Anda di halaman 1dari 30

TINJAUAN TEORI, TINJAUAN TEORI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HEPATITIS

OLEH:
KELOMPOK IV

NAMA KELOMPOK:
1. PUTU WULANDARI DEWISEPITRI (18C10249)
2. DEWA PUTU ARISTA PUTRA (18C10205)
3. NI WAYAN DEVI KUMALA CAHYA (18C10210)
4. LUH KADEK NIPIANI (18C10233)
5. PUTU SUTIARI (18C10238)
6. NI NENGAH ANI ARIANTI (18C10204)
7. NI WAYAN KARMINI (18C10218)
8. MADE ARYA YUNDA CAHYANI (18C10206)
9. I WAYAN EDIARTE (18C10213)
10. I KETUT BUDI ADNYANA (18C10208)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM B


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI (STIKES BALI)
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN HEPATITIS

A. PENGERTIAN
Hepatitis merupakan infeksi sistemik oleh virus diserati nekrosis dan klinis,
biokimia, serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001)
Hepatitis merupakan proses penyakit hepar yang mengenai parenkim, sel-
sel kuffer, duktus empedu, dan pembuluh darah (Andra S.W dan Yessie M.P 2013).
Hepatitis merupakan peradangan luas pada jaringan hati yang menyebabkan
nekrosis dan degenarasi sel (Charlene J. Reveens, 2001)
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serat
bahan- bahan kimia (Sujono Hadi, 1999)

B. KLASIFIKASI HEPATITIS
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013), klasifikasi pada pasien

dengan hepatitis adalah :


1. Hepatitis Virus
1) Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan penyakit
endemis di beberapa negara berkembang. Selain itu hepatitis A merupakan
hepatits yang ringan, bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala
sisa dan tidak menyebabkan infeksi kronik. Penularan penyakit ini melalui
fekal oral. Sumber penularannya umumnya terjadi karena pencemaran air
minum, makanan yang tidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi
yang buruk, dan personal hygiene yang rendah. Diagnosis ditegakkan
dengan ditemukannya IgM antibody serum penderita. Gejalanya bersifat
akut, tidak khas bisa berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah,
sampai icterus, bahkan sampai menyebabkan pembengkakan hati. Tidak
ada pengobatan khusus untuk penyakit ini tetapi hanya pengobatan
pendukung dan menjaga keseimbangan nutrisi. Pencegahan penyakit ini
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama
terhadap makanan dan minuman serta melakukan PHBS
2) Hepatitis B akut
Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis
B dari golongan virus DNA. Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya
vertical terjadi pada masa perinatal dan 5% intra uterine. Penularan
horizontal melalui transfuse darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur,
tattoo, dan transplantasi organ. Gejala hepatitis B akut tidak khas, seperti
rasa terlalu lesu, nafsu makan berkurang, demam ringan, nyeri abdomen
sebelah kanan, dapat timbul icterus, dan air kencing warna teh. Diagnosis
diteggakkan dengan tes fungsi hati serum transaminase (ALT meningkat),
serologi HBsAg dan IgM anti HBC dalam serum. Pengobatan tidak
diperlukan antiviral, pengobatan umumnya bersifat simtomasis.
Pencegahannya : telah dilakukan penapisan darah sejak tahun1992
terhadap bank darah melalui PMI, Imunisasi yang sudah masuk dalam
program nasional : HBO (<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2 (3
bulan) DPT/HB3 (4 bulan), dan menghindari faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya penularan.

3) Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia saat
terjadinya ifeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi
saat bayi maka 95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan bila
penularan terjadi pada usia balita, maka 20-30% menjadi hepatitis B
kronik dan bila penularan saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi
penderita hepatitis B kronik. Hepatitis B kronik ditandai dengan HBsAG
(Hepatitis B surface antigen) positif (> 6 bulan). Selain HBsAG, perlu
diperiksa HBeAG (hepatitis B E-Antigen, anti-HBe dalam serum, kadar
ALT (Alanin Amino Transferase), HBV-DNA (hepatitis B virus-
Deoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati. Biasanya tanpa gejala.
Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia 7 macam obat
untuk hepatitis B. prinsip pengobatan tidak perlu terburu buru tapi jangan
terlambat. Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan hidup,
menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau hepatoma

4) Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus
hepatitis C termasuk golongan virus RNA (ribo nucleic acid). Masa
inkubasi 2-24 minggu. Penularan hepatitis C melalui darah dan cairan
tubuh, penularan masa perinatal sangat kecil melalui jarum suntik (IDUs,
tattoo) transpaltasi organ, kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan
seks dapat menularkan tetapi sangat kecil. Kronisitasnya 80% penderita
akan menjadi kronik. Pengobatan hepatitis C: kombinasi pegylated
interferon dan ribavirin. Pencegahan hepatitis C dengan menghindari
faktor resiko karena sampai saat ini belum tersedianya vaksin untuk
hepatitis C.

5) Hepatitis D
Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya.
Hepatitis D juga disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B
untuk berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah
terinfeksi virus hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang
akan terlindungi jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.

6) Hepatitis E
Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi virus
hepatitis E termasuk virus RNA. Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan
melalui fecal oral seperti hepatitis A. diagnosis dengan didapatkannya IgM
dan IgG antiHEV pada penderita yang terinfeksi. Gejalanya ringan
menyerupai gejala flu, sampai icterus. Pengobatannya belum ada
pengobatan antivirus. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan
lingkungan, terutama kebersihan makanan dan minuman. Vaksinasi
hepatitis E belum tersedia.
2. Hepatitis Kronik
Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik labolatorik
atau gambaran patologik anatomi dalam waktu 4 bulan. Dikatakan hepatitis
kronik jika kelainan menetap lebih dari 6 bulan. Ada 2 jenis hepatitis kronik,
yaitu :
a. Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurn
b. Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis

3. Hepatitis Fulminan
Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat, icterus
menjadi hebat, kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi/ensefalopati dan
masuk ke dalam keadaan koma dan kegagalan hati dan ditemukan tanda-tanda
perdarahan. Biasanya penderita meninggal 1 minggu sampai 10 hari
C. ETIOLOGI
Menurut Baticaca ( 2009), Longo & Fauci (2014), WHO (2014), McPhee, SJ & Ganong WF , 2012 Hepatitis
disebabkan oleh :

Karakteristik Hepatitis A Hepatitis B Hepatitis C Hepatitis D Hepatitis E Hepatitis G


Penyebab Virus Hepatitis A Virus Hepatitis B Virus Hepatitis C (DNA Virus Hepatitis Virus hepatitis E Virus hepatitis G
(RNA jenis (DNA flavivirus) D / agen Delta (RNA belum (RNA dari famili
pikornavirus) hepadnavirus) (RNA defektif) terklasifikasikan mirip Flaviviridae)
dgn hepatitis B)
Cara Oral, fecal, seksual, Oral, perkutan, Perkutan, seksual, Perkutan, Belum diketahui pasti, Perkutan, seksual,
penularan perkutan (jarang) seksual, perinatal. perinatal (belum pasti) seksual. diduga mll ternak perinatal
yang terinfeksi virus.
Masa 14-49 hari (rata-rata 30-180 hari 14-180 hari (rata-rata 50 3-7 minggu 40 hari
inkubasi 30 hari) (dapat dideteksi hari) (masa akut)
30-60 hari setelah
kontak)
Awitan Mendadak Perlahan Perlahan Perlahan Mendadak
Gejala Demam,mual,muntah, Mual, Mual, muntah. Demam, mual, Artralgia, demam, Sebagian besar
artralgia dan ruam muntah,artralgia, jarang ditemukan muntah, mual, muntah, ikterus tidak memiliki
(jarang), ikterus demam (jarang), artralgia, demam, dan ikterus, jarang gejala klinis,
(jarang pada anak) ikterus icterus terdapat ikterus
artralgia jarangdikeluhkan
Keganasan Tidak Ya Ya Ya Tidak tidak
Prognosis Keparahan ringan, Keparahan Keparahan ringan, tidak Keparahan Keparahan berat, Keparahan
angka kematian sedang, angka ada angka kematian sedang-berat, angka kematian ringan/baik
rendah (<0.1%) kematian rendah (pada penyakit akut) angka sedang (3%)
(<0.5%) kematian
tinggi (5%)
Pemeriksaan Pemeriksaan antigen HBsAg, anti HCV-Ag, Anti HCV HbsAg, anti Antibodi VHE IgG, Antibodi VGH
lab HAV, anti HAV, HbsAg, HbcAg, (IgG), RNA HCV HBs, antigen dan IgM/IgG, anti
IgM timbul 3-4 anti HDV Anti VHE dan PCR serum
minggu sesudah HBc,HbeAg,anti HDVAnti dan kotoran utk
infeksi. HBe, HBcAg,anti HBV deteksi RNA hepatitis
Infeksi sebelumnya HBc, DNA HBV IgM, RNA E dan antibodi VHE.
IgG-anti HAV HDV dengan
metode PCR
atau RT-PCR
Tata laksana Suportif dan infeteron, Infeteron pegylated plus Interferon Belum ada terapi Terapi suportif
simptimatik ; diit lamividin, ribavirin; istirahat; α,pengobatan khusus untuk hepatitis dan simptomatik,
tinggi protein dan adefovir, pengobatan simptomatik suportif dan E; terapi supotif dan diit, istirahat.
KH, rendah lemak, interveron, dan suportif; diet tinggi simptomatik, simptomatik; diit
entekavir, kalori atau karbohidrat transpalantasi tinggi kalori atau
telbivudin; tirah hepar (pada karbohidrat.
baring; diit tinggi kasus kronik),
protein dan KH, diit tinggi
rendah lemak kalori.
Pencegahan Vaksinasi, kesehatan Vaksinasi, vaksin Hepatitis C-, Belum ada Belum ada vaksin Tidak ada
perorangan, perilaku seksual pencegahan lainnya vaksin hepatitis E, vaksinasi hepatitis
lingkungan dan yang aman, : skrining dan hepatitis D, pencegahan dengan G, pencegahan
sanitasi yang baik, sterilisasi alat pemeriksaan terhadap pencegahan memasak daging/hati dengan
pemakaian air bersih, medis, APD darahpendonor,sterilisasi lainnya : hewan ternak sampai menghindari
pengolahan makanan (untuk tenaga instrumen medis, seperti pada matang kontak dgn darah,
yang baik sesuai medis), tidak promosi perubahan hepatitis B perilaku seksual
standar kesehatan menggunakan perilaku masyarakat. yang aman.
jarum suntik
beragantian,
skrining bumil di
awal dan
trimester III.

Sumber : Sumber : Baticaca ( 2009), Longo & Fauci (2014), WHO (2014), McPhee, SJ & Ganong WF , 2012
D. TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari:
1. Masa tunas
Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) Virus
non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

2. Fase Pre Ikterik


Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung
sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus,
perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di
pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat
sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-
gatal mencolok
pada hepatitis virus B.
3. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada
minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-
kadang disertai gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan
selama 1-2
minggu.
4. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun
lemas dan lekas capai.

E. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.
Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki
suplai darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola
normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel
hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat
masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem
imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian
besar pasien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi
hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan
suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel
ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi
ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus (Andra
Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri, 2013)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013) pemerikasaan

penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hepatitis adalah :


1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang
terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang
rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
Eritrosit menurun sehubungan dengan penurunan hidup eritrosit (gangguan
enzim

hati) atau mengakibatkan perdarahan.


3. Leukopeni
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
6. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis
oleh hati

dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.


7. Anti HAVIgM Positif pada tipe A
8. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
9. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.

Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.


10. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan

dengan peningkatan nekrosis seluler)


11. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
12. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
13. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan
hiperbilirubinemia terkonjugasi. Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air,
ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan
merasakan lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan pada
mereka dengan umur
orang tua dan keadaan umum yang buruk
2. Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang
berlebihan.
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obat-obatan
yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih
dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air
bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien
yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit
sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu
disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel
donor.

I. KOMPLIKASI
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis,

penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.


3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin besar
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang
sehat.
Pathways Hepatitis
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Biodata pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Data demografi
Apakah pasien tinggal / bekerja di lingkungan yang terpapar dengan infeksi virus

dan bahan-bahan kimia ?


b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien bisa datang dengan keluhan demam, sakit kepala, nyeri pada kuadran

kanan atas, mual, muntah, ikterik, lemah, letih, lesu, dan anoreksia
c. Riwayat kesehatan dahulu
1) Penyakit apa yang pernah diderita pasien ?
2) Apakah pasien memiliki kebiasaan minum alcohol ?
3) Apakah pasien pernah menjalani operasi batu empedu ?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit hepatitis dan penyakit

infeksi lain ?
3. Data bio-psiko-sosio
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien mengenai:
1) Apakah pasien menjaga kesehatan kebersihan diri dan lingkungannya ?
2) Apakah pasien mengetahui tentang penyakit hepatitis ?
3) Bagaimana cara pasien menjaga kesehatanya selama sakit ?
b. Pola nutrisi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi kaji pasien mengenai:
1) Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia) ?
2) Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan ?
3) Apakah pasien mangalami mual muntah ?
4) Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ?
c. Pola eliminasi
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola eliminasi kaji pasien
mengenai:
1) Apakah urine pasien berwarna gelap ?
2) Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ?
3) Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?
4) Apakah feses pasien berwarna seperti tanah liat ?
d. Aktivitas dan Latihan
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola aktivitas dan latihan kaji

pasien mengenai:
 Aktivitas sehari-hari
1) Bagaimanakah pasien beraktifitas dalam pekerjaannya?
2) Apakah tanda gejala dari penyakit hepatitisnya mengganggu aktifitasnya?
3) Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan malaise umum
selamaberaktifitas ?
 Olah raga
1) Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga? Jika iya, jenis olah raga
apa yang dilakukan pasien?
e. Tidur dan Istirahat

Dalam pola ini kaji pasien mengenai :

1) Apakah penyakit hepatitisnya mengganggu pola tidurnya ?

2) Apakah selama sakit pasien cenderung ingin tidur ?

f. Sensori, Presepsi dan Kognitif

Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola ini kaji pasien mengenai:

1) Bagaimanakah tingkat ansietas pasien selama sakit hepatitis?

2) Apakah pasien mengalami nyeri?

Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:


a) P (provoking atau pemacu) : factor yang memperparah atau
meringankan nyeri
b) Q (quality atau kualitas) : kualitas nyeri (misalnya, tumpul, tajam,
merobek)
c) R (region atau daerah) : daerah penjalaran nyeri
d) S (severity atau keganasan) : intensitasnya
e) T (time atau waktu) : serangan, lamanya, frekuensi, dan sebab
g. Konsep diri
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian
h. Pola Peran Hubungan
Pada pola peran hubungan kaji pasien mengenai:
1) Apakah pekerjaan pasien?
2) Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien selama sakit ?
3) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain selama sakit?
i. Manajemen Koping Setress
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pada pola ini kaji pasien mengenai :
1) Apakah pasien mengalami stres sejak selama hepatitis ?
2) Bagaimana pasien menghadapi stres yang dimilikinya ?
j. Sistem Nilai Dan Keyakinan
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola ini menggambarkan
bagaimana keyakinan serta spiritual pasien terhadap penyakitnya
k. Seksual dan Repruduksi
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnose keperawatan menurut NANDA 2015-2017 :

1. Risiko gangguan fungsi hati yang dibuktikan oleh infeksi virus

2. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dibuktikan oleh gangguan status
kesehatan fisik
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi virus)

4. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient

6. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen

7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit


dan penularan serta penatalaksanakan perawatan

8. Resiko Infeksi berhubung dengan penyakit kronik

9. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan ikterik dan puritus

10. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif, mual dan
muntah
L. RENCANA KEPARAWATAN

Diagnosea
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Risiko gangguan fungsi hati Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC:
yang dibuktikan oleh infeksi … x … jam, diharapkan pasien :
1. Perlindungan infeksi
virus NOC :
1. Monitor adanya tanda dan gejala gangguan fungsi
1. Fungsi Liver
hati
Kriteria Hasil :

1. Tidak terjadi peningkatan serum bilirubin 2. Tingkatkan asupan nutriasi yang cukup
direk
2. Warna feses normal 3. Anjurkan istirahat

3. Tidak ada perpanjangan waktu


4. Instruksikan pasien untuk minum antibiotic yang
protombin
diresepkan
4. Tidak terjadi peningkatan SGPT dan SGOT
5. Tidak ada nyeri abdomen
6. Tidak mengalami jaundice
2 Risiko ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … NIC :
glukosa darah x … jam diharapkan pasien :
Manajemen Hipoglikemia
yang dibuktikan oleh NOC :
a. Monitor kadar glukosa darah sesuai dengan
gangguan status kesehatan fisik 1. Kadar glukosa darah
indikasi.
2. Keparahan hipoglikemia
b. Berikan sumber karbohidrat sederhana sesuai
Kriteria Hasil :
indikasi
1. Kadar glukosa darah dalam kisaran
c. Instruksikan pasien dan orang terdekat
normal
mengenai tanda dan gejala, faktor resiko dan
2. Tidak ada gemetar
penanganan hipoglikemia
3. Tidak mengalami kelemahan
4. Tidak pusing

5. Tidak mengalami sakit kepala


6. Tidak mengalami penurunan
7. kadar glukosa darah
3 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … NIC :
dengan agens cedera biologis x … jam diharapkan pasien :
1. Manajemen Nyeri
(infeksi virus) NOC :
1. Gali bersama pasien faktor- faktor yang dapat
1. Tingkat nyeri
menurunkan atau memperberat nyeri
2. Beri informasi mengenai nyeri seperti penyebab
Kriteria Hasil :
nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan
1. Tidak ada nyeri yang dilaporkan
antisipasi dari ketikanyamanan akibat prosedur
2. Tidak ada ekspresi wajah nyeri
3. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi) untuk
3. Tanda-tanda vital dalam kisaran
mengurangi nyeri
normal
4. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
4 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … NIC:
dengan proses infeksi x … jam diharapkan pasien :
1. Perawatan Hipertermi

1. Monitor tanda-tanda vital

NOC : 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian

1. Termoregulasi

Kriteria Hasil : 3. Berikan metode pendinginan eksternal (misalnya


kompres pada leher, abdomen, ketiak dan
1. Tanda-tanda vital dalam kisaran normal
selangkangan serta selimut dingin), sesuai
2. Tidak terjadi hipertermia
kebutuhan
3. Melaporkan kenyamanan suhu
4. Monitor suhu tubuh menggunakan alat yang sesuai

