Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN HEPATITIS

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengertian
Hepatitis merupakan proses penyakit hepar yang mengenai parenkim, sel-sel
kuffer, duktus empedu, dan pembuluh darah (Andra S.W dan Yessie M.P 2013).
2. Klasifikasi Hepatitis
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013), klasifikasi pada
pasien dengan hepatitis adalah :
a. Hepatitis Virus
1) Hepatitis A
Penyebabnya adalah virus hepatitis A, dan merupakan penyakit endemis di
beberapa negara berkembang. Selain itu hepatitis A merupakan hepatits yang
ringan, bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak
menyebabkan infeksi kronik. Penularan penyakit ini melalui fekal oral.
Sumber penularannya umumnya terjadi karena pencemaran air minum,
makanan yang tidak dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk,
dan personal hygiene yang rendah. Diagnosis ditegakkan dengan
ditemukannya IgM antibody serum penderita. Gejalanya bersifat akut, tidak
khas bisa berupa demam, sakit kepala, mual dan muntah, sampai icterus,
bahkan sampai menyebabkan pembengkakan hati. Tidak ada pengobatan
khusus untuk penyakit ini tetapi hanya pengobatan pendukung dan menjaga
keseimbangan nutrisi. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan lingkungan, terutama terhadap makanan dan minuman
serta melakukan PHBS
2) Hepatitis B akut
Penyebab penyakit hepatitis B ini adalah HBV yaitu virus hepatitis B dari
golongan virus DNA. Masa inkubasinya 60-90 hari. Penularannya vertical
terjadi pada masa perinatal dan 5% intra uterine. Penularan horizontal melalui
transfuse darah, jarum suntik tercemar, pisau cukur, tattoo, dan transplantasi
organ. Gejala hepatitis B akut tidak khas, seperti rasa terlalu lesu, nafsu makan
berkurang, demam ringan, nyeri abdomen sebelah kanan, dapat timbul icterus,
dan air kencing warna teh. Diagnosis diteggakkan dengan tes fungsi hati
serum transaminase (ALT meningkat), serologi HBsAg dan IgM anti HBC
dalam serum. Pengobatan tidak diperlukan antiviral, pengobatan umumnya
bersifat simtomasis. Pencegahannya : telah dilakukan penapisan darah sejak
tahun1992 terhadap bank darah melalui PMI, Imunisasi yang sudah masuk
dalam program nasional : HBO (<12 jam), DPT/HB1 (2 bulan), DPT/HB2
(3 bulan) DPT/HB3 (4 bulan), dan menghindari faktor resiko yang
menyebabkan terjadinya penularan.
3) Hepatitis B kronik
Hepatitis B kronik berkembang dari Hepatitis B akut. Usia saat terjadinya
ifeksi mempengaruhi kronisitas penyakit. Bila penularan terjadi saat bayi
maka 95% akan menjadi hepatitis B kronik. Sedangkan bila penularan terjadi
pada usia balita, maka 20-30% menjadi hepatitis B kronik dan bila penularan
saat dewasa maka hanya 5% yang menjadi penderita hepatitis B kronik.
Hepatitis B kronik ditandai dengan HBsAG (Hepatitis B surface antigen)
positif (> 6 bulan). Selain HBsAG, perlu diperiksa HBeAG (hepatitis B E-
Antigen, anti-HBe dalam serum, kadar ALT (Alanin Amino Transferase),
HBV-DNA (hepatitis B virus- Deoxyribunukleic Acid) serta biopsy hati.
Biasanya tanpa gejala. Sedangkan untuk pengobatannya saat ini telah tersedia
7 macam obat untuk hepatitis B. prinsip pengobatan tidak perlu terburu buru
tapi jangan terlambat. Adapun tujuan pengobatan memperpanjang harapan
hidup, menurunkan kemungkinan terjadinya sirosis hepatis atau hepatoma.
4) Hepatitis C
Penyebab utamanya adalah sirosis dan kanker hati. Etiologi virus hepatitis C
termasuk golongan virus RNA (ribo nucleic acid). Masa inkubasi 2-24
minggu. Penularan hepatitis C melalui darah dan cairan tubuh, penularan masa
perinatal sangat kecil melalui jarum suntik (IDUs, tattoo) transpaltasi organ,
kecelakaan kerja (petugas kesehatan), hubungan seks dapat menularkan tetapi
sangat kecil. Kronisitasnya 80% penderita akan menjadi kronik. Pengobatan
hepatitis C: kombinasi pegylated interferon dan ribavirin. Pencegahan
hepatitis C dengan menghindari faktor resiko karena sampai saat ini belum
tersedianya vaksin untuk hepatitis C.
5) Hepatitis D
Virus hepatitis D paling jarang ditemukan tapi paling berbahaya. Hepatitis D
juga disebut virus delta, virus ini memerlukan virus hepatitis B untuk
berkembang biak sehingga hanya ditemukan pada orang yang telah terinfeksi
virus hepatitis B. tidak ada vaksin tetapi secara otomatis orang akan
terlindungi jika telah diberikan imunisasi hepatitis B.
6) Hepatitis E
Dahulu dikenal sebagai hepatitis non A-non B. etiologi virus hepatitis E
termasuk virus RNA. Masa inkubasi 2-9 minggu. Penularan melalui fecal oral
seperti hepatitis A. diagnosis dengan didapatkannya IgM dan IgG antiHEV
pada penderita yang terinfeksi. Gejalanya ringan menyerupai gejala flu,
sampai icterus. Pengobatannya belum ada pengobatan antivirus.
Pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, terutama kebersihan
makanan dan minuman. Vaksinasi hepatitis E belum tersedia.
b. Hepatitis Kronik
Jika penyakit pasien menetap tidak sembuh secara klinik labolatorik atau
gambaran patologik anatomi dalam waktu 4 bulan. Dikatakan hepatitis kronik jika
kelainan menetap lebih dari 6 bulan. Ada 2 jenis hepatitis kronik, yaitu :
- Hepatitis kronik persisten biasa yang akan sembuh sempurna
- Hepatitis kronik aktif yang umumnya berakhir menjadi sirosis hepatis
c. Hepatitis Fulminan
Hepatitis yang perjalanan penyakitnya berjalan dengan cepat, icterus menjadi
hebat, kuning seluruh tubuh, timbul gejala neurologi/ensefalopati dan masuk ke
dalam keadaan koma dan kegagalan hati dan ditemukan tanda-tanda perdarahan.
Biasanya penderita meninggal 1 minggu sampai 10 hari.
3. Etiologi
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013) etiologi hepatitis yaitu :
a) Infeksi virus
Type A Type B Type C Type D Type E
Metode Fekal-oral Parenteral, Parenteral, Parenteral, Fekal oral
transmisi melalui seksual, seksual perinatal,
orang lain perinatal jarang, memelukan
orang ke koinfeksi
orang, dengan type
perinatal B

