Anda di halaman 1dari 34

TREND MASALAH KESEHATAN, PERAN KELUARGA,

MODEL SIFAT PELAYANAN LANSIA, KONSEP MODEL


PELAYANAN LANSIA DAN PERAN KELUARGA DALAM
PELAYANAN LANSIA

OLEH KELOMPOK 2 TK.III.2

1. CHOMANG SUTRISNA (P07120015071)


2. KM. ANDIKA WIRA KUSUMA (P07120015072)
3. NI DSK.MD.INTAN PUTRI UTAMI (P07120015073)
4. A.A.A SINTYA DEVI MAHARANI (P07120015074)
5. I KT.GD. ADI SUARTAMA PUTRA (P07120015075)
6. NI WYN.EKA BUDHI SUMARTININGSIH (P07120015076)
7. GST. AYU MD DIAH DWI MEIDAYANTI (P07120015077)
8. NI WAYAN DEVI KUMALASARI (P07120015078)
9. NI PUTU AYU DAMAYANTI (P07120015079)
10. NI PUTU DIAH ANGGRENI PUTRI (P07120015080)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Keperawatan Gerontik.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai


perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.

Denpasar,15 September 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. KONSEP MODEL PELAYANAN LANSIA................................................4
B. PRINSIP PELAYANAN KESEHATAN PADA LANJUT USIA.................8
C. PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT............11
D. TREND MASALAH KESEHATAN LANSIA...........................................13
E. PROGRAM KESEHATAN BAGI LANJUT USIA...................................17
F. PELAYANAN SOSIAL BAGI USIA LANJUT.........................................20
G. PERAN KELUARGA DALAM PELAYANAN LANSIA.........................24
BAB III..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
A. SIMPULAN................................................................................................30
B. SARAN.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai
jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau Jawa
dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan
antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2)
kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan
masyarakat yang meningkat.
Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) atau usia harapan
hidup.
Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatkan angka harapan hidup. Dilihat dari sisi ini pembangunan
kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil, karena angka harapan hidup
telah meningkat secara bermakna. Namun, di sisi lain dengan meningkatnya
angka harapan hidup membawa beban bagi masyarakat, karena populasi
penduduk usia lanjut meningkat.
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa geriatri adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2000 penduduk usia lanjut di seluruh dunia
diperkirakaan sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8%. Jumlah ini akan meningkat
hampir dua kali lipat pada tahun 2025, yaitu menjadi sekitar 828 juta jiwa atau
sekitar 9,7% dari total peduduk dunia.
Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambar bahwa
antara 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia sekitar 19 juga jiwa atau 8,5%
dari seluruh jumlah penduduk. WHO telah memperhitungkan bahwa di tahun
2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia

1
sebesar 41,4%, yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia.
Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia menimbulkan masalah terutama
dari segi kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia.
Penyakit pada populasi usia lanjut berbeda perjalanan dan
penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain. Pada lanjut usia
penyakit bersifat mengenai multiorgan, bersifat degeneratif, saling terkait,
biasanya bersifat kronis, cenderung menyebabkan kecacatan lama sebelum
terjadinya kematian, sering terdapat polifarmasi dan iatrogenesis, biasanya
juga mengandung komponen psikologik dan sosial. (Stieglietz, 1954).
Mengingat hal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa pelayanan
kesehatan pada usia lanjut dengan sendirinya berbeda dengan pelayanan
kesehatan pada golongan populasi lain. Sehingga diperlukan pengetahuan
tentang pelayanan kesehatan dan social untuk lanjut usia, agar dapat mengatasi
masalah – masalah yang timbul dalam kesehatan para lanjut usia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Konsep Model Pelayanan Lansia ?

2. Apa sajakah Prinsip Pelayanan Kesehatan Pada Lanjut Usia?

3. Bagaimanakah Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut?

4. Bagaimanakah Trend Masalah Kesehatan Lansia?

5. Apa sajakah Program Kesehatan Bagi Lanjut Usia?

6. Bagaimanakah Pelayanan Sosial Bagi Usia Lanjut ?

7. Bagaimanakah Peran Keluarga Dalam Pelayanan Lansia?

C. TUJUAN
1. Mengetahui Konsep Model Pelayanan Lansia.

2. Mengetahui Prinsip Pelayanan Kesehatan Pada Lanjut Usia.

2
3. Mengetahui Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut.

4. Mengetahui Trend Masalah Kesehatan Lansia.

5. Mengetahui Program Kesehatan Bagi Lanjut Usia.

6. Mengetahui Pelayanan Sosial Bagi Usia Lanjut.

7. Mengetahui Peran Keluarga Dalam Pelayanan Lansia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MODEL PELAYANAN LANSIA


1. Pengertian

Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah


seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi
suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.
Pelayanan adalah perihal atau cara melayani (DepDikBud, 1993
dalam Henny Sularesti, 2005). Pelayanan adalah usaha untuk melayani
kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (DepDikBud, 1993
dalam Henny Sularesti 2005).

2. Tujuan
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis
lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah
akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah.
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan
keluarga dan lingkungan.
e. Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab pelayanan terhadap lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
g. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial
bagi lanjut usia.

