Anda di halaman 1dari 36

Modul Gangguan Gastro

Modul Gangguan Gastro

Hepatitis

dr. Aryaldy Zulkarnaini, SpPD

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
2021
PENDAHULUAN
 Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis
peradangan pada hati.
 Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai
dari virus sampai dengan obat-obatan,
termasuk obat tradisional.
 Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis :
hepatitis A, B, C, D, E, F dan G.
Hepatitis A, B dan C adalah yang paling banyak
ditemukan.
 Hepatitis A bersifat akut, sedangkan hepatitis B
dan C bersifat kronis dan bahkan dapat
berkembang menjadi kanker hati.
HEPAT ITIS
EPIDEMIOLOGI
 Hepatitis A dapat menyerang segala usia.
 Pada anak-anak sering tidak terdeteksi secara
klinis (asimptomatik) dan periode penularannya
lebih lama daripada orang dewasa.
 Infeksi hepatitis A terjadi melalui rute fekal-oral,
kontak dengan penderita, atau melalui makanan
dan minuman yang terkontaminasi, atau melalui
darah (jarang)
 Lebih sering terjadi pada masyarakat golongan
sosioekonomi rendah dengan tingkat kepadatan
penduduk yang tinggi dan sanitasi yang buruk.
FAKTOR RISIKO

 Tempat penitipan anak


 Pelancong (khususnya yang pergi ke daerah
endemik)
 Pengguna obat suntikan (Injection Drug Users
= IDUs)
 Hubungan seks oral-anal
 Penderita penyakit hati kronis
 Orang-orang yang bekerja dengan hewan
primata
ETIOLOGI
 Virus hepatitis A (Hepatitis A Virus=HAV) merupakan
Hepatovirus yang berhubungan dengan Enterovirus
dalam famili Picornaviridae.
 Berbentuk kubus simetrik dengan panjang sisi 27-28
nm.
 Virus ini tidak memiliki selubung dan tahan terhadap
cairan empedu
 Memiliki 1 serotipe.
 Genomnya merupakan RNA sense-positif beruntai
tunggal dan memiliki empat genotipe. Tipe I dan III
paling umum ditemukan pada manusia.
ETIOLOGI

 Stabil dalam lingkungan selama 1 bulan


 Masa inkubasi 2-4 minggu
 Dapat diinaktivasi dengan pemanasan dengan
suhu minimal 85°C selama 1 menit atau
dengan pengenceran natrium hipoklorit dalam
air dengan kadar 1:100.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
 Tanda-tanda dan gejala:
 Fase preikterus: gejala-gejala seperti influenza (hilang
nafsu makan, mual, lelah, dan rasa tidak enak badan)
Hilang nafsu makan, mual, muntah, lelah, rasa tidak
enak badan, demam, sakit kepala, dan nyeri
abdomen bagian kanan atas.
 Fase ikterus : sklera dan kulit berwarna kuning, urin
berwarna gelap, feses berwarna terang (acholic),
kulit gatalgatal, dan gejala-gejala sistemis yang
memburuk

Anak-anak yang berusia <6 tahun tidak


menampakkan gejala, kalaupun ada, mereka tidak
mengalami jaundice (kuning).
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik
 Sklera, kulit, dan sekresi ikterik
 Penurunan berat badan ringan (2-5 kg)
 Hepatomegali
 Tes laboratorium
 IgM anti HAV positif
 Peningkatan kadar bilirubin, γ-globulin, dan
transaminase hepatik (alanine transaminase dan
aspartate transaminase) 2 kali lipat dari normal pada
penyakit anikterik akut.
 Peningkatan kadar alkali fosfatase, γ-glutamil
transferase, dan bilirubin total pada pasien kolestatik.
TERAPI

 Tujuan terapi: pemulihan kondisi pasien.


 Terapi umumnya bersifat suportif.
 Penggunaan steroid tidak disarankan.
HEPAT ITIS
Hepatitis B
• Hepatitis B virus (HBV) kronis penyebab penting
penyakit hati kronis diseluruh dunia  terjadi
penyakit sirosis dan karsinoma hepatoseluler
• Di seluruh dunia :
 Diperkirakan 2 miliar orang telah terinfeksi
HBV
350 juta terinfeksi kronis
50 juta kasus baru didiagnosa setiap tahun
• Merupakan masalah kesehatan utama di seluruh dunia
• Diperkirakan bahwa sepertiga dari seluruh populasi dunia terbukti secara
serologis pernah atau sedang terinfeksi HBV
• Sekitar 350-400 juta diantaranya merupakan pengidap HBV
Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad. AASLD Guidelines for
Treatment of Chronic Hepatitis B. HEPATOLOGY. 2016 January; 63(1): p. 261-283.
Prevalensi infeksi HBV tertinggi
terdapat di wilayah Asia-Pasifik
• Perkiraan 5-20 % populasi telah positif HBsAg
• Prevalensi yang tinggi didapatkan di negara berkembang

Di Indonesia
• Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2007) prevalensi HBV di
Indonesia sebesar 9,4% dengan kategori endemik tinggi

Gani RA, Hasan , Djumhana A, Setiawan. Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B


di Indonesia Akbar , editor. Indonesia: Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia; 2012.
• Risiko untuk terjadinya KHS meningkat
100-200 kali lipat pada penderita
hepatitis B kronis
• Infeksi HBV menyebabkan 500.000
sampai 1,2 juta kematian karena sirosis
hati dan KHS

Lesmana RA, Lesmana LA. Hepatitits B di Indonesia dari molekuler sampai ke terapi Jakarta; 2015.
Isogawa M, Tanaka Y. Immunobiology of hepatitis B virus infection. Hepatology Research. 2015; 45: p. 179–189.
• Paparan perkutan atau
mukosa dengan darah
• Cairan tubuh menular
Penularan yang mengandung
darah
HBV • Transmisi perinatal
dari ibu yang terinfeksi
FAKTOR RISIKO

 Pelancong
 Pengguna obat suntik (IDU)
 Kontak seksual/tinggal serumah dengan
penderita
Jenis Obat Hepatitis B
Sel T spesifik HBV berperan terhadap
penghancuran sel hepatosit yang terinfeksi

Sel T CD4+ berperan sebagai regulator utama


dari respon imun adaptif

Respon sel T CD8+ bertanggung-jawab dalam


proses klirens virus

Konsensus Nasional Penatalaksanaan Hepatitis B. In Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia; 2017; Jakarta. p. 1-82.
Virus Hepatitis B

 Ditemukan pertama kali


tahun 1965 oleh Baruch
Blumberg
 Hepadnaviridae family
 DNA virus
 Diameter 42 nm
 Double-shelled particles
3200 nukleotida
 Lapisan luar  protein
Hepatitis B surface
Komponen HBV dan partikel HBsAg  Lapisan dalam  protein
Hepatitis Core
Siklus replikasi virus hepatitis B

Chan HL, Alex T, Peignoux MM, Piratvisuth T, Comberg M, Brunetto MR. Hepatitis B surface antigen quantification:
Why and how to use it in 2011-a core group report. J of Hepatology. 2011; 30: p. 1-11
Perjalanan Alamiah Hepatitis B kronik
Kadar HBsAg pada berbagai fase infeksi kronik HBV
Ekspresi molekul reseptor penghambat selama fase akut dan
kronik HBV
Respon imun alamiah dan respon imun adaptif dalam
menghadapi virus hepatitis B
Mekanisme berkontribusi kelelahan sel T CD8+ spesifik HBV
MANIFESTASI KLINIK

 Tanda-tanda dan gejala:


 Mudah lelah, cemas, tidak nafsu makan, dan rasa
tidak enak badan.
 Asites, jaundice (kuning), perdarahan variseal, dan
ensefalopati hepatik dapat timbul bersama
dekompensasi hati.
 Ensefalopati hepatik sering dikaitkan dengan
hipereksitabilitas, gangguan mental, obtundation,
bingung, dan koma.
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan fisik:
 Sklera, kulit, dan sekresi ikterik.