Keparahan Tak ikterik Parah Menyebar Peningkatan Peningkatan


dan luas, dapat insiden kronis insiden
asimtomatik berkembang dan kronis dan
sampai gagal hepar gagal hepar
kronis akut akut
Sumber Darah, Darah, Terutama Melalui Darah,
Virus feses, saliva saliva, melalui darah feses, saliva
semen, darah
sekresi
vagina

b) Reaksi toksik terhadap obat-obatan : menyebabkan toksik untuk hati, sehingga


sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut
a) Alcohol : menyebabkan alcohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alcohol sirosis
Bahan-bahan kimia.
4. Tanda Dan Gejala
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2011) terdiri dari:
a) Masa tunas
 Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
 Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari) Virus non A dan non B: 15-150
hari (rata-rata 50 hari)
b) Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea,
vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal
terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu

badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri
persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
c) Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat
pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.
Kadang-kadang disertai gatal-gatal pada seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai
dirasakan selama 1-2 minggu.
d) Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati,
disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa
ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali,
namun lemas dan lekas capai.
5. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri. Seiring dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar pasien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman
pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan
nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi
karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi
kesukaran pengangkutan billirubin tersebut di dalam hati. Selain itu juga terjadi
kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan
melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada icterus (Andra Saferi
Wijaya dan Yessie M. Putri, 2013)

