa kering NOC Label : Fluid (misalnya, dehidrasi.
dan kulit kering Balance kelembaban
1. Turgor kulit membran mukosa),
pasien normal secara tepat
(apabila dicubit,
3. Mewaspadai
akan kembali
adanya retensi
dalam waktu
cairan yang
kurang dari 2
mungkin dialami
detik). 3. Monitor hasil
pasien.
2. Membran laboratorium yang
mukosa pasein relevan mengenai
tetap lembab. adanya retensi
3. Adanya cairan (misalnya,
keseimbangan peningkatan
intake dan output osmolalitas urine).
4. Mengetahui
cairan dalam
keadaan umum
rentang 24 jam. 4. Monitor vital
pasien
signs pasien secara
tepat.
5. Pemberian terapi
5. Berikan terapi intravena
intravena secara membantu
tepat memenuhi
kebutuhan cairan
pasien.

6. Selain dengan
6. Berikan cairan
pemberian terapi
secara tepat.
intravena,
 
pemberian cairan
juga dilakukan
secara oral agar
dapat memenuhi
kebutuhan cairan
tubuh dengan
cepat
2 Ketidakseimban NOC : Nutritional NIC : Nutrition
gan nutrisi Status Management
kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji riwayat intake 1. Untuk mengetahui
kebutuhan asuhan keperawatan makanan. status nutrisi klien.
tubuh selama …x 20
berhubungan menit klien
dengan factor menunjukkan 2. Kaji perubahan 2. Untuk mengetahui
biologis dan keseimbangan nafsu makan dan penyebab
ketidakmampua nutrisi dengan akibatnya. penurunan nafsu
n untuk kriteria hasil : makan.
mencerna 1. Intake nutrisi
makanan di (kalori, 3. Untuk mengetahui
tandai dengan karbohidrat, 3. Kaji tinggi badan, berat badan ideal
nyeri abdomen protein dan berat badan dan klien.
dan sebagainya) bandingkan dengan
ketidakmampua klien baik nilai normal. 4. Untuk
n memakan 2. Klien menyesuaikan pola
makanan melaporkan 4. Atur pola makan makan fan pola
adanya nafsu sesuai dengan pola hidup klien.
makan hidup pasien dengan
3. Makanan yang tepat. 5. Perlu bantuan
diberikan dalam perencanaan
5. Kolaborasi dengan
dihabiskan oleh diet yang
ahli nutrisi untuk
klien memenuhi
jumlah kalori dan
4. Kenaikan berat kebutuhan nutrisi
tipe nutrisi yang
badan yang klien.
dibutuhkan untuk
normal
pemenuhan nutrisi.
6. Untuk
menyeimbangkan
intake nutrisi yang
6. Monitor intake
adekuat.
nutrisi klien.

7. Agar nutrisi klien


tetap terjaga
walaupun dengan
7. Anjurkan klien
menghabiskan
untuk makan sedikit
sedikit energy
tetapi sering.

8. Untuk memberikan
pengetahuan
kepada klien.
8. Edukasi klien
pentingnya
pemenuhan nutrisi.
3 Nyeri akut Noc label: Nic label:
berhubungan Pain level Analgesic
dengan agens Setelah diberikan administration
cedera biologis askep selama ....x 1. Catat keluhan nyeri, 1. Nyeri tidak selalu
ditandai dengan 20 menit lokasi, lamanya, ada tapi bila ada
melaporkan diharapkan pasien intensitas dan harus
nyeri secara dapat mentoleransi kerakteristik nyeri dibandingkan
verbal, nyerinya dengan gejala
perubahan Dengan kriteria: nyeri pasien
selera makan 1. Pasien sebelumnya
dan gangguan melaporkan nyeri dimana dapat
tidur. berkurang secara membantu
verbal diagnose etiologi
2. Pasien tampak perdarahan dan
rileks dan tenang terjadinya
kompilkasi
2. Membantu dalam
2. Kaji ulang factor membuat diagnosa
yang meningkatkan dan kebutuhan
atau menurunkan terapi
nyeri

3. Dapat menurunkan
3. Diskusikan dan nyeri yang
ajarkan tindakan dirasakan pasien
alternatif penghilang
rasa nyeri tanpa
menggunakan obat

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan interpensi yang direncanakan
sebelumnya

5. Evaluasi
No
Diagnosa
. Evaluasi
Keperawatan
Dx
1. Kekurangan volume S : pasien mengatakan konsentrasi bab pasien sudah tidak lembek lagi
cairan berhubungan O : bab pasien terlihat tidaklembek lagi
dengan kehilangan A : Intervensi tercapai
cairan aktif ditandai P : pertahankan intervensi (nic lebel fluid management no 1 )
dengan penurunan
turgor kulit,
membrane mukosa
kering dan kulit
kering

2. Ketidakseimbangan S : pasien mengatakan sudah bisa makanan seperti bubur


nutrisi kurang dari O : makanan pasien tampak tidak tersisa lagi
kebutuhan tubuh A : Intervensi tercapai
berhubungan dengan P: pertahankan intervensi.( nic lebel nutrition management no 4)
factor biologis dan
ketidakmampuan
untuk mencerna
makanan di tandai
dengan nyeri
abdomen dan
ketidakmampuan
memakan makanan

3. Nyeri akut S : pasien mengatakan rasa sakit di perut bagian kanan atas sudah berkurang
berhubungan dengan O : pasien sudah tidak terlihat meringis
agens cedera A : intervensi tercapai
biologis ditandai P: lanjutkan intervensi (nic lebel analgesic administration no 3)
dengan melaporkan
nyeri secara verbal,
perubahan selera
makan dan gangguan
tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta :


Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2.
(edisi Delapan). Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan. (Edisi dua).


Jakarta : EGC.

Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s Principles of Internal
Medicine Volume II 17th Edition. The Mc Graw Hill Company,1932-1948.

Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C. Geissler. 1999.


Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI

NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009 - 2011.


Jakarta : EGC

NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta :EGC

Tambayong, Jan.(2000). Patifisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai