Dosen pengampu :
Dr. apt. Lucia Vita Inandha Dewi, M. Sc
Disusun oleh :
Kelas A4 – Kelompok 2
A. DEFINISI
Istilah "hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati. Penyebabnya
dapat berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat
tradisional. Virus hepatitis terdiri dari beberapa jenis, hepatitis A, B, C, D, E, F dan G.
Hepatitis A, B dan C adalah yang paling banyak ditemukan. Manifestasi penyakit
hepatitis akibat virus bisa akut (hepatitis A), kronik (hepatitis B dan C) ataupun kemudian
menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B
(HBV). HBV merupakan famili Hepanadviridae yang dapat menginfeksi manusia. Virus
ini mengandung DNA yang mempunyai empat open reading frame: core (C), surface (S),
polymerase (P), dan X. Gen C mengkode protein nukleokapsid yang penting dalam
membungkus virus dan HBeAg. Gen S mengkode protein envelope. Gen X penting
dalam proses karsiogenesis. Genotip virus hepatitis B: genotip A, B, C, D, E, F, G, H.
Genotip B dan C paling banyak ditemukan di Asia. Hepatitis B adalah suatu penyakit hati
yang disebabkan oleh virus Hepatitis B, suatu anggota famili hepadnavirus yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau kronis yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati
atau kanker hati. Hepatitis B akut jika perjalanan penyakit kurang dari 6 bulan sedangkan
Hepatitis B kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau
laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi selama 6 bulan (Mustofa &
Kurniawaty, 2013).
Tabel perbandingan virus hepatitis
B. PATOFISIOLOGI
Penyakit ini disebakan infeksi oleh virus hepatitis B, sebuah virus DNA dari
keluarga Hepadnaviridae dengan struktur virus berbentuk sirkular dan terdiri dari 3200
pasang basa. Pajanan virus ini akan menyebabkan dua keluaran klinis, yaitu: (1) Hepatitis
akut yang kemudian sembuh secara spontan dan membentuk kekebalan terhadap penyakit
ini, atau (2) Berkembang menjadi kronik.
Pasien yang terinfeksi VHB secara kronik bisa mengalami 4 fase penyakit, yaitu
fase immune tolerant, fase immune clearance, fase pengidap inaktif, dan fase reaktivasi.
Fase immune tolerant ditandai dengan kadar DNA VHB yang tinggi dengan kadar alanin
aminotransferase (ALT) yang normal. Sedangkan, fase immune clearance terjadi ketika
sistem imun berusaha melawan virus. Hal ini ditandai oleh fluktuasi level ALT serta
DNA VHB. Pasien kemudian dapat berkembang menjadi fase pengidap inaktif, ditandai
dengan DNA VHB yang rendah (<2000 IU/ml), ALT normal, dan kerusakan hati
minimal. Seringkali pasien pada fase pengidap inaktif dapat mengalami fase reaktivasi
dimana DNA VHB kembali mencapai >2000 IU/ml dan inflamasi hati kembali terjadi.
Alternatif terapi
Terapi kombinasi tidak direkomendasikan untuk pengobatan HBV awal. Mungkin
ada peran terapi kombinasi pada pasien tertentu dengan penekanan virus HBV DNA
suboptimal dengan entecavir, tenofovir DF, atau tenofovir alafenamide, atau pada pasien
dengan beberapa mutasi resistansi HBV yang mendasari. Selain itu, di area terbatas
sumber daya di mana akses ke monoterapi mungkin mahal, terapi kombinasi mungkin
menawarkan strategi untuk mengurangi resistansi dan memberikan penekanan virus HBV
yang optimal. Terapi kombinasi tidak dianjurkan sebagai terapi awal. Pasien yang patuh
pada pengobatan tetapi memiliki kontrol virus HBV DNA yang tidak lengkap pada
entecavir atau tenofovir DF atau tenofovir alafenamide harus dialihkan ke obat lain atau
terapi kombinasi dapat dipertimbangkan.
Terapi Kombinasi
Terapi Kombinasi Terapi dengan menggunakan satu jenis obat saja (monoterapi)
seringkali dianggap tidak cukup untuk mengatasi hepatitis B kronik. Maka dari itu
beberapa peneliti mencoba membandingkan efektivitas terapi kombinasi (baik interferon
dengan analog nukleos(t)ida maupun antara 2 jenis analog nukleos(t)ida). Sayangnya
hasil yang didapat belum mendukung penggunaan terapi kombinasi ini. Beberapa
penelitian dan sebuah meta analisis yang mencoba membandingkan efektivitas interferon,
lamivudin, atau kombinasi keduanya ternyata memberikan hasil bahwa terapi kombinasi
ini tidak lebih efektif daripada monoterapi pada indikator respon virologis, biokimia,
serologis, maupun histologis. Namun, terapi kombinasi memiliki tingkat resistensi yang
lebih rendah bila dibandingkan dengan monoterapi lamivudin. Sebuah penelitian juga
telah mencoba membandingkan efektivitas terapi kombinasi adefovir dan lamivudin pada
pasien naïf dengan hasil yang cukup memuaskan dalam memicu respon virologis dan
biokimia jangka panjang bila dibandingkan dengan adefovir tunggal. Lebih jauh lagi,
pada kelompok yang mendapat terapi kombinasi, tidak ditemukan adanya resistensi
sampai pada pemakaian 4 tahun. Walaupun begitu, bukti-bukti yang ada belum cukup
kuat sehingga panduan-panduan yang ada belum mencantumkan rekomendasi mengenai
penggunaan terapi
Terapi Non Farmakologi
Memperbaiki pola hidup, misalnya diet rendah lemak dan garam, tidak minum
minuman beralkohol, istirahat yang cukup.
Mengkonsumsi makanan bernutrisi dan mencukupi kebutuhan cairan dengan minum
air putih minimal 8 gelas/hari.
Mengikuti dan menjalankan pengobatan dengan baik dan disiplin.
Anjurkan keluarga atau orang-oang sekitar untuk mengikuti vaksinasi sesuai anjuran
pemerintah.
Menerapkan gaya hidup yang bersih seperti rajin mencuci tangan, menjaga
kebersihan lingkungan, dan rutin melakukan check-up untuk mengetahui
perkembangan maupun perbaikan penyakit (untuk penderita).
BAB II
PEMBAHASAN
KASUS 2
FORM MONOGRAFI OBAT
NAMA
NO DOSIS INDIKASI KI ADR INTERAKSI
OBAT
1 Lanzoprasole 30 mg setiap hari tukak duodenum Kontraindikasi gangguan saluran Clopidogrel,
30mg 1x1 sebelum makan, dan tukak lambung Hipersensitivitas cerna, sakit kepala fluconazole,
malam hari pagi hari ringan, refluks terhadap dan pusing ketoconazole,
esofagitis lansoprazole, (PIONAS) methotrexate (DHI)
(PIONAS) substitusi
benzimidazoles
(yaitu,
esomeprazole,
omeprazole,
pantoprazole,
rabeprazole) (DHI)
2 Metronidazole Trikomoniasis : Uretritis dan Hipersensitivitas Mual, muntah, sakit Peningkatan risiko
tab 500 mg 2 kali sehari 500 vaginitis karena terhadap kepala, insomnia, perdarahan pada
3x1 mg per hari, selama Trichomonas metronidazol, pusing, mengantuk, penggunaan
7 hari. vaginalis, kehamilan dispepsia atau bersama warfarin.
amoebiasis trimester 1, timbul ruam pada
Amubiasis hati/ intestinal dan hepar, menyusui, riwayat kulit.
intestinal : pencegahan infeksi penyakit darah,
Dewasa : 3 kali anaerob pasca gangguan SSP.
sehari 500-750 mg operasi, giardiasis
selama 5-10 hari karena Giardia
lambliasis.
Giardiasis :
Dewasa : 3 kali
sehari 250-500 mg
per hari selama 5-7
hari
Infeksi anaerob
(biasanya selama 7
hari): Dewasa : 3
kali sehari 500 mg
selama 7 hari
3 RL infus 20 20 tpm ketidakseimbangan Hipematremia, Pemberian dosis Pengunaan
tpm elektrolit kelainan ginjal, besar dapat Bersama
kerusakan sel hati, menyebabkan Ceftriaxone, dapat
laktat asidosis penumpukan menyebabkan
natrium dan udem. pengendapan garam
Nyeri dada, detak kalsium.
jantung Kortikosteroid
abnormal,penurunan
tekanan darah,
kesulitan bernapas,
batuk, bersin-bersin,
ruam, gatal-gatal,
dan sakit kepala,
4 HP pro tab 1 x 3x1 kapsul setelah Menghentikan Wanita hamil dan Heartburn,
1 makan (1-3 bulan), nekroinflamasi menyusui gangguan pada
bila SGPT dan hepar, saluran cerna
SGOT kembali meningkatkan
normal kemampuan
penggunaan dapat detoksifikasi
dihentikan. (menetralkan racun)
Jika SGPT belum sel hepar, mencegah
kembali normal kerusakan sel hepar
setelah pemakaian akibat radikal bebas,
selama 1-2 bln, meningkatkan salah
dosis ditingkatkan satu enzim
menjadi sehari 2 antioksidan sel
kapsul 3 x sehari hepar yang penting
selama 6 bln-1 thn (SOD),
menstimulasi
sintesa albumin dan
glikogen oleh sel
hepar
5 Sanmol Dewasa: 1 tablet, Analgetik dan Gangguan fungsi Jarang terjadi efek Peningkatan risiko
3-4 kali per hari. antipiretik hati berat, samping, tetapi kerusakan fungsi
hipersensitivitas. dilaporkan terjadi hati pada
reaksi pengunaan bersama
hipersensitivitas, alkohol.
ruam kulit, kelainan
darah (termasuk
trombositopenia,
leukopenia,
neutropenia),
hipotensi juga
dilaporkan pada
infus, PENTING:
Penggunaan jangka
panjang dan dosis
berlebihan atau
overdosis dapat
menyebabkan
kerusakan hati, lihat
pengobatan pada
keadaan darurat
karena keracunan.
6 Ibuprofen 200 Dewasa, dosis Nyeri ringan sampai Kehamilan Umum: pusing, AINS dan
mg 3x1 yang dianjurkan sedang antara lain trimester akhir, sakit kepala, penghambat
200-250 mg 3-4 nyeri pada penyakit pasien dengan dispepsia, diare, selektif COX-2:
kali sehari. gigi atau pencabutan ulkus peptikum mual, muntah, nyeri berpotensi
Osteoartritis, gigi, nyeri pasca (ulkus duodenum abdomen, menimbulkan
artritis reumatoid: bedah, sakit kepala, dan lambung), konstipasi, efek adiktif.
1200 mg – 1800 gejala artritis hipersensitivitas, hematemesis, Glikosida
mg 3 kali sehari. reumatoid, gejala polip pada hidung, melena, perdarahan jantung:
Eksaserbasi akut: osteoartritis, gejala angioedema, asma, lambung, ruam. menurunkan
Dosis maksimum juvenile artritis rinitis, serta Tidak umum: rinitis, kecepatan
2400 mg/hari, jika reumatoid, urtikaria ketika ansietas, insomnia, filtrasi
kondisi sudah menurunkan demam menggunakan asam somnolen, glomerulus dan
stabil selanjutnya pada anak. asetilsalisilat atau paraestesia, meningkatkan
dosis dikurangi AINS lainnya. gangguan konsentrasi
hingga maksimum penglihatan, plasma
1800 mg/hari. gangguan glikosida
pendengaran, jantung.
tinnitus, vertigo, Kortikosteroid:
asma, dispnea, meningkatkan
ulkus mulut, risiko ulkus atau
perforasi lambung, perdarahan
ulkus lambung, lambung.
gastritis, hepatitis, Antikoagulan
gangguan fungsi (warfarin):
hati, urtikaria, meningkatkan
purpura, efek dari
angioedema, antikoagulan.
nefrotoksik, gagal Antiplatelet dan
ginjal. Golongan SSRI
Jarang: meningitis (klopidogrel,
aseptik, gangguan tiklopidin):
hematologi, reaksi meningkat
anafilaktik, depresi, risiko
kebingungan, perdarahan
neuritis optik, lambung.
neuropati optik, Asetosal:
edema. meningkatkan
Sangat jarang: risiko efek
pankreatitis, gagal samping.
hati, reaksi kulit Anti hipertensi:
(eritema multiform, menurunkan
sindroma Stevens – efek anti
Johnson, nekrolisis hipertensi.
epidermal toksik), Diuretik:
gagal jantung, meningkatkan
infark miokard, risiko
hipertensi. nefrotoksik.
Litium:
mempercepat
eliminasi litium.
Metotreksat:
mengurangi
bersihan
metotreksat.
Siklosporin dan
takrolimus:
meningkatkan
risiko
nefrotoksik.
Zidovudin:
meningkatkan
risiko gangguan
hematologi.
Kuinolon:
meningkatkan
risiko kejang.
Aminoglikosida:
menurunkan
eksresi
aminoglikosida.
Mifepriston:
jangan gunakan
AINS selama 8
– 12 hari setelah
terapi
mifepriston
karena dapat
mengurangi
efek
mifepriston.
Ginkgo biloba:
meningkatkan
risiko
perdarahan.
7 Pegylated Hepatitis B kronik Kambuhan atau Peginterferon alfa- Anemia, anoreksia, Aminophilline,
Interferon 2b (HbeAg-positif dan metatstasis 2b penurunan berat theophylline,
150 ug 1 x HbeAg negatif): 1- karsinoma sel dikontraindikasika badan, sakit kepala, antivirus (adefovir),
seminggu 1.5 ginjal, limfoma sel n pada pasien insomnia, imunosupresan
ug/kgBB/minggu T kutan yang dengan riwayat irritabilitas, depresi, (ciclosporin,
selama 16-24 progresif, limfoma hipersensitivitas pusing, gangguan tacrolimus,
minggu dengan non Hodgkin terhadap interferon konsentrasi, gelisah, sirolimus)
injeksi subkutan folikuler, sarkoma alfa, seperti dispnea, batuk,
pada abdomen atau Kaposi, hairy cell angioedema, mual, diare, nyeri (DRUG
paha leukemia, hepatitis urtikaria, abdomen, alopesia, HANDBOOK)
B kronik aktif, bronkokonstriksi, pruritus, dermatitis,
hepatitis C kronik anafilaksis, kulit kering,
aktif, leukemia sindrom Stevens- myalgia, arthralgia,
mieloid kronis Johnson, dan toxic kelelahan, pyreksia,
epidermal kekakuan, reaksi
necrolysis. Selain pada tempat
itu, obat ini juga penyuntikan,
dikontraindikasika asthenia, nyeri,
n pada hepatitis gangguan
autoimun, penyakit neuropsikiatri,
liver dekompensasi infeksi, iskemik,
(dengan skor atau autoimun yang
Child-Pugh >6), mungkin timbul dan
dan pada sirosis kadang dapat
hepatis akibat mengancam nyawa.
hepatitis C kronik
yang terjadi
sebelum atau saat
terapi.
8 Lovastatin 20 oral, dewasa, dosis Untuk menurunkan Penyakit hati aktif, Kelainan otot, Peningkatan risiko
mg 1x1 awal, 10 mg (kadar kadar trigliserida, hipersensitif seperti miopati, terjadinya miopati
kolesterol total kolesterol jahat terhadap lovastatin. Sakit kepala, atau
serum kurang dari (LDL), dan Hamil dan laktasi. Sembelit, Mudah rhabdomyolysis
240 mg/dL) atau meningkatkan kadar lupa, Pusing, jika digunakan
20 mg (kadar kolesterol baik Penglihatan kabur, bersama dengan
kolesterol total (HDL) di dalam Insomnia, Muncul clarithromycin,
serum lebih dari darah. tanda dan gejala itraconazole,
240 mg/dL) sekali rhabdomyolisis, niacin,
sehari pada waktu seperti nyeri otot, ketoconazole,
malam lemas, atau otot gemfibrozil,
yang terasa lembut, nefazodone, atau
terlebih jika disertai obat antivirus,
demam, Gangguan seperti telaprevir.
hati, yang ditandai Peningkatan kadar
dengan sakit di lovastatin jika
perut bagian atas, digunakan bersama
tubuh lemas, amiodarone,
kehilangan nafsu diltiazem, atau
makan, urine ceritinib.
berwarna gelap, Peningkatan
serta mata dan kulit efektivitas obat
kekuningan antikoagulan,
(penyakit kuning), seperti warfarin.
Gangguan ginjal, Selain itu, kadar
yang ditandai lovastatin dapat
dengan buang air menurun jika
kecil sedikit, dikonsumsi
pembengkakan di bersama St. John’s
pergelangan kaki, wort, dan dapat
dan napas pendek meningkat jika
dikonsumsi
bersama grapefruit.