6. Pathway
7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Andra Saferi Wijaya dan Yessie M. Putri (2013)
pemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien dengan hepatitis adalah :
a. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang
terutama berada di jantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang
rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
b. Darah Lengkap (DL)
Eritrosit menurun sehubungan dengan penurunan hidup eritrosit (gangguan enzim
hati) atau mengakibatkan perdarahan.
c. Leukopeni
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
d. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
e. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
f. Albumin Serum
Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh
hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
g. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
h. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
i. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
j. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
k. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
l. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
m. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin. Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan
hiperbilirubinemia terkonjugasi. Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air, ia
dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat mutlak
tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien akan
merasakan lebih baik dengan pembatas aktivitas fisik, kecuali diberikan pada
mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk
b. Obat-obatan
1) Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
2) Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
3) Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan. Obat-obatan yang
memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih dialirkan
pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan
aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi
secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai akan
menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring terhadap HAV,
HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.
9. Komplikasi
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2011) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh
akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati
hepatik.
2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis
hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.
3. Komplikasi yang sering adalah serosis, pada serosis kerusakan sel hati akan
diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan, semakin besar
jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Biodata pasien
2. Riwayat kesehatan
a. Data demografi
Apakah pasien tinggal / bekerja di lingkungan yang terpapar dengan infeksi virus
dan bahan-bahan kimia ?
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien bisa datang dengan keluhan demam, sakit kepala, nyeri pada kuadran
kanan atas, mual, muntah, ikterik, lemah, letih, lesu, dan anoreksia
c. Riwayat kesehatan dahulu
- Penyakit apa yang pernah diderita pasien ?
- Apakah pasien memiliki kebiasaan minum alcohol ?
- Apakah pasien pernah menjalani operasi batu empedu ?
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit hepatitis dan penyakit
infeksi lain ?
3. Data bio-psiko-sosio
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji pasien mengenai:
2) Apakah pasien menjaga kesehatan kebersihan diri dan lingkungannya ?
3) Apakah pasien mengetahui tentang penyakit hepatitis ?
4) Bagaimana cara pasien menjaga kesehatanya selama sakit ?
b. Pola nutrisi
1) Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola nutrisi kaji pasien
mengenai:
2) Apakah pasien mengalami kehilangan nafsu makan (anoreksia) ?
3) Apakah pasien mengalami penurunan atau peningkatan berat badan ?
4) Apakah pasien mangalami mual muntah ?
5) Apakah terjadi penimbunan cairan di perut pasien ?
c. Pola eliminasi
1) Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola eliminasi kaji pasien
mengenai:
2) Apakah urine pasien berwarna gelap ?
3) Apakah pasien mengalami konstipasi atau diare ?
4) Bagaimana konsistensi dari feses pasien ?
5) Apakah feses pasien berwarna seperti tanah liat ?
d. Aktivitas dan Latihan
Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola aktivitas dan latihan kaji
pasien mengenai:
Aktivitas sehari-hari
1) Bagaimanakah pasien beraktifitas dalam pekerjaannya?
2) Apakah tanda gejala dari penyakit hepatitisnya mengganggu aktifitasnya ?
3) Apakah pasien mengalami kelemahan, kelelahan dan malaise umum selama
beraktifitas ?
Olah raga
1) Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga? Jika iya, jenis
olah raga apa yang dilakukan pasien?
e. Tidur dan Istirahat
Dalam pola ini kaji pasien mengenai :

1) Apakah penyakit hepatitisnya mengganggu pola tidurnya ?

2) Apakah selama sakit pasien cenderung ingin tidur ?

f. Sensori, Presepsi dan Kognitif


Pola ini akan menjadi fokus pengkajian, dalam pola ini kaji pasien mengenai:
- Bagaimanakah tingkat ansietas pasien selama sakit hepatitis?
- Apakah pasien mengalami nyeri?
Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:
a) P (provoking atau pemacu) : factor yang memperparah atau
meringankan nyeri
b) Q (quality atau kualitas) : kualitas nyeri (misalnya, tumpul,
tajam, merobek)
c) R (region atau daerah) : daerah penjalaran nyeri
d) S (severity atau keganasan) : intensitasnya
e) T (time atau waktu) : serangan, lamanya, frekuensi, dan sebab
g. Konsep diri
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian
h. Pola Peran Hubungan
Pada pola peran hubungan kaji pasien mengenai:
1. Apakah pekerjaan pasien?
2. Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien Selama sakit ?
3. Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain selama sakit?
4. Manajemen Koping Setress
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pada pola ini kaji pasien mengenai :
1) Apakah pasien mengalami stres sejak selama hepatitis ?
2) Bagaimana pasien menghadapi stres yang dimilikinya ?
5. Sistem Nilai Dan Keyakinan
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian, pola ini menggambarkan bagaimana
keyakinan serta spiritual pasien terhadap penyakitnya
6. Seksual dan Repruduksi
Pola ini tidak menjadi focus pengkajian.
4. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan menurut NANDA 2015-2017 :

a) Risiko gangguan fungsi hati yang dibuktikan oleh infeksi virus

b) Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah yang dibuktikan oleh gangguan status
kesehatan fisik

c) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis (infeksi virus)

d) Hipertermi berhubungan dengan penyakit

e) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
5. Rencana Keparawatan
Diagnosea
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Risiko gangguan Setelah dilakukan asuhan NIC:
fungsi hati yang keperawatan selama … x …
1. Perlindungan infeksi
dibuktikan oleh jam, diharapkan pasien :
a. Monitor adanya tanda dan a. Mengetahui kondisi hati
infeksi virus NOC :
gejala gangguan fungsi hati b. Nutrisi dapat mempercepat
1. Fungsi Liver
b. Tingkatkan asupan nutriasi yang penyembuhan penyakit
Kriteria Hasil : cukup c. Menstabilkan energy pasien,
c. Anjurkan istirahat
1. Tidak terjadi peningkatan d. Antibiotic dapat mencegah
serum bilirubin direk d. Instruksikan pasien untuk gangguan hati karena infeksi
2. Warna feses normal minum antibiotic yang virus
diresepkan
3. Tidak ada perpanjangan
waktu protombin
4. Tidak terjadi peningkatan
SGPT dan SGOT
5. Tidak ada nyeri abdomen

6. Tidak mengalami jaundice


2 Risiko Setelah dilakukan asuhan NIC :
ketidakstabilan keperawatan selama … x …
1. Manajemen Hipoglikemia
kadar glukosa darah jam diharapkan pasien :
a. Monitor kadar glukosa darah
a. Kadar glukosa darah yang rendah
yang dibuktikan NOC :
sesuai dengan indikasi
mengindikasikan pasien
oleh gangguan 1. Kadar glukosa darah
status kesehatan b. Berikan sumber karbohidrat mengalami hipoglikemi
2. Keparahan hipoglikemia
fisik sederhana sesuai indikasi b. Karbohidrat mengandung
Kriteria Hasil :
b. Instruksikan pasien dan orang cukup glukosa
1. Kadar glukosa darah dalam terdekat mengenai tanda dan c. Membantu pasien menangani
kisaran normal gejala, faktor resiko dan hipoglikemi
2. Tidak ada gemetar penanganan hipoglikemia

3. Tidak mengalami
kelemahan
4. Tidak pusing

5. Tidak mengalami sakit


kepala
6. Tidak mengalami penurunan
kadar glukosa darah
3 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC :
keperawatan selama … x …
berhubungan 1. Manajemen Nyeri
jam diharapkan pasien :
dengan agens
a. Gali bersama pasien faktor- a. Dengan mengetahui faktor
NOC :
cedera biologis penyebab nyeri pasien dapat
faktor yang dapat menurunkan
(infeksi virus) 1. Tingkat nyeri menghindari faktor penyebab
atau memperberat nyeri
Kriteria Hasil : b. Beri informasi mengenai nyeri nyeri
seperti penyebab nyeri, berapa b. Membantu mengetahui pasien
1. Tidak ada nyeri yang
lama nyeri akan dirasakan, dan tentang penyebab nyeri yang
dilaporkan
antisipasi dari ketikanyamanan dialaminya
2. Tidak ada ekspresi wajah
nyeri akibat prosedur c. Membantu pasien menangani
nyeri
3. Tanda-tanda vital dalam c. Ajarkan teknik non farmakologi
d. Analgetik dapat menurunkan
kisaran normal (relaksasi) untuk mengurangi
nyeri
nyeri
d. Kolaborasi dalam pemberian

analgetik
4 Hipertermi Setelah dilakukan asuhan NIC:
berhubungan keperawatan selama … x …
1. Perawatan Hipertermi
dengan penyakit jam diharapkan pasien :
a. Monitor tanda-tanda vital a. Megetahui keadaan umum
NOC :
pasien
b. Longgarkan atau lepaskan
1. Termoregulasi b. Membantu melepaskan panas
pakaian
Kriteria Hasil : dari tubuh pasien
c. Berikan metode pendinginan
c. Kompres membantu
1. Tanda-tanda vital dalam eksternal (misalnya kompres
vasodilatasi pembuluh darah
kisaran normal pada leher, abdomen, ketiak dan
sehingga dapat membantu
2. Tidak terjadi hipertermia selangkangan serta selimut
mengurangi demam
dingin), sesuai kebutuhan
3. Melaporkan kenyamanan d. Suhu tubuh tinggi merupakan
d. Monitor suhu tubuh
suhu tanda dari infeksi
menggunakan alat yang sesuai
e. Pasien dapat mengurangi
e. Instruksikan pasien tindakan-
demam
tindakan untuk mencegah
terpapar sinar matahari yang
berlebihan, cari tempat dimana
tersedia AC, dan pakai pakaian
yang tidak ketat, warna terang
dan ringan
5 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan NIC:
nutrisi kurang dari keperawatan selama … x …
1. Manajemen nutrisi
kebutuhan tubuh jam diharapkan pasien :
a. Berikan makanan yang sudah a. Memberi makanan yang
berhubungan NOC :
terpilh (sudah dikonsultasikan disukai pasien akan
dengan
1. Fungsi Gastrointestinal meningkatkan nafsu makannya
dengan ahli gizi)
ketidakmampuan
Kriteria Hasil : b. Monitor jumlah nutrisi dan b. mengawasi masukan kalori dan
mengabsorpsi
kandungan kalori kualitas kekurangan konsumsi
nutrient 1. Nafsu makan tidak
c. Berikan informasi tentang makanan.
terganggu
kebutuhan nutrisi c. Pasien dapat mengetahui
2. Tidak ada nyeri perut
d. Kaji kemampuan klien untuk nutrisi yang dibutuhkan
3. Tidak ada mual dan muntah
mendapatkan nutrisi yang d. Dengan mengetahui nutrisi
dibutuhkan yang dibutuhkan, pasien dapat
memenuhi kebutuhan
nutrisinya
Daftar Pustaka

Bulechek, G.M. Butcher, H.K. Dochterman, J.M. Wagner, C.M. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC). Singapore : Elsevier Global Rights.

Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi


& klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Moorhead, S. Johnson, M. Maas, M.L. Swanson, E. 2016. Nursing Outcomes


Classification (NOC). Singapore: Elsevier Global Rights.

Nurarif, A.H dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan KeperawatanBerdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Jogjakarta : Medi Action

FKUI Sujono, Hadi. 2011. Gastroenterologi. Alumni Bandung

Wijaya, andra saferi dan Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah

2. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai