Anda di halaman 1dari 37

Tugas KMB I

ASKEP HEPATITIS

Disusun oleh Kelompok V


Tingkat II A
Dahlia
Kasma
Magfirah
Wahyudin
M. Rifaldi Djufri

POLTEKKES KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN PALU

TAHUN AJARAN 2013-2014

A. DEFINISI
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obatobatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999)
Hepatitis merupakan inflamasi hepar yang terjadi karena invasi
bakteri , cidera dan agen fisik/kimia (non virus) atau oleh infeksi virus .
(Marilynn E. D, 2000)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai
nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas. (Smeltzer, 2001)
Hepatitis merupakan proses penyakit hepar yang
parenkim, sel-sel kuffer, duktus empedu dan pembuluh darah.

mengenai

B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya, hepatitis dapat diklasifikasikan ke
dalam dua kelompok besar, yakni hepatitis virus dan hepatitis non
virus.
a) Hepatitis virus
Hepatitis virus merupakan infeksi hati yang sering terjadi dan
mengakibatkan destruktif, nekrosis, serta autolisis sel hati. Pada
kebanyakan pasien, sel-sel hati akhirnya mengadakan regenerasi
dengan sedikit kerusakan sama sekali. Namun, usia lanjut dan
gangguan serius yang ada di balik infeksi ini akan memperbesar
kemungkinan komplikasi. Hepatitis virus memiliki prognosis yang
buruk jika terjadi edema dan ensefalopati hepatik. Sejauh ini telah
diidentifikasi beberapa tipe virus penyebab hepatitis. Yang umum
adalah tipe A, B, C, D dan E. Tipe yang lain terus teridentifikasi
seiring peningkatan populasi pasien dan semakin canggihnya teknik
pemeriksaan laboratorium.
Metode
transmis
i

Type A
Fekal-oral
melalui
orang lain

Type B
Parentera
l seksual,
perinatal

Type C
Parentera
l
jarang
seksual,

Type D
Type E
Parenteral Fekalperinatal, oral
memerluk

Keparah
an

Tak
Parah
ikterik
dan
asimtoma
tik

Sumber
virus

Darah
feces,
saliva

Darah,
saliva,
semen,
sekresi
vagina

orang ke an
orang,
koinfeksi
perinatal
dengan
type B
Meyebar
Peningkat
luas,
an
dapat
insiden
berkemba kronis
ng
dan gagal
sampai
hepar
kronis
akut
Terutama Melalui
melalui
darah
darah

Sama
dengan
D

Darah,
feces,
saliva

b) Hepatitis non-virus
Hepatitis non-virus adalah merupakan keadaan inflamasi pada
hati yang biasanya terjadi karena pajanan zat kimia atau obat
tertentu. Sebagian besar pasien akan sembuh dari keadaan sakit ini
meskipun sebagian kecil dapat mengalami hepatitis fulminan atau
sirosis hepatis.
Hepatitis non-virus di antaranya disebabkan oleh hal-hal
sebagai berikut:
Reaksi toksik terhadap obat-obatan : menyebabkan toksik untuk
hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
Seperti semua jenis hepatitis, hepatitis toksik adalah juga
peradangan di liver. Pada hepatitis toksik kerusakan sel-sel liver
disebabkan bahan kimia yang beracun, obat-obat keras yang
efeknya mencederai hati, atau mengonsumsi makanan/tanaman
tertentu yang mengandung racun misalnya jamur beracun. Pada
beberapa kasus, hepatitis toksik terjadi dalam tempo hanya
beberapa jam atau beberapa hari setelah tubuh terekspos bahan
beracun. Ini terlihat dari gejal yang muncul. Namun ada kasuskasus yang memerlukan waktu beberapa bulan setelah makan
bahan-bahan beracun tersebut untuk menampakkan gejalanya.

Sering kali gejala menghilang dengan sendirinya begitu racun


dalam tubuh menghilang. Namun harap diwaspadai karena
hepatitis toksik bisa menimbulkan cedera yang sifatnya
permanen pada sel-sel hati. Kerusakan hati yang permanen dapat
berkembang menjadi sirosis bahkan gagal hati.
Alkohol : menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi
alkohol sirosis.
Inilah penyakit radang hati yang diderita oleh pecandu minuman
keras. Telah lama para ahli hepatitis mensinyalir adanya
hubungan antara radang hati/liver dan pecandu minuman keras.
Namun hubungan antara minuman keras dan radang hati
(alcoholic hepatitis) ternyata sangat kompleks. Tidak semua
pecandu minuman keras bakal menderita radang hati. Bahkan
radang hati bisa juga diderita oleh peminum yang bukan pecandu
minuman keras (artinya hanya sekali-sekali saja minum-minuman
keras).
Gejala penyakit liver atau hepatitis ini sangat ringan bahkan tidak
terdeteksi. Namun bukan berarti penyakitnya lantas menghilang
sendiri. Walaupun gejalanya ringan bahkan tidak disadari,
penyakit tetap berkembang bahkan bisa mencederai organ hati.
Setelah makin parah, gejala barulah tampak.
Bahan-bahan kimia.

C. TANDA DAN GEJALA


a) Hepatitis virus
Tanda dan gejala hepatitis virus mencerminkan stadium penyakit
tersebut.

Stadium pre ikterik (prodromal)


Berlangsung selama 4-7 hari. Penderita mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, muntah, mual, demam, nyeri sendi otot dan nyeri
pada perut kanan atas. Urine menjadi lebih coklat. Tanda dan gejala
yang bisa muncul, yakni:
Keluhan mudah lelah dan tidak enak badan yang menyeluruh
akibat efek sistemik inflamasi hati.
Anoreksia dan sedikit penurunan berat badan akibat efek
sistemik inflamasi hati.
Atralgia dan mialgia akibat efek sistemik inflamasi hati

Mual dan muntah akibat efek inflamasi hati pada GI


Perubahan pada indera pengecap dan pembau yang
berhubungan dengan inflamasi hati
Demam yang terjadi sekunder karena proses inflamasi
Nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas akibat inflamasi
hati dan iritasi serabut saraf di daerah tersebut
Urine berwarna gelap akibat urobilinogen.
Feces berwarna seperti dempul akibat penurunan sekresi empedu
ke dalam traktus GI.

Stadium ikterik
Berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula terlihat
pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan-keluhan
menjadi berkurang tetapi penderita masih lemah, dan muntah.
Hepar mengalami pembesaran dan terdapat nyeri tekan. Feces
akan berwarna kelabu atau kuning muda. SGOT dan SGPT
meningkat, HbSAg ditemukan pada hepatitis B. tanda fan gejala
stadium klnis meliputi :
Semua gejala pada fase prodromal yang semakin parah
Keluhan gatal-gatal akibat peningkatan kadar bilirubin dalam
darah
Nyeri abdomen atau nyeri tekan pada abdomen akibat inflamasi
hati yang berlanjut
Gejala ikterus akibat kenaikan kadar bilirubin dalam darah.
Stadium post ikterik (penyembuhan)
Ikterus mereda, warna urine dan BAB menjadi normal kembali.
Pada kasus tanpa komplikasi, penyembuhan mulai 1 atau 2 minggu
dari timbulnya ikterus dan berlangsung 2-6 minggu. Bila terjadi
splenomegali dengan cepat akan menghilang, tetapi hepatomegali
hanya dapat kembali normal beberapa minggu kemudian. Pada
pemeriksaan laboratorium fungsi hati dapat menetap 3-6 bulan.
b) Hepatitis non-virus
Tanda dan gejala meliputi:
Anoreksia, mual dan muntah akibat efek sistemik inflamasi
hati
Ikterus akibat oenurunan metabolisme bilirubin yang
menimbulkan hiperbilirubinemia

Urine yang berwarna gelap akibat kenaikan kadar


urobilinogen
Hepatomegali akibat inflamasi
Kemungkinan terdapatnya nyeri abdomen akibat inflamasi
hati
Feses yang berwarna dempul dan gejala ini terjadi sekunder
karena penurunan sekresi getah empedu ke dalam traktus GI
akibat nekrosis hati
Pruritus yang terjadi sekunder karena ikterus dan
hiperbilirubinemia

D.PATOFISIOLOGI

E. KOMPLIKASI
a) Hepatitis virus
Komplikasi dapat meliputi:
Hepatitis persisten kronis yang memperpanjang masa pemulihan
sampai 8 bulan
Hepatitis aktif yang kronis
Sirosis hepatis
Gagal hati dan kematian
Karsinoma dan hepatoseluler primer
Tidak setiap pasien dengan hepatitis virus akan mengalami
perjalanan penyakit yang lengkap. Sejumlah kecil pasien (kurang dari 1%)
memperlihatkan kemunduran klinis yang cepat setelah awitan ikterus
akibat hepatitis fulminan dan nekrosis hati massif. Hepatitis fulminan
dicirikan oleh tanda dan gejala gagal hati akut penciutan hati, kadar
bilirubin serum meningkat cepat, pemanjangan waktu protrombin yang
sangat nyata, dan koma hepatik. Kematian dapat timbul pada 80% kasus,
dan dalam beberapa hari pada sebagian kasus. Yang lain dapat bertahan
hidup selama beberapa minggu bila kerusakan tidak terlalu luas. HBV
bertanggungjawab atas 50% kasus hepatitis fulminan, dan sering kali
disertai hepatitis HDV. Hepatitis fulminan tidak sering menjadi komplikasi
HCV dan amat jarang menyertai HAV.
Kompilkasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah
perjalanan penyakit yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaan ini
dikenal sebagai hepatitis kronik persisten, dan terjadi pada 5%-10%
pasien. Akan tetapi meskipun terlambat, pasien-pasien hepatitis kronik
persisten akan selalu sembuh kembali.
Sekitar 5% dari pasien hepatitis virus akan mengalami kekambuhan
setelah serangan awal. Kekambuhan biasanya dihubungkan dengan
minum alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan. Ikterus biasanya tidak
terlalu nyata, dan tes fungsi hati tidak memperlihatkan kelainan dalam
derajat yang sama. Tirah baring biasanya akan segera diikuti
kesembuhan. Setelah hepatitis virus akut, sejumlah kecil pasien akan
mengalami hepatitis agresif atau kronik aktif, di mana terjadi kerusakan
hati seperti digerogoti (piece meat) dan perkembangan sirosis. Kondisi ini
dibedakan dari hepatitis kronik persisten dengan biopsy hati. Tetapi
kortikosteroid dapat memperlambat perluasan cidera hati, namun
prognosis tetap buruk. Kematian biasanya terjadi dalam 5 tahun akibat
gagal hati atau komplikasi sirosis. Hepatitis kronik aktif dapat berkembang

pada hampir 50% pasien degnan HCV; sedangkan proporsinya pada


penderita HBV jauh lebih kecil (sekitar 1-3%). Sebaliknya, hepatitis kronik
umumnya tidak terjadi kompilkasi dari HAV atau HEV. Tidak semua kasus
hepatitis kronik aktif terjadi menyusul hepatitis virus akut. Obat-obat yang
terlibat dalam patogenensis kelainan ini termasuk alfametildopa
(Aldomed), isoniazid, sulfonamide dan aspirin.
Akhirnya, suatu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna
adalah perkembangan karsinoma hepatoselular. Kendatipun tidak sering
ditemukan di Amerika Serikat, kanker hati primer cukup umum di Negaranegara berkembang. Dua faktor penyebab utama yang dikaitkan dengan
patgenesisnya adalah : infeksi HBV kronik dan sirosis terkait. Baru-baru
ini, sirosis terkait HCV dan infeksi kronik telah dikaitkan pula dengan
kanker hati primer (Dienstag, 1990; Dusheiko; 1990)
b) Hepatitis non-virus
Komplikasi hepatitis non-virus meliputi :
Sirosis hepatis
Gagal hati

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes fungsi hati (abnormal 4-10 kali dari normal)
AST (SGOT), ALT (SGPT) ; awalnya meningkat, dapat meningkat 12 minggu sebelum ikterik kemudian menurun
Darah lengkap ; SDM menurun karena penurunan terhadap SDM
(gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
Leukopenia : trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
Diferensia darah lengkap : leukositosis, monositosis, limfosit
atipikal dan sel plasma
Alkali fosfatase : meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
Feses : warna tanah liat, penurunan fungsi hati
Albumin serum : menurun
Gula darah : hiperglikemia/hipoglikemia
Anti HAV IG.M : positif pada tipe A
HBs Ag : positif pada tipe B/negatif pada tipe A
Masa protrombin : memanjang
Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekkrosis
Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan
parenkim hati
Urinalisis : peningkatan bilirubin, protein/hematuria.

G.PENATALAKSANAAN MEDIS
Manifestasi akut dari hepatitis secara umum berkurang lebih dari 2
3 minggu. Pemulihan dan laboratorium komplek terjadi pada hepatitis A
selama 9 minggu dan hepatitis B dan hepatitis C 16 minggu .
Klien yang mengalami mual dan muntah hebat serta mengalami
kesulitan mempertahankan keseimbangan cairan akan memerlukan
perawatan di rumah sakit bila ada penyimpanan berlanjut. Tindakan
umum dari pengobatan mencakup (1) farmakoterapi, (2) penatalaksanaan
diet, (3) penatalaksanaa aktivitas, (4) pengurangan pruritus, dan (5)
profilaksi pasca-pemajanan.
Klien dianjurkan untuk memantau tingkat aktivitas mereka dan
menghindari aktivitas berat. Jika manifestasi berat, tirah baring dapat
diindikasikan dengan kembalinya secara bertahap ke aktivitas normal
sesuai dengan berkurangnya manifestasi . Penatalaksanaan pruritus
memerlukan emolienI Dn krim lipid yang diresepkan. Kortikosteroid tidak
menunjukan keuntugan dalam penelitian klien dengan hepatitis.
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS
Beberapa obat-obatan tersedia untuk mengatasi hepatitis virus.
Antibiotic tidak diresepkan.
Antimetik mengontrol mual dan
muntah,tetapi fenotiazid tidak digunakan karena agens ini dibiotransformasikaan dihepar dan karenanya berpotensi toksik.Vitamin K
parenteral dapat diberikan pada klien dengan
masa protorombin
memanjang. Antihistamin dapat diberikan untuk menghilangkan pruritus
tetapi dapat menyebabkan sedasi berat. Agen- agen farkologis yang
digunakan adalah steroid,estrogen,antilipemik,globulin imun, dan vaksin.
Dokter hanyan memberikan obat yang sangat pada klien dengan
hepatitis. Obat-obatan seperti klorpromazin,aspirin,asetaminofen,dan
berbagai sedative diberikan jarang sekali karena mempunyai sifat
hepatotoksis.
PENATALAKSANAAN DIET
Secara umum, dianjurkan diet seimbang tinggi karbohidrat dan
rendah lemak. Makanan harus di berikan dalam porsi kecil dan diberikan
empat sampai enam kali sehari.Makanan kesukaan klien harus
dipertimbangkan. Semua minuman alkoholik sangat dilarang.

H.PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
Kelelahan yang berhubugan dengan penurunan produksi energy
metabolic sekunder akibat disfugsi hepar, yang menyebabkan kesalahan
absorpsi, metabolisme, dan penyimpangan nutrien.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Pada minimum 24 jam sebelum pulang dari rumah sakit, kelelahan
pasien telah hilang, dan terjadi peningkatan energi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Dapatkan riwayat diet untuk menentukan makanan kesukaan. Anjurkan
orang terdekat untuk membawa makanan yang diinginkan,bila
diizinkan.
2. Pantau dan catatan masukan.
3. Ajurkan makan sering dan sedikit, dan berikan dukungan emosi selama
makan.
4. Dapatkan program suplemen vitamin dan mineral, bila tepat.
5. Berikan priode istirahat pada sedikitkan 90 menit sebelum dan setelah
aktivitas dan tindakan.
6. Pertahankan objek yang sering digunakan dalam jangkauan yang
mudah.
7. Tingkatkan istirahat dan tidur dengan memotong kembali rangsang
lingkugan, memberikan mesase punggung, dan relaksasi dan berbicara
dengan pasien dengan istilah singkat dan sederhana.
8. Berikan antasida, antiemetic, obat antidiare, dan katartik sesuai
program untuk meminimalkn distress gastric dan meningkatkan
absorpsi nutrient.
DIAGNOSA KEPERAWATAN :

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan pengobatan b.d kurang terpajan/mengingat; salah
interpretasi informasi; tidak mengenal sumber informasi.
HASIL YANG DIHARAPKAN :
Dalam 24 jam sebelum pulang dari rumah sakit, pasien
mengungkapkan pengetahuan tentang penyebab hepatitis dan tindakan
yang membantu mencegah penularan.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kaji pengetahuan pasien tentang proses penyakit ,dan ajarkan pasien
sesuai kebutuhan. Yakinkan pasien mengetahui anda tidak membuat
keputusan moral tentang penggunaan alcohol atau obat atau perilaku
seksual.
2. Ajarkan pasien dan orang terdekat pentingnya mencuci tangan yang
baik dan menggunakan sarung tangan bila kontak dengan feses
mungkin terjadi.
3. Bila tepat anjurkan pasien denga HAV bahwa kondisi hidup yang padat
dengan sanitasi buruk harus dihindari untuk mencegah kekambuhan.
4. Ingatkan pasien dengan HBV dan HCV bahwa mereka harus mengubah
perilaku seksual. Jelaskan bahwa donor darah tidak lagi mungkin
dilakukan.
5. Anjurkan pasien dengan HBV bahwa pasangan seksual mereka harus
menerima vaksin HB.
6. Rujuk pasien pada program tindakan pengobatan bila perlu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan
dengan pruritrus sekunder akibat disfungsi hepatik.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Kulit pasien tetap utuh.
INTERVENSI KEPERAWAtan
1. Pertahankan kulit pasien lembab dengan menggunakan air hangat atau
mandi dengan embolin, hindari sabun alkali, dan berikan losion emolin
pada interval sering.
2. Anjurkan pasien tidak menggaruk kulit dan mempertahankan kuku
pendek dan halus. Anjurkan pasien menggunakan buku jari untuk
menggaruk. Tutup atau pakaik an sarung tangan pada pada tangan
pasien (khususnya pasien koma ).
3. Atasi adanya lesi kulit dengan segera untuk mencegah infeksi.
4. Berikan antihistamin sesuai program; observanen lin asi dengan ketat
terhadap sedasi berlebihan.
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian halus dan longgar;
berikan linen halus (katun yang baik )
6. Pertahankan lingkungan dingin.
7. Ganti linen yang basah sesegera mungkin.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan adanya ikterik.
HASIL YANG DIHARAPKAN
Dalam 24 jam sebelum pulang dari rumah sakit, pasien
mengungkapkan pengetahuan tentang tindakan untuk meningkatkan
penampilan dan mendemonstrasikan minat terhadap berdandan setiap
hari.
INTERVENSI KEPEWATAN
1. Anjurkan pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan
dan masalah mereka.
2. Anjurkan pasien untuk mempertahankan berdandan setiap hari.
3. Jelaskan bahwa menggunakan warna kuning dan hijau menegaskan
warna kulit yang kuning. Anjurkan menggunakan merah terang dan biru
atau hitam.
4. Berikan privasi bila perlu.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Perubahan perlindungan yang berhubugan dengan
perdarahan sekunder akibat penurunan absopsi vitamin K .

risiko

HASIL YANG DIHARAPKAN


Pasien bebas dari perdarahan, dibuktikan dengan hasil tes negative
terhadap darah samar feses dan urine,tak ada area ekimosis,dan tak ada
perdarahan pada gusi dan sisi injeksi.
INTERVENSI KEPEWATAN
1. Pantau kadar PT setiap hari; rentang optimal adalah 10,5-13,5 detik.
2. Tangani pasien dengan lembut (mis,bila membalik atau memindahkan).
3. Minimalkan injeksi IM. Rotasi sisi, dan gunakan jarum ukuran kecil.
Berikan tekanan sedang setelah injeksi, tetapi jangan memasage sisi.
Berikan obat obatan secara oral atau intravena bila mungkin
4. Observasi terhadap area ekimosis. Inspeksi gusi, dan tes urine dan
feses terhadap darah. Konsul pada tentang temuan bermakna.
5. Anjurkan pasien untuk menggunakan pencukuran elektrtik dan sikat
gigi halus.
6. Berikan vitamin k sesuai program.

PENYULUHAN PASIEN-KELUARGA DAN RENCANA PEMULANGAN


Berikan pasien dan orang terdekat informasi tertulis dan verbal
menggunakan hal-hal berikut:
1. Pentingnya istirahan dan nutrisi adekuat
2. Pentingnya menghindari agens hepatotoksik,termasuk obat yang dijual
bebas.
3. Resepkan obat obat (mis. Multivitamin), termasuk nama obat, tujuan,
dosis, jadwal, kewaspadaan, interaksi obat/obat dan makanan/obat,
dan potensi efek samping.
4. Pentingnya mengonformasikan dokter, dokter gigi dan pemberi
perawatan tentang diagnosa hepatitis.
5. Komplikasi potensial: pelambatan penyembuhan, cedera kulit, dan
kecendrugan perdarahan.
6. Pentingnya menghindari alkohol selama pemulihan.
7. Bila dapat diterapkan, rujuk pada program pengobatan alkohol
dan/atau obat.

KLASIFIKASI HEPATITIS VIRUS


Sinonim

Tes antigen
dan
antibody
(HGsAG,
Hb-Cag,
HBs
dan
anti HBs)
Masa
inkubasi
Golongan
usia

Musim

Hepatitis A
Hepatitis
infurksiosa
Hepatitis
inkubasi
pendek
Negatif

Hepatitis B
Hepatitis
serum
Hepatitis
inkubasi
lama
Positif

Negatif

Positif

Positif

15-45 hari

30-180 hari

15-160 hari

14-64 hari

14-60 hari

Anak-anak
(sering) dan
perkumpulan
(asrama),
dewasa
muda

Semua umur
adiksi obat,
klien
hemodiastoli
k
kronis,
petugas
kesehatan.
Sepanjang
tahun

Lebih sering pada


orang
dewasa,
setelah
transfusi
darah.

Segala
usia,
penderita
yang
terkena hepatitis B.

Usia
hingga
tahun

Sepanjang tahun

Sepanjang tahun

Sepanjang
tahun

Gugur
dan
permulaan
musim
dingin.

Hepatitis C
-

Hepatitis D
-

Hepatitis E
-

20
40

Transmisi

Fekal,
oral,
air
terkontamina
si,
kerangkerangan,
parenteral.

Transfusi
darah, fekal,
pemakaian
obat melalui
parenteral,
fekal-oral,
kontak
seksual

Darah
tubuh

dan

cairan

Pengguna obat IV
resipran
transfusi
darah/fekal, oral

Terutama
fekal-oral.

a) Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh suatu virus DNA dari family
enterovirus. Cara penularan dari penyakit ini adalah rute fekal-oral,
terutama melalui makan makanan atau cairan yang terinfeksi oleh
virus. Virus ditemukan dalam feses dari pasien terinfeksi sebelum
awitan gejala dan selama beberapa hari terserang penyakit. Periode
inkubasi penyakit ini diperkirakan adalah dari 1 sampai 7 minggu,
dengan rata-rata 30 hari. Perjalanan penyakit dapat berlangsung
dari 4 minggu sampai 8 minggu. Virus hanya ada dalam serum
dalam waktu singkat; dengan timbulnya ikterik pasien hampir pasti
tidak lagi infeksius.

Manifestasi klinis
1. Banyak pasien tidak menunjukkan ikterik (tanpa jaundis) dan
tidak menunjukkan gejala yang berarti.
2. Ketika timbul gejala, terdapat infeksi saluran pernapasan atas
ringan, seperti gejala flu, degnan demam ringan.
3. Anoreksia merupakan gejala dini dan sering sekali memburuk.
4. Nantinya, memungkinkan akan terlihat ikterik dan urine
berwarna gelap.
5. Terjadi tidak dapat makan dalam tingkatan yang beragam.
6. Hepar dan limpa mungkin mengalami pembesaran sedang
selama beberapa hari setelah awitan.
7. Orang dewasa lebih sering untuk mengalami simtomatik
dibandingkan dengan anak-anak.
Penatalaksanaan
1. Tirah baring selama fase akut; berikan dorongan diet yang
bergizi.
2. Berikan makanan yang telah diperkaya dalam porsi kecil
namun sering dengan glukosa IV bila perlu selama periode
anoreksia.
3. Secara bertahap namun progresif tingkatkan ambulasi untuk
mempercepat penyembuhan.
b) Hepatitis B
Hepatitis B adalah virus DNA. Hepatitis ini ditularkan terutama
melalui darah. Virus telah ditemukan pada saliva, semen, sekresi
vaginal, dan dapat ditularkan melalui membrane mukosa dan lecet
pada kulit. Virus ini memperbanyak diri dalam hepar dan tetap

dalam serum selama periode yang lama, memunngkinkan


terjadinya transmisi virus. Mereka yang beresiko termasuk tenaga
kesehatan, pasien dalam unit hemodialisis dan onkologi,
homoseksual yang aktif dan biseksual pria, penggunaan obat-obat
terlarang IV. Periode inkubasi antara 1-6 bulan. Angka kematian
(mortalitas) berkisar dari 1% sampai 10%.

Manifestasi klinis
1. Gejala-gejala mungkin hebat dan beragam; jarang terjadi
gejala pernapasan dan demam; beberapa mengalami
artralgias dan ruam.
2. Kehilangan nafsu makan, dyspepsia, nyeri abdomen, sakit
tubuh secra keseluruhan, malaise dan kelemahan.
3. Ikterik bisa terlihat dan bisa juga tidak tampak. Dengan
ikterik, terdapat feses berwarna terang dan urine berwarna
gelap.
4. Hepar dapat membesar dan keras; limpa membesar dan
dapat teraba pada pasien tertentu. Nodus limfe vertikal
posterior juga dapat membesar.
Penatalaksanaan
1. Percobaan klinis dengan interferon telah menunjukkan hasil
yang menjanjikan.
2. Tirah baring dan pembatasan aktifitas sampai pembesaran
hepar dan peningkatan bilirubin serum serta enzim-enzim
hepar telah menghilang.
3. Pertahankan nutrisi yang adekuat; batasi protein ketika
kemampuan hepar memetabolisme protein mengalami
kerrusakan.
4. Berikan antasida, beladona dan antiemetic untuk dyspepsia
serta malaise umum; hindari semua pemberian obat bila
terjadi muntah.
5. Masa
penyembuhan
dapat
lama
dan
pemulihan
membutuhkan waktu 3-4 bulan.
6. Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas secara bertahap
setelah ikterik hilang dengan sempurna.
7. Pikirkan dampak psikologis dari perjalanan penyakit yang
panjang.
8. Libatkan keluarga dalam perencanaan aktifitas pasien.