5. Instruksikan pasien tindakan- tindakan untuk


mencegah terpapar sinar matahari yang berlebihan,
cari tempat dimana tersedia AC, dan pakai pakaian
yang tidak ketat, warna terang dan ringan.
5 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … NIC:
kurang dari kebutuhan tubuh x … jam diharapkan pasien :
1. Manajemen nutrisi
berhubungan dengan NOC :
1. Berikan makanan yang sudah terpilh (sudah
ketidakmampuan
1. Fungsi Gastrointestinal
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
mengabsorpsi nutrient
Kriteria Hasil : 2. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
3. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
1. Nafsu makan tidak terganggu
4. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan
2. Tidak ada nyeri perut
nutrisi yang dibutuhkan
3. Tidak ada mual dan muntah
6 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … NIC :
1. Intoleransi Aktivitas
x … jam diharapkan pasien : Activity Therapy
berhubungan dengan
NOC: 1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik
kelemahan umum,
1.Energy conservation dalam merncanakan pogram terapi yang tepat .
ketidakseimbangan antara
2.Activity tolerance 2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
suplai dan kebutuhan oksigen
3.Self Care:ADLs yang mampu dilakukan
Kriteria Hasil : 3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
1.Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tampa sesuai dengan kemampuan pisik , pisikologo
disertai peningkatan tekanandarah ,nadi dan RR dan social
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari 4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
(ADLs) secara mandiri sumber yang di perlukan untuk aktivitas yan
3.Tampa tanda vital normal diinginkan
4. Energy psikomotor 5. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas
5. Level kelemahan seperti kursi roda ,krek
6. Mampu berpindah : dengan atau tampa 6. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang di
bantuan alat sukai
7. Status kardiopulmunari adekuat 7. Bantu klien untuk membut jadwal latihan
8. sirkulasi status baik diwaktu luang
9.Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi 8. Bantu pasen / keluarga untuk mengidentifikasi
adekuat kekurangan dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
11. Monitor respon fisik ,emoi ,social dan spiritual
7. NIC : NIC :
Kurang pengetahuan
1. Kowlwdge :discase process 1. Kaji tingkat pengetauan pasien dan kelurga
berhubungan dengan
2. Kowlwdge : haelth Behavior 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
keterbatasan kognitif,
interprestasi terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
informasi yang salah, selama....... pasien menunjukan dan fisiologi ,dengan cara yang tepat.
kurangnya keinginan untuk pengetahuan tentang proses penyakit 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
mencari informasi, tidak dengan pada penyakit , dengan cara yang tepat
mengetahuai sumber-sumber Kriteria hasil : 4. Gambarkan proses penyakit , dengan cara yang
informasi 1. Pasien dan keluarga menyatakan tepat
pemahaman tentang , kondisi , 5. Identifikasi kemukinan peyebab , dengan cara
prognosis dan program pengobatan yang tepat
2. Pasien dan keluarga mampu 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi
melaksanakan prosedur yang , dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar 7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang
3. Pasien dan keluarga mampu kemajuan pasien dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa yang 8. Diskusikan pilihan terapi atau penaganan
dijelaskan perawat / tim kesehatan 9. Dukung pasien untuk mengeksporasi atau
lainnya mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
10. Eksporasi kemungkinan sumber atu duungan ,
dengan cara yang tepat
8. NOC : NIC:
2. Resiko Infeksi berhubung
1. Immune Status 1. Pertahankan teknik aseptif
dengan penyakit kronik
2. Knowledge : lnfection 2. Batasi pengunjung bila perlu
Control 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
3. Risk control keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Gantik letak Ivperifer dan dressing sesuai dengan
selama..... pasien tidak mengalami infeksi petunjuk umum
dengan 5. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
Kriteria hasil : infeksi kandung kencing
1. Klien bebas dari tanda dan gejala 6. Monitor tanda dan gejala infeksisistemik dan lokal
Infeksi 7. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
2. Menunjukan kemampuan untuk infeksi
mencegah timbulnya infeksi 8. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4
3. Jumlah leukosit dalam batas normal jam
4. Menujukan perilaku hidup sehat 9. Kolaborasi pemberian antibiotik
5. Status imun ,gastrointestinal
,genitourinaria dalam batas nomal

9. NOC: NOC:
3. Kerusakan intergritas kulit
1. Tissue integrity: skin and mucous Pressure management
berhubungan dengan ikterik
2. Membranes 1. Anjuran pasien untuk mengunakan pakian yang
dan puritus
3. Hemodyalis akses longgar
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
selama..... pasien tidak mengalami gangguan 3. Jaga kebersihan kulit agar agar tetap persih dan
intergritas kulit dengan kering
Kriteria hasil: 4. Mobilitas pasien (ubah posisi pasien )setiap dua
1. Integritas kulit yang baik bisa jam sekali
dipertahankan (sensasi, elastisitas, 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
temperatur, hidrasi, pigmentasi) tidak ada 6. Oleskan lotion atau miyak / baby oil pada darah
luka/lesi pada kulit yang tertekan
2. Perfusi jaringan baik 7. Monitor aktivitas dan mobilitas pasien
3. Menunjukan pemahaman dalam proses 8. Monitor status nutrisi pasien
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya 9. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
sedera berulang Insision site care
4. Mampu melindungi kulit dan 1. Membersihkan , memantau dan meningkatkan
mempertahakan kelembapan kulit dan proses peyembuhan pada luka yang ditutup
perawatan alami. dengan jahitan, klip dan streples
2. Monitor proses kesembuhan area insisi
3. Monitor tanda dan gejala infeksi pada area
insisi
4. Bersihkan area sekitar jahitan atau streples,
menggunakan lidi kapas steril
5. Gunakan praparat antiseptic , sesuai program
6. Ganti balutan pada interpal waktu yang sesuai
atau biarkan luka tetap terbuka ( tidak
dibalut)sesuai program
10. NOC : NIC :
4. Defisit volume cairan
1. Fluid balance 1. Pertahankan catatan intake dan output yang
berhubungan dengan
2. Hytration akurat
kehilangan cairan secara aktif,
3. Nutritional Status : Food and FIuid Intake 2. Monitor status hidrasi (kelembahan
mual dan muntah
Setelah di lakukan tindakan keperawatan membran mukosa ,nadi adekuat , tekanan
selama ...... defisit volume cairan teratasi darah ortustatik ).jika di perlukan
dengan 3. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi
Kriteria hasil : cairan (BUN , hmt , osmolalitas urine ,
1. Mempertahankan urine output sesuai albumin , total protein )
dengan usia dan BB,BJ urine normal 4. Monitor vital sign setiap 15 menit – 1 jam
2. Tekanan darah , nadi , suhu tubuh 5. Kolaborasi pemberian cairan IV
dalam batas normal 6. Monitor status nutrisi
3. Tidak ada tanda tanda dehidrasi 7. Berikan cairan oral
,Elastisitas turgor kulit baik , 8. Berikan penggantian nasogatrik sesuai otput
membran mukosa lembab , tidak ada (50 – 100cc/jam )
rasa haus yang berlebihan 9. Dorong keluarga untuk membantu pasien
4. Orientasi terhadap waktu dan tempat makan
baik 10. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih
5. Jumlah dan irama pernapasan dalam muncul memburuk
dalam batas normal 11. Atur kemunkinan tranfusi
6. Elektrolit ,Hb , Hmt dalam batas 12. Persiapan untuk tranfusi
normal 13. Pasang kateter jika perlu
7. pH urine dalam batas normal 14. Monitor intake dan cairan urine output
8. Intake oral dan intravena adekuat setiap 8 jam
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi


& klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Nurarif, A.H dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Jogjakarta : Medi Action

Reeves J. Charlene, dkk. 2001. Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Smeltzer. Suzanne C.2001. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8. Jakarta : EGC

Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI Sujono, Hadi.
1999. Gastroenterologi. Alumni Bandung

Wijaya, andra saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah
2.Yogyakarta:NuhaMed

Anda mungkin juga menyukai