badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c) Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat
pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.
Kadang-kadang disertai gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai
dirasakan selama 1-2 minggu.
d) Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,
namun lemas dan lekas capai.
5. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar pasien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus (Andra Saferi
Wijaya dan Yessie M. Putri, 2013)
6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013)
pemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hepatitis adalah :
a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang
terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang
rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
b. Darah Lengkap (DL)
Eritrosit menurun sehubungan dengan penurunan hidup eritrosit (gangguan enzim
hati) atau mengakibatkan perdarahan.
c. Leukopeni
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
e. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
f. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh
hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
g. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
h. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
i. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
j. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
k. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
l. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
m. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan
hiperbilirubinemia terkonjugasi. Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air, ia
dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan
merasakan lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan pada
mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk
b. Obat-obatan
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
2) Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
3) Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obat-obatan yang
memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih dialirkan
pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan
aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi
secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai akan
menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV,
HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.
9. Komplikasi
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2011) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin besar
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Data demografi
Apakah pasien tinggal / bekerja di lingkungan yang terpapar dengan infeksi virus
dan bahan-bahan kimia ?
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien bisa datang dengan keluhan demam, sakit kepala, nyeri pada kuadran
kanan atas, mual, muntah, ikterik, lemah, letih, lesu, dan anoreksia
c. Riwayat kesehatan dahulu
- Penyakit apa yang pernah diderita pasien ?
- Apakah pasien memiliki kebiasaan minum alcohol ?
- Apakah pasien pernah menjalani operasi batu empedu ?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit hepatitis dan penyakit
infeksi lain ?
3. Data bio-psiko-sosio
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien mengenai:
2) Apakah pasien menjaga kesehatan kebersihan diri dan lingkungannya ?
3) Apakah pasien mengetahui tentang penyakit hepatitis ?
4) Bagaimana cara pasien menjaga kesehatanya selama sakit ?
b. Pola nutrisi
1) Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi kaji pasien
mengenai:
2) Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia) ?
3) Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan ?
4) Apakah pasien mangalami mual muntah ?
5) Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ?
c. Pola eliminasi
1) Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola eliminasi kaji pasien
mengenai:
2) Apakah urine pasien berwarna gelap ?
3) Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ?
4) Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?
5) Apakah feses pasien berwarna seperti tanah liat ?
d. Aktivitas dan Latihan
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola aktivitas dan latihan kaji
pasien mengenai:
Aktivitas sehari-hari
1) Bagaimanakah pasien beraktifitas dalam pekerjaannya?
2) Apakah tanda gejala dari penyakit hepatitisnya mengganggu aktifitasnya ?
3) Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan malaise umum selama
beraktifitas ?
Olah raga
1) Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga? Jika iya, jenis
olah raga apa yang dilakukan pasien?
e. Tidur dan Istirahat
Dalam pola ini kaji pasien mengenai :
b) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dibuktikan oleh gangguan status
kesehatan fisik
3. Tidak mengalami
kelemahan
4. Tidak pusing
analgetik
4 Hipertermi Setelah dilakukan asuhan NIC:
berhubungan keperawatan selama … x …
1. Perawatan Hipertermi
dengan penyakit jam diharapkan pasien :
a. Monitor tanda-tanda vital a. Megetahui keadaan umum
NOC :
pasien
b. Longgarkan atau lepaskan
1. Termoregulasi b. Membantu melepaskan panas
pakaian
Kriteria Hasil : dari tubuh pasien
c. Berikan metode pendinginan
c. Kompres membantu
1. Tanda-tanda vital dalam eksternal (misalnya kompres
vasodilatasi pembuluh darah
kisaran normal pada leher, abdomen, ketiak dan
sehingga dapat membantu
2. Tidak terjadi hipertermia selangkangan serta selimut
mengurangi demam
dingin), sesuai kebutuhan
3. Melaporkan kenyamanan d. Suhu tubuh tinggi merupakan
d. Monitor suhu tubuh
suhu tanda dari infeksi
menggunakan alat yang sesuai
e. Pasien dapat mengurangi
e. Instruksikan pasien tindakan-
demam
tindakan untuk mencegah
terpapar sinar matahari yang
berlebihan, cari tempat dimana
tersedia AC, dan pakai pakaian
yang tidak ketat, warna terang
dan ringan
5 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan NIC:
nutrisi kurang dari keperawatan selama … x …
1. Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh jam diharapkan pasien :
a. Berikan makanan yang sudah a. Memberi makanan yang
berhubungan NOC :
terpilh (sudah dikonsultasikan disukai pasien akan
dengan
1. Fungsi Gastrointestinal meningkatkan nafsu makannya
dengan ahli gizi)
ketidakmampuan
Kriteria Hasil : b. Monitor jumlah nutrisi dan b. mengawasi masukan kalori dan
mengabsorpsi
kandungan kalori kualitas kekurangan konsumsi
nutrient 1. Nafsu makan tidak
c. Berikan informasi tentang makanan.
terganggu
kebutuhan nutrisi c. Pasien dapat mengetahui
2. Tidak ada nyeri perut
d. Kaji kemampuan klien untuk nutrisi yang dibutuhkan
3. Tidak ada mual dan muntah
mendapatkan nutrisi yang d. Dengan mengetahui nutrisi
dibutuhkan yang dibutuhkan, pasien dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisinya
Daftar Pustaka
Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.
Wijaya, andra saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah