KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEPERAWATAN
T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah tentang Keperawatan Gerontik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
A. KONSEP MODEL PELAYANAN LANSIA................................................4
B. PRINSIP PELAYANAN KESEHATAN PADA LANJUT USIA.................8
C. PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT............11
D. TREND MASALAH KESEHATAN LANSIA...........................................13
E. PROGRAM KESEHATAN BAGI LANJUT USIA...................................17
F. PELAYANAN SOSIAL BAGI USIA LANJUT.........................................20
G. PERAN KELUARGA DALAM PELAYANAN LANSIA.........................24
BAB III..................................................................................................................30
PENUTUP..............................................................................................................30
A. SIMPULAN................................................................................................30
B. SARAN.......................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
berstruktur lanjut usia (aging struktured population) karena jumlah penduduk
yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%. Provinsi yang mempunyai
jumlah penduduk Lanjut Usia (Lansia)nya sebanyak 7% adalah di pulau Jawa
dan Bali. Peningkatan jumlah penduduk Lansia ini antara lain disebabkan
antara lain karena 1) tingkat sosial ekonomi masyarakat yang meningkat, 2)
kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, dan 3) tingkat pengetahuan
masyarakat yang meningkat.
Perkembangan IPTEK memberikan dampak positif terhadap
kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH) atau usia harapan
hidup.
Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatkan angka harapan hidup. Dilihat dari sisi ini pembangunan
kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil, karena angka harapan hidup
telah meningkat secara bermakna. Namun, di sisi lain dengan meningkatnya
angka harapan hidup membawa beban bagi masyarakat, karena populasi
penduduk usia lanjut meningkat.
Menurut UU No. 13 tahun 1998 Pasal 1 ayat 2 tentang Kesejahteraan
Lanjut Usia menyatakan bahwa geriatri adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun ke atas. Pada tahun 2000 penduduk usia lanjut di seluruh dunia
diperkirakaan sebanyak 426 juta atau sekitar 6,8%. Jumlah ini akan meningkat
hampir dua kali lipat pada tahun 2025, yaitu menjadi sekitar 828 juta jiwa atau
sekitar 9,7% dari total peduduk dunia.
Proyeksi penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambar bahwa
antara 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia sekitar 19 juga jiwa atau 8,5%
dari seluruh jumlah penduduk. WHO telah memperhitungkan bahwa di tahun
2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lanjut usia
1
sebesar 41,4%, yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia.
Meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia menimbulkan masalah terutama
dari segi kesehatan dan kesejahteraan lanjut usia.
Penyakit pada populasi usia lanjut berbeda perjalanan dan
penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain. Pada lanjut usia
penyakit bersifat mengenai multiorgan, bersifat degeneratif, saling terkait,
biasanya bersifat kronis, cenderung menyebabkan kecacatan lama sebelum
terjadinya kematian, sering terdapat polifarmasi dan iatrogenesis, biasanya
juga mengandung komponen psikologik dan sosial. (Stieglietz, 1954).
Mengingat hal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa pelayanan
kesehatan pada usia lanjut dengan sendirinya berbeda dengan pelayanan
kesehatan pada golongan populasi lain. Sehingga diperlukan pengetahuan
tentang pelayanan kesehatan dan social untuk lanjut usia, agar dapat mengatasi
masalah – masalah yang timbul dalam kesehatan para lanjut usia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah Konsep Model Pelayanan Lansia ?
C. TUJUAN
1. Mengetahui Konsep Model Pelayanan Lansia.
2
3. Mengetahui Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. Tujuan
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, sosial dan psikologis
lanjut usia secara memadai serta teratasinya masalah-masalah
akibat usia lanjut.
b. Terlindunginya lanjut usia dari perlakuan yang salah.
c. Terlaksananya kegiatan-kegiatan yang bermakna bagi lanjut usia.
d. Terpeliharanya hubungan yang harmonis antara lanjut usia dengan
keluarga dan lingkungan.
e. Terbentuknya keluarga dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab pelayanan terhadap lanjut usia.
f. Melembaganya nilai-nilai penghormatan terhadap lanjut usia.
g. Tersedianya pelayanan alternative diluar pelayanan panti sosial
bagi lanjut usia.
4
3. Jenis Pelayanan.
Jenis pelayanan harian lanjut usia didasarkan pada kebutuhan dan
masalah lanjut usia. Dalam proses pelayanan, lanjut usia dituntut untuk
berperan aktif dalam berbagai kegiatan yang bermakna bagi masa tuanya.
Berdasarkan hal tersebut pelayanan harian lanjut usia meliputi :
a. Pelayanan sosial
Pelayanan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
lanjut usia dalam menyesuaikan diri terhadap proses perubahan
dirinya, baik secara fisik, psikologis maupun sosial. Pelayanan
sosial mencakup :
1) Bimbingan Sosial
a) Mengatasi masalah masalah lanjut usia dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial, khususnya
keluarga.
b) Mengoptimalkan relaksasi antara sesama lanjut usia
maupun dengan lingkungan sosialnya (keluarga dan
komunitas sekitar lembaga pelayanan harian).Pelayanan
ini dilakukan melalui bimbingan sosial individu dan
bimbingan sosial kelompok dalam bentuk konseling,
diskusi, permainan peran dan lain-lain.
2) Bimbingan psikososial
Bimbingan psikososial diarahkan untuk mengatasi masalah
psikososial yang bersumber dari tekanan-tekanan emosional,
psikologis dan lingkungan sosial lanjut usia, menurunkan
kecemasan mereka dan masalah-masalah lainnya. Bimbingan
psikososial dilaksanakan melalui kegiatan konseling, individu,
kelompak dan keluarga.
b. Pelayanan Psikologis
Pelayanan ini terutama ditujukan untuk memperkuat
kondisi mental dan psikologis lanjut usia dan keluarganya dalam
menghadapi berbagai tekanan. Pelayanan ini dilakukan melalui :
5
1) Pelayanan konsultasi psikologis.
2) Pelayanan rekruitmen lanjut usia potensial yang masih ingin
bekerja.
3) Pelayanan konseling dan lain-lain.
c. Pelayanan Kerohanian
Pelayanan kerohanian bertujuan untuk menciptakan
kepuasan batin, mencapai ketenangan jiwa dan ketakwaan lanjut
usia kepada Tuhan yang Maha Esa, yang dilakuakan melalui
kegiatan pengajian, kebaktian, ceramah-ceramah agama dan ziarah.
6
bermanfaat bagi kesehatan fisik serta menjaga sarana kegiatan
rekreatif. Pelayanan kebugaran meliputi :
1) Darmawisata bersama.
2) Merayakan ulang tahun atau mengadakan arisan.
3) Menyediakan fasilitas hiburan (ruangan untuk menyanyi,
nonton TV, dansa dan lain-lain).
4) Merajut, berkebun, memancing, dan lain-lain.
5) Menyenggarakan kursus-kursus : bahasa, ketrampilan praktis
dan lain-lain.
6) Menyediakan fasilitas perpustakaan.
7) Pelayanan Penghubung (Rujukan).
7
a. Pelayanan Data dan Informasi
Pelayanan ini bertujuan untuk mrnyediakan data dan informasi
berkaitan dengan permasalan lanjut usia dan Pelayanan Harian
Lanjut usia seperti : persyaratan penerimaan, jenis pelayanan yang
tersia, proses pelayanan, sarana dan prasarana yang tersedia dan
lain-lain.
1. Prinsip Holistik
Pada pelayanan kesehatan usia lanjut sangat unik karena menyangkut
berbagai aspek, yaitu :
a. Seorang pasien usia lanjut harus dipandang sebagai manusia
seutuhnya, meliputi pula lingkungan kejiwaan (psikologis) dan
sosial ekonomi. Hal ini ditunjukan antara lain bahwa aspek
diagnosis penyakit pada pasien usia lanjut menggunakan tata cara
khusus yang disebut sebagai pengkajian geriatric, yang bukan saja
meliputi seluruh organ dan sistem, akan tetapi menyangkut pula
aspek kejiwaan dan lingkungan sosial ekonomi (Hadi-
Martono,1991).
b. Sifat holistik mengandung artian baik secara vertikal atau
horizontal. Secara vertikal dalam arti pemberian pelayanan harus
dimulai dari pelayanan di masyarakat sampai ke pelayanan rujukan
tertinggi, yaitu rumah sakit yang mempunyai pelayanan subspesialis
8
geriatri. Holistik secara horizontal berarti bahwa pelayanan
kesehatan harus merupakan bagian dari pelayanan kesejahteraan
usia lanjut secara menyeluruh. Oleh karenanya, pelayanan
kesehatan harus bekerja secara lintas sektoral dengan dinas/lembaga
terkait dibidang kesejahteraan, misalnya agama, pendidikan, dan
kebudayaan, serta dinas sosial.
c. Pelayanan holistik juga berarti pelayanan harus mencakup aspek
pencegahan (preventif), promotif, penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan (rehabilitatif). Begitu pentingnya aspek pemulihan ini,
sehingga WHO menganjurkan agar diagnosis penyakit pada usia
lanjut harus meliputi 4 tingkatan penyakit, sebagai berikut :
1) Disease (penyakit), yaitu diagnosis penyakit pada pasien,
misalnya penyakit jantung iskemik.
2) Impairment (kerusakan atau gangguan), yaitu adanya
gangguan atau kerusakan dari organ akibat penyakit,
misalnya pada keadaan di atas : infark miokard akut atau
kronis.
3) Disability (ketidak-mampuan), yaitu akibat obyektif pada
kemampuan fungsional dari organ atau individu tersebut.
Pada kasus di atas misalnya terjadi dekompensasi jantung.
4) Handicap (hambatan) yaitu akibat sosial dari penyakit. Pada
kasus tersebut di atas ketidakmampuan pasien untuk
melakukan aktivitas sosial baik di rumah, maupun di
lingkungan sosial-nya.
9
terapi okupasi, terapi wicara, dan lain-lain), psikolog dan/atau psikiater,
ahli farmasi, ahli gizi, dan tenaga lain yang bekerja dalam layanan
tersebut.
10
Tim geriatri disamping mengadakan pengkajiaan masalah yang ada,
juga mengadakan pengkajian sumber daya manusia dan sosial ekonomi
yang bisa digunakan untuk membantu penatalaksanaan masalah pasien
tersebut. Cara kerja seterusnya dapat dilihat seperti dalam skema berikut.
11
pelayanan kesehatan dapat lebih mudah dilaksanakan, baik usaha
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
12
D. TREND MASALAH KESEHATAN LANSIA
1. Masalah kehidupan seksual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah
hilang adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada
kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat
berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan
pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara
berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal
ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua
pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat
terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional
secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku
diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada
kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena
dirinya sudah tidak menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas
emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.
3. Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami
kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat
mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal ini
mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi
kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang
memerlukan bantuan orang lain.
4. Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat
tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh
lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya
interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal
13
jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika.
Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek
sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin
mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek
samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
5. Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan
merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah
sakit. Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya
perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek
samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya
perubahan usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil
cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena
lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati
sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang
dialami lansia dalam pengobatan adalah :
a. Bingung
b. Lemah ingatan
c. Penglihatan berkurang
f. Kesehatan mental
a. Azas
14
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that
Have Been Added to life, dengan prinsip kemerdekaan
(independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity). Azas
yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the
Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu
meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan,
dan memperpanjang usia.
b. Pendekatan
15
c. Jenis
1) Promotif
a) Mengurangi cedera
2) Preventif
16
c) Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala
penyakit dan cacat. Jenis pelayanan mencegah berkembangnya
gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha
untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang
masih berfungsi.
3) Rehabilitatif
6) Pertahankan kulit
17
Puskesmas Santun Lanjut usia merupakan bentuk pendekatan
pelayanan proaktif bagi usia lanjut untuk mendukung peningkatan
kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut, yang mengutamakan
aspek promotif dan preventif, di samping aspek kuratif dan
rehabilitatif. Puskemas Santun Lanjut usia mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Sasaran langsung
18
b. Sasaran tidak langsung
19
7) Melakukan fasilitasi dan bimbingan dalam rangka
meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat
dalam pembinaan kesehatan usia lanjut antara lain dengan
pengembangan Kelompok Usia Lanjut, dan Dana Sehat.
20
kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia. Selain itu, program ini
juga bertujuan untuk memelihara, memberi perlindungan, dan
meningkatkan taraf kesejahteraan para lanjut usia. Berbagai kegiatan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia antara lain:
21
b. Pengembangan program pemberian makanan tambahan (gizi)
bagi lanjut usia.
c. Peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi lanjut usia dalam
keluarga.
d. Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan
lanjut usia.
e. Pengembangan lembaga hospitium terutama untuk perawatan
lanjut usia yang menderita penyakit kronik yang berprognosis
buruk dan atau menderita penyakit terminal.
f. Pengembangan upaya kesehatan reproduksi lanjut usia di
sarana pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan
rujukan.
g. Pengembangan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat (JPKM) sebagai basis utama pendanaan untuk
pemeliharaan kesehatan lanjut usia.
22
mereka melalui lembaga- lembaga pendidikan dan pelatihan
formal maupun nonformal.
b. Memberikan kesempatan dengan memberdayakan para lanjut
usia yang potensial dan produktif untuk berkarya sesuai dengan
kemampuan, pengetahuan, dan pengalamannya.
c. Meningkatkan dan memantapkan iman dan ketakwaan para
lanjut usia sesuai agamanya atau kepercayaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa serta memandu pelaksanaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
23
G. PERAN KELUARGA DALAM PELAYANAN LANSIA
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Bailon SG dan Maglaya A., 1989).
24
f. Berkurangnya kesempatan keluarga untuk memberikan
pelayanan kepada usia lanjut.
25
jumlah orang yang membutuhkannya. Pengangguran kaum muda
setiap tahunnya meningikat yang mendesak agar para usia lanjut
melepaskan pekerjaannya untus diidi oleh kaum muda
Tetapi adalah hak setiap manusia (termasuk usia lanjut)
untuk bekerja, Manusia usia lanjut juga merupakan sumber
nasional yang bernilai. Sedang bagi usia lanjut yang tidak termasuk
dalam tenaga kerja dapat melakukan kegiatan kegiatan-kegiatan
yang berguna bagi kemanusiaan, dengan catatan kebutuhan pokok
hidupnya sudah dipenuhi. Kegiatan mereka terutama disesuaikan
dengan pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki, paling
tidak dengan pemberian nasehat yang positif.
Hidup tanpa peduli pada lingkungannya, baik keluarga
maupun masyarakat, adalah suatu kehidupan yang sepi dan “tidak
berguna”. Ada seorang usia lanjut yang mengatasi kesunyiannya di
masa pensiunnya dengan setiap hari keluar rumah meski hanya
untuk satu dua jam. Hidup mereka sudah terlanjur terpola oleh
bekerja: “bukan honornya yang penting tetapi kerjanya, tinggal di
rumah berarti menggur dan saya dapat lekas mati”
26
“dituakan”, bijak dan. bepengalaman, pembuat keputusan, dan
kaya pengetahuan.
Dalam kondisi fisik yang lemah dan mungkin sakit-sakitan,
dalam kesepian, dalam kebosanan, dalam penderitaan post power
syndrome, dalam keadaan menganggur, anak-anak bertanggung
jawab dengan penuh loyalitas dan hormat mengasuh, membiayai,
mendidik dan mengawasi orangtua sebagaimana pernah mereka
lakukan terhadap anak-anaknya. Mempunyai orangtua dalam
keluarga, adalah sama halnya dengan mempunyai anak-anak yang
dicintainya. Orangtua tidak perlu merasa mengganggu keluarga
anaknya atas keberadaannya di antara mereka.
Tempat yang terbaik bagi usia lanjut untuk mendapatkan
perawatan adalah tempat tinggal sendiri bersama anggota keluarga
lainnya perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri lebih
memberikan rasa nyaman dan aman karena mereka lebih mahfum
atau toleran terhadapnya dibandingkan kerabat atau orang lain.
27
kesadaran bahwa hidupnya di dunia ini tinggal beberapa waktu lagi
akan berakhir, maka ia perlu memiliki semangat untuk hidup dan
tetap berguna bagi orang lain. Untuk itu, sesuai dengan batas
kemampuannya, seorang usia lanjut dapat memilih jalan hidupnya
yang berguna atau yang tidak berguna bagi sesamanya. Pilihan
tersebut dapat dipersiapkan sejak muda.
Gambaran seorang yang usia lanjut sebagai seorang yang
sedang menuju keliang kubur, berpenyakitan, tidak sanggup
membina hubungan cinta kasih dan tidak bisa menolong dirinya
sendiri, apalagi memberi pelayanan kepada orang-orang lain,
adalah salah. Keterisolasian, kesepian, dijauhi oleh masyarakat,
berkurangnya penghasilan, pengangguran, beberapa faktor yang
sering menghalang-halangi usia lanjut untuk tetap produktif,
meskipun kemampuan mereka belum habis
Kesadaran memelihara usia lanjut (jompo) sebagai suatu
kewajiban bagi anak-anak dapat merupakan suatu sistem yang
dipertahankan, karena, selain mereka pada waktunya juga akan
menjadi tua, kemampuan masyarakat dan negara untuk melayani
kelompok usia lanjut belum memadai. Apalagi pelayanan bagi
kelompok umur produktif masih jauh dari menggembirakan. Jika
anak-anak tidak melaksanakan kewajiban tersebut, maka sistem
tersebut akan runtuh dan sebagai akibatnya mereka akan
menikmatinya kemudian pada hari tuanya, yakni hidup tanpa
dipedulikan oleh anak-anaknya.
28
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari materi yang dipaparkan diatas, maka dapat kami simpulkan :
a. Pelayanan sosial
b. Pelayanan Psikologis
c. Pelayanan Kerohanian
d. Pemeliharaan Fisik dan Kesehatan.
e. Penyedian Tempat yang sehat dan aman
f. Pelayanan Rekreasi dan Penyaluran Hobi.
3. Mengingat berbagai kekhususan perjalanan dan penampilan penyakit
pada usia lanjut, terdapat 2 prinsip utama yang harus dipenuhi guna
melaksanakan pelayanan kesehatan pada lanjut usia, yaitu pendekatan
holistik atau lengkap, serta tatakerja dan tatalaksana secara tim.
29
c. Pelayanan kesehatan geriatri berbasis rumah sakit (Hospital
Based Geriatric Service).
5. Trend masalah kesehatan lansia
B. SARAN
Dari penulisan makalah ini, diharapkan agar para pembaca dapat lebih
mengerti dan memahami mengenai pokok bahasan “Trend Masalah
Kesehatan, Peran Keluarga, Model Sifat Pelayanan Lansia, Konsep Model
Pelayanan Lansia Dan Peran Keluarga Dalam Pelayanan Lansia”. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi.
Apabila ada kekurangan dalam makalah ini, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
30
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta:Pro-Health
Martono, Hadi dan Pranarka, Kris.2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia
Universitas Indonesia.
Notoatmodjo Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip
Rineka Cipta
Sudoyo A.W.,Setiyohadi B.,dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: EGC.
Wahyudi Nugroho, SRM. 2000 Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC
31