Dosen Pembimbing
Sri Lestari, S.Kep.Ns.,M.Kes
Disusun Oleh
Nama: Rio Deva Efendi
No: 20062
Kelas: 2A
2. Hepatitis B akut
Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis B dari
golongan virus DNA. Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya vertical terjadi
pada masa perinatal dan 5% intra uterine. Penularan horizontal melalui transfuse
darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo, dan transplantasi organ. Gejala
hepatitis B akut tidak khas, seperti rasa terlalu lesu, nafsu makan berkurang,
demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan air
kencing warna teh. Diagnosis diteggakkan dengan tes fungsi hati serum
transaminase (ALT meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum.
Pengobatan tidak diperlukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat simtomasis.
Pencegahannya : telah dilakukan penapisan darah sejak tahun1992 terhadap bank
darah melalui PMI, Imunisasi yang sudah masuk dalam program nasional : HBO
(<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2 (3 bulan) DPT/HB3 (4 bulan), dan
menghindari faktor resiko yang menyebabkan terjadinya penularan.
3. Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadinya
ifeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi maka
95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan bila penularan terjadi pada usia
balita, maka 20-30% menjadi hepatitis B kronik dan bila penularan saat dewasa
maka hanya 5% yang menjadi penderita hepatitis B kronik. Hepatitis B kronik
ditandai dengan HBsAG (Hepatitis B surface antigen) positif (> 6 bulan). Selain
HBsAG, perlu diperiksa HBeAG (hepatitis B E-Antigen, anti-HBe dalam serum,
kadar ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA (hepatitis B
virusDeoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati. Biasanya tanpa gejala. Sedangkan
untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat untuk hepatitis B.
prinsip pengobatan tidak perlu terburu buru tapi jangan terlambat. Adapun tujuan
pengobatan memperpanjang harapan hidup, menurunkan kemungkinan terjadinya
sirosis hepatis atau hepatoma .
4. Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus hepatitis C
termasuk golongan virus RNA (ribo nucleic acid). Masa inkubasi 2-24 minggu.
Penularan hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa perinatal
sangat kecil melalui jarum suntik (IDUs, tattoo) transpaltasi organ, kecelakaan
kerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat menularkan tetapi sangat kecil.
Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi kronik. Pengobatan hepatitis C:
kombinasi pegylated interferon dan ribavirin. Pencegahan hepatitis C dengan
menghindari faktor resiko karena sampai saat ini belum tersedianya vaksin untuk
hepatitis C.
5. Hepatitis D
Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya. Hepatitis
D juga disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk
berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi
virus hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang akan terlindungi
jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.
6. Hepatitis E
Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi virus hepatitis E
termasuk virus RNA. Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan melalui fecal oral
seperti hepatitis A. diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV pada
penderita yang terinfeksi. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu, sampai icterus.
Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus. Pencegahannya dengan menjaga
kebersihan lingkungan, terutama kebersihan makanan dan minuman. Vaksinasi
hepatitis E belum tersedia.
7. Hepatitis F dan G
Masih terdapat perdebatan dalam penelitian hepatitis mengenai
kemungkinan adanya virus hepatitis F. Sedangkan virus hepatitis G adalah suatu
flavivirus RNA yang mungkin menyebabkan hepatitis fulminant. HGV ditularkan
terutama melalui air namun juga dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
Kelompok yang beresiko adalah individu yang telah menjalani transfuse darah,
tertusuk jarum suntik secara tidak sengaja, pengguna obat melalui intravena, atau
pasien hemodialisis. Beberapa peneliti meyakini bahwa HGV tidak menyebabkan
hepatitis yang bermakna secara klinis sehingga mereka tidak lagi
mempertimbangkan virus ini sebagai virus hepatitis.
Hepatitis Kronik
Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik labolatorik atau
gambaran patologik anatomi dalam waktu 4 bulan. Dikatakan hepatitis kronik
jika kelainan menetap lebih dari 6 bulan. Ada 2 jenis hepatitis kronik, yaitu:
a. Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurna
b. Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis
Hepatitis Fulminan
Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat, icterus
menjadi hebat, kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi/ensefalopati dan
masuk ke dalam keadaan koma dan kegagalan hati dan ditemukan tandatanda
perdarahan. Biasanya penderita meninggal 1 minggu sampai 10 hari.
B. Etiologi
Menurut Putri (2015) hepatitis yaitu:
Infeksi virus
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode Fekal-oral Parenteral, Parenteral, Parenteral, Fekal oral
transmisi melalui seksual, seksual
perinatal,
orang lain perinatal jarang,
orang ke memelukan
orang, koinfeksi
perinatal dengan type B
semen, darah
sekresi
vagina
C. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah
sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang
menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel
hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan
menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati (Putri, 2015).
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis menurut Prastika (2016) terdiri dari:
Masa tunas
a. Virus A: 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
b. Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
c. Virus non A dan non B: 15-150 hari (rata-rata 50 hari)
Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali
timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit.
Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas
capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung
selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang
terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang
setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pada seluruh badan,
rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.
F. Komplikasi
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik (Prastika, 2016).
Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik. Komplikasi yang sering
adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan diganti oleh jaringan parut (sikatrik)
semakin parah kerusakan, semakin besar jaringan parut yang terbentuk dan semakin
berkurang jumlah sel hati yang sehat (Putri, 2015).
G. Penatalaksanaan
Medis
a. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien
akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan
pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk
b. Obat-obatan
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan
bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada
reaksi imun yang berlebihan.
2) Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati. Contoh obat: Asam
glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
3) Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obatobatan
yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
4) Antibiotik, misalnya Neomycin 4 x 1000 mg / hr peroral.
5) Lactose 3 x (30-50) ml peroral.
6) Interferon α, Lamivudin, dan Ribavirin
7) Glukonal kalsikus 10% 10 cc intavena (jika ada hipokalsemia)
8) Infus glukosa 10% 2 lt / hr.
9) Jika penderita tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya di
berikan infus glukosa. Jika nafsu makan telah kembali diberikan makanan
yang cukup
10) Bila penderita dalam keadaan prekoma atau koma, berikan obatobatan
yang mengubah susunan feora usus, misalnya neomisin atau kanamycin
sampai dosis total 4-6 mg / hr. Laktosa dapat diberikan peroral, dengan
pegangan bahwa harus sedemikian banyak sehingga Ph feces berubah
menjadi asam.
Non Medis
a. Istirahat, pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
b. Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih
dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air
bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien
yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali
pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring
terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien
mengenai:
1) Apakah pasien menjaga kesehatan kebersihan diri dan
lingkungannya?
2) Apakah pasien mengetahui tentang penyakit hepatitis ?
3) Bagaimana cara pasien menjaga kesehatanya selama sakit ?
b. Pola nutrisi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi kaji
pasien mengenai:
1) Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia) ?
2) Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan ?
3) Apakah pasien mangalami mual muntah ?
4) Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ?
c. Pola eliminasi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola eliminasi kaji
pasien mengenai:
1) Apakah urine pasien berwarna gelap ?
2) Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ?
3) Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?
4) Apakah feses pasien berwarna seperti tanah liat ?
d. Aktivitas dan Latihan
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola aktivitas dan
latihan kaji pasien mengenai:
Aktivitas sehari-hari:
1) Bagaimanakah pasien beraktifitas dalam pekerjaannya?
2) Apakah tanda gejala dari penyakit hepatitisnya mengganggu
aktifitasnya ?
3) Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan malaise
umum selama beraktifitas ?
Olah raga:
1) Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga?
2) Jika iya, jenis olah raga apa yang dilakukan pasien?
e. Tidur dan Istirahat
Dalam pola ini kaji pasien mengenai :
1) Apakah penyakit hepatitisnya mengganggu pola tidurnya ?
2) Apakah selama sakit pasien cenderung ingin tidur ?
f. Sensori, Presepsi dan Kognitif
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola ini kaji pasien
mengenai:
1) Bagaimanakah tingkat ansietas pasien selama sakit hepatitis?
2) Apakah pasien mengalami nyeri?
Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:
a) P (provoking atau pemacu): faktor yang memperparah atau
meringankan nyeri
b) Q (quality atau kualitas): kualitas nyeri (misalnya, tumpul,
tajam, merobek)
c) R (region atau daerah): daerah penjalaran nyeri
d) S (severity atau keganasan): intensitasnya
e) T (time atau waktu): serangan, lamanya, frekuensi, dan sebab
g. Konsep diri
h. Pola Peran Hubungan
Pada pola peran hubungan kaji pasien mengenai:
1) Apakah pekerjaan pasien?
2) Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien Selama sakit ?
3) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain selama
sakit?
i. Manajemen Koping Setress
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pada pola ini kaji pasien
mengenai:
1) Apakah pasien mengalami stres sejak selama hepatitis ?
2) Bagaimana pasien menghadapi stres yang dimilikinya ?
j. Sistem Nilai Dan Keyakinan
Pola ini tidak menjadi fokus pengkajian, pola ini menggambarkan
bagaimana keyakinan serta spiritual pasien terhadap penyakitnya
Glikogenolisis menurun
Cepat lelah
Keletihan
DS (data subjektif) Virus hepatitis Ketidakseimban
a. Klien mengatakan gan nutrisi:
tidak nafsu Inflamasi pada sel-sel hati kurang dari
makan kebutuhan tubuh
b. Klien mengatakan Hepatomegaly
bahwa dirinya
merasa mual DO Anoreksia Mual
(data objektif) :
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
a. BB menurun
DS (data subjektif) : Virus hepatitis Kerusakan
• Klien mengatakan integritas kulit .
tubuh terasa gatal Inflamasi pada sel-sel hati
DO (data objektif) :
• Pruritus Peradangan meluas, nekrosis
• Bradikardi
• Ikterik pada sclera Perubahan sirkulasi sel hati
kulit, membrane
mukosa Peningkatan tekanan dalam
• Peningkatan edema sirkulasi hati
• Ascites
Odem saluran empedu
• SB meningkat
• Urtikaria Kolestasis kronis
Peningkatan bilirubin
Pruritus Ikterik
2.3 PERENCANAAN
Diagnosa 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan, perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi
dan metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.