c) Hepatitis C
Porsi signifikan dari kasus hepatitis virus yang tidak termasuk
hepatitis A, B dan D; hepatitis virus ini dikelompokkan sebagai
hepatitis C. Hepatitis ini bentuk utama hepatitis yang berkaitan
dengan transfusi. Masa inkubasinya beragam dan dapat berkisar
dari 15-160 hari. Perjalanan klinis hepatitis C serupa degnan yang
terdapat dalam hepatitis B; gejala-gejala biasanya ringan. Keadaan
karier sering terjadi, dan penyakit hepar kronis yang signifikan
sering terjadi dengan hepatitis C. terdapat peningkatan resiko
sirosis dan kanker hepar setelah terserang hepatitis C. terapi
interferon jangka panjang dengan dosis rendah telah menunjukkan
kesakitan dalam percobaan klinis pada beberapa pasien dengan
hepatitis C.
d) Hepatitis D
Hepatitis D (agen delta) terjadi pada beberapa kasus hepatitis
B. Hanya individual dengan hepatitis B beresiko untuk mengalami
hepatitis D. virus hepatitis ini membutuhkan antigen permukaan
hepatitis B untuk memperbanyak dirinya. Hepatitis ini umum terjadi
pada individu pengguna obat-obat terlarang IV, pasien hemodialisis,
dan resipien transfusi darah multipel. Hubungan seksual dengan
mereka yang terinfeksi hepatitis B merupakan transmisi hepatitis B
dan D. masa inkubasi beragam antara 21-140 hari. Gejala serupa
dengan gejala pada hepatitis B kecuali bahwa pasien hampir pasti
mengalami hepatitis hebat dan berkembang menjadi hepatitis
kronis aktif dan sirosis. Pengobatan serupa dengan hepatitis bentuk
lainnya.
e) Hepatitis E
Hepatitis virus E (hepatitis terbaru) ditularkan melalui rute oralfekal. Masa inkubasinya bervariasi dan diperkirakan berkisar antara
15-65 hari. Awitan dan gejalanya serupa dengan gejala dari bentuk
hepatitis viral lainnya. Metode pencegahan utama adalah
menghindari kontak dengan virus melalui hygiene (mencuci tangan
dengan baik). Keberhasilan imun globulin dalam melindungi
terhadap virus hepatitis E tidak pasti.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


HEPATITIS
A. PENGKAJIAN

Biodata klien
Riwayat kesehatan
Data demografi
Apakah klien tinggal/bekerja di lingkungan yang terpapar
infeksi virus dan bahan-bahan kimia.
Riwayat kesehatan sekarang
Klien biasa datang dengan keluhan : demam, sakit kepala,
nyeri pada kuadran kanan atas, mual, muntah, ikterik, lemah,
letih, lesu dan anoreksia.
Riwayat kesehatan dulu
Penyakit apa yang pernah diderita klien
Kebiasaan minum alkohol
Pernah menjalani operasi batu empedu
Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga klien yang menderita penyakit hepatitis
dan penyakit infeksi lain
Aktifitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise umum.
Sirkulasi
Tanda :
bradiakrdi (hiperbilirubinemia berat)
ikteris pada skelra, kulit, membran mukosa.
Eliminasi
Gejala : urine gelap, diare/konstipasi (feses warna tanah liat),
adanya/berutang hemodialisa
Makanan/cairan : hilangnya nafsu makan (anoreksia),
penurunan BB/meningkat (edema), mual, muntah.
Tanda : asites
Neurosensori
Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
Nyeri/kenyamanan
Gejala :

Kram abdomen, nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas


Mialgia, atralgia, sakit kepala
Gatal (pruritasi)
Tanda : Otot tegang dan gelisah
Pernafasan
Gejala : tidak minat/enggan merokok (perokok)

B. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan
berlebihan melalui muntah dan diare, asites dan gangguan
proses pembekuan.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d penekanan respon inflamasi,
depresi umum.
3. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan umum; penurunan kekuatan
(ketahanan); nyeri; mengalami keterbatasan aktivitas; depresi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah; penurunan peristaltik (refleks
viseral); emperdu tertahan; peningkatan kebutuhan kalori/status
hipermetabolik.
5. Resiko kerusakan integritas kulit/jaringan b.d akumulasi garam
empedu dalam jaringan.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang terpajan/mengingat; salah interpretasi
informasi; tidak mengenal sumber informasi.
7. Situasional harga diri rendah b.d gejala jengkel/marah;
terkurung/isolasi; sakit lama/periode penyembuhan.

C. NURSING CARE PLAN

NO.
DX
I

o
o
o
o
o
o
o

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Resiko tinggi
kekurangan volume
cairan b.d kehilangan
berlebihan melalui
muntah dan diare,
asites dan gangguan
proses pembekuan.
DO :
Mukosa kering
Kulit kering
BAK pekat
Penurunan
pengeluaran urine
Perubahan tekanan
darah
Ketidakmampuan
berkonsentrasi
Turgor jelek

TUJUAN & KRITERIA


HASIL
Volume cairan dapat
terpenuhi dengan
kriteria hasil :
o Tanda vital stabil
TD : 110/80 mmHg
N
: 60 - 100 /
menit
P
: 16 - 22 /
menit
S : 36 - 37o C
o Mukosa lembab
o Nadi perifer kuat
o Pengisian kapiler
o Turgor kulit baik
o Pengeluaran urine
sesuai (volume
1,2-1,5 L/hari)
o Klien kooperatif

INTERVENSI
1. Monitor intake dan output dan
bandingkan dengan berat badan
harian. Catat kehilangan melalui
usus, contoh; muntah dan diare.
2. Kaji TTV, nadi perifer, pengisian
kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa.
3. Periksa adanya asites/edema. Ukur
lingkar perut sesuai indikasi.
4. Biarkan klien menggunakan spon
dan pembersih mulut untuk sikat
gigi.
5. Anjurkan klien untuk banyak minum
+ 8 gelas sehari.
6. Observasi tanda perdarahan seperti
hematuria/melena, ekomosis,
perdarahan terus menerus dari
gusi/bekas injeksi.

Kolaborasi
7. Monitor nilai laboratorium seperti
Hb, Ht, Na+, albumin dan waktu
pembekuan.

RASIONAL
1. Memberikan informasi
tentang kebutuhan
penggantian/efek terapi.
2. Indikator volume
sirkulasi/perfusi.
3. Mengetahui kemungkinan
perdarahan jaringan.
4. Menghindari trauma dan
perdarahan gusi.
5. Untuk menghindari
kekurangan cairan.
6. Kadar protrombin menurun
pada waktu koagulasi
memanjang bila absorbsi
vitamin K terganggu pada
traktus GI dan sintesis
protrombin menurun
karena mempengaruhi hati.
7. Menunjukkan hidrasi dan
mengidentifikasi retensi
natrium/kadar protein yang
dapat menimbulkan
edema. Defisit pada
pembekuan potensial
beresiko perdarahan.

8. Berikan cairan IV (biasanya


glukosa), elektrolit.

8. Memberikan cairan dan


pengganti elektrolit

9. Berikan obat sesuai indikasi;


a) Vitamin K

9. Rasional pemberian obat:


a) mencegah masalah
koagulasi
b) menetralisir sekresi
lambu ng
c) mengurangi kehilangan
cairan/elektrolit
d) Diperlukan untuk
mengganti faktor
pembekuan pada
adanya defek koagulasi.
1. Mencegah transmisi
penyakit virus kepada
orang lain
2. Mencuci tangan dapat
mencegah dan melindungi
dari infeksi virus
3. Pasien terpajan terhadap
proses infeksi (khususnya
respiratorius) resiko
komplikasi sekunder.
4. Untuk perlindungan diri dan
orang lain, juga
mengurangi perasaan
isolasi dan stigma. Isolasi
dapat berakhir 2-3 minggu
dari timbulnya penyakit,
tergantung lama gejala dan
tipe.
5. Efektif dalam mencegah
hepatitis virus pada orang
yang terpajan, tergantung
tipe hepatitis dan periode

b) Antasida
c) Anti diare
d) Plasma beku segar

II

Resiko tinggi
terhadap infeksi b.d
penekanan respon
inflamasi, depresi
umum.

Infeksi tidak terjadi.


Kriteria hasil :
o Klien mengetahui
tentang penyebab
faktor resiko
infeksi.
o Klien menunjukkan
perubahan
perilaku.
o Menghindari
infeksi.

1. Isolasi untuk klien infeksi enterik


sesuai dengan kebijakan rumah
sakit.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan.
3. Awasi/ batasi pengunjung sesuai
indikasi.

4. Jelaskan prosedur isolasi pada


klien/orang terdekat.

5. Berikan informasi tentang adanya


gama globulin, ISG, HBIG, vaksin
hepatitis B (REcombivax HB,
Engerix-B) melalui departemen

kesehatan atau dokter keluarga

6. Kolaborasi pemberian obat sesuai


dengan indikasi.
a) Antivirus
b) interferon
c) antibiotik

III

Intoleransi aktifitas
Tujuan :
1. Ubah posisi dengan sering. Berikan
b.d kelemahan
Klien dapat
perawatan kulit yang baik.
umum; penurunan
beraktifitas sesuai
kekuatan
toleransi.
(ketahanan); nyeri;
Kriteria hasil :
mengalami
o Menunjukkan
2. Tingkatkan tirah baring/duduk.
keterbatasan
teknik/perilaku
Berikan lingkungan tenang; batasi
aktivitas; depresi.
yang
pengunjung sesuai keperluan.
DS:
memampukan
o Klien mengatakan
kembali melakukan
merasa lemah.
aktivitas.
o
Melaporkan
DO:
kemampuan
o Penurunan kekuatan
melakukan
otot.
o Klien
peningkatan
toleransi aktivitas. 3. Lakukan tugas dengan cepat dan
menolak/membatasi
sesuai toleransi.
gerakan.

inkubasi

6.

Rasionalisasi pemberian
obat :

a) Berguna untuk
pengobatan hepatitis
aktif kronis.
b) efektif untuk penyakit
hati sehubungan
dengan HCV.
c) untuk mencegah infeksi
sekunder.
1. Meningkatkan fungsi
pernapasan dan
meminimalkan tekanan
pada area tertentu untuk
menurunkan resiko
kerusakan jaringan.
2. Meningkatkan istirahat dan
ketenangan. Meneydiakan
energy yang digunakan
untuk penyembuhan.
Aktivitas dan posisi duduk
tegak diyakini menurunkan
aliran darah ke kaki, yang
mencegah sirkulasi optimal
ke sel hati.
3. Memungkinkan periode
tambahan istirahat tanpa
gangguan.

4. Tingkatkan aktivitas sesuai


toleransi, bantu melakukan latihan
rentang gerak sendi pasif/aktif.

5. Dorong penggunaan teknik


manajemen stress, contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan
imajinasi. Berikan aktivitas hiburan
yang tepat, contoh : menonton TV,
mendengar radio, mambaca.
6. Awasi terulangnya anoreksia dan
nyeri tekan pembesaran hati.

Kolaborasi
7. Awasi kadar enzim hati.

8. Berikan antidot atau bantu dalam


prosedur sesuai indikasi (contoh
lavase, katarsis, hiperventilasi)
tergantung pada pemajanan.
9. Berikan obat sesui dengan indikasi:
Sedatif, agen antiansietas, contoh :
diazepam (valium); lorazepam
(antivan).

4. Tirah baring lama dapat


menurunkan kemampuan.
Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktifitas yang
mengganggu periode
isitrahat.
5. Meningkatkan relaksasi dan
penghambatan energi,
memusatkan kembali
perhatian dan dapat
meningkatkan koping.
6. Menunjukkan kurangnya
resolusi eksaserbasi
penyakit, memerlukan
istirahat lanjut, mengganti
program terapi.
7. Membantu menetukan
kadar aktifitas tepat,
sebagai peningkatan
prematur pada potensial
resiko berulang.
8. Membuang agen penyebab
pada hepatitis toksis dapat
membatasi derajat
kerusakan jaringan.
9. Membantu dalam
manajemen tidur. Catatan :
penggunaan barbiturat dan
tranquilizer seperti
compazine dan thorazine,
dikontraindikasikan
sehubung efek hepatoksis.

IV

o
o

o
o

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
anoreksia, mual,
muntah; penurunan
peristaltik (refleks
viseral); emperdu
tertahan;
peningkatan
kebutuhan
kalori/status
hipermetabolik.
DS:
Klien mengatakan
tidak nafsu makan.
Klien mengatakan
makan terasa
hambar.
Klien mengatakan
nyeri/kram perut.
DO:
Penurunan berat
badan.
Tonus otot buruk.