 Tes laboratorium:
 Adanya Hepatitis B surface antigen (HBsAg) minimal selama 6
bulan.
 Peningkatan transaminase hati (alanine transaminase dan
aspartate transmaninase) dan DNA HBV >105 kopi/mL.

USG Abdomen
Fibroscan
Biopsi Hati
Sumber: Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach 7th ed hal 679
Gambaran histologis
• Dinilai dengan HAI (histological activity index)
 Knodel score  dengan komponen 
nekrosis periportal, regenerasi intralobular
dan nekrosis fokal, inflamasi portal.
PENCEGAHAN

 Dengan vaksinasi atau imunisasi (Hepatitis B


imunoglobulin)
 Beberapa contoh sediaan vaksin di AS: Twinrix
(kombinasi vaksin hepatitis A dan hepatitis B),
Recombivax HB, dan Engerix-B.
TERAPI
 Tujuan terapi: meningkatkan seroklirens, mencegah
perkembangan penyakit ke arah sirosis, dan
meminimalkan kerusakan hati pada pasien.
 Terapi nonfarmakologi:
 Konseling
 Vaksinasi dan imunisasi
 Hindari konsumsi alkohol
 Ajak pasien untuk berkonsultasi sebelum
menggunakan obat baru, termasuk obat herbal dan
obat tanpa resep.
 
Perbandingan pengobatan lini pertama yang
disetujui untuk hepatitis B kronik
  Peg-IFN ETV TDF
Indikasi      
HbeAg +, normalALT Tidak diindikasikan Tidak diindikasikan Tidak diindikasikan
HbeAg +, hepatitis kronik Diindikasikan Diindikasikan Diindikasikan
HbeAg -, hepatitis kronik Diindikasikan Diindikasikan Diindikasikan
 Lama pengobatan      
HbeAg +, hepatitis kronik 12 bulan  1 tahun sampai  1 tahun sampai
serokonversi e Ag serokonversi e Ag
HbeAg -, hepatitis kronik 1 tahun > 1 tahun, bahkan > 1 tahun, bahkan
seumur hidup sampai seumur hidup sampai
HBsAg hilang HBsAg hilang
 Jalur  Subkutan  Oral  Oral
 Efek samping  Banyak  Dapat diabaikan  Dapat diabaikan
 Resistensi obat  Tidak dapat  1.2 % sampai tahun  0% sampai tahun ke
digunakan ke 5 5

 Biaya  Sedang sebagai  Tinggi terutama Tinggi terutama


durasi terapi terbatas dengan terapi seumur dengan terapi seumur
hidup hidup
Persentase Keberhasilan Pengobatan
HBV Kronik
  Peg-IFN (%) ETV(%) TDF(%) Terapi Kombinasi
(TDF + peg-INF
untuk 48 minggu)

HBeAg positif 29 – 36 21 – 22 21 23.1 % (48 minggu)


HBeAg       25 % (72 minggu)
serokonversi    
     

HBsAg loss 2 -7 (6 bulan) 2 – 3 (1 tahun) 3 (1 tahun) 6.5 (48 minggu)


  11 (3 tahun) 4-5 (2 tahun) 8 (3 tahun) 9.3(72 minggu)
 

HBeAg 4 (6 bulan) 0 – 1 (1 tahun) 0 (1 tahun) 5.1 (48 minggu)


negative 6 (3 tahun) 5.1 (72 minggu)
HBsAg loss

Rajbhandari R, Chung RT. Treatment of Hepatitis B : A Concise Review. the American
College of Gastroenterology. 2016 July; 7(10): p. 1-10
Gambar 2.12.Skema representasi dari pendekatan kuratif yang
potensial pada hepatitis B kronis
RANGKUMAN

Copyright from Buku Saku Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati (Depkes RI, 2007) hlm. 4, tabel
1, PerbandinganVirus Hepatitis

Anda mungkin juga menyukai