4
3. Jenis Pelayanan.
Jenis pelayanan harian lanjut usia didasarkan pada kebutuhan dan
masalah lanjut usia. Dalam proses pelayanan, lanjut usia dituntut untuk
berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang bermakna bagi masa tuanya.
Berdasarkan hal tersebut pelayanan harian lanjut usia meliputi :

a. Pelayanan sosial
Pelayanan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
lanjut usia dalam menyesuaikan diri terhadap proses perubahan
dirinya, baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Pelayanan
sosial mencakup :

1) Bimbingan Sosial
a) Mengatasi masalah masalah lanjut usia dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial, khususnya
keluarga.
b) Mengoptimalkan relaksasi antara sesama lanjut usia
maupun dengan lingkungan sosialnya (keluarga dan
komunitas sekitar lembaga pelayanan harian).Pelayanan
ini dilakukan melalui bimbingan sosial individu dan
bimbingan sosial kelompok dalam bentuk konseling,
diskusi, permainan peran dan lain-lain.
2) Bimbingan psikososial
Bimbingan psikososial diarahkan untuk mengatasi masalah
psikososial yang bersumber dari tekanan-tekanan emosional,
psikologis dan lingkungan sosial lanjut usia, menurunkan
kecemasan mereka dan masalah-masalah lainnya. Bimbingan
psikososial dilaksanakan melalui kegiatan konseling, individu,
kelompak dan keluarga.

b. Pelayanan Psikologis
Pelayanan ini terutama ditujukan untuk memperkuat
kondisi mental dan psikologis lanjut usia dan keluarganya dalam
menghadapi berbagai tekanan. Pelayanan ini dilakukan melalui :

5
1) Pelayanan konsultasi psikologis.
2) Pelayanan rekruitmen lanjut usia potensial yang masih ingin
bekerja.
3) Pelayanan konseling dan lain-lain.

c. Pelayanan Kerohanian
Pelayanan kerohanian bertujuan untuk menciptakan
kepuasan batin, mencapai ketenangan jiwa dan ketakwaan lanjut
usia kepada Tuhan yang Maha Esa, yang dilakuakan melalui
kegiatan pengajian, kebaktian, ceramah-ceramah agama dan ziarah.

d. Pemeliharaan Fisik dan Kesehatan.


Pelayanan ini bertujuan untuk memelihara dan
meningkatkan kondisi dan keberfungsian fisik lanjut usia serta
meningkatkan pemahaman dan partisipasi lanjut usia dalam upaya
pemeliharaan fisik dan kesehatan. Pelayanan pemeliharaan fisik
dan kesehatan dilakukan melalui :

1) Pelayanan makan dan gizi, yang bertujuan untuk menjaga


terpenuhinya kebutuhan fisik, nutrisi atau diet lanjut usia.
Pelayanan ini terdiri dari :
a) Penyediaan makanan
b) Pengaturan asupan makanan
c) Konsultasi diet
d) Pemberian makanan tambahan (snak dan lain-lain)
2) Pelayanan kesahatan, yang bertujuan untuk memantau serta
menjaga kondisi kesehatan lanjut usia. Pelayanan ini
meliputi : Pelayanan promotif, prepentif dan kuratif, termasuk
didalamnya pelayanan pemeriksaan kesehatan.
3) Pelayanan kebugaran
Pelayanan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
kepada lanjut usia dalam melaksanakan aktivitas yang

6
bermanfaat bagi kesehatan fisik serta menjaga sarana kegiatan
rekreatif. Pelayanan kebugaran meliputi :

a) Penyelenggaraan senam kesehatan yang bersifat khusus


seperti senam jantung dan darah tinggi.
b) Penyediaan pasilitas olahraga yang sesuai dengan
kebutuhan lanjut usia.

e. Penyedian Tempat yang sehat dan aman


Pelayanan ini bertujuan untuk memberikan kenyamanan
pada lanjut usia yang memungkinkan mereka untuk beristirahat
maupun melakukan aktivitas dengan penuh semangat.

f. Pelayanan Rekreasi dan Penyaluran Hobi.


Pelayanan ini ditujukan untuk memberikan pengalaman
yang menyenangkan bagi usia lanjut kegiatan yang bersifat hiburan
atau pengisian waktu luang. Pelayanan ini meliputi :

1) Darmawisata bersama.
2) Merayakan ulang tahun atau mengadakan arisan.
3) Menyediakan fasilitas hiburan (ruangan untuk menyanyi,
nonton TV, dansa dan lain-lain).
4) Merajut, berkebun, memancing, dan lain-lain.
5) Menyenggarakan kursus-kursus : bahasa, ketrampilan praktis
dan lain-lain.
6) Menyediakan fasilitas perpustakaan.
7) Pelayanan Penghubung (Rujukan).

Pelayanan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan usia lanjut


dengan cara menghubungkan atau merujuk mereka dangan sistem sumber
atau pelayanan lain yang yang dibutuhkan di luar Lembaga Pelayanan
Harian diharapkan menyediakan pelayanan penunjang, antara lain :

7
a. Pelayanan Data dan Informasi
Pelayanan ini bertujuan untuk mrnyediakan data dan informasi
berkaitan dengan permasalan lanjut usia dan Pelayanan Harian
Lanjut usia seperti : persyaratan penerimaan, jenis pelayanan yang
tersia, proses pelayanan, sarana dan prasarana yang tersedia dan
lain-lain.

b. Pelayanan ini bertujuan untuk meningkatkan mobolitas lanjut usia


yang meliputi : penyedian sarana trasportasi yang diperlukan lanjut
usia, ambulance dan lain-lain (DepSos RI,2003 dalam Henny
Sularesti).

B. PRINSIP PELAYANAN KESEHATAN PADA LANJUT USIA


Mengingat berbagai kekhususan perjalanan dan penampilan penyakit
pada usia lanjut, terdapat 2 prinsip utama yang harus dipenuhi guna
melaksanakan pelayanan kesehatan pada lanjut usia, yaitu pendekatan
holistik atau lengkap, serta tatakerja dan tatalaksana secara tim. (Hadi
Martono, 1995)

1. Prinsip Holistik
Pada pelayanan kesehatan usia lanjut sangat unik karena menyangkut
berbagai aspek, yaitu :
a. Seorang pasien usia lanjut harus dipandang sebagai manusia
seutuhnya, meliputi pula lingkungan kejiwaan (psikologis) dan
sosial ekonomi. Hal ini ditunjukan antara lain bahwa aspek
diagnosis penyakit pada pasien usia lanjut menggunakan tata cara
khusus yang disebut sebagai pengkajian geriatric, yang bukan saja
meliputi seluruh organ dan sistem, akan tetapi menyangkut pula
aspek kejiwaan dan lingkungan sosial ekonomi (Hadi-
Martono,1991).
b. Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal atau
horizontal. Secara vertikal dalam arti pemberian pelayanan harus
dimulai dari pelayanan di masyarakat sampai ke pelayanan rujukan
tertinggi, yaitu rumah sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis

8
geriatri. Holistik secara horizontal berarti bahwa pelayanan
kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan
usia lanjut secara menyeluruh. Oleh karenanya, pelayanan
kesehatan harus bekerja secara lintas sektoral dengan dinas/lembaga
terkait dibidang kesejahteraan, misalnya agama, pendidikan, dan
kebudayaan, serta dinas sosial.
c. Pelayanan holistik juga berarti pelayanan harus mencakup aspek
pencegahan (preventif), promotif, penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif). Begitu pentingnya aspek pemulihan ini,
sehingga WHO menganjurkan agar diagnosis penyakit pada usia
lanjut harus meliputi 4 tingkatan penyakit, sebagai berikut :
1) Disease (penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada pasien,
misalnya penyakit jantung iskemik.
2) Impairment (kerusakan atau gangguan), yaitu adanya
gangguan atau kerusakan dari organ akibat penyakit,
misalnya pada keadaan di atas : infark miokard akut atau
kronis.
3) Disability (ketidak-mampuan), yaitu akibat obyektif pada
kemampuan fungsional dari organ atau individu tersebut.
Pada kasus di atas misalnya terjadi dekompensasi jantung.
4) Handicap (hambatan) yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada
kasus tersebut di atas ketidakmampuan pasien untuk
melakukan aktivitas sosial baik di rumah, maupun di
lingkungan sosial-nya.

2. Prinsip tatakerja dan tatalaksana dalam tim


Tim geriatri merupakan bentuk kerjasama multidisiplin yang bekerja
secara interdisiplin dalam mencapai tujuan pelayanan geriatri yang
dilaksanakan. Yang dimaksud dengan kata multi-disiplin di sini adalah
berbagai disiplin ilmu kesehatan yang secara bersama-sama melakukan
penanganan pada pasien usia lanjut. Komponenya berbeda dengan
berbagai tim yang kita kenal pada populasi usia lain. Pada tim geriatri,
komponen utama terdiri dari dokter, pekerja sosio medik, dan perawat.
Tergantung dari kompleksitas dan jenis layanan yang diberikan, anggota
tim bisa ditambah dengan tenaga rehabilitasi medik (dokter, fisioterapi,

9
terapi okupasi, terapi wicara, dan lain-lain), psikolog dan/atau psikiater,
ahli farmasi, ahli gizi, dan tenaga lain yang bekerja dalam layanan
tersebut.

Istilah interdisiplin diberikan sebagai suatu tatakerja dimana masing-


masing anggotanya saling tergantung satu sama lain. Perbedaan dengan
tim multidisplin yang bekerja secara multidisiplin pula (seperti banyak tim
kesehatan lainya) dimana tujuan seolah-oleh dibagi secara kaku
berdasarkan disiplin masing-masing anggota. Pada tim interdisiplin, tujuan
merupakan tujuan bersama. Masing-masing anggota mengerjakan tugas
sesuai disiplinnya sendiri-sendiri, akan tetapi tidak secara kaku. (pada
skema di bawah digambarkan sebagai garis terputus). Disiplin lain bisa
memberi saran demi tercapainya tujuan bersama. Secara periodik
dilakukan pertemuan antara anggota tim untuk mengadakan evaluasi kerja
yang telah dicapai, dan kalau perlu mengadakan perubahan demi tujuan
bersama yang hendak dicapai. Dengan kata lain, pada tim multidisiplin
kerjasama terutama bersifat pada pembuatan dan penyerasian konsep,
sedangkan pada interdisiplin kerjasama meliputi pembuatan dan
penyerasian konsep serta penyerasian tindakan. Secara praktis, tatakerja
interdisiplin dari tim geriatri adalah melalui konferensi, bersama-sama
menentukan prioritas masalah (setting priority), menekankan kualitas
hidup, membuat program penanganan dan evaluasi berdasarkan prioritas
masalah, serta menentukan kondisi setting limits.

10
Tim geriatri disamping mengadakan pengkajiaan masalah yang ada,
juga mengadakan pengkajian sumber daya manusia dan sosial ekonomi
yang bisa digunakan untuk membantu penatalaksanaan masalah pasien
tersebut. Cara kerja seterusnya dapat dilihat seperti dalam skema berikut.

C. PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT


Dengan prinsip pelayanan geriatri seperti diatas, konsep pelayanan
kesehatan pada populasi lanjut usia direncanakan dan dilaksanakan. Untuk
mengupayakan prinsip holistik yang berkesinambungan, secara garis besar
pelayanan pada kesehatan pada usia dapat dibagi sebagai berikut :

1. Pelayanan kesehatan geriatri di masyarakat (Community Based


Geriatric Service)
Pada upaya kesehatan pelayanan ini, semua upaya kesehatan
yang berhubungan dan dilaksanakan oleh masyarakat harus
diupayakan berperan serta menangani kesehatan para lanjut usia.
Puskesmas dan dokter praktek swasta merupakan tulang punggung
layanan di tingkat ini. Puskesmas berperan dalam membentuk
kelompok/klub lanjut usia. Di dalam dan melalui klub lanjut usia ini

11
pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan, baik usaha
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Pada dasarnya layanan kesehatan geriatri di tingkat masyarakat


seharusnya mendayagunakan dan mengikut-sertakan masyarakat
(termasuk para lanjut usia) semaksimal mungkin. Yang perlu
dikerjakan dengan berbagai cara, antara lain ceramah, symposium,
lokakarya, dan penyuluhan-penyuluhan.

2. Pelayanan kesehatan geriatri di masyarakat berbasis rumah sakit


(Hospital Based Comomnity Geriatric Service)
Pada layanan tingkat ini, rumah sakit setempat yang telah
melakukan layanan geriatri bertugas membina geriatri berada di
wilayah-wilayahnya, baik secara langsung atau tidak langsung
memalui pembinaan pada puskesmas yang berada diwilayah kerjanya
“Transfer of Knowledge” berupa lokakarya, ceramah-ceramah,
symposium baik kepada tenaga kesehatan ataupun kepada awam perlu
dilaksanakan. Di lain pihak, rumah sakit harus selalu bersedia
bertindak sebagai rujukan dari layanan kesehatan yang ada di
masyarakat.

3. Pelayanan kesehatan geriatri berbasis rumah sakit (Hospital Based


Geriatric Service).
Pada layanan ini rumah sakit, tergantung dari jenis layanan
yang ada, menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia. Mulai
dari layanan sederhana berupa poliklinik lanjut usia, sampai pada
layanan yang lebih maju, misalnya bangsal akut, klinik siang terpadu
(day-hospital), bangsal kronis dan/atau panti rawat wredha (nursing
homes). Disamping itu rumah sakit jiwa juga menyediakan layanan
kesehatan jiwa bagi geriatri dengan pola yang sama. Pada tingkat ini,
sebaliknya dilaksanakan suatu layanan terkait antara unit geriatri
rumah sakit umum dengan unit psikkogeriatri suatu rumah sakit jiwa,
terutama untuk menangani penderita penyakit fisik dengan komponen
gangguan psikis berat atau sebaliknya.

12
D. TREND MASALAH KESEHATAN LANSIA
1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah
hilang adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada
kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat
berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan
pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara
berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal
ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua
pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat
terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional
secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.

2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku
diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada
kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena
dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas
emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.

3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami
kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal ini
mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang
memerlukan bantuan orang lain.

4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat
tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh
lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya
interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal

13
jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika.
Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin
mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek
samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.

5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan
merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah
sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya
perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek
samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil
cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena
lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati
sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang
dialami lansia dalam pengobatan adalah :

a. Bingung

b. Lemah ingatan

c. Penglihatan berkurang

d. Tidak bias memegang

e. Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi

f. Kesehatan mental

Dalam menanggulangi masalah dalam gerontik maka mengupaya


pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis
pelayanan kesehatan yang diterima.

a. Azas

14
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that
Have Been Added to life, dengan prinsip kemerdekaan
(independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas
yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the
Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
dan memperpanjang usia.

b. Pendekatan

Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang


digunakan adalag sebagai berikut :

1) Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social


development).

2) Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of


aging persons).

3) Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal


(nondependence).

4) Lansia turut memilih kebijakan (choice).

5) Memberikan perawatan di rumah (home care).

6) Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility).

7) Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi


(engaging the aging).

8) Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia


(mobility).

9) Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya


(productivity).

10) Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self


help care and family care).

15
c. Jenis

Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya


kesehatan, yaitu Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan,
pembatasan kecacatan, serta pemulihan.

1) Promotif

Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan


untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan
masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi
norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia
sebagai berikut :

a) Mengurangi cedera

b) Meningkatkan keamanan di tempat kerja

c) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk

d) Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-


obatan

e) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut

2) Preventif

a) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh


pencegahan primer : program imunisasi, konseling, dukungan
nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah,
menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.

b) Melakukan pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan


terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan
sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker,
skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi,
mulut.

16
c) Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala
penyakit dan cacat. Jenis pelayanan mencegah berkembangnya
gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha
untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang
masih berfungsi.

3) Rehabilitatif

d. Prinsip Pelayanan Kesehatan Lansia

1) Pertahankan lingkungan aman

2) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas

3) Pertahankan kecukupan gizi

4) Pertahankan fungsi pernafasan

5) Pertahankan aliran darah

6) Pertahankan kulit

7) Pertahankan fungsi pencernaan

8) Pertahankan fungsi saluran perkemihaan

9) Meningkatkan fungsi psikososial

10) Pertahankan komunikasi

11) Mendorong pelaksanaan tugas

E. PROGRAM KESEHATAN BAGI LANJUT USIA

Saat ini, Departemen Kesehatan RI mempunyai tiga program


kesehatan bagi lanjut usia berupa Puskesmas Santun Usia Lanjut, Pembinaan
Kelompok Usia Lanjut, dan Posyandu Usia Lanjut (Pedoman Puskesmas
Santun Usia Lanjut, Depkes RI 2005).

1. Puskesmas Santun Usia Lanjut

17
Puskesmas Santun Lanjut usia merupakan bentuk pendekatan
pelayanan proaktif bagi usia lanjut untuk mendukung peningkatan
kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut, yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif, di samping aspek kuratif dan
rehabilitatif. Puskemas Santun Lanjut usia mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:

a. Pelayanan yang baik berkualitas dan sopan


b. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut
c. Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan
kesehatan bagi usia lanjut dari keluarga miskin atau tidak
mampu
d. Memberikan dukungan atau bimbingan pada usia lanjut dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat
dan mandiri
e. Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau
sebanyakmungkin sasaran usia lanjut yang ada di wilayah kerja
Puskesmas.
f. Melakukan kerja sama dengan lintas program dan lintas
program terkait di tingkat kecamatan dengan asas kemitraan,
untuk bersama-sama melakukan pembinaan dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup usia lanjut.

2. Pembinaan kelompok Lanjut Usia

Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut melalui Puskesmas dapat


dilakukan terhadap sasaran usia lanjut yang dikelompokkan sebagai
berikut:

a. Sasaran langsung

1) Pra-usia lanjut 45-59 tahun.


2) Usia lanjut 60-69 tahun.
3) Usia lanjut risiko tinggi, yaitu usia lebih dari 70 tahun atau
usia lanjut berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.

18
b. Sasaran tidak langsung

1) Keluarga di mana usia lanjut berada.


2) Masyarakat di lingkungan usia lanjut berada.
3) Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan kesehatan
usia lanjut.
4) Masyarakat luas.

c. Kegiatan-kegiatan pembinaan kesehatan usia lanjutyang


dilakukan melalui Puskesmas adalah:

1) Pendataan sasaran usia lanjut. Kegiatan ini dilakukan paling


tidak 2 kali setahun yang lebih efektif bila dilakukan bekerja
sama dengan petugas desa atau kelurahan setempat dan
dibantu oleh kader dasawisma.

2) Penyuluhan kesehatan usia lanjut, pembinaan kebugaran


melalui senam usia lanjut maupun rekreasi bersama.

3) Deteksi dini keadaan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan


secara berkala yang dilakukan setiap bulan melalui Kelompok
Usia Lanjut (Posyandu/ Posbindu/Karang Lanjut usia, dan
lain-lain) atau di Puskesmas dengan instrumen KMS Usia
Lanjut sebagai alat pencatat yang merupakan teknologi tepat
guna.

4) Pengobatan penyakit yang ditemukan pada sasaran usia lanjut


sampai kepada upaya rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.

5) Upaya rehabilitatif (pemulihan) berupa upaya medik,


psikososial, dan edukatif yang dimaksudkan untuk
mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan fungsional
dan kemandirian usia lanjut.

6) Melakukan/memantapkan kerjasama dengan lintas sektor


terkait melalui asas kemitraan dengan melakukan pembinaan
terpadu pada kegiatan yang dilaksanakan di Kelompok Usia
Lanjut atau kegiatan lainnya.

19
7) Melakukan fasilitasi dan bimbingan dalam rangka
meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat
dalam pembinaan kesehatan usia lanjut antara lain dengan
pengembangan Kelompok Usia Lanjut, dan Dana Sehat.

8) Melaksanakan pembinaan kesehatan usia lanjut secara optimal


dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara berkala.
Upaya ini dapat dilakukan melalui pelaksanaan Lokakarya
Mini di Puskesmas secara berkala untuk menentukan strategi,
target dan langkah-langkah selanjutnya dalam pembinaan
kesehatan usia lanjut.

3. Posyandu Lanjut usia

Posyandu lanjut usia merupakan wahana pelayanan bagi kaum


usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang
menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kegiatannya adalah
pemeriksaan kesehatan secara berkala, peningkatan olahraga,
pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan
pengelolaan dana sehat.

F. PELAYANAN SOSIAL BAGI USIA LANJUT


Selain program dari Departemen Kesehatan, pemerintah juga
mempunyai program dari Departemen Sosial yaitu rencana aksi nasional
kesejahteraan lanjut usia yang terdiri dari lima program pokok penduduk
lanjut usia yaitu:

1. Kesejahteraan sosial dan jaminan sosial

Bertujuan untuk meningkatkan kualitas penghidupan dan


kehidupan para lanjut usia dengan memelihara dan meningkatkan
taraf kesejahteraan sosial mereka serta melembagakan usaha

20
kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia. Selain itu, program ini
juga bertujuan untuk memelihara, memberi perlindungan, dan
meningkatkan taraf kesejahteraan para lanjut usia. Berbagai kegiatan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia antara lain:

a. Peningkatan jumlah dan mutu pensiun.


b. Peningkatan penyuluhan dan bimbingan usaha kesejahteraan
sosial bagi para lanjut usia.
c. Peningkatan panti petirahan dan panti rehabilitasi sosial bagi
lanjut usia.
d. Peningkatan pengembangan pelayanan kesejahteraan sosial
bagi para lanjut usia yang berbasis masyarakat.
e. Penyediaan bantuan sosial bagi lanjut usia terlantar.
f. Pembinaan dan pengaturan peran serta para relawan lanjut usia
dalam kegiatan kesejahteraan sosial.
g. Penyelenggaraan akomodasi hostel type bagi lanjut usia.
h. Pengembangan sistem jaminan sosial hari tua.
i. Pengembangan asuransi kesejahteraan sosial bagi usia lanjut.
j. Pengembangan sistem asuransi tenaga kerja lanjut usia,
k. Perlindungan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia dari
penganiayaan dan perlakuan salah dan atau korban
kekerasan/kejahatan.

2. Peningkatan sistem pelayanan kesehatan

Bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu


kehidupan para lanjut usia dengan menanamkan pola hidup sehat.
Program pokok kesehatan bagi lanjut usia diprioritaskan pada upaya
pencegahan penyakit (preventive) dan peningkatan kesehatan
(promotive) tanpa mengabaikan upaya pengobatan (curative)dan
upaya penyembuhan (rehabilitative). Pelayanan kesehatan bagi para
lanjut usia yang tergolong miskin dan tidak mampu diupayakan
untuk dapat diberikan secara subsidi melalui prosedur yang berlaku.
Berbagai kegiatan pelayanan kesehatan bagi para lanjut usia yang
dikembangkan dalam program ini antara lain:

a. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)


kesehatan lanjut usia.

21
b. Pengembangan program pemberian makanan tambahan (gizi)
bagi lanjut usia.
c. Peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi lanjut usia dalam
keluarga.
d. Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan
lanjut usia.
e. Pengembangan lembaga hospitium terutama untuk perawatan
lanjut usia yang menderita penyakit kronik yang berprognosis
buruk dan atau menderita penyakit terminal.
f. Pengembangan upaya kesehatan reproduksi lanjut usia di
sarana pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan
rujukan.
g. Pengembangan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) sebagai basis utama pendanaan untuk
pemeliharaan kesehatan lanjut usia.

3. Penguatan dukungan keluarga dan masyarakat, bertujuan untuk :


a. Menggalakkan, membina, dan meningkatkan peran keluarga
untuk semakin membudayakan dan melembagakan kegiatan
sehari-hari seluruh anggota keluarga dalam memberikan
pelayanan, pembinaan kualitas dan peningkatan kesejahteraan
kepada anggota keluarganya yang berusia lanjut.
b. Menggalakkan, membina, dan meningkatkan peran serta
masyarakat, organisasi sosial, LSM, dan sektor swasta dalam
kegiatan pelayanan bagi lanjut usia di berbagai bidang.
c. Memelihara, memperkuat, dan memasyarakatkan nilai- nilai
budaya bangsa yang menghormati, menghargai, dan
memberikan perhatian terhadap para lanjut usia dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Memberdayakan lanjut usia untuk tetap berperan sebagai
panutan dan teladan dalam memelihara dan meneruskan nilai
dan norma pada anak cucunya.

4. Peningkatan kualitas hidup lanjut usia bertujuan untuk


a. Memberikan kesempatan bagi para lanjut usia yang potensial
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, baik
untuk berkarya lebih lanjut ataupun untuk pengembangan hobi

22
mereka melalui lembaga- lembaga pendidikan dan pelatihan
formal maupun nonformal.
b. Memberikan kesempatan dengan memberdayakan para lanjut
usia yang potensial dan produktif untuk berkarya sesuai dengan
kemampuan, pengetahuan, dan pengalamannya.
c. Meningkatkan dan memantapkan iman dan ketakwaan para
lanjut usia sesuai agamanya atau kepercayaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa serta memandu pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari.

5. Peningkatan sarana dan fasilitas khusus bagi lanjut usia


Program ini bertujuan untuk mewujudkan apa yang di-
kehendaki oleh Undang-Undang Dasar dan sebagai pernyataan rasa
hormat dan penghargaan kepada para lanjut usia dengan memberikan
kemudahan khusus bagi para lanjut usia untuk melaksanakan kegiatan
sehari-hari maupun dalam melaksanakan kerja dan melakukan per-
jalanan. Bebeirapa kegiatan dalam program pokok ini antara lain:

a. Pemberian keringanan biaya pelayanan kesehatan.


b. Pelayanan sarana transportasi bagi lanjut usia.
c. Penyediaan sarana rekreasi dan olah raga bagi para lanjut usia.
d. Pemberian kemudahan pariwisata bagi lanjut usia.
e. Pemberian KTP seumur hidup.
f. Pelayanan konsultasi kesehatan reproduksi bagi lanjut usia.

Strategi-strategi dan program-program pokok untuk


meningkatkan kesejahteraan lanjut usia ini dimaksudkan agar para
lanjut usia di masa depan dapat hidup dengan sehat, produktif
mandiri, dan sejahtera lahir dan batin. Implementasi dari strategi-
strategi dan program-program tersebut sangat diperlukan. Dengan
demikian, ketergantungan lanjut usia pada penduduk usia produktif
dapat diminimalkan. Pelayanan sosial ini sebaiknya merupakan
kegiatan dari badan- badan sukarela/partisipasi masyarakat, yang
dikoordinasikan oleh dinas sosial dan/atau dinas kesehatan setempat.

23
G. PERAN KELUARGA DALAM PELAYANAN LANSIA
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Bailon SG dan Maglaya A., 1989).

1. Masalah-masalah yang di hadapi lanjut usia


Secara umum dikatakan bahwa masalah yang di hadapi yang
dihadapi oleh kelompok usia lanjut di Asia menyedihkan. Pemerintah
di negara-negara Asia masih memberikan rioritas yang sangat rendah
untuk kesejahteraan sosial ara usia lanjut karena negara-negara
tersebut belum baik perekonomiannya. Sejumlah besar keluarga
miskin, di Asia tidak mampu lebih lama membantu orang tua mereka
walaupun mereka masih mempunyai sikap ingin terus memberikan
pelayanan kepada orangtuanya dalam, satu rumah. Beban kesehatan
sangat terasa bagi keluarga, sehingga mereka tidak dapat memberikan
bantuan finansial dari kesehatan orangtuanya. Masalah yang dihadapi
antara lain:
a. Ketiadaan sanak keluarga, kerabat dan masyarakat lingkungan
yang dapat memberikan bantuan tempat tinggal dan
penghidupan.
b. Kesulitan hubungan antara usia lanjut dengan keluarga di
tempat selama ia tinggal.
c. Ketiadaan kemampuan keuangan/ekonomi dari keluarga untuk
menjamin penghidupan secara layak.
d. Kebutuhan penghidupannya tidak dapat dipenuhi melalui
lapangan kerja yang ada.
e. Perbedaan nilai-nilai yang dianut antara para usia lanjut
dengan generasi muda yang mengakibatkan timbulnya
keresahan para usia lanjut.

24
f. Berkurangnya kesempatan keluarga untuk memberikan
pelayanan kepada usia lanjut.

2. Harapan-harapan dalam masa usia lanjut


Banyak orang sependapat bahwa manusia usia lanjut
mempunyai kelebihan pengalaman. Menurut Suryohadiprojo
(1988) orang yang berusia lanjut mempunyai kelebihan dalam
bentuk pengetahuan dan kecakapan yang dihasilkan oleh
pengalaman yang telah di peroleh dalam kehidupannya.
Berkaitan dengan pekerjaan, pngaruh pengalaman dalam
pekeraan cukup banak sebab kehidupan itu tidak pernah hanya
hitam-putih belaka, melainkan penuh nuansa.
Dengan demikian, seorang petani yang sudah usia lanjut,
meskipun sudah tidak kuat mengankat cangkul ia lebih banyak
memiliki pengetahuan bertani daripada mereka yang berusia muda.
Seorang dosen yang tidak pernah mengembangkan diri sehubungan
dengan mata kuliah yang diajarkannya akan tertinggal
pengetahuannya dengan dosen yang berusia muda yang dengan
tekun dan terus-menerus meneliti dan mempelajari perkembangan
ilmu yang diajarkannya, dan bahkan mungkin ia sendiri dapat
mengembangkan atau menemukan sesuatu (teori) yang baru.
Pembagian tugas menurut umur perlu mendapat perhatian, karena
tingkat perkembangan kepribadian seseorang merupakan proses
yang dilalui oleh setiap orang melalui interaksinya dengan orang
lain sesuai dengan fase kelompok usia.
Pada dasarnya, semua usia lanjut masih menghendaki tetap
terus bekeja, baik hanya untuk mengsi waktu luang atau beramal,
maupun karena memang untuk memenuhi kebutuhan pokok
hidupnya.
Bagi mereka yang mempunyai keahlian tidak begitu sulit
untuk tetap terus bekerja setelah pensiun. Petani, wirausahawan,
dosen, seniman adalah beberapa contoh orang yang tidak megenal
pensiun dalam kehidupannya. Mereka akan terus bekerja hingga
keadaan fisiknya tidak lagi memungkinkan. Tetapi masalahnya
adalah lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sebanding dengan

25
jumlah orang yang membutuhkannya. Pengangguran kaum muda
setiap tahunnya meningikat yang mendesak agar para usia lanjut
melepaskan pekerjaannya untus diidi oleh kaum muda
Tetapi adalah hak setiap manusia (termasuk usia lanjut)
untuk bekerja, Manusia usia lanjut juga merupakan sumber
nasional yang bernilai. Sedang bagi usia lanjut yang tidak termasuk
dalam tenaga kerja dapat melakukan kegiatan kegiatan-kegiatan
yang berguna bagi kemanusiaan, dengan catatan kebutuhan pokok
hidupnya sudah dipenuhi. Kegiatan mereka terutama disesuaikan
dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, paling
tidak dengan pemberian nasehat yang positif.
Hidup tanpa peduli pada lingkungannya, baik keluarga
maupun masyarakat, adalah suatu kehidupan yang sepi dan “tidak
berguna”. Ada seorang usia lanjut yang mengatasi kesunyiannya di
masa pensiunnya dengan setiap hari keluar rumah meski hanya
untuk satu dua jam. Hidup mereka sudah terlanjur terpola oleh
bekerja: “bukan honornya yang penting tetapi kerjanya, tinggal di
rumah berarti menggur dan saya dapat lekas mati”

3. Peran Keluarga terhadap usia lanjut


Pada masyarakat tradisional yang umumnya terdiri dari
keluaraga-keluarga luas, memasuki usia lanjut tidak perlu
dirisaukan. Mereka cukup aman karena anak (dan saudara-saudara
lainnya) masih merupakan jaminan yang paling baik bagi
orangtuanya dengan ikatan yang kuat dan berhubungan secara
kekeluargaan dengan tetangga dan teman-teman mereka. Anak
masih merasa berkewjiban dan mempunyai loyalitas menyantuni
orangtua mereka yang sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri.
Nilai yang masih berlaku memang anak wajib memberikan kasih
sayangnya kepada orangtuanya sebagaimana pernah mereka
dapatkan pada waktu masa kanak-kanak. Bahkan mendapat
peranan tersendiri baik dalam keluarga mdupun masyarakat. Para
usia lanjut mempunyai peranan yang menonjol sebagai orang yang

26
“dituakan”, bijak dan. bepengalaman, pembuat keputusan, dan
kaya pengetahuan.
Dalam kondisi fisik yang lemah dan mungkin sakit-sakitan,
dalam kesepian, dalam kebosanan, dalam penderitaan post power
syndrome, dalam keadaan menganggur, anak-anak bertanggung
jawab dengan penuh loyalitas dan hormat mengasuh, membiayai,
mendidik dan mengawasi orangtua sebagaimana pernah mereka
lakukan terhadap anak-anaknya. Mempunyai orangtua dalam
keluarga, adalah sama halnya dengan mempunyai anak-anak yang
dicintainya. Orangtua tidak perlu merasa mengganggu keluarga
anaknya atas keberadaannya di antara mereka.
Tempat yang terbaik bagi usia lanjut untuk mendapatkan
perawatan adalah tempat tinggal sendiri bersama anggota keluarga
lainnya perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri lebih
memberikan rasa nyaman dan aman karena mereka lebih mahfum
atau toleran terhadapnya dibandingkan kerabat atau orang lain.

4. Hal yang perlu di perhatikan terhadap lanjut usia


Usia lanjut bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu proses
degenerasi yang dialami oleh setiap orang. Memasuki usia lanjut,
orang akan mengalami kemunduran-kemunduran, terutama
fisiknya, tetapi tidak berarti ia tidak berguna lagi. Mereka
mempunyai hak yang sama untuk menjalani kehidupan bersama
manusia lainnya yang berbeda menurut usia. Seperti yang lainnya
pula, ia berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusian. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
menegaskan bahwa adalah hak mereka untuk tetap terus bekerja
selama mereka masih mampu. Dengan modal yang dimiliki,
pengetahuan dan pengalamannya, dan dengan segala
kekurangannya, kelompok usia lanjut merupakan sumber daya
manusia yang dapat dimanfaatkan, baik dalam dunia kerja maupun
dalam bidang-bidang kehidupan lainnya.
Kesadaran bahwa usia lanjut merupakan anggota
masyarakatnya, yang mempunyai hak dan kewajiban dan

27
kesadaran bahwa hidupnya di dunia ini tinggal beberapa waktu lagi
akan berakhir, maka ia perlu memiliki semangat untuk hidup dan
tetap berguna bagi orang lain. Untuk itu, sesuai dengan batas
kemampuannya, seorang usia lanjut dapat memilih jalan hidupnya
yang berguna atau yang tidak berguna bagi sesamanya. Pilihan
tersebut dapat dipersiapkan sejak muda.
Gambaran seorang yang usia lanjut sebagai seorang yang
sedang menuju keliang kubur, berpenyakitan, tidak sanggup
membina hubungan cinta kasih dan tidak bisa menolong dirinya
sendiri, apalagi memberi pelayanan kepada orang-orang lain,
adalah salah. Keterisolasian, kesepian, dijauhi oleh masyarakat,
berkurangnya penghasilan, pengangguran, beberapa faktor yang
sering menghalang-halangi usia lanjut untuk tetap produktif,
meskipun kemampuan mereka belum habis
Kesadaran memelihara usia lanjut (jompo) sebagai suatu
kewajiban bagi anak-anak dapat merupakan suatu sistem yang
dipertahankan, karena, selain mereka pada waktunya juga akan
menjadi tua, kemampuan masyarakat dan negara untuk melayani
kelompok usia lanjut belum memadai. Apalagi pelayanan bagi
kelompok umur produktif masih jauh dari menggembirakan. Jika
anak-anak tidak melaksanakan kewajiban tersebut, maka sistem
tersebut akan runtuh dan sebagai akibatnya mereka akan
menikmatinya kemudian pada hari tuanya, yakni hidup tanpa
dipedulikan oleh anak-anaknya.

28
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari materi yang dipaparkan diatas, maka dapat kami simpulkan :

1. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki


tahapan akhir dari fase kehidupannya.

2. Jenis pelayanan harian lanjut usia didasarkan pada kebutuhan dan


masalah lanjut usia. Dalam proses pelayanan, lanjut usia dituntut untuk
berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang bermakna bagi masa
tuanya. Jenis pelayanannya :

a. Pelayanan sosial
b. Pelayanan Psikologis
c. Pelayanan Kerohanian
d. Pemeliharaan Fisik dan Kesehatan.
e. Penyedian Tempat yang sehat dan aman
f. Pelayanan Rekreasi dan Penyaluran Hobi.
3. Mengingat berbagai kekhususan perjalanan dan penampilan penyakit
pada usia lanjut, terdapat 2 prinsip utama yang harus dipenuhi guna
melaksanakan pelayanan kesehatan pada lanjut usia, yaitu pendekatan
holistik atau lengkap, serta tatakerja dan tatalaksana secara tim.

4. Untuk mengupayakan prinsip holistik yang berkesinambungan, secara


garis besar pelayanan pada kesehatan pada usia dapat dibagi sebagai
berikut :

a. Pelayanan kesehatan geriatri di masyarakat (Community


Based Geriatric Service)
b. Pelayanan kesehatan geriatri di masyarakat berbasis rumah
sakit (Hospital Based Comomnity Geriatric Service)

29
c. Pelayanan kesehatan geriatri berbasis rumah sakit (Hospital
Based Geriatric Service).
5. Trend masalah kesehatan lansia

a. Masalah kehidupan seksual


b. Perubahan prilaku
c. Pembatasan fisik
d. Palliative care
e. Pengunaan obat
6. Departemen Kesehatan RI mempunyai tiga program kesehatan bagi
lanjut usia berupa Puskesmas Santun Usia Lanjut, Pembinaan
Kelompok Usia Lanjut, dan Posyandu Usia Lanjut.

7. Selain program dari Departemen Kesehatan, pemerintah juga


mempunyai program dari Departemen Sosial yaitu rencana aksi
nasional kesejahteraan lanjut usia yang terdiri dari lima program
pokok penduduk lanjut usia yaitu:

a. Kesejahteraan sosial dan jaminan sosial


b. Peningkatan sistem pelayanan kesehatan

c. Penguatan dukungan keluarga dan masyarakat


d. Peningkatan kualitas hidup lanjut usia
e. Peningkatan sarana dan fasilitas khusus bagi lanjut usia

B. SARAN
Dari penulisan makalah ini, diharapkan agar para pembaca dapat lebih
mengerti dan memahami mengenai pokok bahasan “Trend Masalah
Kesehatan, Peran Keluarga, Model Sifat Pelayanan Lansia, Konsep Model
Pelayanan Lansia Dan Peran Keluarga Dalam Pelayanan Lansia”. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi.
Apabila ada kekurangan dalam makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

30
DAFTAR PUSTAKA

Kiswanto, Eka A.2009.Trend dan issu legal dalam Keperawatan Profesional.

Jakarta:Pro-Health
Martono, Hadi dan Pranarka, Kris.2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia

Lanjut. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.
Notoatmodjo Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip

Dasar. Jakarta, Rineka Cipta.


Notoatmojo Soekidjo. 2009. Kesehatan Masyarakat ilmu dan seni. Jakarta :

Rineka Cipta
Sudoyo A.W.,Setiyohadi B.,dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: EGC.
Wahyudi Nugroho, SRM. 2000 Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC

31

Anda mungkin juga menyukai