Tujuan :
Nutrisi klien terpenuhi
secara adekuat.
Kriteria hasil :
o Menunjukkan
perilaku perubahan
pola hidup untuk
meningkatkan/me
mpertahankan BB
sesuai.
o Menunjukkan
peningkatan BB
mencapai tujuan
dengan nilai
laboratorium
normal dan bebas
tanda malnutrisi.

1. Awasi pemasukan diet/jumlah


kalori. Berikan makanan sedikit
dalam frekuensi sering dan
tawarkan makanan pagi paling
besar.

2. Berikan perawatan mulut sebelum


makan.
3. Anjurkan makan pada posisi duduk
tegak.
4. Dorong pemasukan sari jeruk,
minuman karbonat dan permen
berat sepanjang hari.

1. Makan banyak sulit untuk


mengatur bila pasien
anoreksia. Anoreksia juga
paling buruk selama siang
hari membuat masukan
makanan yang sulit pada
sore hari.
2. Menghilangkan rasa tidak
enak dapat meningkatkan
nafsu makan.
3. Menurunkan rasa penuh
pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
4. Bahan ini merupakan
ekstrakalori dan dapat lebih
mudah dicerna/toleran bila
makanan lain tidak toleran.

Kolaborasi
5. Konsul pada ahli diet, dukungan tim 5. Berguna dalam membuat
nutrisi untuk memberikan diet
program diet untuk
sesuai kebutuhan pasien, dengan
memenuhi kebutuhan
lemak dan protein sesuai toleransi.
individu. Metabolism lemak
bervariasi tergantung pada
produksi dan pengeluaran
empedu dan perlunya
masukan normal atau lebih
protein akan membantu
regenerasi hati. Pembatasan
protein diindikasikan pada
penyakit berat (contoh:
hepatitis kronis) karena
akumulasi produksi akhir
metabolisme protein dapat
mencetuskan hepatik
ensefalopati.

6. Awasi glukosa darah.

6. Hiperglikemia/hipoglikemia
dapat terjadi, memerlukan
perubahan diet/pemberian
insulin.
7. Berikan obat sesuai indikasi:
7. Rasional pemberian obat:
a) Antiemetik, contoh:
a) Diberikan jam sebelum
metalopramide (reglan);
makan, dapat
trimetobenzamid (tegan).
menurunkan mual dan
meningkatkan toleransi
pada makanan. Catatan:
compasine
dikontraindikasikan pada
b) Antasida, contoh : Mylanta,
penyakit hati.
b)
Kerja pada asam gaster,
Titralac.
dapat menurunkan
iritasi/risiko perdarahan.
c)
Memperbaiki kekurangan
c) vitamin, contoh: B komplek, C,
dan membantu proses
tambahan diet lain sesuai
penyembuhan.
indikasi.
d) Steroid
dikontraindikasikan
d) terapi steroid contoh : prednizon
karena meningkatkan
(deltazone) tunggal atau
risiko berulang/terjadinya
kombinasi dengan asatioprin
hepatitis kronis pada
(imuran).
pasien degnna hepatitis
virus. Namun, efek
antiinflamasi mungkin
berguna pada hepatitis
aktif kronis (khususnya
indiopatik) untuk
menurunkan mual/muntah
dan memampukan pasien
untuk mengkonsumsi
makanan dan cairan.
Steroid dapat

8.

V.

Resiko kerusakan
integritas
kulit/jaringan b.d
akumulasi garam
empedu dalam
jaringan.

Tujuan :
Tidak terjadi
kerusakan integritas
kulit.
Kriteria hasil :
o Menunjukkan
jaringan/kulit utuh
bebas ekskoriasi.
o Melaporkan tak
ada/penurunan
pruritus/lecet.

1.

2.

3.

menurunkan
aminotransferase serum
dan kadar bilirubin, tetapi
tidak mempengaruhi
nekrosis hati atau
regenerasi. Kombinasi
terapi mempunyai efek
samping lebih sedikit.
Berikan tambahan makanan/nutrisi 8. Mungkin perlu untuk
dukungan total bila dibutuhkan.
memenuhi kebutuhan kalori
bila tanda kekurangan
terjadi/gejala memanjang.
Gunakan air mandi dingin dan soda
1. Mencegah kulit kering
kue atau mandi kanji. Hindari sabun
berlebihan. Memberikan
alkali. Berikan minyak kalamin
penghilangan gatal.
sesuai indikasi.
Anjurkan menggunakan buku-buku
2. Menurunkan potensial
jari untuk menggaruk bila tidak
cedera kulit.
terkontrol. Pertahankan kuku jari
pendek pada pasien koma. Anjurkan
melepaskan pakaian ketat berikan
sprei katun lembut.
Berikan masase pada waktu tidur.
3. Bermanfaat dalam
meningkatkan tidur dengan
menurunkan iritasi kulit.

4. Hindari komentar tentang


penampilan pasien.
Kolaborasi
5. Berikan obat sesuai indikasi:
a) Antihistamin, contoh: metdilazin
(Tacaryl); difenhidramin
(Benadryl).
b) Antilipemik, contoh kolestramin

4. Meminimalkan stress
psikologis sehubungan
dengan perubahan kulit.
5. Rasional pemberian obat:
a) Menghilangkan gatal .
Catatan : gunakan terus
menerus pada penyakit
hepatik berat.
b) Mungkin digunakan

(Questran).

VI

Kurang pengetahuan
Tujuan :
1. Kaji tingkat pemahaman proses
tentang kondisi,
Pengetahuan
penyakit, harapan/prognosis,
prognosis dan
bertambah.
kemungkinan pilihan pengobatan.
kebutuhan
Kriteria hasil :
pengobatan b.d
o Menyatakan
kurang
pemahaman
terpajan/mengingat;
proses penyakit
salah interpretasi
dan pengobatan.
o Mengidentifikasi
informasi; tidak
hubungan
mengenal sumber
tanda/gejala
informasi.
2. Berikan informasi khusus tentang
penyakit dan
DS :
pencegahan/penularan penyakit,
hubungan gejala
o Klien bertanya
contoh: kontak yang memerlukan
dengan faktor
tentang kondisinya
gama globulin; masalah pribadi tak
o Klien menyatakan
penyebab.
o Melakukan
perlu dibagi; tekanan cuci tangan
pendapat yang
perubahan
perilaku
dan sanitasi pakaian, cuci piring
salah tentang
dan berpartisipasi
dan fasilitas kamar mandi bila
penyakitnya
o Klien meminta
dalam pengobatan.
enzim hati masih tinggi. Hindari
informasi
kontak intim, seperti ciuman,
o Klien tidak akurat
kontak seksual, dan terpajan pada
mengikuti instruksi
infeksi khususnya infeksi saluran
kemih (ISK).

untuk asam empedu


pada usus dan
mencegah absorbsinya.
Catatan : efek samping
mual dan konstipasi.
1. Mengidentifikasi area
kekurangan
pengetahuan/salah
informasi dan memberikan
kesempatan untuk
informasi tambahan sesuai
keperluan. Catatan :
transplantasi hati mungkin
diperlukan pada adanya
penyakit berat karena
gagal hati.
2. Kebutuhan/rekomendasi
akan area bervariasi karena
tipe hepatitis (agen
peyebab) dan situasi
individu.

3. Rencana memulai aktifitas klien


sesuai toleransi dengan periode
istirahat adekuat. Diskusikan
pembatasan mengangkat barang
berat, latihan keras/olahraga.

4. Bantu pasien mengidentifikasi


aktivitas pengalih.

5. Dorong kesinambungan diet


seimbang klien.

6. Identifikasi cara untuk


mempertahankan fungsi usus
biasanya, Contoh masukan cairan
adekuat/diet serat, aktifitas/latihan
sedang sesuai toleransi.

3. Ini tak perlu menunggu


sampai bilirubin serum
kembali normal untuk
memulai aktifitas
(memerlukan waktu 2
bulan), tetapi aktifitas keras
perlu dibatasi sampai hati
kembali ke ukuran normal.
Bila pasien mulai merasa
lebih baik, ia perlu
memahami tentang
pentingnya istirahat
adekuat lanjutan dalam
pencegahan kekambuhan
(kekambuhan terjadi pada
5%-25% orang dewasa).
Catatan : tingkat energy
memerlukan 3-6 bulan
untuk kembali normal.
4. Aktivitas yang dapat
dinikmati akan membantu
pasien menghindari
pemusatan pada
penyembuhan panjang.
5. Meningkatkan kesehatn
umum dan meningkatkan
proses
penyembuhan/regenerasi
jaringan.
6. Penurunan tingkat aktifitas,
perubahan pada
pemasukan
makanan/cairan dan
mortilitas usus dapat
mengakibatkan konstipasi.

7. Diskusikan efek samping dan


bahaya minum obat yang dijual
bebas/diresepkan (contoh
asetaminofen, aspirin, sulfonamide
dan beberapa anestetik) dan
perlunya melaporkan ke pemberi
perawatan tentang diagnosa .

8. Diskusikan pembatasan donator


darah.

9. Tekankan pentingnya mengevaluasi


pemeriksaan fisik dan evaluasi
laboratorium.

VII

Situasional harga diri


rendah b.d gejala
jengkel/marah;
terkurung/isolasi;
o
sakit lama/periode
penyembuhan.
Data terkait :

Klien lebih percaya


diri.
Kriteria hasil:
Mengidentifikasi
perasa dan metode
untuk koping

10. Kaji ulang perlunya menghindari


alkohol selama 6-12 bulan minimum
atau lebih lama sesuai intoleransi
individu.
1. Kontrak dengan pasien mengenai
waktu untuk mendengar. Dorong
diskusi perasaan/masalah.

7. Beberapa obat merupakan


toksis untuk hati; banyak
obat lain yang
dimetabolisme oleh hati
dan haru sdihindari pada
penyakit hati berat karena
menyebabkan efek
kumulatif toksik/hepatitis
kronik.
8. Mencegah penyebaran
penyakit infeksi.
Kebanyakan undangundang Negara bagian
menerima donor yang
mempunyai riwayat
berbagai tipe hepatitis.
9. Proses penyakit dapat
memakan waktu berbulanbulan untuk membaik. Bila
gejala ada lebih lama dari 6
bulan, biopsy hati
diperlukan untuk
memastikan adanya
hepatitis kronik.
10. Meningkatkan iritasi
hepatic dan mempengaruhi
pengalihan.
1. Penyediaan waktu
meningkatkan hubungan
saling percaya.
Kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan
memungkinkan pasien
untuk merasa lebih

o Pernyataan
terhadap persepsi
diri negatif.
perubahan pola
o
Menyatakan
hidup
o Takut
menerima diri dan
lamanya
penolakan/reaksi
penyembuhan/kebut
orang lain
o Perasaan negatif
uhan isolasi.
o Mengakui diri sebagai
terhadap tubuh
o Perasaan tak berdaya
orang yang berguna;
o Depresi
bertanggungjawab
o Kurang kemajuan
pada diri sendiri.
o Perilaku merusak diri

2. Hindari membuat penilaian moral


tentang pola hidup (penggunaan
alkohol/praktik seksual).

3. Diskusi harapan penyembuhan.

4. Kaji efek penyakit pada faktor


ekonomi pasien atau orang
terdekat.

mengontrol situasi.
Pengungkapan menurunkan
cemas dan depresi
memudahkan perilaku
koping positif. Pasien
mungkin perlu
mengekspresikan perasaan
tentang menjadi sakit;
lamanya perawatan dan
biaya; kemungkinan infeksi
pada orang lain; dan
beratnya penyakit, takut
mati. Dapat menjadi
masalah tentang stigma
penyakit.
2. Pasien merasa marah/kesal
dan menyalahkan diri;
penilaian dari orang lain
akan merusak harga diri
lebih lanjut.
3. Periode penyembuhan
mungkin lama (lebih dari 6
bulan, potensial stress
keluarga/situasi dan
memerlukan perencanaan,
dukungan dan evaluasi.)
4. Masalah finansial dapat
terjadi karena kehilangan
peran fungsi pasien pada
keluarga/penyembuhan
lama.

5. Tawarkan aktifitas senggang


berdasarkan tingkat energi.

6. Anjurkan pasien menggunakan


warna merah terang atau biru/hitam
daripada kuning atau hijau.

Kolaborasi
7. Buat rujukan yang tepat untuk
membantu, sesuai kebutuhan,
contoh perencanaan pulang,
pelayanan masyarakat, dan/atau
lembaga komunitas lain.

5. Memampukan pasien untuk


menggunakan waktu dan
energi pada cara
konstruktif yang
meningkatkan harga diri
dan meminimalkan cemas
dan depresi.
6. Meningkatkan penampilan,
karena kulit kuning
diperjelas oleh warna
kuning atau hijau. Ikterik
biasanya memuncak dalam
1-2 minggu kemudian
secara bertahap membaik
lebih dari 2-4 minggu.
7. Dapat memudahkan
pemecahan masalah dan
membantu melibatkan
individu untuk mengatasi
situasi lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Ester, Monica. 2001. Keperawatan


Gastrointestinal.Jakart: EGC.

Medikal

Bedah:

Pendekatan

Sistem

Wijaya, Andra S., dan Yessie M. Putri. 2013. KMB 1: Keperawatan Dewasa,
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ester, Monica., dkk. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Baughman, Diane C., dan Joal C. Hackley. 2000. Buku Saku KMB. Jakarta:
EGC.
Price, Sylvia. A., dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai