OLEH
2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HEPATITIS
A. PENGERTIAN
sel kuffer, duktus empedu, dan pembuluh darah (Andra S.W dan Yessie M.P
2013).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serat
B. KLASIFIKASI HEPATITIS
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013), klasifikasi pada pasien
1. Hepatitis Virus
1) Hepatitis A
yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal hygiene yang rendah.
penderita. Gejalanya bersifat akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit
PHBS
2) Hepatitis B akut
pisau cukur, tattoo, dan transplantasi organ. Gejala hepatitis B akut tidak
khas, seperti rasa terlalu lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan,
nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan air kencing
Imunisasi yang sudah masuk dalam program nasional : HBO (<12 jam),
3) Hepatitis B kronik
terjadi saat bayi maka 95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan
bila penularan terjadi pada usia balita, maka 20-30% menjadi hepatitis B
kronik dan bila penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi
untuk hepatitis B. prinsip pengobatan tidak perlu terburu buru tapi jangan
4) Hepatitis C
tubuh, penularan masa perinatal sangat kecil melalui jarum suntik (IDUs,
5) Hepatitis D
Hepatitis D juga disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B
untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah
terinfeksi virus hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang
6) Hepatitis E
Dikatakan hepatitis kronik jika kelainan menetap lebih dari 6 bulan. Ada 2
3. Hepatitis Fulminan
masuk ke dalam keadaan koma dan kegagalan hati dan ditemukan tanda-
Menurut Baticaca ( 2009), Longo & Fauci (2014), WHO (2014), McPhee, SJ & Ganong WF , 2012 Hepatitis
disebabkan oleh :
(RNA jenis (DNA flavivirus) D / agen Delta belum (RNA dari famili
dgn hepatitis B)
Cara Oral, fecal, seksual, Oral, perkutan, Perkutan, seksual, perinatalPerkutan, Belum diketahui pasti, Perkutan, seksual,
penularan perkutan (jarang) seksual, perinatal. (belum pasti) seksual. diduga mll ternak yang perinatal
terinfeksi virus.
Masa 14-49 hari (rata-rata 30 30-180 hari (dapat 14-180 hari (rata-rata 50 3-7 minggu 40 hari
hari setelah
kontak)
Awitan Mendadak Perlahan Perlahan Perlahan Mendadak
Gejala Demam,mual,muntah, Mual, Mual, muntah. Demam, mual, Artralgia, demam, mual, Sebagian besar
artralgia dan ruammuntah,artralgia, jarang ditemukan artralgia, muntah, ikterus, muntah, ikterus tidak memiliki
(jarang), ikterus (jarangdemam (jarang), demam, dan icterus jarang terdapat gejala klinis,
jarangdikeluhkan
Keganasan Tidak Ya Ya Ya Tidak tidak
Prognosis Keparahan ringan, Keparahan sedang, Keparahan ringan, tidak Keparahan Keparahan berat, angka Keparahan
angka kematian rendah angka kematian ada angka kematian (pada sedang-berat, kematian sedang (3%) ringan/baik
tinggi (5%)
Pemeriksaan Pemeriksaan antigen HBsAg, anti HCV-Ag, Anti HCV (IgG), HbsAg, antiAntibodi VHE IgG, dan Antibodi VGH
lab HAV, anti HAV, HbsAg, HbcAg, RNA HCV HBs, antigenIgM/IgG, anti VHE dan
IgM timbul 3-4 minggu anti HDV AntiPCR serum dan kotoran
metode PCR
atau RT-PCR
Tata laksana Suportif dan infeteron, Infeteron pegylated plus Interferon Belum ada terapi khusus Terapi suportif dan
simptimatik ; diit tinggi lamividin, ribavirin; istirahat; α,pengobatan untuk hepatitis E; terapi simptomatik, diit,
protein dan KH, rendah adefovir, pengobatan simptomatik suportif dan supotif dan simptomatik;istirahat.
lemak, interveron, dan suportif; diet tinggi simptomatik, diit tinggi kalori atau
perorangan, lingkungan seksual yang aman, pencegahan vaksin hepatitis hepatitis E, pencegahan hepatitis G,
dan sanitasi yang baik, sterilisasi alat lainnya : skrining dan D, pencegahan dengan memasak pencegahan dengan
pemakaian air bersih, medis, APD (untuk pemeriksaan terhadap lainnya : seperti daging/hati hewan menghindari kontak
pengolahan makanan tenaga medis), darahpendonor,sterilisasi pada hepatitis B ternak sampai matang. dgn darah, perilaku
yang baik sesuai standar tidak instrumen medis, promosi seksual yang aman.
beragantian,
skrining bumil di
III.
Sumber : Sumber : Baticaca ( 2009), Longo & Fauci (2014), WHO (2014), McPhee, SJ & Ganong WF , 2012
D. TANDA DAN GEJALA
1. Masa tunas
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu
badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat
pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.
Kadang-kadang disertai gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,
E. PATOFISIOLOGI
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.
Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki
suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola
normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-
sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat
masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian
hepar normal.
suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
ulu hati.
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi
garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus
terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang
3. Leukopeni
5. Feses
6. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis
oleh hati
9. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
13. Urinalisa
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat
berlebihan.
air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari
pasien yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan
spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah
perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi
panel donor.
I. KOMPLIKASI
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
ensefalopati hepatik.
hepatis.
penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin besar
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang
sehat.
Pathways Hepatitis Virus Hepatitis A,B,C,D dan E
Hati membesar mendesak dan terjadi demam Demam Sub Febris Peradangan meluas, nekrosis, dan Kurang Pengetahuan
regenerasi sel-sel hati
Pelepasan toksin oleh hati yang rusak Peningkatan tekanan dalam lintasan sirkulasi
Nyeri Akut Resiko Keseimbangan Perubahan Nutrisi hati
SGOT-SGPT meningkat
Cairan Kurang Dari Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Kebutuhan Tubuh Odem saluran-saluran empedu hati intrahepatik
Anoreksia, mual, Kelemahan, rasa Capek,
muntah latergi, malaise
Resiko Infeksi Kolestasis Kronis
1. Biodata pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Data demografi
Apakah pasien tinggal / bekerja di lingkungan yang terpapar dengan infeksi virus
Pasien bisa datang dengan keluhan demam, sakit kepala, nyeri pada kuadran
kanan atas, mual, muntah, ikterik, lemah, letih, lesu, dan anoreksia
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit hepatitis dan penyakit
infeksi lain ?
3. Data bio-psiko-sosio
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
b. Pola nutrisi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi kaji pasien mengenai:
c. Pola eliminasi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola eliminasi kaji pasien
mengenai:
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola aktivitas dan latihan kaji
pasien mengenai:
Aktivitas sehari-hari
beraktifitas ?
Olah raga
1) Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga? Jika iya, jenis olah raga apa
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola ini kaji pasien mengenai:
g. Konsep diri
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pada pola ini kaji pasien mengenai :
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola ini menggambarkan bagaimana
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dibuktikan oleh gangguan status
kesehatan fisik
Diagnosea
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Risiko gangguanSetelah dilakukan asuhanNIC:
kelemahan
4. Tidak pusing
kepala
6. Tidak mengalami
penurunan
dialaminya
4 Hipertermi Setelah dilakukan asuhanNIC:
NOC :
3. Berikan metode pendinginan
3. Kompres membantu
1. Termoregulasi
eksternal (misalnya kompres pada
vasodilatasi pembuluh darah
Kriteria Hasil : leher, abdomen, ketiak dan
sehingga dapat membantu
selangkangan serta selimut dingin),
1. Tanda-tanda vital dalam
mengurangi demam
sesuai kebutuhan
kisaran normal
kebutuhan
nutrisinya
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Jogjakarta : Medi Action
Reeves J. Charlene, dkk. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer. Suzanne C.2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI Sujono, Hadi.
2.Yogyakarta:NuhaMed